• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tingkat Kecemasan Mahasiswa Keperawatan saat menghadapi Ujian Skill lab di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Tingkat Kecemasan Mahasiswa Keperawatan saat menghadapi Ujian Skill lab di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

1

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

Skripsi Ini Diajukan sebagai Tugas Akhir

Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

SITI NURUS SYARIFAH 106104003515

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

(2)

i

NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta

DISUSUN OLEH

SITI NURUS SYARIFAH

NIM : 106104003515

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Eni Nura’ini, S. Kep, M. Sc Ns. Waras Budi Utomo,S. Kep, MKM

NIP : 19800802 200604 2 001 NIP : 19790520 200901 1 012

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

ii

NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh :

Nama : Siti Nurus Syarifah NIM : 106104003515

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Eni Nura’ini, S. Kep, M. Sc Ns. Waras Budi Utomo,S. Kep, MKM NIP : 19800802 200604 2 001 NIP : 19790520 200901 1 012

Penguji I Penguji II

Ns. Uswatun Khasanah. S. Kep, MNS Ns. Waras Budi Utomo,S. Kep, MKM NIP : 19770401 2009 12 2003 NIP : 19790520 200901 1 012

Penguji III

Ns. Eni Nura’ini, S. Kep, M. Sc

(4)

iii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ns. Waras Budi Utomo,S. Kep, MKM

NIP : 19790520 200901 1 012

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(5)

iv Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, September 2013

(6)

v

Nama : Siti Nurus Syarifah

Tempat, tanggal lahir : Bogor, 12 September 1988

Agama : Islam

Alamat : Jl. Arzimar 2 no. 11 Tegal gundil bogor 16152

No telp : 082122676165

Nama orang tua

Ayah : Uzer Budjaerimi Hasan

Ibu : Yati mulyati

Riwayat pendidikan 2000-2003 SLTP 1 Bogor

2003-2006 SMAN 7 Bogor

2006- sekarang UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Prodi Ilmu

(7)

vi SKRIPSI, September 2013

Gambaran Tingkat Kecemasan Mahasiswa Keperawatan saat menghadapi Ujian Skill lab di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Xxii+55 halaman + 10 tabel + 2 bagan + 3 lampiran

Salah satu gangguan mental yang sering muncul adalah kecemasan, Diperkirakan 20% dari populasi dunia menderita kecemasan Kecemasan apabila sudah memasuki tingkatan kecemasan sedang hingga berat sangat mengganggu homeostasis dan fungsi individu, karena itu perlu segera dihilangkan , Mahasiswa keperawatan merupakan seorang calon perawat professional yang akan melaksanakan asuhan keperawatan di Pelayanan kesehatan . Salah satu metode belajar yang bisa menjadi pemicu kecemasan adalah skill lab . Penelitian menggunakan desain penelitian cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan menggunakan responden mahasiswa UIN Keperawatan semester 4, 5, dan 6. Instruments yang digunakan Zung Self Rating Anxiety Scale (ZSAS)

Berdasarkan jenis kelamin, bahwa sebanyak 34 responden (73,9%) perempuan, 12 responden (26,1%) laki-laki. Berdasarkan tingkat semester, didapatkan bahwa sebanyak 16 responden (34,8%) semester empat, 29 responden (63%) semester enam, dan 1 responden (2,2%) semester delapan. Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak (45,7%) mahasiswa tidak cemas, (50,3%) mengalami cemas ringan, (4%) cemas sedang dan tidak ada responden yang mengalami cemas berat. Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak (45,7%) mahasiswa tidak cemas, (50,3%) mengalami cemas ringan, (4%) cemas sedang dan tidak ada responden yang mengalami cemas berat.

(8)

vii Thesis , September 2013

Anxiety level overview of current Nursing Student Trial Skill lab at State Islamic University Syarif Hidayatullah

Xxii + 10 +55 pages + 2 tables + chart 3 attachments

ABSTRACT

One of the mental disorders that frequently arises is anxiety , estimated 20 % of the world population suffers from anxiety anxiety when it entered the moderate to severe levels of anxiety are very disturbing homeostasis and function of the individual , because it needs to be removed , the nursing student is a candidate who will carry out the professional nurse nursing care in the health services . One method of learning which can be a trigger anxiety is a skill lab . Studies using cross-sectional research design with a quantitative approach . Research using the semester nursing student respondents UIN 4 , 5 , and 6 . Instruments used Zung Self- Rating Anxiety Scale ( ZSAS )

By sex , that as many as 34 respondents ( 73.9 % ) women , 12 respondents ( 26.1 % ) males . Based on the level of the semester , it was found that as many as 16 respondents ( 34.8 % ) four semesters , 29 respondents ( 63 % ) of six semesters , and 1 respondent ( 2.2 % ) of eight semesters . Based on the results of the study , as many ( 45.7 % ) students were not anxious , ( 50.3 % ) experienced mild anxiety , ( 4 % ) were anxious and no respondents who experienced severe anxiety . Based on the results of the study , as many ( 45.7 % ) students were not anxious , ( 50.3 % ) experienced mild anxiety , ( 4 % ) were anxious and no respondents who experienced severe anxiety .

(9)

viii

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya

terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir strata 1. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada

Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni

al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.

skripsi ini merupakan tugas akhir di program studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Dalam menyusun makalah ini, tidak sedikit kesulitan dan

hambatan yang penulis alami, namun berkat dukungan, dorongan dan semangat

dari orang terdekat, sehingga penulis mampu menyelesaikannya. Oleh karena itu

penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya

kepada :

1. Prof. Dr (hc). dr. Muhammad Kamil Tadjudin, Sp. And sebagai Dekan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

2. Ns. Waras Budi Utomo,S. Kep, MKM sebagai Ketua Program Studi ilmu

Keperawatan UIN Syarif hidayatullah Jakarta.

3. Ns. Eni Nura’ini, S. Kep, M. Sc danNs. Waras Budi Utomo,S. Kep, MKM

sebagai pembimbing yang dengan kepiawaian dan kebaikannya dengan

sabar membimbing penulis dalam penyusunan skripsi, sehingga penulis

(10)

ix

semoga dapat bermanfaat untuk kedepannya.

5. Mamah dan papah tersayang yang tak letih berhenti mendukung dan

mendoakan dalam proses studi hingga berhasil menyelesaikannya. Dengan

kasih sayangnya menemani kuliah dan menguatkan selama 2 tahun hingga

selesainya skripsi ini.

6. Teman-teman Fosma, Kahfi, PSIK, dan semua sahabat terdekat yang telah

memberikan semangat dan motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan

makalah ini.

7. Suami tercinta akang Otto yang hadir di akhir penyelesaian skripsi ini,.

Dia selalu mensuport akhir penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh

karena itu segala kritikan dan saran yang konstruktif akan penulis terima dengan

baik. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, September 2013

(11)

x

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

(12)

xi

10.Mekanisme Pertahanan Kecemasan ... 18

11.Alau Ukur Kcemasan ... 21

B. Ujian Skill Lab ... 22

C. Kerangka Teori ... 28

(13)

xii

E. Instrument Penelitian... 37

1. Kusioner ... 37

F. Prosedur pengumpulan data ... 37

G. Uji validitas dan reabilitas instrument ... 38

H. Teknik Analisi data ... 39

1. Gambaran unum program studi keperawatan ... 43

(14)

xiii

d. Kompetensi ... 44

B. Analisa Univariat ... 45

1. Gambaran Usia ... 45

2. Gambaran Jenis Kelamin ... 46

3. Gambaran Tingkatan Semester ... 47

4. Gambaran Tingkat Kecemasan ... 48

5. Gambaran Tingkat Kecemasan dengan tingkat Semester ... 49

6. Gambaran Tingkat Kecemasan dengan Jenis Kelamin ... 50

BAB VI PEMBAHASAN A. Analisa univariat ... 51

B. Keterbatasan Hasil Penelitian ... 54

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 56

B. Saran . ... 56

DAFTAR PUSTAKA

(15)

xiv

3.1 Definisi Operasional ……… 38

4.1 Skala Kecemasan ……….. 51

4.2 Skala Likert ………. 52

5.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan ………. 63

(16)

xv

2.1 Stuart Model Adaptasi Berhubungan dengan Kecemasan ... 43

(17)

xvi 1. Kuesioner

(18)

xvii

Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

FSH : Folicle Stimulating Hormone

GABA : Gamma Amino Butiric Acid

GH : Growth Hormone

HARS : Hamilton Anxiety Rating Scale

KIA : Kesehatan Ibu dan Anak

SKRT : Survei Kesehatan Rumah Tangga

SSP : Susunan Syaraf Pusat

THT : Telinga Hidung dan Tenggorokan

WHO : World Health Organization

ZSAS : Zung Self Rating Anxiety Scale

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan undang-undang Republik Indonesia tentang kesehatan

jiwa, sehat jiwa yang diselenggarakan untuk mewujudkan jiwa yang sehat

secara optimal baik intelektual maupun emotional, diantaranya

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan jiwa, pencegahan dan

penanggulangan masalah psikososial dan gangguan jiwa, penyembuhan dan

pemulihan penderita gangguan jiwa (nomor 23 pasal 23 tahun 1992).

Seseorang yang sehat jiwa tercermin dalam karakteristik identitas diri yang

positif, memiliki integritas dan mampu beradaptasi dalam tuntutan atau

perubahan hidup. Salah satu gangguan mental yang sering muncul adalah

kecemasan, Diperkirakan 20% dari populasi dunia menderita kecemasan

(Gail, 2002). Sedangkan hasil dari penelitian kecemasan pada remaja

menunjukan bahwa di DKI Jakarta 47,7% remaja sering merasa cemas

(Haryadi, 2007).

Tuntutan atau perubahan hidup dapat terjadi dalam kehidupan

sehari-hari. Penilaian manusia terhadap tuntutan atau perubahan tersebut

bersifat individualistik. Sebagian orang menilai perubahan atau tuntutan

(20)

individu menganggap hal ini dapat menimbulkan konflik. Kecemasan

timbul akibat adanya respon terhadap kondisi atau konflik. Hal ini biasa

terjadi dimana seseorang mengalami perubahan situasi dalam hidupnya dan

dituntut untuk mampu beradaptasi (Solomon, 1974). Kecemasan dapat

dilukiskan dengan perasaan penuh kekhawatiran, kegelisahan, ketakutan dan

rasa tidak tentram yang biasanya dihubungkan dengan ancaman bahaya baik

dari dalam maupun dari luar individu (Prawirohusodo, 1991).

Allah berfirman,

َصل رِشبو ت رمَثل و سفنأْ و وْمأْ نِم صْقنو عوجْل و فْوخْل نم ءْيشب ْم َنولْبنلو

ننرب

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit

ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan

berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (QS.

AL-BAQOROH:155)

Maksud dari tafsir QS. Al-Baqoroh ini adalah bahwa setiap orang

akan diberikan ujian dengan sedikit ketakutan yang menimbulkan rasa

kecemasan. Kecemasan merupakan gejala normal pada manusia dan disebut

patologis bila gejalanya menetap dalam jangka waktu tertentu dan

mengganggu ketentraman individu. Kecemasan apabila sudah memasuki

(21)

dan fungsi individu, karena itu perlu segera dihilangkan dengan berbagai

macam cara penyesuaian (Maramis, 2005).

Kecemasan diidentifikasikan menjadi 4 tingkat yaitu ringan, sedang,

berat dan panik (Stuart dan Laraia, 2000). Setiap individu mempunyai

tingkat kecemasan berbeda hal ini ditandai dengan perbedaan integritas dan

tingkatan keadaan yang ada. Karena setiap orang memiliki penyesuaian

yang beda sehingga tingkat kecemasan yang dihasilkan

berbeda-beda. Bagi orang yang penyesuaiannya baik, maka kecemasan dapat diatasi.

Namun berbeda bagi orang yang penyesuaian dirinya kurang baik, maka

kecemasan dapat menghambat kegiatannya sehari-hari.

Kecemasan dapat menyerang siapa saja, terutama orang yang biasa

menghadapi tuntutan dalam kehidupan sehari-hari. Mahasiswa pun rentan

mengalami kecemasan, tuntutan sehari-hari yang dihadapi mahasiswa

biasanya berupa perubahan lingkungan belajar, tugas, praktikum

laboratorium dan ujian. Kecemasan mempengaruhi hasil belajar mahasiswa,

terutama kecemasan sedang hingga panik. Karena semakin tinggi level

kecemasan maka cenderung menghasilkan kebingungan dan distorsi

persepsi. Distorsi tersebut dapat mengganggu belajar dengan menurunkan

kemampuan memusatkan perhatian, menurunkan daya ingat, mengganggu

(22)

Saddock, 2005). Manifestasi tersebut bisa membawa pengaruh pada prestasi

belajar mahasiswa yang sedang aktif dalam proses belajar mengajar

(Setyonegoro, 1991).

Mahasiswa keperawatan merupakan seorang calon perawat

professional yang akan melaksanakan asuhan keperawatan di Pelayanan

kesehatan. Pada hasil penelitian Rizka (2009) dikatakan bahwa terdapat

hubungan antara kecemasan dengan prestasi belajar pada remaja. Sebanyak

33,3% remaja mengalami kecemasan sedang dan sebanyak 66,7%

mengalami kecemasan ringan. Remaja yang mengalami kecemasan sedang

cenderung mempunyai nilai prestasi belajar yang kurang baik dibandingkan

dengan remaja yang mengalami kecemasan ringan.

Salah satu metode belajar yang bisa menjadi pemicu kecemasan

adalah skill lab Selain stresor psikososial, beragamnya metode pembelajaran

di Program Studi Ilmu Keperawatan merupakan salah satu stresor pencetus

kecemasan. Seperti yang dikatakan Cornell (2007), kecemasan akademik

adalah hasil dari proses biokimia dalam tubuh dan otak yang meningkatkan

dan membutuhkan perhatian, perubahan terjadi dalam respon terhadap

situasi akademik, seperti menyelesaikan tugas-tugas di sekolah, diskusi di

(23)

Skill lab merupakan latihan dari pelayanan kesehatan yang

memerlukan penerapan pengetahuan dan keterampilan keperawatan

profesional. Seperti lazimnya metode pembelajaran, skill lab tindakan

keperawatan biasanya akan diikuti evaluasi hasil belajar atau ujian skill lab

tindakan keperawatan. Ujian skill lab pada sebagian mahasiswa sering

dirasakan sebagai stresor yang dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan

yang timbul pada saat ujian keterampilan keperawatan diperkirakan dapat

mengganggu konsentrasi dan kemampuan dalam berpikir dan bertindak saat

ujian. Sehingga hal ini akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang dicapai

pada ujian tersebut.

Berdasarkan pengalaman peneliti dan hasil wawancara dengan para

mahasiswa keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, baik yang semester IV (angkatan 2010), semester VI (angkatan

2009), 8 dari 10 mahasiswa yang berhasil saya wawancara mengatakan

cemas atau takut saat akan menghadapi ujian praktik, dan hal ini

mempengaruhi saat mereka ujian, diantaranya tremor saat melakukan

praktik, hilang konsentrasi dan gugup. Adapun karena fenomena dan hasil

wawancara di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

(24)

Keperawatan saat menghadapi Ujian Skill lab di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, karena pengaruh kecemasan dapat

mempengaruhi hasil belajar dan konsentrasi mahasiswa saat ujian

berlangsung, maka saya tertarik untuk meneliti tentang bagaimana

gambaran tingkat kecemasan terhadap ujian praktik (skill lab) mahasiswa

keperawatan di Fakultas UIN Syarif Hidayatullah.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah gambaran tingkat kecemasan yang dialami Mahasiswa

Keperawatan saat menghadapi Ujian Skill lab di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta?

D. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

gambaran kecemasan mahasiswa Keperawatan saat menghadapi Ujian

Skill lab di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun

(25)

2. Tujuan Khusus

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

tingkat kecemasan mahasiswa terhadap ujian skill lab PSIK UIN Jakarta

melalui gejala-gejala psikologis yang timbul atau dirasakan mahasiswa

saat menghadapi ujian skill lab tindakan keperawatan.

E. Manfaat Keperawatan

1. Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para pendidik, gambaran

tingkat kecemasan mahasiswa saat menghadapi ujian skill lab dan data

dasar untuk pengembangan metode ujian skill lab keperawatan.

2. Mahasiswa keperawatan

Hasil penelitian ini sebagai gambaran respon kecemasan yang umumnya

muncul ketika menghadapi ujian skill lab.

3. Penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi atau bahan rujukan

untuk penelitian selanjutnya yang sifatnya lebih besar dan bermanfaat

bagi kemajuan keperawatan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini melihat gambaran tingkat kecemasan Mahasiswa

(26)

menghadapi Ujian Skill lab di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta Tahun 2013. Penelitian ini dilakukan di ruang lingkup laboratorium

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas kedokteran UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2013. Penelitian menggunakan desain penelitian

(27)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecemasan

1. Definisi

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin

angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik (Trismiati,

2004). Kecemasan merupakan ketakutan yang bercampur baur samar-samar dan

berhubungan dengan perasaan ketidakpastian dan tidak berdaya, perasaan

terisolasi, pengasingan dan kegelisahan. Kecemasan merupakan pengalaman yang

menjengkelkan dimulai dari bayi dan berlanjut di sepanjang kehidupan (Stuart and

Laraia, 2005).

Kecemasan adalah ketakutan yang tidak jelas dan tidak sesuai dengan

situasi (Comer,1992). Ansietas merupakan alat peringatan internal yang

memberikan tanda bahaya pada individu. (Videbeck, 2005). Ansietas merupakan

perasaan yang tidak menentu dan tidak jelas yang dihasilkan dari antisipasi

adanya bahaya atau ancaman (Potter&Perry, 2005). Kecemasan adalah gangguan

alam perasaan yang ditandai dengan ketakutan dan kekhawatiran yang mendalam

dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam realitas, kepribadian masih

(28)

Kecemasan dan ketakutan memiliki komponen fisiologis yang sama tetapi

kecemasan tidak sama dengan ketakutan. Penyebab kecemasan berasal dari dalam

dan sumbernya sebagian besar tidak diketahui sedangkan ketakutan merupakan

respon emosional terhadap ancaman atau bahaya yang sumbernya biasanya dari

luar yang dihadapi secara sadar. Kecemasan dianggap patologis bila mana

mengganggu fungsi sehari-hari, pencapaian tujuan, dan kepuasan atau kesenangan

yang wajar (Maramis, 2005). Walaupun merupakan hal yang normal dialami

namun kecemasan tidak boleh dibiarkan, karena lama kelamaan dapat menjadi

neurosa cemas melalui mekanisme yang diawali dengan kecemasan akut, yang

berkembang menjadi kecemasan menahun akibat represi dan konflik yang tak

disadari. Adanya stress pencetus dapat menyebabkan penurunan daya tahan dan

mekanisme untuk mengatasinya sehingga mengakibatkan neurosa cemas

(Maramis, 2005).

2. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Menurut (Stuart & Sundeen, 2008) ada 2 faktor yang mempengaruhi

kecemasan :

a. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat

(29)

1) Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan

berkaitan dengan krisis yang dialami individu.

2) Konflik emosional yang dialami individu dan terselesaikan dengan

baik.

3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu

berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.

4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidak berdayaan untuk mengambil

keputusan.

5) Gangguan fisik menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman

terhadap integritas fisik yang mempengaruhi konsep diri.

b. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi adalah ketegangan dalam kehidupan yang dapat

mencetuskan timbulnya kecemasan, yang dikelompokkan menjadi dua :

1) Ancaman terhadap integritas fisik meliputi ;

Sumber internal : kegagalan mekanisme fisiologi system imun,

regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (hamil).

Sumber eksternal : paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan

lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat

(30)

2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal ;

Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal dirumah

dan tempat kerja, penyesuaian terhadap tempat baru.

Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian,

perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok.

3. Jenis - Jenis Kecemasan

Kecemasan pada dasarnya merupakan hal yang normal apabila terjadi pada

taraf sedang, karena hal ini berguna membantu individu untuk mencapai hal

yang terbaik dari tingkah laku. Kecemasan ini juga membantu individu untuk

tetap waspada. Namun apabila kecemasan ini melebihi taraf sedang dan

terjadi setiap saat, maka kecemasan ini akan bersifat patologis Menurut Hall

dan Lindzey (2000) kecemasan itu ada tiga kecemasan realita, neurotik dan

moral.

a. Kecemasan realita adalah rasa takut akan bahaya yang datang dari dunia

luar dan derajat kecemasan semacam itu sangat tergantung kepada

ancaman nyata.

b. Kecemasan neurotik adalah rasa takut instink akan keluar jalur dan

menyebabkan sesorang berbuat sesuatu yang dapat membuatnya

(31)

c. Kecemasan moral adalah rasa takut terhadap hati nuraninya sendiri. Orang

yang hati nuraninya cukup berkembang cenderung merasa bersalah apabila

berbuat sesuatu yang bertentangan dengan norma moral.

4. Respon Kecemasan

Menurut Stuart dan Laraia (2005), ada 2 macam respon yang dialami seseorag

ketika mengalami kecemasan :

a. Respon Fisiologis terhadap Kecemasan

1) Kardio vaskuler Peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar,

denyut nadi meningkat, tekanan nadi menurun, syock dan lain-lain.

Respirasi ; napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik.

2) Kulit: perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat seluruh

tubuh, rasa terbakar pada muka, telapak tangan berkeringat, gatal-gatal.

3) Gastrointestinal ; Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di

epigastrium, nausea, diare.

4) Neuromuskuler ; Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip,

insomnia, tremor, kejang, , wajah tegang, gerakan lambat.

b. Respon Psikologis terhadap Kecemasan

1) Perilaku; Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi,

(32)

2) Kognitif; Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa, salah tafsir,

bloking, bingung, lapangan persepsi menurun, kesadaran diri yang

berlebihan, kawatir yang berlebihan, obyektifitas menurun, takut kecelakaan,

takut mati dan lain-lain.

3) Afektif; Tidak sabar, tegang, neurosis, tremor, gugup yang luar biasa, sangat

gelisah dan lain-lain.

5.Tingkat Kecemasan

Menurut (Stuart&Sundeen, 2002) mengidentifikasi tingkat kecemasan dapat

dibagi menjadi :

a. Kecemasan Ringan

Kecemasan ini berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari

dan menyebabkan seseorang menjadi waspada serta meningkatkan lahan

persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan

pertumbuhan serta kreativitas. Kecemasan ini normal dalam kehidupan

karena meningkatkan motivasi dalam membuat individu siap bertindak.

Stimulus dari luar siap diinternalisasi dan pada tingkat individu mampu

memecahkan masalah secara efektif, misalnya seseorang yang menghadapi

ujian akhir, individu yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih

(33)

b. Kecemasan Sedang

Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal

yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang yang

mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang

lebih terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan

meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi,

lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal,

kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada

rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar,

mudah lupa, marah dan menangis. Pada kondisi ini individu masih bisa

belajar dari arahan orang lain. Stimulus dari luar tidak mampu diinternalisasi

dengan baik, tetapi individu sangat memperhatikan hal-hal yang menjadi

pusat perhatian.

c. Kecemasan Berat

Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi orang yang cenderung

untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat

berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi

ketegangan. Seseorang memerlukan banyak pengarahan untuk dapat

memusatkan pada suatu area lain. Lapang persepsi individu sangat sempit.

(34)

hal-hal lain. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan

perlu banyak perintah atau arahan untuk berfokus pada area lain misalnya

individu yang mengalami kehilangan harta benda dan orang yang dicintai

karena bencana alam, individu dalam penyanderaan. Manifestasi yang

muncul pada tingkatan ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea,

tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi

menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri,

dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak

berdaya, bingung, disorientasi.

d. Panik

Panik Berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror karena

mengalami kehilangan kendali. Individu yang mengalami panik tidak mampu

melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Manifestasi terjadi pada

keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis,

pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yanng

sederhana, berteriak, menjerit, menga;ami halusinasi dan delusi. Tingkat

ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung terus dalam

(35)

6. Rentang Respon Kecemasan

Rentang respon kecemasan terdiri dari respon adaptif dan maladaptif. Respon

adaptif seseorang menggunakan koping yang bersifat membangun

(konstruktif) dalam mengatasi kecemasan berupa antisipasi. Respon

maladaptif merupakan koping yang bersifat merusak (destruktif) dan

disfungional seperti individu menghindari kontak dengan orang lain atau

mengurung diri, tidak mau mengurus diri (Suliswati, 2005).

Gambar : Rentang Respon Cemas (Stuart&Sundeen, 1998)

7. Reaksi Kecemasan

Kecemasan dapat menimbulkan reaksi konstruktif maupun destruktif bagi

individu.

a. Konstuktif : Individu termotivasi untuk belajar mengadakan perubahan

terhadap perasaan tidak nyaman dan berfokus pada kelangsungan hidup.

(36)

8. Gejala Kecemasan

Keluhan dan gejala umum yang berkaitan dengan kecemasan dapat dibagi

menjadi gejala somatik dan psikologis (Conley, 2006).

a. Gejala somatik

1) Keringat berlebih.

2) Ketegangan pada otot skelet: sakit kepala, kontraksi pada bagian belakang

leher atau dada, suara bergetar, nyeri punggung.

3) Sindrom hiperventilasi: sesak nafas, pusing, parestesi.

4) Gangguan fungsi gastrointestinal: nyeri abdomen, tidak nafsu makan,

mual, diare, konstipasi.

5) Iritabilitas kardiovaskuler: hipertensi, takikardi.

6) Disfungsi genitourinaria: sering buang air kecil, sakit saat berkemih,

impoten, sakit pelvis pada wanita, kehilangan nafsu seksual.

b. Gejala psikologis

1) Gangguan mood: sensitif sekali, cepat marah, mudah sedih.

2) Kesulitan tidur: insomnia, mimpi buruk, mimpi yang berulang-ulang.

3) Kelelahan, mudah capek.

4) Kehilangan motivasi dan minat.

(37)

6) Sangat sensitif terhadap suara: merasa tak tahan terhadap suara-suara yang

sebelumnya biasa saja.

7) Berpikiran kosong, tidak mampu berkonsentrasi, mudah lupa.

8) Kikuk, canggung, koordinasi buruk. Tidak bisa membuat keputusan: tidak

bisa menentukan pilihan bahkan untuk hal-hal kecil.

9) Gelisah, resah, tidak bisa diam.

10) Kehilangan kepercayaan diri.

11) Kecenderungan untuk melakukan segala sesuatu berulang-ulang.

12) Keraguan dan ketakutan yang mengganggu.

13) Terus menerus memeriksa segala sesuatu yang telah dilakukan

9. Mekanisme Koping

Menurut Stuart dan Laraia (2005) mekanisme koping merupakan cara yang

digunakan individu dalam menghadapi masalah, mengatasi perubahan yang

terjadi dan situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku.

Mekanisme koping dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan

berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntutan secara realistik.

Perilaku menyerang digunakan untuk menghilangkan dan mengatasi

(38)

mengubah cara yang biasa dilakukan individu, mengganti tujuan atau

mengorbankan aspek kebutuhan personal.

b. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi kecemasan ringan dan

sedang. Tetapi karena mekanisme tersebut berlangsung secara relatif

pada tingkat sadar dan mencakup penipuan diri dan distorsi realitas,

maka mekanisme ini merupakan respon maladaptif terhadap stres.

Beberapa mekanisme pertahanan atau koping oleh freud (dalam Semium

2006) digunakan untuk melawan kecemasan antara lain adalah:

1) Represi

Pada terminologi Freud, represi adalah pelepasan tanpa sengaja sesuatu

dari kesadaran (conscious). Pada dasarnya merupakan upaya penolakan

secara tidak sadar terhadap sesuatu yang membuat tidak nyaman atau

menyakitkan.

2) Reaksi Formasi

Reaksi formasi adalah bagaimana mengubah suatu impuls yang

mengancam dan tidak sesuai serta tidak dapat diterima norma sosial

(39)

3) Proyeksi

Proyeksi adalah mekanisme pertahanan dari individu yang menganggap

suatu impuls yang tidak baik, agresif dan tidak dapat diterima sebagai

bukan miliknya melainkan milik orang lain.

4) Regresi

Regresi adalah suatu mekanisme pertahanan saat individu kembali ke masa

periode awal dalam hidupnya yang lebih menyenangkan dan bebas dari

frustasi dan kecemasan yang saat ini dihadapi.

5) Rasionalisasi

Rasionalisasi merupakan mekanisme pertahanan yang melibatkan

pemahaman kembali perilaku kita untuk membuatnya menjadi lebih

rasional dan dapat diterima oleh kita.

6) Pemindahan

Suatu mekanisme pertahanan dengan cara memindahkan impuls terhadap

objek lain karena objek yang dapat memuaskan Id tidak tersedia.

7) Sublimasi

Berbeda dengan displacement yang mengganti objek untuk memuaskan Id,

sublimasi melibatkan perubahan atau penggantian dari impuls Id itu

sendiri. Energi instingtual dialihkan ke bentuk ekspresi lain, yang secara

(40)

8) Isolasi

Isolasi adalah cara kita untuk menghindari perasaan yang tidak dapat

diterima dengan cara melepaskan mereka dari peristiwa yang seharusnya

mereka terikat, merepresikannya dan bereaksi terhadap peristiwa tersebut

tanpa emosi.

10. Alat Ukur Kecemasan

Kecemasan seseorang dapat diukur dengan menggunakan instrumen

Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), Analog Anxiety Scale, Zung

Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS), dan Trait Anxiety Inventory Form Z-I (STAI

Form Z-I) (Kaplan & Saddock, 1998).

ZSAS (Zung Self-Rating Anxiety Scale)

Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS) adalah penilaian kecemasan

pada pasien dewasa yang dirancang oleh William W.K.Zung (1997),

dikembangkan berdasarkan gejala kecemasan dalam diagnostic and

Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-II). Terdapat 20

pertanyaan, dimana setiap pertanyaan dinilai 1-4 (1: tidak pernah, 2:

kadang-kadang, 3: sebagaian waktu, 4: hampir setiap waktu). Terdapat 15

pertanyaan ke arah peningkatan kecemasan dan 5 pertanyaan ke arah

penurunan kecemasan (Zung Self-Rating Anxiety Scale dalam Ian

(41)

Rentang penilaian 20-80, dengan pengelompokan antara lain :

Skor 20-44 : normal/tidak cemas

Skor 45-59 : kecemasan ringan

Skor 60-74 : kecemasan sedang

Skor 75-80 : kecemasan berat

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen Zung Self-Rating

Anxiety Scale (ZSAS), yang merupakan instrumen yang dirancang untuk

meneliti tingkat kecemasan secara kuantitatif, kemudian dilakukan

beberapa modifikasi sesuai dengan kebutuhan penelitian misalnya, dengan

memasukan judul, data demografi maupun conditioning. Instrumen ZSAS

dikembangkan oleh William W.K Zung (1997).

B. Skill lab

1. Definisi

Skill lab – merupakan keterampilan medik laboratorium yang telah berdiri

sejak jauh sebelum dimulainya sistem pendidikan belajar berdasarkan masalah

atau Problem Based Learning (PBL) pada tahun 1992. Skill lab pada waktu itu

berperan dalam mempersiapkan calon-calon perawat untuk memasuki masa

pendidikan klinik, yaitu belajar praktik terhadap pasien di rumah sakit

pendidikan maupun di Rumah Sakit elit dan pelayanan primer lainnya. Dapat

(42)

jurnal-jurnal, perkuliahan dan praktikum di Laboratorium harus segera beradaptasi

dengan lingkungan belajar di Rumah Sakit dan Puskesmas, dimana mereka

akan langsung berhadapan dengan pasien. Ketrampilan fisik diagnostik serta

bagaimana cara menyuntik dan memasang infus menjadi kebutuhan yang amat

mendesak saat itu, dalam suatu program yang disebut Kepaniteraan Umum

(Panum).

Menurut Schewerr (1972) laboratorium adalah tempat dimana peserta didik

menggunakan pendekatan pemecahan masalah untuk mengembangkan

berbagai masalah untuk mengembangkan berbagai teknik dalam mengontrol

lingkungan belajar. Laboratorium dapat diadakan dikelas maupun di Klinik

atau Komunitas.

Infante (1985) membedakan antara skill lab dengan pra klinik, yaitu pada skill

lab peserta didik tidak ada kontak dengan klien. Sedangkan pada pra klinik,

peserta didik melakukan kontak langsung dengan klien sehingga pembelajaran

praktikum dapat memberikan pengalaman nyata bagi peserta didik.

Cook dan Hill (1985) menggambarkan pembelajaran praktikum keperawatan

sebagai sistem pembelajaran keterampilan yang menekankan pada praktik

terbimbing dan sistem pembelajaran melibatkan serangkaian audio visual dan

(43)

2. Konsep Pengembangan dan Implementasi

Ilmu pendidikan keperawatan dalam perkembangannya menjelaskan bahwa

proses belajar ketrampilan medik yang amat singkat dan tidak sistematis

menghambat penguasaan kompetensi untuk dapat bertahan lama. Dengan

demikian selain ilmu pengetahuan yang telah didapat dari kuliah, mahasiswa

keperawatan selayaknya juga mendapatkan kesempatan berlatih ketrampilan

medik sejak dari tahun pertama pendidikannya. Skill lab pada prinsipnya bukan

hanya sekedar learning resources, melainkan mempunyai fungsi dan manfaat

yang jauh lebih kompleks dari itu. Di skill lab-lah seluruh kompetensi

mahasiswa keperawatan yang didapat melalui berbagai pengalaman belajar

seperti Tutorial, Kuliah, Kunjungan Lapangan, dan belajar mandiri,

diimplementasikan dan diintegrasikan dalam proses penalaran klinik. Melalui

Skill lab pula mahasiswa akan belajar melakukan level “shows how” pada Miller’s Pyramid sesuai prinsip di pendidikan keperawatan: When I see I

forget, when I hear I remember, when Ido I understand.

3. Sarana Pendukung Proses Belajar Mengajar di Skill lab

Ketrampilan medik yang diajarkan di Skill lab saat ini meliputi ketrampilan

Komunikasi Perawat–Pasien, Pemeriksaan Fisik Diagnostik, dan berbagai

Prosedur Klinik. Mahasiswa tidak hanya belajar APA, tetapi juga MENGAPA

(44)

clinical reasoning yang bertahap dan sistematis). Metode belajar yang

digunakan adalah role-play, learning from mannequins, and learning from

simulated patients. Boneka, teman sendiri, maupun pasien simulasi adalah

GURU bagi kita semua. Dengan demikian sejak dari awal pendidikannya,

penggunaan Skill lab adalah bukan sebagai simulasi, bukan pula proses

pura-pura. Meskipun masih diperkenankan melakukan kesalahan, semua

dilaksanakan dengan proses penalaran klinik sesuai tingkat perkembangan

mahasiswa. Skill lab dalam perkembangannya harus mampu menjadi sebuah

Laboratorium ideal yang mendekati kehidupan yang sebenarnya (Life-like

education).

Peralatan yang tersedia di Skill lab diusahakan untuk mendekati situasi

sebenarnya di rumah sakit. Beberapa peralatan medis dan boneka dapat

mencapai harga yang amat tinggi. Untuk mewujudkan sarana belajar mengajar

yang sesuai dengan teknologi mutakhir, maka instruktur maupun mahasiswa

dituntut menguasai konsep dasar suatu ketrampilan dengan optimal.

4. Peran Skill lab dalam Pelaksanaan Sistim Pembelajaran Berbasis Komptensi

Dalam kurikulum berbasis kompetensi, jelas bahwa keberadaan Skill lab amat

vital dalam menunjang kompetensi mahasiswa. Selama ini para Tutor menilai

bahwa mahasiswa amat aktif selama proses diskusi, bahkan mencapai tingkat

(45)

belum tampak di dalam penguasaan ketrampilan medik, seperti yang

diungkapkan oleh para instruktur. Tentu saja mahasiswa sebagai pemula tidak

akan begitu saja menjadi seorang ahli, seperti instruktur. Perlu waktu

bertahun-tahun dan berbagai pengalaman variasi kasus untuk mencapai seorang ahli.

Dengan demikian dapat dibayangkan, tanpa Skill lab, mahasiswa tidak

mempunyai kesempatan berlatih ketrampilan medik dengan diberikan umpan

balik, sesuai kompetensinya. Dalam KBK, konten materi ketrampilan medik

disesuaikan dengan konten blok yang sedang berjalan. Dengan demikian proses

belajar mengajar di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diharapakan

mencapai hasil yang optimal.

Saat ini Skill lab memiliki anggota Tim materi ketrampilan medik yang

bertanggung jawab terhadap konten masing-masing ketrampilan klinik.

5. Strategi pembelajaran Praktikum

Strategi pembelajaran praktikum dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tentang

proses PBP dalam mempersiapkan peserta didik melakukan pembelajaran

klinik dan tentang penjabaran rancangan pembelajaran instruksional.

6. Proses Pembelajaran Praktikum

Proses pembelajaran praktikum dikaitkan dengan pembelajaran klinik dapat

dilihat pada siklus pembelajaran klinik (clinical learning cycle, White, 1992).

(46)

bahwa pembelajaran laboratorium (praktikum) memperkuat teori-teori/

pengetahuan yang telah didapatkan peserta didik melalui pengalaman belajar

lain, misalnya pengalaman belajar ceramah (PBC). Pada pembelajaran

praktikum terjadi proses aplikasi berbagai konsep dari komponen teori dalam

paktik klinik dan memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mendapat

kemampuan baik sikap, tingkah laku, pengetahuan dan ketrampilan dasar

profesional sebagai persiapan melakukan pembelajaran klinik di Lingkungan

yang sebenarnya.

7. Desain Instruksional Pembelajaran praktikum

Desain instruksional merupakan rancangan pembelajaran untuk mencapai

tujuan pendidikan pada tingkat instruksional. Komp (1977) mengembangkan

desain instruksional tersebut menjadi delapan bagian yang merupakan proses

fleksibel dan interdependen serta konsisten. Goals, topics, and general

purposes merupakan bagian yang meliputi kegiatan berikut ini.

1.Identifikasi tujuan mencakup sosial/masyarakat, peserta didik, dan area

subjek.

2.Memilih topik utama.

3.Membuat daftar tujuan yang dirumuskan menggunakan taksonomi.

(47)

1.Faktor akademik : jumlah peserta didik, latar belakang pendidikan, tingkat

intelegensi, motivasi, dan kebiasaan belajar.

2.Faktor sosial : usia, maturitas, tempramen, hubungan di antara peserta

didik, dan situasi sosial ekonomi.

3.Kondisi belajar (Dunn, 2007) : lingkungan emosional, sosial, dan

fisiologis peserta didik.

4.Cara belajar/gaya belajar : gaya setiap orang unik berpengaruh dalam

merencanakan strategi pembelajaran adalah sebagai berikut.

 Pembelajaran individual : perlu data setiap peserta didik untuk

menyeleksi alternatif aktivitas dan sumber belajar yang sesuai.

 Pembelajaran kelompok : perlu karakteristik akademik dan sosial

peserta didik tentang rata-rata kemampuan, ketertarikan, dan tingkat

(48)

B.Kerangka Teori

Teori Kecemasan

Teori stress adaptasi Stuart dan Suddent model adaptasi berhubungan dengan

kecemasan (1998)

Antisipasi ringan sedang berat panik Faktor Predisposisi

Psikoanalisa, interpersonal, behavior, keluarga, biologi

Faktor prespitasi

Integritas fisik

System self esteem

Kekuatan koping

Mekanisme koping Penilaian stressor

Reaksi beorientasi tugas

Destruktif Konstruktif

Adaptif Maladaptif

(49)

Keterangan :

Gejala yang biasanya mucul pada masing-masing kecemasan antara lain :

Kecemasan ringan

1. Persepsi dan perhatian meningkat, waspada

2. Mampu mengatasi situasi bermasalah

3. Dapat mengatakan pengalaman masa lalu, saat ini dan masa mendatang,

menggunakan belajar, dapat memvalidasi secara konsensual, merumuskan

makna

4. Ingin tahu, mengulang pertanyaan

5. Kecenderungan untuk tidur

Kecemasan sedang

1. Persepsi agak menyempit, secara selektif tidak perhatian tetapi dapat

mengarahkan perhatian.

2. Sedikit lebih sulit untuk konsentrasi, belajar menuntut upaya lebih.

3. Memandang pengalaman ini dengan masa lalu.

4. Dapat gagal untuk mengenali sesuatu apa yang terjadi pada situasi, akan

mengalami beberapa kesulitan dalam beradaptasi dan menganalisa.

5. Perubahan suara atau ketinggian suara.

6. Peningkatan frekuensi pernafasan dari jantung.

(50)

Kecemasan berat

1. Persepsi sangat berkurang/berfokus pada hal-hal detail, tidak dapat

berkonsentrasi lebih bahkan ketika diinstruksikan untuk melakukannya.

2. Belajar sangat terganggu, sangat mudah mengalihkan perhatian, tidak mampu

untuk memahami situasi saat ini.

3. Memandang pengalaman saat ini dengan arti masa lalu, hampir tidak mampu

untuk memahami situasi ini.

4. Berfungsi secara buruk, komunikasi sulit dipahami.

5. Hiperventilasi, takhikardi, sakit kepala, pusing, mual.

Kecemasan panik

1. Persepsi yang menyimpang, fokus pada hal yang tidak jelas.

2. Belajar tidak dapat terjadi.

3. Tidak mampu untuk mengikuti, dapat berfokus hanya pada hal saat ini, tidak

mampu melihat atau memahami situasi, hilang kemampuan mengingat.

4. Tidak mampu berpikir, biasanya aktifitas motorik meningkat atau respon yang

tidak dapat diperkirakan bahkan pada stimuli minor, komunikasi yang tidak

dapat dipahami.

(51)

Kerangka Teori :

(52)

34 BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

Bedasarakan latar belakang dan tujuan penelitian “Gambaran Tingkat Kecemasan

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah Jakarta saat menghadapi Ujian Skill lab keperawatan di Universitas

Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013” maka kerangka konsep yang

peneliti gunakan untuk menilai kecemasan mahasiswa sebagai berikut

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Gambaran tingkat kecemasan mahasiswa meliputi respon psikologis Perilaku, Kognitif,

(53)

3.2 DefinisiOperasional

NO Variabel Definisi Cara Ukur Alat

Ukur

Hasil Ukur Skala

Ukur

1 Kecemasan Perasaan

(54)

36 BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan

desain penelitian Cross Sectional. Desain tersebut dipilih oleh peneliti dengan

pertimbangan waktu yang dibutuhkan tidak terlalu banyak, relatif murah namun

tetap dapat menjelaskan variabel yang diteliti.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April tahun 2013.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Keperawatan semester 4 dan 6

(55)

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi siswa Universitas Islam

Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sampel diambil secara simple random

sampling.

3. Besar Sampel

Perhitungan besar sampel penelitian dengan menggunakan rumus.

Estimasi

Keterangan :

TK = 95%

α = 5%

P = 50%

d = 15%

n = 43 responden

10% nya = 4 responden

(56)

D. Kriteria Sampel

Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian adalah mahasiswa yang

menghadapi ujian skill lab.

E. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian berupa kuesioner yang berisikan pertanyaan respon dan

tingkatan kecemasan.

1. Kuesioner

Kuesioner yang digunakan untuk wawancara dengan responden tentang respon

dan tingkat kecemasan menghadapi ujian Praktik adalah kuisioner ZSAS yang

disusun berdasarkan tujuan literature dan dikembangkan berdasarkan gejala

kecemasan dalam diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders

(DSM-II). Yang sudah diukur validitas dan reabilitas oleh William W.K.Zung.

F. Prosedur Pengumpulan Data

Proses-proses dalam pengumpulan data pada penelitian melalui beberapa tahap

yaitu:

1. Menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti surat izin penelitian dari

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Menentukan calon responden dari undian calon responden penelitian.

3. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk ditandatangani

(57)

4. Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian

kuesioner.

5. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada peneliti

apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner.

6. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner.

7. Responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi kepada

peneliti untuk diperiksa.

G. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen

Salah satu Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Untuk mendapatkan data yang valid dan realibel maka kuesioner tersebut harus

diuji validitas dan reabilitas. Sebelum kuesioner digunakan dalam penelitian,

terlebih dahulu kuesioner dilakukan uji validitas dengan rumus Pearson Product

Moment dan dicari reliabilitas dengan menggunakan metode Alpha Cronbach.

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar- benar

mengukur apa yang diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada

kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner

tersebut. Dalam hal ini digunakan beberapa item pertanyaan yang dapat secara

tepat mengungkapkan variabel yang diukur tersebut. Uji ini dilakukan dengan

menghitung korelasi antara masing–masing skor item pertanyaan dari tiap variabel

(58)

Moment dari Pearson. Suatu instrument dikatakan valid atau sahih apabila korelasi

tiap butiran memiliki nilai positif dan nilai t hitung > t tabel (Hidayat, 2008).

Reabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat

dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil

pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih

terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama.

Pengukuran reabilitas menggunakan bantauan software computer dengan rumus

Alpha Cronbach. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha

Cronbach> 0,60 (Hidayat, 2008).

H. Teknik Analisis Data

1. Langkah Analisis Data

Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan

mengubah data menjadi informasi. Dalam statistik, informasi yang diperoleh

digunakan untuk proses pengambilan keputusan, terutama dalam pengujian

hipotesis (Hidayat, 2007). Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-

langkah yang harus ditempuh, diantaranya :

a. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data atau formulir

kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada

(59)

b. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data

yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila

pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.Biasanya dalam

pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code

book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu

variabel.

c. Entry data

Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam

master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi

sederhana atau bisa dengan membuat tabel kontingensi.

d. Processing data

Setelah semua isian kuesioner tersisi penuh dan benar, dan juga data sudah

dikoding, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dianalisis.

Proses pengolahan data dilakukan dengan cara memindahkan data dari

kuesioner ke paket program komputer pengolahan data statistik.

e. Cleaning data

Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah

di-entry, apakah ada kesalahan atau tidak.Kesalahan mungkin terjadi pada saat

(60)

I. Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi variable gambaran

tingkat kecemasan dan respon psikologis dalam bentuk proporsi atau rasio.

J. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting

dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung

dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2007).

Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.Informed consent

tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar

persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan dari Informed consent adalah

agar subjek mengerti maksud, tujuan penelitian, dan mengetahui dampaknya.

Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan.

(61)

2. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan

kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti.

Etika penelitian bertujuan untuk menjamin kerahasiaan identitas responden,

melindungi dan menghormati hak responden dengan mengajukan surat

pernyataan persetujuan (informed consent). Sebelum menanda tangani surat

persetujuan, peneliti menjelaskan judul penelitian, tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan menjelaskan kepada responden bahwa penelitian tidak akan

membahayakan bagi responden. Peneliti akan menjamin kerahasian identitas

responden, dimana data-data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk

kepentingan penelitian dan apabila telah selesai maka data tersebut akan

(62)

44 BAB V

HASIL PENELITIAN

A.Gambaran Tempat Penelitian

1. Gambaran Umum Program Studi Ilmu Keperawatan

a. Profil Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Program studi Ilmu Keperawatan bertujuan untuk menghasilkan lulusan

berkualitas yang dapat menjadi tenaga ahli terampil di bidang

keperawatan, beriman dan bertaqwa, berintegritas tinggi, berwawasan

luas, dan profesional, berdasarkan relevansi dan kebutuhan pasar melalui

peningkatan kualitas penelitian dan pendidikan serta berperan serta

dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Gelar Akademik yang

diperoleh adalah Sarjana Keperawatan (S.Kep).

b. Visi dan Misi

Visi

Mewujudkan program studi ilmu keperawatan sebagai program studi

terkemuka dalam mengintegrasikan aspek keilmuan, keperawatan,

keislaman, dan keIndonesian

(63)

1. Menyelenggarakan pendidikan ners yang mengintegrasikan keislaman

dan keperawatan

2. Mengembangkan pusat ilmu keperawatan yang berlandaskan

keislaman

3. Mengembangkan etika ilmu yang didasarkan pada kaidah keislaman

dalam pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan

4. Memberikan kontribusi dalam pembangunan karakteristik bangsa

5. Memberikan kontribusi dalam pengembangan profesi keperawatan

c. Tujuan

Menghasilkan profesi Ners (Ns) dengan kualifikasi akademik Sarjana

Keperawatan (SKep) yang beriman dan bertaqwa, berintegritas tinggi,

mempunyai keunggulannang kompetetitif dalam persaingan global serta

mampu mengintegrasikan ilmu keperawatan dan ilmu pengetahuan

keislaman sehingga mampu berkontribusi dalam peningkatan kualitas

derajat kesehatan bangsa Indonesia.

Tujuan khusus

1. Memiliki sikap profesional dan Islami

2. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan

3. Mampu mengelola pelayanan keperawatan di ruang rawat inap

(64)

5. Mampu berperan sebagai pendidik tenaga keperawatan yang berada di

ruang lingkup tanggung jawabnya

d. Kompetensi

Kompetensi lulusan Program Studi ilmu keperawatan di FKIK

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Kompetensi Dasar

1. Mampu memahami dan menerapkan nilai nilai Keislaman

2. Mampu menjadi warga negara Indonesia yang baik

3. Mampu menggunakan bahasa Arab secara pasif.

4. Mampu menggunakan bahasa Inggris secara pasif dan aktif

5. Mampu mengintegrasikan ilmu fiqih dalam keperawatan

6. Mampu melakukan Praktek ibadah dan qiroah.

B. Analisa Univariat

1. Gambaran Usia Responden di Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Usia Responde Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Tahun 2013

Usia Jumlah Persentase (%)

18 1 2,2

19 7 15,2

(65)

21 12 26,1

22 4 8,7

Jumlah 46 100

Berdasarkan tabel 5.1 dari hasil analisis gambaran usia responden tentang

Gambaran Tingkat kecemasan Mahasiswa saat menghadapi ujian Skill

Lab di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta 2013, didapatkan bahwa sebanyak 1 responden

(2,2%) usia 18 tahun , 7 responden (15,2%) berusia 19 tahun, 22

responden (47,8%) berusia 20 tahun, sebanyak 12 responden (26,2%)

berusia 21 tahun dan 4 responden (8,7%) berusia 22 tahun.

2. Gambaran Jenis Kelamin Responden di Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin di Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Laki-laki 12 26,1

Perempuan 34 73.9

(66)

Berdasarkan tabel 5.2 dari hasil analisis gambaran jenis kelamin

responden tentang Gambaran Tingkat kecemasan Mahasiswa saat

menghadapi ujian Skill Lab di Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2013 didapatkan

bahwa sebanyak 34 responden (73,9%) perempuan, 12 responden

(26,1%) laki-laki.

3. Gambaran Tingkat Semester Responden Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Semester Responden Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013.

Semester Jumlah Persentase (%)

Empat 16 34,8

Enam 29 63

Delapan 1 2,2

Jumlah 46 100

Berdasarkan tabel 5.3 dari hasil analisis gambaran tingkat semester

responden tentang Gambaran Tingkat kecemasan Mahasiswa saat

menghadapi ujian Skill Lab di Program Studi Ilmu Keperawatan

(67)

bahwa sebanyak 16 responden (34,8%) semester empat, 29 responden

(63%) semester enam, dan 1 responden (2,2%) semester delapan.

4. Gambaran Tingkat Kecemasan Responden Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Tingkat KecemasanResponden Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tingkat Kemasan Jumlah Persentase (%)

Tidak Cemas 21 45,7

Cemas Ringan 22 50,3

Cemas Sedang 3 4

Cemas Berat 0 0

Jumlah 46 100

Berdasarkan tabel 5.4 dari hasil analisis responden tentang Gambaran

Tingkat kecemasan Mahasiswa saat menghadapi ujian Skill Lab di

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta 2013, didapatkan bahwa sebanyak 21 responden

(45,7%) tidak cemas, 22 responden (50,3%) cemas ringan, 3

responden(4%) cemas sedang dan 0 responden (0%) atau tidak ada

(68)

5. Gambaran Tingkat Kecemasan dengan Tingkat Semester Responden Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan dengan Tingkat Semester Responden Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Semester Tingkat kecemasan

Tidak cemas Cemas ringan Cemas sedang

N % N % N %

Empat 6 37,5 9 56,2 1 6,2

Enam 15 51,7 13 44,8 1 3,4

Delapan 0 0 1 100 0 0

Berdasarkan tabel 5.5 dari hasil analisis responden tentang Gambaran

Tingkat kecemasan Mahasiswa saat menghadapi ujian Skill Lab di

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta 2013, didapatkan bahwa mahasiswa semester empat

yang tidak cemas sebanyak 6 responden (37,5), cemas ringan sebanyak 9

orang (56,2%), dan cemas sedang sebanyak 1 orang (6,2%). Sedangkan

mahasiswa semester enam yang tidak cemas sebanyak 15 orang (51,7%),

cemas ringan sebanyak 13 orang (44,8%) dan cemas sedang sebanyak 1

orang (3,4%). Mahasiswa semester 8 hanya 1 orang, mengalami cemas

(69)

6. Gambaran Tingkat Kecemasan dengan Jenis Kelamin Responden Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan dengan Jenis Kelamin Responden Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Jenis

Kelamin

Tingkat kecemasan

Tidak cemas Cemas ringan Cemas sedang

N % N % N %

Perempuan 12 27,2 30 68,1 2 4,7

Laki-laki 9 75 3 25 0 0

Berdasarkan tabel 5.6 dari hasil analisis responden tentang Gambaran

Tingkat kecemasan Mahasiswa saat menghadapi ujian Skill Lab di

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta 2013, didapatkan bahwa mahasiswa perempuan

yang tidak cemas sebanyak 12 responden (27,2%), cemas ringan

sebanyak 30 orang (60,1%), dan cemas sedang sebanyak 2 orang (4,7%).

Sedangkan mahasiswa laki-laki yang tidak cemas sebanyak 9 orang

(75%), cemas ringan sebanyak 3 orang (25%) dan cemas sedang

(70)

52 BAB VI

PEMBAHASAN

A.Analisa Univariat

1. Gambaran Karakteristik Responden di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

a. Usia Responden

Berdasarkan dari hasil analisis gambaran usia responden tentang

Gambaran Tingkat kecemasan Mahasiswa saat menghadapi ujian Skill Lab

di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta 2013, didapatkan bahwa sebanyak 1 responden

(2,2%) usia 18 tahun , 7 responden (15,2%) berusia 19 tahun, 22

responden (47,8%) berusia 20 tahun, sebanyak 12 responden (26,2%)

berusia 21 tahun dan 4 responden (8,7%) berusia 22 tahun.

b. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil analisis gambaran jenis kelamin responden tentang

Gambaran Tingkat kecemasan Mahasiswa saat menghadapi ujian Skill Lab

di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta 2013 didapatkan bahwa sebanyak 34 responden

Gambar

gambaran tingkat kecemasan terhadap ujian praktik (skill lab) mahasiswa
Gambar : Rentang Respon Cemas (Stuart&Sundeen, 1998)
-  Gambaran Sistem self ested Teori belajar : kecemasan
Gambaran tingkat kecemasan
+7

Referensi

Dokumen terkait

BAB I PENDAHULUAN ... Latar Belakang Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Kecemasan Menghadapi Ujian Skripsi ... Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian Skripsi

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kecemasan mahasiswa Akademi Keperawatan Bethesda saat pertama kali menghadapi tugas keperawatan. Jenis penelitian ini adalah

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan Jurusan Keperawatan pada Fakultas Ilmu Kesehatan

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecemasan menghadapi ujian Skills Lab Modul Shock dengan prestasi yang dicapai pada

Hasil ini diharapkan ada tindak lanjut untuk mahasiswa, dosen, dan laboran dari pihak terkait untuk mengatasi kecemasan mahasiswa menghadapi ujian skill lab terkait situasional

Hubungan Tingkat Kecemasan dalam Menghadapi Objective Structured Clinical Examination ( OSCE ) dengan Kelulusan OSCE pada Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecemasan menghadapi ujian Skills Lab Modul Shock dengan prestasi yang dicapai pada

Tingkat kecemasan yang paling banyak dialami pada mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura dalam menghadapi ujian skripsi adalah kecemasan ringan.. Peneliti