• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Wudhu Terhadap Kecemasan saat Menghadapi Ujian Praktikum pada Mahasiswi Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Wudhu Terhadap Kecemasan saat Menghadapi Ujian Praktikum pada Mahasiswi Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

PADA MAHASISWI KEPERAWATAN UIN SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)

Oleh:

IQBAL MAULANA UTOMO NIM: 1111104000005

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA

Undergraduate Thesis, July 2015

Iqbal Maulana Utomo, NIM: 1111104000005

The Effect of Wudhu to Anxiety When Practical Examination on Nursing Student UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

xvii + 63 pages + 6 tables + 2 schemes +1 Picture+ 8 attachments ABSTRACT

Practical examination is one stressor that can cause anxiety in students. Anxiety can lead to failure in the exam. Anxiety can be treated with one of the non Pharmacological therapy is ablution. Ablution is an integration of hydrotherapy and deep breathing techniques that can provide a relaxing effect. However, the effect of ablution to anxiety on the students when faced with practical exam in this case needs to be proven. The purpose of this study was to determine the effect of ablution to anxiety when practical examination on Nursing student UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. This research is a quantitative research using quasy-experimental design with one group pre test and post test conducted on 15 respondents when going to perform practical examination injections of insulin in the course of Medical Surgical Nursing Module II. The instrument used to assess anxiety is the Visual Analogue Scale for Anxiety (VAS-A). Data were analyzed with statistical test of paired t-test with a significance level of 0.05. The results show the value (p = 0.000) <0.05 can be concluded that there is to anxiety when practical examination on Nursing student UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. It is recommended that ablution can be used as therapy to deal with anxiety on the students prior to the practical examination.

(4)

iv

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Juli 2015

Iqbal Maulana Utomo, NIM: 1111104000005

Pengaruh Wudhu Terhadap Kecemasan saat Menghadapi Ujian Praktikum pada Mahasiswi Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

xvii + 63 halaman + 6 tabel + 2 skema + 1 gambar+8 lampiran ABSTRAK

Ujian praktikum merupakan salah satu stressor yang dapat menyebabkan kecemasan pada mahasiswa. Kecemasan tersebut dapat mengakibatkan kegagalan dalam ujian. Kecemasan dapat ditangani dengan salah satu terapi non Farmakologi yaitu wudhu. Wudhu merupakan integrasi dari tehnik hidroterapi dan napas dalam yang dapat memberikan efek relaksasi. Namun pengaruh wudhu terhadap kecemasan pada mahasiswi saat menghadapi ujian praktikum dalam hal ini perlu dibuktikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh wudhu terhadap kecemasan saat menghadapi ujian pada mahasiswi Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan desain quasy-eksperimental dengan one group pre test and post test

yang dilakukan pada 15 responden saat akan melakukan ujian praktikum tindakan penyuntikan insulin pada mata kuliah Modul Keperawatan Medikal Bedah II. Instrumen yang digunakan untuk menilai kecemasan adalah Visual Analogue Scale for Anxiety (VAS-A). Data penelitian dianalisis dengan uji statistik paired t-test dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil penelitian menunjukan nilai (p=0,000) < 0,05 dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh wudhu terhadap kecemasan saat ujian praktikum pada mahasiswi keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Disarankan agar wudhu dapat dijadikan terapi untuk menangani kecemasan pada mahasiswi sebelum melakukan ujian praktikum.

(5)
(6)
(7)
(8)

viii

Alamat : Jl. Kol. Sugiono Kp. Kandang Sapi No. 19 Rt/Rw 012/011, Duren Sawit Jakarta Timur

Hp : +6285695109761

E-mail : iqbalutomo5@gmail.com

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan

PENDIDIKAN

1. TK Kuncup Kencana Jakarta 1998-1999 2. SDN Pondok Bambu 14 Pagi Jakarta 1999-2005

3. SMP Negeri 165 Jakarta 2005-2008

4. SMA Muhammadiyah 23 Jakarta 2008-2011 5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011-sekarang Pengalaman Organisasi

1. 2012-2013 : Staf Kementrian Kemahasiswaan BEMJ Ilmu Keperawatan 2. 2013-2014 : Presiden BEM Ilmu Keperawatan UIN Jakarta

3. 2014-2015 : Sekretaris Bidang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia FKIK

4. 2014-2015 : Ketua Departemen Pengembangan Mahasiswa Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.

Ciputat, Juli 2015

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberi kekuatan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada Rasul tercinta Nabi Muhammad saw yang telah membawa kebenaran yaitu Islam dan telah menjadi suri tauladan bagi umatnya.

Skripsi yang berjudul “ Pengaruh Wudhu Terhadap Saat Menghadapi Ujian Kecemasan Pada Mahasiswi Keperawatan Uin Syarif Hidayatullah Jakarta Praktikum

ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep) pada PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sebagai wadah latihan bagi penulis untuk belajar berfikir kritis dan metodologis.

Pada ahirnya, penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu, mengarahkan, dan mendukung penyusunan skripsi ini . Rangkaian terima kasih ini penulis sampaikan kepada:

1. Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M.Kes sebagai Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Maulina Handayani, S. Kp, M. Sc.,selaku Ketua Program Studi dan sekaligus Dosen Pembimbing.

3. Ibu Ernawati. S. Kp., Sp. KMB sebagai Sekretaris Program Studi

4. Ibu Ita Yuanita, S. Kp, M.Kep selaku Dosen Pembimbing, yang selalu memberikan semangat, arahan serta masukan untuk berusaha, dan selalu setia mengoreksi dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. 5. Segenap jajaran pengajar dan karyawan di lingkungan Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan masukan dan motivasi. 6. Kedua orang tua, Bpk. Toto Suprapto dan Ibu Sumiati. Bagaimanapun,

sejauhmanapun, setinggi apapun dari kalian berdualah saya belajar ketabahan, keteguhan sikap, dan keikhlasan. Ridho Allah telah menunggu kalian di depan pintu surga firdaus.

7. Adikku tercinta, Pritty Salsabila dan Rayhan Fahrezi Rasa-rasanya belum bisa kakakmu ini menjadi uswatun hasanah untuk kalian berdua.

8. Segenap Staff bidang Akademik FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 9. Sahabat-sahabat/i PSIK 2009-2014, BEM PSIK Periode 2013-2014 dan

DEMA FKIK 2015, HMI KOMFAKDIK dan PMII KOMFAKKES yang telah memberikan inspirasi, do`a dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

(10)

x

segala masukan dan komentar mengenai tulisan ini penulis terima sebagai sebuah apresiasi.

Akhir kata semoga kita semua selalu diberikan rahmat, hidayah serta karunia dari Allah SWT dan apa yang telah penulis peroleh selama pendidikan dapat diamalkan dengan baik.

Wallahul Muwaffiq Illa AqwamithThariq

Wassalamu`alaikum Wr. Wb .

Ciputat, Juli 2015

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul i

Pernyataan Keaslian Karya ii

Abstract iii

Abstrak iv

Pernyataan Persetujuan v

Lembar Pengesahan vi

Daftar Riwayat Hidup viii

Kata Pengantar ix

Daftar Isi xi

Daftar Tabel dan Bagan xiv

Daftar Lampiran xv

1. BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 6

1.3 Pertanyaan Penelitian 7

1.4 Tujuan Penelitian 8

1.5 Manfaat Penelitian 8

1.6 Ruang Lingkup Penelitian 9

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Umum Kecemasan 10

(12)

xii

2.1.2 Teori Kecemasan 12

2.1.3 Klasifikasi Tingkat Kecemasan 13 2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan 16

2.1.5 Skala Pengukur 17

2.2 Wudhu 19

2.3.1 Praktikum Keperawatan 25

2.3.2 Kecemasan Saat Praktikum 26

2.3.3 Pengaruh Kecemasan Pada Mahasiswa 27 2.3.4 Penanganan Kecemasan Mahasiswa 28

2.4 Kerangka Teori 33

3. BAB III KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep 34

3.2 Hipotesis Penelitian 34

3.3 Definisi Operasional 36

4. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian 38

4.2 Populasi, Sampel, dan Sampling 39

4.3 Kriteria Sampel 40

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian 40

4.5 Instrumen Penelitian 41

4.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen 42

4.7 Prosedur Pengumpulan Data 43

4.8 Prosedur Pengolahan Data 46

(13)

xiii

4.10 Etika Penelitian 49

5. BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Karakteristik Responden 52

5.2 Hasil Analisis Univariat 52

5.3 Hasil Analisis Bivariat 54

6. BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Pembahasan 56

6.2 Keterbatasan Penelitian 67

7. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan 68

7.2 Saran 69

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR, SKEMA DAN TABEL

Halaman

Gambar 2.1 Rentang respon Cemas 15

Skema 2.4 Kerangka Teori 33

Skema 3.1 Kerangka Konsep 34

Tabel 4.1 Definisi Operasional 36

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Usia 52

Tabel 5.2 Distribusi Persentase Tingkat Kecemasan Responden Sebelum dan Setelah Intervensi Wudhu 52 Tabel 5.3 Distribusi Rata-rata Skor Kecemasan Responden Sebelum

dan Setelah dilakukan Intervensi Wudhu 53 Tabel 5.4 Hasil Uji Normalitas Skor Kecemasan Responden Sebelum

dan Setelah Intervensi Wudhu 54

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumen Perizinan Lampiran 2. Penjelasan Penelitian Lampiran 3. Kuesioner Penelitian Lampiran 4. Hasil studi pendahuluan

Lampiran 5. Satuan Acara dan Modul Peatihan Wudhu Lampiran 6. Rekapitulasi Statistik Responden

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kecemasan merupakan perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh keadaan dan situasi (Videbeck, 2008). Cemas didefinisikan sebagai suatu pengalaman yang tidak menyenangkan dan meningkatnya kewaspadaan terhadap bahaya yang akan datang (DiTomasso dan Gosch, 2002 dalam Stein et al., 2009).

Cemas dapat mempengaruhi seseorang dalam tiga hal; 1) perubahan fisik menunjukkan perubahan pada frekuensi jantung, mual, muntah, ketegangan otot, berkeringat, dan nafas pendek; 2) perubahan mental, khawatir, gelisah, bingung, dan penurunan tingkat konsentrasi; 3) perubahan perilaku seperti menjauhi benda, tempat atau situasi tertentu (Hyman dan Pedrick, 2011).

Cemas dapat dilihat dalam berbagai tingkatan yaitu rentang ringan, sedang, berat sampai panik. Setiap tingkat menyebabkan perubahan fisiologis dan emosional pada individu (Videbeck, 2008). Kecemasan tingkat tinggi dapat mengganggu ingatan, bahasa, organisasi, dan kontrol keinginan (Begley,1995 dalam Meltzer, 2010).

(17)

dalam menghadapi suatu tantangan atau suatu ancaman (stressor)

(Satiadarma, 2001, dalam Zulkarnain, 2009).

Banyak pekerjaan, tantangan dan tuntutan yang harus dijalankan oleh mahasiswa disetiap harinya. Tantangan dan tuntutan tersebut antara lain pembuatan bermacam tugas, laporan, makalah maupun ujian yang merupakan salah satu bentuk evaluasi bagi mahasiswa yang dilakukan secara rutin. Tantangan tersebut dapat menimbulkan stressor pada mahasiswa (Zulkarnain dan Ferry, 2009). Stressor yang didapatkan siswa menyebabkan kecemasan yang kemudian akan mengganggu kegiatan akademik siswa dengan menurunkan kemampuan koping (Moscaritolo, 2009).

(18)

tersebut didapat hasil bahwa siswa yang memiliki indeks prestasi rendah cenderung mengalami kecemasan lebih berat.

Berdasarkan hasil penelitian Abdillah (2014) yang dilakukan pada 50 mahasiswa keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyebutkan bahwa mahasiwa mengalami kecemasan saat menghadapi ujian praktikum dengan berbagai tingkat kecemasan yaitu 4% mahasiswa tidak mengalami kecemasan, 55% pada kecemasan ringan, 38% kecemasan sedang dan 8% pada kecemasan berat.

Salah satu faktor resiko yang memungkinkan seseorang untuk beradaptasi dengan baik ataupun maladaptif terhadap stressor adalah jenis kelamin. Berbagai penelitian Berdasarkan hasil penelitian Zulkarnain dan Ferry, 2009; Navianti, 2011; dan Boky dkk, 2013 pada subjek yang mengalami kecemasan baik ringan atau sedang, diketahui subjek yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak mengalami kecemasan dibandingkan dengan subjek dengan jenis kelamin laki-laki. Hal tersebut terjadi karena perempuan lebih peka dengan emosinya, yang pada akhirnya peka juga terhadap perasaan cemasnya. Perbedaan ini bukan hanya dipengaruhi oleh faktor emosi, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor kognitif (Gunadi, 2004, dalam Zulkarnain dan Novliadi, 2009).

(19)

yang menjalani treatment ini akan merasa tenang, relaks dan tidak ada beban (Pranata dan Yuwanto, 2014). Ion-ion negatif yang timbul karena butiran-butiran air yang dapat meredam rasa sakit, menetralkan racun serta membantu menyerap dan memanfaatkan oksigen. (Gisymar, 2010 dalam Pranata dan Yuwanto, 2014). Sementara itu adanya ion negative tersebut dalam aliran darah akan mempercepat pengiriman oksigen ke dalam sel dan jaringan sehingga dapat menurunkan respiration rate dan suhu perifer yang merupakan gejala dari gangguan cemas (Prato dan Yucha, 2013).

Wudhu termasuk psikoterapi islami dengan menggunakan media air (Muslimah, 2014). Sejak zaman dahulu manusia sebetulnya sudah mengetahui khasiat air walaupun belum didukung penelitian. Dalam sejarahnya, air juga pernah digunakan oleh Rasulullah saw untuk pengobatan. Saat itu Rasulullah saw berdo`a dan memercikan ke tubuh orang yang sakit (Bentanie, 2010). Tehnik psiko terapi Islam menggunakan media air (hidroterapi) ini sangatlah mudah yaitu seseorang harus mengalirkan air suci ke bagian tubuh tertentu dan mengenai rambut dan kulit (Muslimah, 2014).

Kata wudhu' berasial dari kata wadha' yang artinya kebersihan, dan

dalam terminologie hukum Islam, hal ini berarti membersihkan beberapa

(20)

hingga dua-mata kaki” (QS. Al-Maidah:6). Rasululah barkata melalui hadistnya “Dari Abu Huraira r.a. Bahwa Rasulullah bersabda: “Maukah

saya tunjukkan kepadamu hal-hal dengan nama Allah menghapuskan dosa-dosamu serta mengangkat derajatmu?” “Mau ya Rasulullah”, ujar mereka.

“Meyempurnakan wudhu menghadapi segala kesusahan, dan sering

melangkah menuju masjid, serta menunggu shalat demi shalat. Nah itulah

dia perjuangan. Perjuangan sekali lagi perjuangan!” (H.R. Malik, Muslim, Turmudzi dan Nasa`i). Wudhu juga sebagai salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah berarti mendekat kepada Dzat Yang Maha Suci. Karena, Allah adalah pemilik nama Al-Quddus (Mahasa Suci). Jika kita sudah dekat dengan Allah, maka hidup ini akan berjalan indah, damai, berkah dan bahagia. Tidak akan ada masalah apapapun yang membuat diri ini risau dan cemas (Bentanie, 2010).

(21)

Ketika seseorang berwudhu maka secara langsung akan merangsang dan mengekfektifkan system kerja saraf. Rangsangan tadi akan mempunyai dampak positif pada kinerja syaraf pusat yang berada di otak. Hal inilah yang membuat sesorang ketika sehabis berwudhu tubuh akan merasa segar dan dapat mengurangi ketegangan jiwa, stress, rasa khawatir, marah dan penyakit kejiwaan lain. Kenyataan inilah yang kemudian membenarkan hadits Rasulullah saw yang menganjurkan umatnya untuk segera berwudhu ketika depresi (Gisymar, 2010 dalam Muslimah, 2014).

Sebagai dasar untuk menyusun konsep dan desain penelitian ini, Peneliti juga melakukan studi pendahuluan untuk dijadikan sebagai acuan dalam menyusun tinjauan pustaka, kerangka, dan metode suatu penelitian (Gau, 2007). Dalam hal ini, peneliti melakukan studi pendahuluan yang bertujuan untuk mengetahui mata kuliah yang dianggap paling mencemaskan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 60 mahasiswa dibagi secara proporsional pada masing-masing semester menunjukan bahwa ujian praktikum pada mata Keperawatan Medikal Bedah dapat menimbulkan kecemasan tertinggi dari pada mata kuliah lain. Untuk Mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah berada disemester empat maka yang akan menjadi sampel penelitian ini adalah mahasiswi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah angkatan tahun 2013.

1.2. Rumusan Masalah

(22)

mata dapat menimbulkan kecemasan tertinggi dari pada mata kuliah lain adalah mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Serta berlandaskan pada teori kecemasan bahwa kecemasan harus segera ditangani, peneliti menyimpulkan perlu dilakukan intervensi (perlakuan) untuk mengatasi kecemasan pada mahasiswa saat menghadapi ujian praktikum pada mata kuliah tersebut. Penanganan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi resiko kegagalan saat ujian praktikum.

Berdasarkan pemaparan teori, nass (ayat al-Quran) serta hasil berbagai penelitian terkait wudhu (terapi relaksasi dengan hidroterapi) dapat memberikan efek relaksasi, peneliti ingin membuktikan bagaimana pengaruh wudhu terhadap kecemasan saat menghadapi ujian praktikum pada mahasiswi keperawatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Apakah dapat menurunkan kecemasan atau tidak. 1.3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat diambil pertanyaan penelitian sebagai berikut;

1. Bagaimana gambaran kecemasan saat menghadapi ujian praktikum mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah pada mahasiswi keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ?

(23)

1.4. Tujuan

1.4.1. Tujuan umum

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh wudhu sebagai terapi terhadap kecemasan saat menghadapi ujian praktikum pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah pada mahasiswa keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.4.2. Tujuan khusus

a. Mengetahui gambaran kecemasan mahasiswi keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjelang ujian praktikum pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedahpada Tahun 2015. b. Mengetahui pengaruh wudhu terhadap kecemasan mahasiswi

keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menghadapi ujian praktikum pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah. 1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Pendidikan

(24)

1.5.2. Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi tambahan oleh peneliti lain mengenai terapi wudhu sebagai penanganan kecemasan pada mahasiswi saat menghadapii ujian praktikum.

1.5.3. Keperawatan

Proses dan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi tambahan untuk pengembangan keilmuan bidang keperawatan jiwa untuk penanganan masalah keperawatan yaitu cemas dengan terapi non farmakologi salah satunya wudhu.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggambarkan pengaruh wudhu terhadap kecemasan saat menghadapi ujian praktikum pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah pada mahasiswi keperawatan semester empat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Populasi penelitian ini merupakan mahasiswi angkatan tahun 2013. Penelitian ini dilakukan dengan metode analitik kuantitatif dengan desain

(25)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Konsep Umum Kecemasan 2.1.1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan atau yang bisa disebut dengan anxietas/anxiety

berasal dari Bahasa Latin yaitu “angustus” yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang artinya mencekik. Kecemasan merupakan

perasaan emosional individu dan pengalaman subjektif yang tidak dapat diamati secara langsung dan perasaan tanpa objek yang spesifik (Stuart & Sundeen, 2006).

Cemas juga diartikan sebagai perasaan yang berlebihan tentang sesuatu yang tidak jelas dan dianggap sebagai suatu ancaman (Hyman dan Pedrick, 2012). Cemas merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dan meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya yang akan datang (DiTomasso dan Gosch, 2002 dalam Stein

et al., 2009).

(26)

Pada dasarnya, cemas tidak dapat dibedakan dari takut karena individu yang merasa takut atau cemas mengalami pola respons perilaku, fisiologis, dan emosional dalam rentang yang sama. Perbedaan nyata antara keduanya ialah bahwa rasa takut timbul sebagai respon terhadap objek yang dapat diidentifikasi dan spesifik (Videbeck, 2008).

Kecemasan memiliki dua aspek yakni aspek sehat dan aspek membahayakan, yang bergantung pada tingkat, lama, dan kemampuan koping individu terhadap kecemasan tersebut (Videbeck, 2008). Dari beberapa penjelasan tentang definisi kecemasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecemasan merupakan perasaan tidak menyenangkan yang berlebihan terhadap sesuatu hal yang tidak jelas dan meningkatkan kewaspadaan dengan menunjukkan berbagai rentang respon baik yang adaptif maupun

maladaptif. Cemas sering disertai dengan gejala fisiologis pada seseorang meliputi tiga hal, yaitu perubahan fisik, mental, dan perilaku

(27)

2.1.2. Teori Kecemasan

Videbeck (2008) dalam bukunya menjelaskan berbagai teori yang menjelaskan tentang terjadinya kecemasan, yaitu teori biologi dan teori psikodinamik.

A. Teori Biologi a) Teori Genetik

Ansietas memiliki komponen yang dapat diwariskan dari kerabat tingkat pertama individu yang mengalami peningkatan ansietas, insidennya mencapai 25% pada kerabat tingkat pertama dan wanita mempunyai resiko dua kali lipat dari pria. Kromosom 13 dikatakan terlibat dalam proses terjadinya gangguan panik dan sakit kepala hebat. b) Teori Neurokimia

GABA (asam gama-amino butirat) merupakan suatu neurotransmiter inhibitor yang berfungsi sebagai agen ansietas alami tubuh dengan mengurangi eksitabilitas sel sehingga mengurangi frekuensi bangkitan neuron. Selain itu beberapa senyawa lain ikut terlibat dalam proses tersebut, diantaranya benzodiazepin dan serotonin (5-HT). B. Teori Psikodinamik

a) Psikoanalitis

(28)

manusia untuk mengendalikan kesadaran terhadap stimulus tertentu.

b) Teori Perilaku

Teori ini memandang bahwa ansietas sebagai sesuatu yang dipelajari melalui pengalaman individu. Individu dapat memodifikasi perilaku maladaptif tanpa memahami penyebab perilaku tersebut. Perilaku yang berkembang dan mengganggu kehidupan individu dapat ditiadakan atau dibuang melalui pengalaman berulang yang dipandu oleh seorang ahli.

c) Teori Interpersonal

Sullivan (1952) berpendapat bahwa ansietas timbul dari masalah-masalah dalam hubungan interpersonal dan ini erat kaitannya dengan kemampuan untuk berkomunikasi. Semakin tinggi tingkat ansietas, semakin rendah kemampuan seseorang untuk berkomunikasi dengan dengan orang lain.

2.1.3. Klasifikasi Tingkat Kecemasan

(29)

a) Mild Anxiety (kecemasan ringan)

Ansietas ringan merupakan kecemasan yang terjadi akibat kejadian sehari-hari selama hidup. Pada level ini, seseorang akan merasa waspada dan pandangan perseptual orang tersebut meningkat. Seseorang itu lebih peka dalam melihat, mendengar dan merasakan. Lecel kecemasan ini dapat memotivasi diri untuk belajar dan membuta seseorang menjadi dewasa dan kreatif.

b) Moderate Anxiety (kecemasan sedang)

Pada level ini seseorang hanya fokus pada urusan yang akan dilakukan dengan segera termasuk mempersempit pandangan perseptual. Pada level ini juga seseorang akan berfokus pada seumber kecemasan yang dihadapi mulai membuat perencanaan tetapi dia masih dapat melakukan hal lain jika menginginkan untuk melakukan hal lain tersebut.

Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, berbicara cepat dengan volume tinggi, kemampuan konsentrasi menurun, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis.

c) Severe Anxiety (kecemasan berat)

(30)

lain. Semua perilaku muncul kemudian bertujuan untuk mengurangi kecemasan.

Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, mual, tidak dapat tidu (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, tidak dapat belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri, munculnya keinginan tinggi untuk menghilangkan kecemasan, perasaan tidak berdaya, bingung dan disorientasi.

d)Panik

Panik ditandai dengan perasaan ketakutan dan teror luar biasa karena mengalami kehilangan terhadap dirinya. Orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu meskipun diberi pengarahan. Tanda dan gejala yang muncul pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaran inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.

Gambar 2.1 : Rentang Respon Kecemasan Sumber: Stuart & Sundeen (2006) RENTANG RESPON CEMAS

Respon maladaptif Respon adaptif

Berat Panik

Sedang Ringan

(31)

2.1.4. Faktor yang mempengaruhi kecemasan

Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan (Stuart & Laria, 2005)

a. Usia dan tingkat perkembangan

Semakin tua seseorang atau semakin tinggi tingkat perkembangan seseorang maka semakin banyak pengalaman hidup yang dimilikinya. Pengalaman hidup yang banyak inilah, dapat mengurangi kecemasan.

b. Jenis kelamin

Kecemasan dapat dipengaruhi oleh asam lemak bebas dalam tubuh. Wanita mempunyai produksi asam lemak bebas lebih banyak dibanding pria sehingga wanita beresiko mengalami kecemasan yang lebih tinggi dari pria.

c. Pendidikan

Seseorang yang berpendidikan tinggi akan menggunakan koping lebih baik sehingga kecemasan lebih baik sehingga tingkat kecemasan lebih rendah dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah.

d. Sistem pendukung

(32)

individu sehingga mampu memberi gambaran kecemasan yang berbeda.

2.1.5. Skala Pengukur Kecemasan

Ada banyak instrumen yang sering digunakan untuk mengkaji dan mendiagnosa kecemasan. Dalam pengkajian klinis, area yang perlu dikaji meliputi keluhan utama, riwayat gejala saat ini, riwayat psikiatri dan riwayat kesehatan, riwayat perkembangan sosial, dan pengkajian status mental (Tusaie dan Joyce, 2013).

a) Visual Analog Scale for Anxiety (VAS-A)

Dengan menggunakana sebuah garis horizontal yang berupa skala sepanjang 10 cm atau 100 mm dengan penilaian dari garis ujung sebelah kiri yang

mengindikasikan “tidak ada kecemasan” hingga ujung sebelah kanan yang menyatakan “kecemasan luar biasa”.

Penederita diminta memberi tanda dengan garis vertikal pada garis yang menggambarkan perasaan cemas yang dialami saat itu (Susilawati & Misgianto, 2014). VAS-A juga merupakan alat ukur yang cukup reliable untuk digunakan pada pengukuran cemas (Davey et al, 2007). b) Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)

(33)

penilaian (Hidayat, 2007). Setiap item bernilai 0, 1, 2, 3, 4. Nilai 0 menunjukan tidak ada gejala yang tampak, dan nilai 4 menunjukkan gejala-gejala dominan dan sangat menggangu. Total nilai diperoleh menunjukkan tingkat keparahan: tidak ada gejala kecemasan dengan nilai skor 0-13, gejala ringan dengan nilai skor 14-20, gejala sedang dengan nilai skor 21-27, gejala berat nilai skro 24-42, gejala berat sekali/panic dengan nilai skor 43-56 (Hamilton, 1959 dalam Nursalam, 2007).

c) Penn State Worry Questiner (PSWQ)

Quesioner yang terdiri dari 16 pertanyaan untuk mengkaji karakteristik dari kecemasan yang dialami. Diperkenalkan oleh Meyer, Miller, Metzger, dan Borkovec (1990).

d) Speilberg StateiTrait Anxiety Inventory (STAI)

(34)

2.2.Wudhu

2.2.1. Definisi

Wudhu, secara bahasa berasal dari kata al-wadha`ah, yang berarti bersih, cerah, dan indah. Sedangkan menurut istilah syarak, wudhu adalah menyengaja membasuh dan mengusap bagian tubuh yang menjadi anggota wudhu yang suci dan mensucikan untuk menghilangkan hadas kecil sebagai syarat untuk melaksanakan shalat. Syari`at wudhu diwajibkan setelah Rasulullah saw, melakukan Isra Mi`raj pada 27 Rajab tahun 11 kenabian. Dasar kewajiban berwudhu sebelum melakukan shalat diterangkan dalam surat Al-Maidah ayat 6

yang artinya “Hai Orang-orang beriman! Jika kamu hendak berdiri

(35)

2.2.2. Jenis Air untuk Berwudhu

Wudhu yang dilakukan dengan benar dapat menyucikan diri, yang tidak sekedar mencuci anggota badan, namun ada empat tahap yang dapat diperoleh:

a. Membersihkan jasmani dari hadas

b. Membersihkan anggota badan dari kejahatan dan perbuatan dosa c. Membersihkan hati dari akhlak yang tercela

d. Membersihkan batin dari selain Allah Swt.

(36)

2.2.3. Rukun Wudhu

Rukun/Fardhu adalah sesuatu yang diberikan pahala bagi orang yang melakukannya dan berdoasa bagi orang yang meninggalkannya. Dalam berwudhu, apabila rukunnya ditinggalkan maka wudhunya tidak sah atau batal (Hasanudin, 2007). Menurut (Bantanie, 2010) dalam

bukunya yang berjudul “Dahsyatnya Terapi Wudhu” menyatakan

Rukun wudhu ada enam yaitu sebagai berikut: a. Berniat mengerjakan wudhu

Dalam ilmu fiqih, niat didefinisikan, “Qashu syai muqtarinan bi fi`lihi.” Menyengaja melakukan suatu pekerjaan bersamaan

dengan pekerjaan tersebut. Karena itu, seseorang yang akan menunaikan wudhu, kemudian berjalan menuju tempat wudhu, hal ini belum dinamakan niat, tetap baru azam. Karena niat dalam wudhu harus dilakukan bersamaan dengan membasuh wajah yang pertama. Niat ini;ah yang membedakan aktivitas biasa dengan aktivitas ibadah. Lafaz niat berwudhu, “Nawaiytu

al-wudhu`a lirof`ial-adasi al-asghori fardhon lillahi ta`ala.” Artinya, “Aku niat brwudhu untuk menghilangkan hadas kecil fardhu karena Allah swt.”

b. Membasuh muka atau wajah

(37)

adalah dari ujung tempat tumbuhnya rambut kepala sampai keujung dagu dan diantara kedua telinga. Jika perlu lakukan pijatan ringan di sekitar kulit wajah agar mendapatkan hasil yang baik.

c. Membasuh tangan sampai siku

Adapun bagian tangan yang wajib ujung jari sampai ke siku. Saat membasuh tangan, disertai menggosok-gosok bagian lengan. d. Mengusap Kepala

Mengusap kepala sekaligus dengan telinga dalam wudhu didsarkan hadits yang diriwayatkan Abdullah bin Zaid bahwa Rasulullah SAW bersabda “Telinga termasuk dari kepala”.

e. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki

Ulama mewajibkan membasuh kaki beserta mata kakinya dalam wudhu, tidak cukup hanya dengan menyapu saja.

f. Tertib

Rukun wudhu yang terakhir dalah tertib. Artinya, mengerjakan wudhu sesuai dengan urut-urutannya. Sebuah Hadis

menerangkan, “Rasulullah saw, melihat seseorang sedang

(38)

2.2.4. Tata cara berwudhu (Sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah dalam Putusan Majelis Tarjih Muhammadiyah Tahun 2003) 1. Membaca Bismillahirrahmanirrahim

2. Mengikhlaskan niatnya karena Allah SWT 3. Basuhlah telapak tanganmu tiga kali

4. Hisaplah air dari telapak tangan sebelah dan berkumurlah tiga kali 5. Membasuh muka tiga kali dengan mengusap kedua sudut mata dan

lebihkanlah membasuhnya.

6. Basuhlah kedua tangan beserta dua siku dengan digosok tiga kali dan selah-selah jari mulai dengan sebelah kanan

7. Mengusap ubun-ubun kepala dengan menjalankan kedua telapak tangan dari ujung muka kepala hingga tengkuk dan dikembalikan lagi pada permulaan,

8. Kemudian usaplah kedua telingamu sebelah luarnya dengan dua ibujari dan sebelah dalamnya dengan kedua telunjuk.

9. Basuh kedua kakimu beserta kedua mata kaki, dengan digosok tiga kali dan selah-selah jari kaki. Mulailah dari yang kanan dan sempurnakan dengan membasuhkedua kaki itu.

10.Kemudian ucapkan “Ashadualla-ila-ha illalla-h wahdahu-la- syari-kalah, wa asyahadu anna Muhammadan `abduhu-wa rasuluh. 2.2.5. Manfaat Wudhu

(39)

sesuai dengan ilmu kesehatan. Allah Swt. Berfirman dalam Surah At

Taubah ayat 108 (artinya) “…Di dalamnya terdapat orang-orang yang ingin bersihkan diri. Allah menyukai orang-orang yang bersih”.

Air wudhu yang meresap masuk ke dalam tubuh kita akan mempengaruhi dan memperbaiki air-air tubuh (termasuk air dalam otak) kita yang sempat menjadi keruh karena aktivitas kita sehari-hari (Kardjono, 2009). Hal ini pula akan memberikan efek sejuk secara langsung pada kepala kita yang akan terus mengalirkan rasa sejuk sampai pada pikiran kita, sehingga pikiran bisa menjadi tenang. Dengan pikiran tenang, kita lebih mampu untuk mengonsentrasikan pikiran kita. Air wudhu yang sifatnya mendinginkan ujung-ujung saraf tangan dan jari-jari kaki memiliki pengaruh untuk memantapkan konsentrasi pikiran.

(40)

2.3.Penelitian terkait

2.3.1. Praktikum Keperawatan (Skill-lab)

Praktikum (simulasi) merupakan metode pembelajaran dalam pendidikan keperawatan yang relatif baru digunakan untuk membantu siswa dalam berlatih berbagai penilaian dan keterampilan klinis keperawatan.. Metode ini pertama kali diterapkan sebagai kurikulum pada tahun 1960-an (Gosselin, 2013). Simulasi didefinisikan sebagai upaya untuk meniru beberapa atau hampir semua aspek penting dari situasi klinis sehingga situasi tersebut dapat lebih mudah dipahami dan dikelola ketika itu terjadi secara nyata dalam praktek klinis (Cato, 2013).

Literatur pendidikan keperawatan melaporkan bahwa simulasi (praktikum) umum digunakan dalam instrumen klinik. Penggunaan simulasi dalam pendidikan keperawatan terbukti efektif untuk meningkatkan keterampilan kognitif dan berfikir kritis siswa. Kegiatan praktikum telah dimasukkan kedalam pendidikan keperawatan karena memungkinkan siswa untuk terlibat dalam proses kritis dalam pengambilan keputusan klinis yang dibutuhkan saat praktek (Cato, 2013).

(41)

siswa dalam berpikir kritis dan mempersiapkan siswa untuk menghadapi lingkungan klinis yang kompleks (Sanford, 2010). Dalam sebuah survei nasional di Amerika tahun 2010 menunjukkan bahwa 1.060 program RN menggunakan simulasi laboratotium, dan 87% siswa yang terlibat dalam aktif dalam program tersebut (Gosselin, 2013). 2.3.2. Kecemasan saat praktikum

Penelitian membuktikan bahwa simulasi merupakan stressor dan menjadi masalah bagi siswa keperawatan. Beberapa siswa melaporkan adanya gejala kecemasan saat pembelajaran simulasi (praktikum). Beberapa siswa juga melaporkan mengalami gejala kecemasan berat saat melakukan simulasi pada semua mata kuliah (Cato, 2013). Kecemasan sering dikaitkan dengan kegiatan simulasi pada program keperawatan di Universitas of New Hampshire (Gosselin, 2013). Siswa melaporkan adanya peningkatan kecemasan dan stres ketika mereka ditonton oleh pengajar selama melakukan praktikum (Horsley, 2012). Afolayan et al. (2013) mengamati bahwa sekitar 30% siswa keperawatan mengalami kecemasan terutama saat ujian, pemeriksaan, dan presentasi.

(42)

Para peneliti mengemukakan bahwa kecemasan pada siswa dapat mempengaruhi kinerja akademik siswa (Horsley, 2012). Meskipun sindrom kecemasan saat simulasi atau praktikum tidak nyata benar-benar ada, namun gejala dan hasil negatif memang ada dan harus diatasi. Penanganan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi resiko dan memastikan keberhasilan praktikum (Blazeck, 2010).

2.3.3. Dampak Kecemasan Pada Mahasiswa

Literatur pendidikan keperawatan menyebutkan bahwa kecemasan dalam pengaturan klinis dapat mempengaruhi hasil pembelajaran dan kemampuan klinis siswa (Cook, 2005). Stress yang dialami siswa tidak selamanya menjadi pengalaman negatif dalam lingkungan belajar. Jadi stres yang menyebabkan kecemasan dapat berpengaruh positif dan negatif (Cato, 2013).

Stres pada siswa dapat menyebabkan kecemasan yang kemudian dapat menggganggu akademik siswa dengan menurunkan kemampuan koping. Stres dan kecemasan tingkat tinggi dapat menghambat memori dan kemampuan untuk memecahkan masalah, yang pada gilirannya daat mempengaruhi kinerja akademik dan belajar siswa (Beddoe dan Murphy, 2004 dalam Moscaritolo, 2009).

(43)

siswa tidak dapat melakukan tindakan secara lengkap saat mereka dalam keadaan cemas. Evaluasi terhadap kecemasan yang dialami siswa perlu dilakukan. Dalam sebuah studi menunjukkan bahwa kecemasan yang dialami siswa berdampak pada penurunan motivasi belajar siswa dan menjadikan siswa hanya berorientasi pada nilai ujian, bukan pada kemampuan belajar mereka (Elcigil dan Yildrim, 2007 dalam Mellincavage, 2008).

2.3.4. Penanganan Kecemasan Mahasiswa

Kecemasan pada mahasiswa dapat mempengaruhi belajar dan kinerja siswa. Hal ini penting bagi pihak institusi untuk melakukan penanganan dengan menurunkan kecemasan mahasiswa melalui dukungan dan mempromosikan lingkungan belajar yang positif. Bahkan lebih baik lagi jika pihak institusi keperawatan melakukan integrasi strategi penurunan kecemasan siswa kedalam kurikulum pendidikan yang diterapkan (Purfeerst, 2011).

Ada banyak strategi yang diajukan oleh para ahli untuk penangan kecemasan.

a. Pelatihan Autogenik

(44)

(Asmadi, 2008 dalam Abdilah, 2014). Pelatihan autogenik memberikan efek menenangkan pada pikiran dan tubuh dan dapat digunakan untuk mengobati kondisi medis terkait stres, misalnya angina pektoris, hipertensi, dan dispepsia (Kanji, White, dan Ernst, 2004). Prato dan Carolyn (2013) dalam penelitiannya terkait kecemasan pada mahasiswa keperawatan menyimpulkan bahwa tehnik autogenik merupakan strategi yang paling efektif untuk menurunkan respiratory rate, nadi, dan suhu perifer.

b. Pendekatan Perilaku Kognitif

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Brown dan Schiraldi (2004) membandingkan antara pendekatan perilaku kognitif dan manajemen stres konvensional dalam menurunkan gejala kecemasan pada mahasiswa menunjukkan bahwa bahwa tindakan yang pertama berhasil menurunkan kecemasan, sedangkan yang kedua gagal untuk merubah (Brown dan Schiraldi, 2004 dalam Masterman, 2012).

c. Pernafasan Dalam dan Santai

Busch et al. (2012) dalam penelitiannya mengenai pengaruh nafas dalam terhadap nyeri, aktifitas autonomik, dan mood menunjukkan bahwa tehnik nafas dalam dapat mempengaruhi proses autonomik dan respon terhadap nyeri.

d. Meditasi

(45)

aktifitas metabolik untuk merelaksasikan fisik dan mental untuk mencapai keseimbangan emosi (Eifring, 2013). Studi komperatif yang dilakukan Burns et al. (2011) menunjukkan bahwa meditasi dapat menurunkan secara signifikan tingkat stres dan kecemasan seseorang (Burns et al., 2011, dalam Masterman, 2012).

e. Mentoring

Instruksi dan mentoring oleh teman sebaya dapat menurunkan kecemasan siswa, dan dapat diimplementasikan pada setiap level dan jenjang pendidikan keperawatan (Purfeerst, 2011). Becker dan Neuwrith (2002) mengembangkan model pembelajaran laboratorium klinis dengan melibatkan level senior untuk mendampingi level junior. Evaluasi yang dilakukan menunjukkan penurunan kecemasan dan meningkatkan kemampuan klinis siswa sampai 87% (Becker dan Neuwrith, 2002 dalam Moscaritolo, 2009).

f. Aroma Terapi

Sebuah studi yang dilakukan oleh Kim dan Yun (2010) mengenai pengaruh penggunaan aroma tertentu secara inhalasi menyimpulkan bahwa penggunaan aroma terapi dapat menurunkan kecemasan siswa saat praktek pemberian injeksi intravena.

g. Humor

(46)

meningkatkan harga diri, dan meringankan stres dan kecemasan (Moscaritolo, 2009).

h. Relaksasi Otot

Suyamto et al. (2009) dalam penelitiannya tentang pengaruh relaksasi otot dalam menurunkan skor kecemasan TMAS mahasiswa menjelang ujian ahir program di Akademi Keperawatan Notokusumo Yogyakarta menyimpulkan bahwa intervensi ini mempunyai pengaruh dalam menurunkan kecemasan mahasiswa. i. Psikoterapi Islami

Dzikir masuk ke dalam metode psikoterapi Islam untuk menurunkan kecemasan. Hasil penelitian menggunakan metode dzikir raata-rata skor kecemasan kelompok perlakuan pada pre-test

(47)

j. Terapi Air (hidroterapi)

Hidroterapi meningkatkan efek kenyamanan dan relaksasi pada tubh sehingga mampu menurunkan intensitas kecemasan seseorang. Kecemasan pada manusia tidak bisa dihindari karena merupakan alarm alamiah tubuh terhadap ancaman baik internal maupun eksternal. Kondisi ini adalah fisiologis selama rentang mekanisme kopingnya efektif dan adaptif. Hidroterapi adalah terapi non farmakologis dengan mengutamakan kping adaptif yaitu meningkatkan kenyamanan. Berdasarkan hasil penelitian dengan

derajat simpangan (α) = 0,05 dan derajat kepercayaan 95%, didapatkan nilai p = 0,021. Hal ini berarti bahwa p < α, yaitu 0,021

(48)

2.4.Kerangka Teori

Skema 2.4 Kerangka Teori

Sumber: Modifikasi dari (Stuart dan Michele, 2005; Asmadi, 2008; Barnabas, 2008; Moscaritolo, 2009; Kardjono, 2009; Suyamto et al., 2009; Kim dan Yun,

2010; Purfeerst, 2011; Busch et al., 2012; Masterman, 2012; Afolayan et al., 2013; Eifring, 2013; Abdullah et al., 2013; Abdillah, 2014; Pranata et al 2014).

(49)

34 BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

3.2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau masalah penelitian yang digunakan untuk menerangkan fenomena yang diamati atau suatu pernyataan tentang hubungan yang diharapkan terjadi antara dua variabel atau lebih yang memungkinkan untuk dibuktikan secara empiris atau perlu diuji kebenaran atas jawaban pertanyaan tersebut (Budiharto, 2008). Adapun hipotesis yang diajukan untuk penelitian ini adalah:

Hipotesis negative (H0): Tidak terdapat pengaruh wudhu terhadap kecemasan

saat menghadapi ujian praktikum pada mahasiswi keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

WUDHU

Skor Kecemasan mahasiswi setelah diberikan intervensi Skor Kecemasan

Mahasiswi sebelum diberikan Intervensi

Pre Test Post test

(50)

Hipotesis Positif (Ha): terdapat pengaruh wudhu terhadap kecemasan saat

menghadapi ujian praktikum pada mahasiswi keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(51)

3.3. Definisi Operasional

Tabel 3.3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara ukur Hasil Skala

(52)
(53)

38

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain quasi experimental sesuai dengan apa yang dirumuskan pada penjelasan rumusan dan tujuan penelitian. Desain penelitian eksperimen semu untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan semua variable yang relevan (Suryabrata, 2010). Dengan rancangan One Group pretest-posttest design, yaitu dengan menggunakan satu kelompok subjek. Pertama-pertama dilakukan pengukuran, lalu dikenakan perlakuan atau treatment untuk jangka waktu tertentu, kemudian dilakukan pengukuran untuk kedua kalinya empiris (Suryabrata, 2010). Rancangan ini digambarkan sebagai berikut:

Prosedur:

a. T1 pretest untuk mengukur mean dari kecemasan mahasiswi

sebelum diberikan intervensi.

b. X , treatment yang diberikan pada kecemasan mahasiswi untuk jangka waktu tertentu.

(54)

c. Berikan T2 yaitu posttest untuk mengukur mean kecemasan mahasiswi setelah diberikan intervensi variable eksperimental X d. Bandingkan T1 dan T2 untuk menentukan seberapakah perbedaan

yang timbul, jika sekiranya ada, sebagai akibat dari digunakannya veriabel eksperimental X.

4.2. Populasi, Sampel dan Sampling

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari; objek atau subjek yang mempunyai kuantitas, dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004 dalam Hidayat, 2007). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswi keperawatan angkatan tahun 2013 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahap akademik yang mengalami kecemasan saat menghadapi uijan praktikum.

Sampel merupakan bagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila peneliti bermaksud menggeneraliskan hasil penelitian sampel. Mengeneraliskan diartikan mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi (Arikunto, 2010). Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan cara purposive sample atau sampel bertujuan yaitu peneliti bisa menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu. Besar sampel minimal menurut Gay Metode penelitian eksperimental, minimal 15 subyek perkelompok (Umar, 1997).

(55)

Hidayatullah Jakarta pada tahap akademik yang mengalami kecemasan saat menghadapi uijan praktikum sebagai sampel penelitian ini.

4.3. Kriterai Sampel

Kriterai sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 4.3.1.Kriteria Inklusi

a. Mahasiswi aktif PSIK UIN Jakarta 2013 yang mengamami kecemasan tingkat ringan sampai dengan sedang

b. Bersedia menjadi responden. 4.3.2.Kriteria Eksklusi

a. Mahasiswa PSIK UIN Jakarta program profesi

b. Mahasiswa PSIK UIN Jakarta angkatan 2011, 2012, dan 2014 c. Mahasiswa PSIK UIN Jakarta angkatan 2013 yang mengalami

tingkat kecemasan berat sampai dengan panik. d. Tidak bersedia menjadi responden.

4.4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Gedung Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada ujian praktikum mata kuliah

(56)

pencernaaan yang diitegrasikan ke dalam konsep islami. Kegiatan modul ini meliputi kuliah interaktif, diskusi kelompok, praktikum laboratorium, dan kuliah pakar. Pembelajaran dilakukan berdasarkan problem based learning (PBL) dengan menggunakan scenario sebagai trigger untuk meningkatkan pengetahuannya (Ernawati dan Yuanita, 2015 untuk kalangan sendiri). Untuk ujian praktikum sendiri khususnya pada penyuntukan insulin menggunakan sistem dua mahasiswa saat ujian diawasi oleh satu penguji dengan waktu 15 menit .

Alasan pemilihan tempat penelitian di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah peneliti merupakan mahasiswa aktif pada Universitas tersebut, sehingga akan mempunyai nilai manfaat yang lebih, baik bagi mahasiswa keperawatan UIN lainnya, maupun bagi institusi Keperawatan itu sendiri. 4.5. Instrumen Penelitian

Data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan tehnik pengumpulan data primer yaitu didapatkan secara langsung dari responden mengenai permasalahan yang diteliti melalui kuesioner. Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir (Setiadi, 2007). Penentuan sampel sebagai responden kuesioner perlu mendapat perhatian pula. Apabila menentukan sampel, informasi yang kita butuhkan barang kali tidak kita peroleh secara maksimal (Arikunto, 2010).

(57)

garis horizontal yang berupa skala sepanjang 10 cm atau 100 mm dengan

penilaian dari garis ujung sebelah kiri yang mengindikasikan “tidak ada kecemasan” hingga ujung sebelah kanan yang menyatakan “kecemasan luar biasa”. Penederita diminta memberi tanda pada garis yang menggambarkan

perasaan cemas yang dialami saat itu (Susilawati & Misgianto, 2014). Kuesioner Visual Analog Scale for Anxiety (VAS-A) telah banyak digunakan pada berbagai penelitian terkait kecemasan. Seperti Hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan penderita kanker serviks palitif (Misgianto & Susilawati, 2014), Dismenore dan kecemasan pada remaja (Handayani, 2012) dan Efektifitas relaksasi Benson terhadap nyeri pasca beda pada pasien Transurethtral Resection of the Prostate (Datak, 2008). Menurut pengaplikasiannya Kuesioner Visual Analog Scale for Anxiety (VAS-A) lebih mudah digunakan dan tidak membutuhkan waktu yang lama bagi responden (Datak, 2008).

4.6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Kuesioner kecemasan menggunakan alat ukur kecemasan yang disebut

Analog Scale for Anxiety (VAS-A). Skala Analog Scale for Anxiety (VAS-A)

(58)

4.7. Prosedur pengumpulan data 4.7.1. Prosedur Administratif

a. Mendapatkan ijin melakukan penelitian dari Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Mendapatkan ijin melakukan penelitian dari Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4.7.2. Prosedur Teknis

a. Menentukan mata kuliah yang paling menyebabkan kecemasan. b. Memilih calon responden yang sesuai dengan kriteria inklusi.

(59)

kriteria inklusi. Maka didapatkan jumlah responden adalah 15 orang merupakan jumlah yang sesuai pada penelitian ini.

c. Kemudian peneliti menjelaskan tahapan penelitian setelah calon responden menandatangani persetujuan menjadi responden dalam penelitian. Tahapan yang dipaparkan oleh peneliti kepada responden adalah: penjelasan terkait seluruh aspek penelitian dan penandatanganan persetujuan sebagai responden dihadapan peneliti dan observer.

d. Setelah itu barulah responden diajarkan tentang cara berwudhu yang baik selama satu hari. Dalam pemberian materi ajar ini meliputi definisi wdhu, manfaat serta teknik atau wudhu yang sesuai dengan tuntunan agama. Untuk materinya diberikan oleh orang yang ahli dibidang ibadah. Tidak hanya responden observer yang akan membantu penelitian ikut dalam materi pelatihan wudhu ini. Ketika materi selesai diberikan barulah responden dan observer satu persatu mempraktikkan apa yang telah diajarkan secara satu persatu yang diawasi oleh pemateri atau fasilitator untuk melihat apakah wudhu yang dipraktikkan sesuai dengan yang diajarkan atau tidak..

(60)

3 menit kemudian dilanjutkan intervensi wudhu selama 8-10 menit. Untuk intervensi (perlakuan) diobservasi oleh observer yang terdiri dari:

1. Membaca Bismillahirrahmanirrahim 2. Mengikhlaskan niatnya karena Allah SWT 3. Basuhlah telapak tanganmu tiga kali

4. Hisaplah air dari telapak tangan sebelah dan berkumurlah tiga kali 5. Membasuh muka tiga kali dengan mengusap kedua sudut mata

dan lebihkanlah membasuhnya.

6. Basuhlah kedua tangan beserta dua siku dengan digosok tiga kali dan selah-selah jari mulai dengan sebelah kanan

7. Mengusap ubun-ubun kepala dengan menjalankan kedua telapak tangan dari ujung muka kepala hingga tengkuk dan dikembalikan lagi pada permulaan,

8. Kemudian usaplah kedua telingamu sebelah luarnya dengan dua ibujari dan sebelah dalamnya dengan kedua jari telunjuk. 9. Basuh kedua kakimu beserta kedua mata kaki, dengan digosok

tiga kali dan selah-selah jari kaki. Mulailah dari yang kanan dan sempurnakan dengan membasuhkedua kaki itu.

10.Kemudian ucapkan “Ashadualla-ila-ha illalla-h wahdahu-la- syari-kalah, wa asyahadu anna Muhammadan `abduhu-wa rasuluh.

(61)

menit pasca intervensi. barulah setelah selesai itu responden diperbolehkan untuk mengikuti ujian praktikum. semua tahapan tahapan tadi dilakukan satu persatu oleh responden jadi, responden benar-benar tidak terpapar oleh hal lainnya kecuali intervesi wudhu yang dilakukan peneliti untuk menangani kecemasan

g. Data yang didapat selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisa data sesuai dengan tujuan penelitian.

4.8. Prosedur Pengolahan Data

Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan merubah data menjadi informasi. Dalam statistik, informasi yang diperoleh dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan, terutama dalam pengujian hipotesis (Hidayat, 2007). Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, yaitu:

4.8.1. Editing

Data yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan pengecekan untuk memastikan kelengkapan, kesesuaian, kejelasana dan kekonsistenan jawaban.

4.8.2. Coding

(62)

4.8.3. Sorting

Sorting adalah proses memilih atau mengelompokkan data menurut jenis yang dikehendaki (klasifikasi data).

4.8.4. Entri Data

Jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori kemudain dimasukkan dalam tebel dengan cara menghitung frekuensi data. Memasukkan data boleh dengan cara manual atau melalui pengolahan komputer.

4.8.5. Melakukan teknik analisis

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang akan dianalisis. Tehnik analisa yang digunakan adalah penghitungan statistika inferensial, yaitu statistika yang digunakan untuk menyimpulkan parameter (populasi) berdasarkan statistik (sampel) atau lebih dikenal dengan proses generalisasi dan inferensial.

4.8.6. Cleaning

Peneliti melakukan pengecakan kembali data yang telah dimasukkan. Setelah dipastikan telah lengkap dan tidak ada kesalahan, dilakukan analisa data.

4.9. Analisis Data

4.9.1. Analisis Univariat

(63)

1) Dimana mean didapatkan dari jumlah nilai yang diperoleh dari seluruh responden dibagi jumlah respoden.

2) Dimana rumus untuk simpangan baku/standar deviasi (Sd) adalah (Riwidikdo, 2007):

Sd

=

∑ ��− �

�=1 �̅̅̅

�−1

Keterangan:

di = prebedaan pre dan post (di = X2-X1)

d = rata-rata dari beda antara nilai pre dan post test

N = banyaknya sampel

4.9.2. Uji Normalitas Data

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (bell shaped), dan data yang baik adalah data yang mempunyai pola distribusi normal (Santoso, 2010). Metode untuk mengetahui suatu set data memliki distribusi normal atau tidak karena penelitian ini termasuk penelitian analitik maka menggunakan Shapiro-Wilk

(64)

4.9.3. Analisis Bivariat

Karena data pada penelitian ini berdistribusi normal maka analisis bivariat menggunakan statistik parametrik uji t sampel berpasangan (Paired t Test), dengan rumus (Riwidikdo, 2007):

t =

���̅

√6 ⁄

Keterangan: t = hasil uji t

d = rata-rata dari beda antara nilai pre dan post test

Sd = simpangan baku dari d

4.10. Etika Penelitian

Etika penilitian merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, karena penilitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2007). Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain:

4.10.1.Informed Consent (Lembar Persetujuan)

(65)

4.10.2.Anonymity (Tanpa Nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

4.10.3.Confidentiality (Kerahasiaan)

(66)

51

BAB V

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan menaparkarkan secara lengkap hasil penelitian tentang pengaruh wudhu terhadap terhadap kecemasan saat menghadapi ujian praktikum pada mahasiswi keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilakukan pada Mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II dengan tindakan pemberian terapi insulin. Waktu peneletian ini dilakukan pada hari kamis tanggal 16 sampai dengan 21 April 2015.

(67)

5.1. Karakteristik responden menurut usia Tabel 5.1

Karakteristik responden menurut usia

Usia (Tahun) Jumlah Persentase (%)

18 1 6,7

19 7 46,7

20 6 40,7

21 1 6,7

Total 15 100

Dari tabel di atas bahwa maksimum usia responden pada penelitian ini yang berusia 19 tahun yaitu sebesar 46,7%.

5.2. Analisa Univariat

Analisa univariat menjelaskan nilai kecemasan pre-test dan post-test

pada responden. Untuk nilai kecemasan ditampilkan dengan menghitung mean, median, simpangan baku (Standar Deviasi/SD), nilai minimal dan maksimal, sedangkan untuk tingkat kecemasan dihitung dengan presentase. 5.2.1. Distribusi persentase tingkat kecemasan responden sebelum dan

setelah dilakukan intervensi wudhu

Tabel 5.2

Tingkat kecemasan responden saat kondisi sebelum dan setelah dilakukan intervensi

Kondisi Frekuensi Persentase Tingkat

Kecemasan Sebelum

Intervensi

7 46,7 Ringan

(68)

Total 15 100

Dari tabel didapatkan hasil bahwa sebelum dilakukan intervensi responden mengalami kecemasan dengan persentase 53,3% untuk kecemasan sedang dan kecemasan ringan sebesar 46,7%. Kemudian setelah dilakukan intervensi terjadi peningkatan persentase pada level kecemasan ringan yaitu 86,7% dan untuk level kecemasan sedang persentasenya sebesar 13,3%. Dapat disimpulkan wudhu juga dapat tingkat kecemasan yang dialami responden.

5.2.2. Distribusi Rata-rata Skor Kecemasan Responden Sebelum Dan Setelah Dilakukan IntervensiWudhu

Tabel 5.3: Distribusi rata-rata skor kecemasan responden sebelum dan seletah dilakukan intervensi wudhu pada mahasiswi saat

menghadapi Ujian praktikum (N=15)

(69)

pada angka 70. Sedeangkan sebaran nilai skor kecemasan mahasiswi saat menghadapi ujian setelah dilakukan intervensi rata-ratanya 30,00 dengan Standar Deviasi 11,952 dengan nilai minimum adalah 10 dan nilai maksimal berada pada angka 50.

5.3. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan bertujuan untuk menguji hipotesis penelitian yaitu apakah wudhu mempengaruhi kecemasan mahasiswi keperawatan saat menghadapi ujian praktikum atau tidak. Pengujian keabsahan hipotesis dilakukan dengan menganalisa perbedaan rerata skor kecemasan mahasiswa sebelum dan setelah intervensi pada kelompok perlakuan dan juga perbedaan rerata kelompok perlakuan tersebut setelah dilakukan intervensi. Untuk penghitungan statistik beda rerata skor kecemasan pada kelompok intervensi menggunakan uji paired t-test. (Arikunto, 2010). Uji statistik pada kedua penghitungan tersebut dilakukan dengan tingkat kemaknaan 95% (alpha 0.05).

5.3.1. Hasil Uji Normalitas Skor Kecemasan Mahasiswi Keperawatan Saat Menghadapi Ujian Praktikum

(70)

5.3.2. Analisa Pengaruh Wudhu Terhadap Kecemasan Saat menghadapi Ujian Praktikum Pada Mahasiwi Keperawatan

Tabel 5.5: analisa pengaruh wudhu terhadap kecemasan saat menghadapi ujian praktikum pada mahasiswi Keperawatan

(n=15)

Kondisi Mean±SD Mean±SD t Sig.

Pre Intervensi

46,00±13,522

16,00 ±7,368 8, 411 <0,001

Post Intervensi

30,00±11,952

Dari tabel di atas didapatkan nilai probabilitas (sig.) sebelum dan

setelah intervensi (p<0,001) dengan nilai taraf signifikan (α) 0,05.

Karena nilai sig.atau p < (α). Maka kesimpulannya yaitu terdapat

(71)

56 BAB VI PEMBAHASAN

Penelitian ini dirancang untuk mengidentifikasi pengaruh berwudhu terhadap kecemasan saat ujian praktikum pada mahasiswi keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada bab ini peneliti akan membahas hasil penelitian dan keterebatasan penelitian. Interpretasi hasil penelitian yang telah didapatkan akan dibandingkan dengan teori atau hasil penelitian terkait yang relevan. Keterbatasan penelitian akan dibahas dengan membandingkan proses pelaksanaaan penelitian dengan kondisi ideal yang seharusnya dicapai.

6.1Pembahasan Hasil

6.1.1. Karakteristik responden

(72)

6.1.2. Gambaran Kecemasan saat praktikum pada Mahasiswi Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kegiatan praktikum merupakan salah satu sumber stressor dan menjadi masalah bagi mahasiswa keperawatan (Martos et al., 2011; Cato, 2013). Kecemasan sering dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran simulasi (praktikum) pada mahasiswa keperawatan (Horsley, 2012; Afolayan et al.,

2013; Gosselin, 2013). Kecemasan yang dialami mahasiswa keperawatan dapat menurunkan kemampuan koping dan mempengaruhi kinerja akademik dan motivasi belajar siswa (Moscaritolo, 2009).

Penelitian ini menemukan bahwa responden mengalami berbagai tingkat kecemasan saat menghadapi ujian praktikum mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II dengan presentase 46,7% pada tingkat kecemasan ringan dan tertinggi berada pada tingkat kecemasan sedang 53,3% (n=15). Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Suyamto et al.

(2009) dan Eka (2012) menunjukan bahwa mahasiswa keperawatan mengalami kecemasan dengan berbagai tingkatan kecemasan saat menghadapi ujian praktikum.

(73)

disimpulkan bahwa penelitian ini sejalan dengan penelitian lainnya yang dilakukan oleh Kanji et al. (2004); Mellincavage, (2008); Blazeeck (2010); Mlek, (2011); Horsley, (2012); Souto et al., (2012); Afolayan et al., (2013); Cato, (2013); dan Gosselin, (2013) yang menyatakan bahwa mahasiswa keperawatan mengalami kecemasan saat menghadapi ujian praktikum dengan berbagai tingkat kecemasan.

Pada penelitian ini responden mengalami kecemasan saat ujian praktikum mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Hal tersebut berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, bahwa mata kuliah yang paling menyebabkan kecemasan adalah mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.

Mata kuliah modul Keperawatan Medikal Bedah (KMB) merupakan modul yang diselenggarakan di semester empat selama 4 minggu dengan fokus bahasan meliputi asuhan keperawatan pada gangguan sistem endokrin, sistem hematologi, sistem kardiovaskuler, sistem imunologi, dan gangguan sistem pencernaaan yang diitegrasikan ke dalam konsep islami. Kegiatan modul ini meliputi kuliah interaktif, diskusi kelompok, praktikum laboratorium, dan kuliah pakar. Pembelajaran dilakukan berdasarkan problem based learning (PBL) dengan menggunakan scenario sebagai trigger untuk meningkatkan pengetahuannya (Ernawati dan Yuanita, 2015). Untuk ujian praktikum khususnya pada penyuntikan insulin menggunakan sistem dua mahasiswa saat ujian diawasi oleh satu penguji dengan waktu 15 menit.

(74)

mencapai tingkat pengetahuan yang telah ditetapkan dalam kompetensi, tujuan dan sasaran pembelajaran modul secara aktif dan mandiri. Terkait penilaian hasil belajar mahasiswa akan disatukan menjadi nilai akhir mata kuliah atau modul, yang menjadi tingkat kelulusan mahasiswa. Penilaian hasil belajar meliputi penilaian proses, ujian praktikum dan sumatif (Ernawati dan Yuanita, 2015 tidak dipublikasikan).

Melihat penjelasan di atas serta pemaparan pada buku panduan modul Keperawatan Medikal Bedah, jadwal belajar mengajar yang teramat padat yaitu selama 4 minggu harus mampu menguasai kompetensi yang diharapkan pada modul KMB tersebut, dengan fokus bahasannya yaitu asuhan keperawatan pada gangguan sistem endokrin, sistem hematologi, sistem kardiovaskuler, sistem imunologi, dan gangguan sistem pencernaaan yang diitegrasikan ke dalam konsep islami. Kemudian beban yang harus dicapai oleh mahasiswa yang cukup berat terkait kompetensi yang telah ditentukan serta beberapa ujian praktikum dianggap baru bagi mahasiswa hal inilah yang mungkin menjadi anggapan dikalangan mahasiswa Keperawatan UIN Syaraif Hidayatullah Jakarta bahwa mata kuliah atau modul Keperawatan Medikal Bedah dianggap sebagai mata kuliah yang paling menyebabkan kecemasan yang dialami mahasiswa.

(75)

melakukan hal lain jika menginginkan untuk melakukan hal lain tersebut (Stuart et al 2005).

(76)

spinalis yang mengontrol fungsi vital dalam tubuh (Potter dan Perry, 2005) sehingga menyebabkan gejala somatik dan autonom. Seseorang yang mengalami kecemasan tinggi menunjukkan gejala respiratorik seperti hiper- atau hipoventilasi, semakin tinggi kecemasan semakin tinggi pula frekuensi pernafasan (Giardino et al., 2008; Homa dan Yuri, 2008).

Shin dan Israel (2010) menyebutkan bahwa kecemasan tingkat tinggi dapat meningkatkan aktivasi beberapa regional otak, seperti Cortex Prefrontal Dorsolateral bagian kanan (DLPFC) dan sulcus kiri bagian depan dan bawah serta penurunan aktivasi cortex rostral-ventral anterior cingulate yang dapat menurunkan kinerja otak. Kecemasan tingkat tinggi juga dapat menyebabkan perubahan psikologis dan gejala insomnia (Drake

et al. 2003; Branes et al., 2009) dan menurunkan Emotional Intelligence

(77)

6.1.3. Pengaruh Wudhu terhadap kecemasan saat ujian praktikum pada mahasiswi keperawatan

Kecemasan atau ansietas merupakan salah satu masalah dalam keperawatan. Cemas atau ansietas menurut diagnosis keperawatan NANDA (2014) merupakan perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindank menghadapi ancaman. Kecemasan dapat ditangani dengan salah satu terapi non Farmakologi yaitu wudhu. Wudhu merupakan integrasi dari tehnik hidroterapi dan napas dalam yang dapat memberikan efek relaksasi. Namun pengaruh wudhu terhadap kecemasan pada mahasiswi saat menghadapi ujian praktikum dalam hal ini perlu dibuktikan.

Gambar

Gambar 2.1 Rentang respon Cemas
Gambar 2.1 : Rentang Respon Kecemasan Sumber: Stuart & Sundeen (2006)
Tabel 3.3.1 Definisi Operasional
Tabel 5.2
+4

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan dan melimpahkan segala karunia, nikmat dan rahmat-Nya yang tak terhingga kepada penulis,

Panitia Pengadaan Barang/Jasa Satuan Kerja Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Aceh Tamiang Sumber Dana APBK Aceh Tamiang Tahun Anggaran 2011 mengundang Penyedia

Perputaran piutang secara langsung tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (Studi Kasus pada Perusahaan Pembiayaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Tabel 4.28 Perubahan Tabel Transportasi Akibat Variabel x 12 Dijadikan Basic Variable – Iterasi 2

Makcik kamu ingin belikan buku untuk kamu.Beliau meminta kamu memilih buku yang kamu suka?. Tulis mesej bersama tiga sebab mengapa kamu memilih

Penulis menyusun contoh kalimat yang diterjemahkan dari bahasa Mandarin kedalam bahasa Indonesia, dan sebaliknya dari bahasa Indonesia kedalam bahasa Mandarin, dengan

Segala puji hanya bagi Allah SWT, hanya karena Rahmat dan Hidayah-Nya, penulis akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir dengan judul “Prarancangan Pabrik

coping behavior to analyze Frank William Abagnale as the major character. in coping his problems in Catch Me If