PREVALENSI KETIADAAN OTOT PALMARIS LONGUS
PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
DOKTER FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2010
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Felais Hedianto Pradana
NIM: 107103000210
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PREVALENSI KETIADAAN OTOT PALMARIS
LONGUS PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN DOKTER FKIK UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2010
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Felais Hedianto Pradana
NIM: 107103000210
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tangerang, 8 Oktober 2010
Felais Hedianto Pradana Materai
ABSTRAK
Felais Hedianto Pradana. Program Studi Pendidikan Dokter. Prevalensi Ketiadaan Otot Palmaris Longus Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010.
Ketiadaan Palmaris longus (PL) pertama kali dilaporkan oleh Colombos pada De Re Anatomica Libri pada tahun 1559. Tidak banyak praktisi kesehatan yang mengetahui bahwa tendo Palmaris longus merupakan pilihan utama dalam pencakokan tendo pada operasi rekonstruktif. Indonesia belum memiliki angka prevalensi yang jelas mengenai ketiadaan tendo Palmaris longus.
Penelitian ini dilakukan terhadap 125 subyek dengan usia berkisar antara 18-23 tahun untuk menentukan prevalensi ketiadaan PL pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN SH. Untuk menentukan ketiadaan tendo Palmaris longus digunakan uji Standard, uji Thompson, Uji Mishra I, uji Mishra II dan uji Pushpakumar. Sebelumnya dilakukan studi pendahuluan dengan lima kadaver dari laboratorium anatomi FKIK UIN SH.
Studi pendahuluan menunjukkan seluruh kadaver memiliki PL di kedua lengannya. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi ketiadaan otot Palmaris longus pada mahasiswa PSPD FKIK UIN SH adalah 5,6%. Prevalensi ketiadaan unilateral kiri adalah 3,2%, ketiadaan unilateral kanan adalah 1,6%, dan ketiadaan bilateral adalah 0,8%
ABSTRACT
Felais Hedianto Pradana. Faculty of Medicine. Prevalence of Palmaris Longus Absence among medical students at in Faculty of Medicine, Islamic State University.
The prevalence of absence of the Palmaris Longus (PL) has been extensively studied following the first report of its absence in 1559 by Colombos in De Re Anatomica Libri. Only small groups of physician knew that PL tendon was tendon of choice for reconstructive surgery. Currently, the prevalence rate of PL muscle absence among Indonesian people are not available.
The absence of the PL was clinically determined among 125 medical students at Faculty of Medicine, Syarif Hidayatullah Islamic State University, aged 18-23 years. The absence of PL was assessed respectively by Schaeffer (Standard) test, Thompson’s test, Mishra I test, Mishra II test and Pushpakumar “the two finger sign” method. Previously, preliminary study using five cadavers was performed at laboratory of anatomy Faculty of Medicine, Syarif Hidayatullah Islamic State University.
Preeliminary study showed that PL absence were not found among cadavers. The overall prevalence of PL absence was 5,6%. The distribution on the right and left were 1,6% and 3,2% respectively. The bilateral absence was 0,8%.
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
PREVALENSI KETIADAAN OTOT PALMARIS LONGUS
PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2010
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Kedokteran (S.Ked)
OLEH:
FELAIS HEDIANTO PRADANA NIM: 107103000210
Pembimbing
dr. Bisatyo Mardjikoen, Sp.OT dr. Witri Ardini, M Gizi, SpGK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Laporan Penelitian berjudul PREVALENSI KETIADAAN OTOT PALMARIS LONGUS PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2010 yang diajukan oleh Felais Hedianto Pradana (NIM:107103000210), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 8 Oktober 2010. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.
Jakarta, 8 Oktober 2010
DEWAN PENGUJI Pembimbing
dr. Bisatyo Mardjikoen, SpOT
Penguji 1 Penguji 2
dr. Alyya Siddiqa, SpFK dr. Witri Ardini, M Gizi, SpGK
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Felais Hedianto Pradana Tempat, Tgl Lahir : Garut, 18 Februari 1990 Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Perumahan Bumi Sentosa Blok C6 no. 20, Nanggewer Mekar, Cibinong, Bogor
Email : deazfelais@gmail.com, deaz_humz@yahoo.com
Riwayat Pendidikan :
1. TK (1994-1996)
2. SDN 03 Pejaten timur (1996-2002)
3. SLTPI Al-Azhar 9 Kemang Pratama (2002-2005)
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memperindah kehidupan dengan melimpahkan kasih sayang, kenikmatan, dan kemudahan tiada bertepi. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, dengan kasih sayangnya terhadap hamba Allah juga makhluk lainnya memancar bagai pancaran sinar matahari yang tiada terputus menerangi bumi. Atas nikmat-Nya dan karunia-Nya Yang Maha Besar sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Prevalensi Ketiadaan Otot Palmaris Longus Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010.
Keberhasilan seseorang tidak terlepas dari budi baik dan bimbingan orang lain. Dalam kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya pada pihak yang telah membantu dalam memberikan bimbingan, dukungan moriil dan bantuan penyusunan skripsi ini. Hingga akhirnya penulisan laporan penelitian ini telah selesai tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih dan penghargaan, peneliti sampaikan kepada :
1. Prof. DR (hc). Dr. M.K. Tadjudin, Sp.And dan Drs. H. Achmad Gholib, MA, selaku Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. DR. dr. Syarif Hasan Luthfi, Sp.RM, selaku ketua Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staf yang telah membantu dan segenap dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi peneliti.
4. dr. Alyya Shiddiqa, selaku penguji sidang proposal skripsi. Terima kasih atas kesediaannya menjadi penguji, dan terima kasih pula atas masukan, saran dan bimbingan yang telah diberikan.
5. Kedua orang tua tercinta yaitu Ayahanda Wahyu Eko Widiharso dan Ibunda Herumulyati, yang selalu memberikan dukungan baik moriil maupun materiil, serta doa yang selalau kalian panjatkan untuk penulis, terima kasih atas semuanya. Kalian lah yang selalu memotivasiku untuk selalu berusaha menjadi anak yang berguna dan bisa mambahagiakan keluarga.
6. Seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2007 yang telah meluangkan waktunya untuk bersedia diwawancarai dan dilakukan uji-uji untuk menentukan adanya tendon Palmaris Longus.
7. Seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2008 yang telah meluangkan waktunya untuk bersedia diwawancarai dan dilakukan uji-uji untuk menentukan adanya tendon Palmaris Longus.
8. Ricky Fathoni, Wahid Hilmy Sulaeman, Dina Nurul Istiqomah dan Neng Ayu Ratih Purwani Pratiwi, selaku teman-teman satu kelompok riset yang selalu saling mengingatkan dan diingatkan, dalam menyelesaikankan laporan penelitian masing-masing.
9. Febria Suryani, Azhara, Maya Riance, Vita dan Dan Istanto, selaku teman dari Program Studi Kesehatan Masyarakat yang ikut membantu dalam menyelesaikan laporan penelitian.
Akhir kata, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga peneliti dapat memperbaiki skripsi ini. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang mempergunakannya terutama untuk proses kemajuan pendidikan selanjutnya.
Jakarta, 8 Oktober 2010
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... v
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... vi
RIWAYAT HIDUP ... vii 1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 2
1.3. Tujuan Penelitian ... 2
1.3.1. Tujuan Umum ... 2
1.3.2. Tujuan Khusus ... 2
1.4. Manfaat Penelitian ... 2
1.4.1. Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 2
1.4.2. Bagi Peneliti ... 2
1.4.3. Bagi Responden ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Otot Palmaris Longus ... 3
2.1.1. Anatomi ... 3
2.2. Metode Penemuan Tendon Palmaris longus ... 5
2.2.1. Standard test (Schaeffer’s test)... 5
2.2.2. Thompson’s test ... 5
2.2.3. Mishra’s test I ... 6
2.2.4. Mishra’s test II ... 6
2.2.5. Pushpakumar’s “two-finger sign” method ... 7
2.3. Variasi Palmaris longus di Dunia ... 7
2.4. Pencangkokan Tendo Palmaris Longus ... 11
2.5. Faktor yang mempengaruhi Ketiadaan tendon Palmaris longus ... 12
2.6. Kerangka Teori... 12
2.7. Kerangka Konsep ... 12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian ... 14
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 14
3.3. Populasi dan Sampel ... 14
3.3.1. Populasi ... 14
3.3.2. Populasi Terjangkau ... 14
3.3.3. Sampel ... 14
3.3.3.1. Kriteria Inklusi ... 15
3.3.3.2. Kriteria eksklusi ... 15
3.4. Cara Kerja Penelitian ... 15
3.4.1. Studi Pendahuluan ... 15
3.4.2. Pengumpulan Data ... 15
3.4.3. Pengolahan dan Penyajian Data ... 16
3.4.4. Interpretasi Data ... 16
3.4.5. Pelaporan Hasil ... 16
BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN 4.1. Studi Pendahuluan ... 17
4.2. Karakteristik responden ... 17
4.2.1.Usia Responden ... 17
4.2.2. Jenis Kelamin Responden ... 18
4.2.3. Sebaran Suku Responden ... 18
4.3 Frekuensi Ketiadaan Palmaris Longus ... 19
4.4. Keterbatasan Penelitian ... 21
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 22
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Frekuensi Ketiadaan Otot Palmaris Longus pada Populasi India ... 8
Tabel 2.2. Frekuensi Ketiadaan Otot Palmaris Longus pada Populasi Cina ... 8
Tabel 2.3. Frekuensi Ketiadaan Otot Palmaris Longus pada Populasi Yoruba ... 9
Tabel 2.4. Frekuensi Ketiadaan Otot Palmaris Longus pada Populasi Nigeria ... 9
Tabel 2.5. Frekuensi Ketiadaan Otot Palmaris Longus pada Populasi Malaysia dengan sebaran kelompok etnik yang berbeda ... 10
Tabel 2.6. Frekuensi Ketiadaan Otot Palmaris Longus pada Populasi Malaysia pada jenis kelamin yang berbeda ... 10
Tabel 2.7. Definisi Operasional ... 13
Tabel 4.1. Distribusi Usia pada responden ... 17
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Otot Palmaris Longus ... 19
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Lengan Bawah Tampak Anterior ... 3
Gambar 2.2. Fungsi Palmaris Longus ... 4
Gambar 2.3. Uji Schaeffer ... 5
Gambar 2.4. Uji Thompson ... 5
Gambar 2.5. Uji MishraI ... 6
Gambar 2.6. Uji Mishra II ... 6
Gambar 2.7. Uji Pushpakumar “two finger sign” ... 7
Gambar 2.8. Kerangka Teori ... 12
Gambar 2.9. Kerangka Konsep ... 12
Gambar 4.1. Distribusi Jenis Kelamin pada Responden ... 18
Gambar 4.2. Distribusi Suku pada Responden ... 18
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Informed Consent dan Hasil Metode Penemuan Tendo Palmaris
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Penelitian
Otot Palmaris Longus merupakan salah satu otot yang memiliki banyak
variasi pada tubuh manusia. Otot ini terletak antara m. flexor carpi radialis dan m.
flexor carpi ulnaris, serta berguna untuk memfleksikan pergelangan dan
menegangkan aponeurosis palmar. Namun, karena hanya sedikit berperan sebagai fleksor dan penegang aponeurosis, otot ini dapat dibilang tidak terlalu signifikan dalam mempengaruhi fungsi pergelangan. Oleh karena itu, jika tendo otot ini dicangkok, maka fungsi dan kekuatan lengan tidak akan terganggu. Pencangkokan otot ini dapat digunakan dalam operasi rekonstruktif pada bagian bedah ortopedi dan bedah plastik. (Mbaka, 2009)
Prevalensi ketiadaan otot Palmaris Longus telah dilakukan sejak pertama
kalinya ditemukan oleh Colombos pada De Re Anatomica Libri pada tahun 1559.
Otot Palmaris Longus adalah salah satu otot yang paling bervariasi dan paling
superfisial dari otot-otot lengan. Pada sebagian orang otot ini mungkin tidak ada
pada satu atau kedua sisi lengan bawah, sementara pada sebagian lagi
memperlihatkan variasi pada letak gelendongnya, serta variasi pada jumlah
tendonya. Telah banyak dilaporkan bahwa pada etnis dan ras yang berbeda
menyebabkan prevalensi variasi anatomi otot Palmaris Longus yang berbeda
pula. (Roohi, 2007)
Peneliti mengambil tema penelitian mengenai Palmaris Longus karena:
1. Tidak banyak masyarakat yang mengetahui fungsi keberadaan tendo Palmaris
Longus sebagai pilihan utama untuk cangkok tendo pada operasi bedah
ortopedi dan bedah plastik;
2. Belum ada penelitian mengenai ketiadaan tendo Palmaris Longus pada
institusi tempat peneliti meneliti; dan
3. Belum ada data yang jelas mengenai jumlah prevalensi tendo Palmaris
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu, berapa prevalensi ketiadaan otot Palmaris Longus pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah tahun 2010?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum :
Untuk mengetahui prevalensi ketiadaan otot Palmaris Longus pada mahasiswa Program Studi Pendidikan dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah tahun 2010.
1.3.2. Tujuan khusus :
Mengetahui sebaran ketiadaan otot Palmaris Longus pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah berdasarkan suku dan sisi.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta :
Menambah pustaka ilmiah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan tentang prevalensi ketiadaan otot Palmaris Longus pada mahasiswa PSPD angkatan 2007-2009.
1.4.2. Bagi Peneliti :
Sebagai salah satu prasyarat kelulusan dalam menyelesaikan program sarjana kedokteran.
Menambah pengetahuan tentang variasi anatomi ketiadaan otot Palmaris Longus dan pencangkokan tendo.
1.4.3. Bagi Responden
Menambah pengetahuan tentang variasi anatomi ketiadaan otot Palmaris Longus dan pencangkokan tendo.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Otot Palmaris Longus
2.1.1. Anatomi
Otot Palmaris Longus (P. Longus) merupakan otot fleksor lengan bawah, yang terletak superfisial. Otot ini memiliki origo di epicondylus medialis dan insersio di retinaculum flexorum dan aponeurosis palmar. Otot P. Longus terletak antara otot flexor carpi radialis dan flexor carpi ulnaris. Bentuk otot P. Longus adalah ramping dan fusiformis (Roohi, 2007). Otot dan tendo ini telah terbentuk sempurna sejak lahir, dan ada kemungkinan diturunkan secara genetik, namun belum jelas gen dan bagaimana transmisi genetiknya (Agarwal, 2005).
Gambar 2.1. Lengan Bawah tampak anterior.
sumber:
http://www.getbodysmart.com/ap/muscularsystem/wristhanddigits/palmarislongus/tutorial.html
Tendonya rata menjalar dari epicondylus medialis dan menginsersi
aponeurosis palmar. Otot ini dipersarafi oleh nervus medianus yang berasal
panjang untuk dilakukan cangkok tendo, panjangnya sekitar 15cm (Canale et al, 2003). Pada orang yang tidak memiliki otot P. Longus, tendo flexor digitorum superficialis terkadang disalahartikan sebagai tendo Palmaris Longus, karena secara anatomis, otot P. Longus menutupi permukaan m.
flexor digitorum superficialis (Oommen, 2002).
Literatur menyebutkan bahwa otot Palmaris Longus ada pada 70-85% dari populasi (Wehbe, 1992). Variasi otot ini tidak hanya pada ada dan tidak adanya otot saja, terdapat juga variasi lain berupa letak gelendong otot dan jumlah tendo. Gelendong otot dapat terletak pada proksimal otot atau pada medial otot Palmaris Longus, sedangkan jumlah tendo bervariasi, hingga paling banyak ditemukan pada satu lengan adalah tiga tendo P. Longus (Kadoye, 2008).
Fungsi otot P. Longus adalah fleksi tangan pada artikulasi radiokarpalis dan menegangkan aponeurosis palmar dibantu oleh flexor carpi radialis, flexor carpi ulnaris dan flexor digitorum superficialis (Roohi, 2007).
Gambar 2.2. Fungsi Palmaris Longus Keterangan :
1. Posisi anatomis,
2. Palmaris Longus memfleksikan pergelangan, 3. Palmaris Longus menegangkan aponeurosis palmar.
Sumber:
http://www.getbodysmart.com/ap/muscularsystem/wristhanddigits/palmarislongus/tutorial.html
2.2. Metode Penemuan Tendo Palmaris Longus 2.2.1. Uji Standard (Uji Schaeffer)
Subyek diminta untuk mempertemukan jari kelingking dan Ibu jari. Setelah itu subjek diminta untuk memfleksikan pergelangan. Inspeksi apakah ada tendo P. Longus yang terlihat.
Gambar 2.3. Uji Schaeffer
Sumber: Sebastin et al, 2006
2.2.2. Uji Thompson
Subyek diminta mengepalkan jari tangannya. Setelah itu subjek diminta untuk memfleksikan pergelangan. Inspeksi apakah ada tendo P. Longus yang terlihat.
Gambar 2.4. Uji Thompson
2.2.3. Uji Mishra I
Hiperekstensikan sendi metakarpofalangeal secara pasif oleh pemeriksa Setelah itu Subyek diminta untuk memfleksikan pergelangan. Inspeksi apakah ada tendo P. Longus yang terlihat.
Gambar 2.5. Uji Mishra I
Sumber: Sebastin et al, 2006
2.2.4. Uji Mishra II
Subyek diminta untuk mengabduksikan Ibu jari. Setelah itu Subjek diminta untuk memfleksikan pergelangan. Inspeksi apakah ada tendo P. Longus yang terlihat.
Gambar 2.6. Uji Mishra II
2.2.5. Uji Pushpakumar’s “two-finger sign”
Subyek diminta untuk mengekstensikan jari tengah dan jari telunjuk. Setelah itu Subjek diminta untuk memfleksikan pergelangan. Inspeksi apakah ada tendo P. Longus yang terlihat.
Gambar 2.7. Uji Pushpakumar “two finger sign”
Sumber: Sebastin et al, 2006
2.3. Variasi Palmaris Longus di Dunia
Menurut literatur prevalensi ketiadaan otot P. Longus adalah sekitar 15%. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya yang diteliti pada beberapa ras dan etnis yang berbeda, ternyata menunjukkan angka yang bervariasi. Angka yang lebih tinggi dilaporkan pada ras kaukasia Amerika Utara, yaitu 24%. Survey di Pennsylvania, Amerika Serikat menunjukkan prevalensi 23%. Ceyhan dan Mav, melaporkan angka yang jauh lebih tinggi pada populasi Gaziantep di Turki, yaitu 63,9%. Studi yang dilakukan pada populasi Jepang menunjukkan bahwa prevalensi ketiadaan otot P. Longus adalah 3,4%. Pada Populasi Uganda disebutkan bahwa prevalensi ketiadaannya adalah 1,02% (Mbaka, 2009).
Berikut adalah hasil penelitian yang dilakukan pada beberapa Negara yang belum disebutkan di atas, antara lain pada Negara India, Cina, Yoruba, Nigeria dan Malaysia:
Tabel 2.1. Frekuensi Ketiadaan Otot Palmaris Longus pada Populasi India Palmaris
Longus
Unilateral Bilateral (-) Bilateral (+) Total Kiri (-) Kanan (-)
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa, ketiadaan P. Longus di India pada laki-laki angka kejadiannya lebih banyak dibandingkan perempuan, ketiadaan unilateral kiri lebih banyak bila dibandingkan dengan ketiadaan unilateral kanan, ataupun bilateral. Namun, setelah dilakukan perhitungan statistik, tidak ada perbedaan yang signifikan baik dilihat dari jenis kelamin, maupun sisi tubuh. Pada penelitian ini tendo P. Longus ditemukan dengan melakukan uji Standard (Uji Schaeffer), Mishra I, Mishra II, dan Pushpakumar “the two finger sign” (Agarwal, 2005).
Penelitian terhadap 120 orang laki-laki, dan 209 orang perempuan berusia sekitar 7-85 tahun di Cina mendapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2.2. Frekuensi ketiadaan Otot Palmaris Longus pada Populasi Cina Palmaris
Longus
Unilateral Bilateral (-) Bilateral (+) Total Kiri (-) Kanan (-)
Perempuan 1(0,5%) 2 (1%) 2 (1%) 204 (97,5%) 209 Laki-laki 7 (5,8%) 1 (0,8%) 2 (1,6%) 110 (91,6%) 120 Keseluruhan
Populasi 11 (3,3%) 4 (1,2%) 314 (95,44%) 329
Sumber: Sebastin, et al 2006
melakukan uji Standard (Uji Schaeffer), Thompson, Mishra I, Mishra II, dan Pushpakumar “the two finger sign” (Sebastin et al, 2006).
Penelitian terhadap 335 orang laki-laki dan 265 orang perempuan berusia antara 8-65 tahun di Yoruba mendapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2.3. Frekuensi ketiadaan Otot Palmaris Longus pada Populasi Yoruba Palmaris
longus
Unilateral Bilateral (-) Bilateral (+) Total Kiri (-) Kanan (-)
Perempuan 9 (3,4%) 7 (2,6%) 1 (0,4%) 248 (93,6%) 265 Laki-laki 10 (3%) 8 (2,4%) 5 (1,5%) 312 (93,13%) 335 Keseluruhan
Populasi 34 (5,7%) 6 (1%) 560 (93,3%) 600
Sumber: Mbaka et al, 2009
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa, ketiadaan P. Longus di Yoruba pada laki-laki angka kejadiannya lebih banyak dibandingkan perempuan, ketiadaan unilateral kiri lebih banyak bila dibandingkan dengan ketiadaan unilateral kanan, ataupun bilateral. Namun, setelah dilakukan perhitungan statistik, tidak ada perbedaan yang signifikan baik dilihat dari jenis kelamin, maupun sisi tubuh. Pada penelitian ini tendo P. Longus ditemukan dengan melakukan uji Standard (Uji Schaeffer), Thompson, Mishra I, dan Pushpakumar “the two finger sign”(Mbaka et al, 2009).
Penelitian terhadap 300 orang laki-laki dan 300 orang perempuan berusia antara 8-65 tahun di Nigeria mendapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2.4. Frekuensi ketiadaan Otot Palmaris Longus pada Populasi Nigeria Palmaris
longus
Unilateral (-) Bilateral (-) Bilateral (+) Total
Keseluruhan
populasi 75 (12,5%) 112 (18,75%) 112 (93,6%) 300
Sumber: Kadoye et al, 2008
unilateral. Pada penelitian ini tendo P. Longus ditemukan dengan melakukan uji Standard (Uji Schaeffer), Thompson, Mishra I, Mishra II dan Pushpakumar “the two finger sign” (Kadoye et al, 2008).
Penelitian lainnya terhadap 450 orang yang terdiri dari tiga jenis ras yang berbeda di Malaysia mendapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 2.5. Frekuensi ketiadaan Otot Palmaris Longus pada Populasi Malaysia dengan sebaran kelompok etnik yang berbeda
Palmaris Longus
Unilateral (-) Bilateral (-) Bilateral (+) Total
Melayu 12 (8,0%) 5 (3,3%) 133 (88,7%) 150
Cina 7 (4,7%) 2 (1,3%) 141 (94.0%) 150
India 10 (9,3%) 6 (4,0%) 143 (89,3%) 150
Sumber: Roohi et al, 2007
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa, dari ketiga etnis, etnis India memiliki prevalensi ketiadaan otot P. Longus paling tinggi, diikuti dengan etnis Melayu, dan prevalensi terkecil adalah etnis Cina. Pada ketiga etnis, ketiadaan otot P. Longus lebih banyak pada unilateral dibandingkan dengan ketiadaan bilateral.
Tabel 2.6. Frekuensi ketiadaan Otot Palmaris Longus pada Populasi Malaysia pada jenis kelamin yang berbeda
Palmaris Longus
Unilateral (-) Bilateral (-) Bilateral (+) Total
Laki-laki 13 (5,8%) 3 (1,3%) 209 (92,9%) 225 Perempuan 16 (7,1%) 10 (4,4%) 199 (88,5%) 225
Sumber: Roohi et al, 2007
2.4. Pencangkokan Tendo P almaris Longus availabilitasnya untuk tidak menimbulkan deformitas (Canale et al, 2003).
Otot P. Longus hanya sedikit membantu fleksi pergelangan dan menegangkan aponeurosis palmar. Menurut literatur ketiadaan otot P. Longus tidak mengganggu kekuatan genggaman dan fungsi sebagai fleksor. Jika tendo otot ini diambil, maka tidak akan mempengaruhi fungsi pergelangan pasien (Carroll et al, 2000). Letaknya yang superfisialis, akan mempermudah pencangkokan dan hanya membutuhkan dua sayatan kecil pada bagian proksimal dan distal lengan bawah untuk mengambil tendo dari otot P. Longus. Otot dapat disambung kembali pada gelendong otot Flexor carpi radialis, sehingga tidak akan menimbulkan deformitas pada lengan. Jika tidak memerlukan satu tendo utuh, tendo dapat diambil dengan membelah tendo secara longitudinal menjadi dua bagian yang sama panjang, lalu memotong salah satu dari dua bagian tersebut sebagai cangkok tendo. Panjang tendo P. Longus sekitar 15 cm. Semakin panjang tendo, akan semakin terpilih pada pencangkokan tendo (Canale et al, 2003).
2.4. Faktor yang mempengaruhi Ketiadaan tendo Palmaris Longus
Hingga saat ini belum ada literatur memberikan jawaban pasti tentang faktor apa saja yang mempengaruhi ketiadaan otot P. Longus. Beberapa literatur mengatakan gender, ras, keturunan, serta sisi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi ketiadaan P. Longus. Namun, pada penelitian-penelitian lain yang dilakukan, ternyata hasilnya tidak signifikan mendukung hipotesis di atas (Thompson et al, 2001).
2.5. Kerangka Teori
Gambar 2.8. Kerangka Teori 2.6. Kerangka Konsep
2.7. Definisi Operasional Tabel 2.7. Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala Hasil Ukur
1. Otot Palmaris
2. Jenis Kelamin Konstruksi
sosial atau
Wawancara wawancara Nominal 1. laki-laki
2. perempuan
Wawancara Wawancara Nominal 1) Indonesia
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan September 2010.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.3.2. Populasi Terjangkau
Populasi penelitian ini adalah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2007-2008.
3.3.3. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah angkatan 2007-2008.
Akan tetapi peneliti mengambil sampel sebanyak 125 responden karena peneliti mengambil sampel dengan metode pengambilan total sampling. Jumlah perhitungan di atas diambil sebagai nilai minimal untuk dilakukan penelitian. Peneliti tidak menyamaratakan jumlah perempuan dan jumlah laki-laki, karena pada penelitian sebelumnya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan ketiadaan otot P. Longus (Roohi et al, 2007).
3.3.3.1. Kriteria Inklusi
1. Terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Program Studi Pendidikan Dokter angkatan 2007 dan 2008.
2. Tidak terdapat kecacatan fisik pada kedua lengan bawah. 3.3.3.2. Kriteria Eksklusi
1. Memiliki suku selain suku di Indonesia.
3.4. Cara Kerja Penelitian 3.4.1. Studi Pendahuluan
Studi Pendahuluan dilakukan di Laboratorium Anatomi FKIK UIN Syarif Hidayatullah terhadap lima kadaver. Identifikasi otot P. Longus dilakukan dengan observasi berdasarkan letak anatomisnya. Studi pendahuluan dilakukan oleh peneliti dengan tujuan membuktikan apakah terdapat ketiadaan otot Palmaris Longus pada subjek kadaver.
3.4.2. Pengumpulan Data
3.4.3. Pengolahan dan Penyajian Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 17. Data disajikan dalam bentuk tekstular, grafikal, dan tabular.
3.4.4. Interpretasi Data
Interpretasi data dilakukan secara deskriptif. Hasil yang didapatkan dari responden adalah sebagai berikut:
1. Bilateral (+) : bila terdapat tendo P. Longus pada kedua lengan 2. Unilateral kanan (-) : bila tidak terdapat tendo P. Longus pada lengan kanan 3. Unilateral kiri (-) : bila tidak terdapat tendo P. Longus pada lengan kiri 4. Bilateral (-) : bila tidak terdapat tendo P. Longus pada kedua lengan
3.4.5. Pelaporan Hasil
Pelaporan hasil penelitian disusun dalam bentuk laporan hasil penelitian untuk selanjutnya dipresentasikan di hadapan pembimbing dan penguji.
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
Setelah dilakukan analisa univariat dari hasil penelitian Prevalensi Ketiadaan Otot P. Longus Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010 diperoleh gambaran sebagai berikut:
4.1. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan telah dilakukan oleh peneliti di Laboratorium Anatomi FKIK UIN Syarif Hidayatullah dengan sampel lima kadaver. Telah teridentifikasi tiga dari lima kadaver berjenis kelamin laki-laki dan sisanya berjenis kelamin perempuan. Hasil studi pendahuluan menunjukkan seluruh kadaver memiliki otot P. Longus pada kedua lengannya.
4.2. Karakteristik Responden 4.2.1. Usia Responden
Tabel 4.1. Distribusi usia pada responden
usia Frekuensi Persentase
18 tahun 5 4.0%
4.2.2 Jenis Kelamin Responden
Gambar 4.1. Distribusi Jenis Kelamin pada responden
Berdasarkan gambar di atas didapatkan hasil bahwa responden terbanyak adalah responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 81 responden (62,8%). Pada penelitian ini jumlah antara laki-laki dan perempuan tidak disamaratakan seperti halnya pada penelitian-penelitian sebelumnya. Peneliti tidak menyamaratakan jumlah laki-laki dan perempuan karena pada penelitian sebelumnya, jenis kelamin tidak terlalu mempengaruhi hasil secara signifikan (*).
4.2.3 Sebaran Suku Responden
Sebelumnya suku responden yang peneliti dapatkan adalah 18 suku yang berbeda. Suku Aceh, Batak, Betawi, Bugis, Jambi, Jawa, Lampung, Madura, Medan, Melayu, Padang dan Sunda, yang kemudian peneliti gabungkan menjadi Indonesia Barat untuk mempermudah pengolahan dan penulisan data. Suku Bali, Bugis, Makassar, Lombok, yang kemudian peneliti gabungkan menjadi Indonesia Tengah untuk mempermudah pengolahan dan penulisan data. Suku Papua dan Gorontalo, yang kemudian peneliti menggabungkannya menjadi Indonesia Timur untuk mempermudah pengolahan dan penulisan data.
Berdasarkan gambar di atas didapatkan hasil bahwa responden terbanyak adalah responden yang bersuku di Indonesia Bagian Barat yaitu 118 responden (94,4%). Peneliti tidak menyamaratakan antara ketiga suku karena jumlah responden dari suku Indonesia Timur dan Indonesia Tengah berjumlah sangat sedikit bila dibandingkan dengan Indonesia Barat
4.3. Frekuensi Ketiadaan Palmaris Longus
Ketiadaan P. Longus dinilai dengan menggunakan 5 jenis uji, antara lain uji standard (uji schaeffer), dan jika tidak tampak maka dilakukan keempat uji lainnya. Hasil yang didapatkan adalah, sebagai berikut:
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi otot Palmaris Longus Palmaris
Longus
Unilateral Bilateral (-) Bilateral (+) Total Kiri (-) Kanan (-)
sebanyak 7 responden (5,6%). Hal ini bukan membuktikan bahwa jenis kelamin perempuan merupakan salah satu faktor resiko ketiadaan otot P. Longus. Kemungkinan karena jumlah laki-laki yang lebih sedikit dari perempuan, belum ditemukan ketiadaan P. Longus pada responden laki-laki.
Gambar 4.3. Distribusi Suku pada responden yang tidak memiliki otot Palmaris Longus pada salah satu atau kedua lengannya
Berdasarkan gambar di atas ketiadaan otot P. Longus lebih banyak terjadi pada suku Indonesia Barat, sedangkan pada suku Indonesia Timur tidak terdapat ketiadaan otot P. Longus. Hasil ini bukan membuktikan bahwa suku Indonesia Barat merupakan salah satu faktor resiko ketiadaan otot P. Longus. Hal ini mungkin terjadi karena peneliti tidak menyamaratakan jumlah suku responden, dengan jumlah responden dari suku Indonesia Barat lebih banyak dibandingkan Indonesia Tengah dan Indonesia Timur.
Tabel 4.3. Perbandingan Distribusi frekuensi otot Palmaris Longus Populasi
Kategori
Sisi Tubuh Jumlah Sisi
India Kiri > kanan Unilateral > Bilateral Yoruba Kiri > kanan Unilateral > Bilateral Cina Kiri > kanan Unilateral > Bilateral
Malaysia - Unilateral > Bilateral
Nigeria - Bilateral > Unilateral
otot P. Longus pada sisi tubuh kiri lebih banyak dibandingkan dengan sisi kanan, dan ketiadaan unilateral lebih banyak bila dibandingkan dengan bilateral.
4.4. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mempunyai keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan-keterbatasan tersebut, yaitu:
1. Ras tidak bisa peneliti teliti karena Indonesia merupakan campuran dari beberapa Ras, oleh karena itu peneliti menggunakan Suku untuk diteliti. 2. Cara pengambilan sampel menyebabkan penelitian ini tidak bisa
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa:
Prevalensi ketiadaan Palmaris Longus adalah sebesar 5,6% pada Mahasiswa UIN syarif hidayatullah jakarta.
Keseluruhan dari populasi yang memiliki ketiadaan otot Palmaris Longus adalah perempuan.
Suku terbanyak yang memiliki ketiadaan otot Palmaris Longus adalah suku Indonesia Barat.
Ketiadaan otot Palmaris Longus unilateral lebih banyak daripada ketiadaan otot Palmaris Longus bilateral.
Ketiadaan otot Palmaris Longus unilateral kiri lebih banyak daripada unilateral kanan
6.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Carroll CM, Pathak I, Irish J, Neligan PC. 2000. Reconstruction of total lower lip and chin defects using the composite radial forearm–palmaris longus tendon free flap. Arch Facial Plast Surg 2(1): 53-6. Tersedia:
http:/www.ncbi.nih.gov/pubmed/10925425?dopt=Citation (15 September 2010)
Kayode AO, Olamide AA, Blessing OI, et al. 2008. Incidence of Palmaris Longus
Muscle Absence in Nigerian Population: 1-4. Tersedia:
www.scielo.cl/pdf/ijmorphol/v26n2/art09.pdf (16 September 2010) GO Mbaka, AB Ejiwunmi. 2007. Prevalence of palmaris longus absence – a
study in the Yoruba Population: 1-4. Tersedia:
www.ums.ac.uk/umj078/078(2)090.pdf (15 September 2010)
Nigro RO. 2001. Anatomy of the Flexor Retinaculumof The Wrist and The Flexor
Carpiradialis: 1-5. Tersedia: www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11280159
(17 September 2010)
Oomman RA, Rajarajeshwari. 2002. Palmaris Longus-Upside Down: 1-3. Tersedia:
medind.nic.in/jae/t02/i2/jaet02i2p232.pdf (14 September 2010) P Agarwal. 2005. Absence of the Palmaris Longus in Indian Population:1-4.
Tersedia: www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2856399/ (15 September 2010)
SA Roohi, L Choon-Sian, A Shalimar, et al. 2007. A Study on the Absence of
Palmaris Longus in a Multiracial Population: 1-3. Tersedia:
www.morthoj.org/2007v1n1/absence_Palmaris_Longus.pdf (19 September 2010)
SJ Sebastin, Aymeric YTL, HB Wong. 2006. Clinical Assessment of Absence of the Palmaris Longus and its Association With Other Anatomical
Anomalies – A Chinese Population: 1-5. Tersedia:
www.annals.edu.sg/pdf/35VolNo4200605/V35N4p249.pdf (15 September 2010)
Snell RR. 2000. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. halaman 470-1, 480-2, 519
ST Canale , K Daugherty, L Jones. 2003. Campbell’s Operative Orthopaedics. 10th ed. Philadelphia: Elsevier Mosby. P 3454-5, 3472, 3497-9, 3632 Thompson NW, BJ Mockford, GW Cran. 2001. Absence of the Palmaris Longus
Muscle: a population study : 1-3. Tersedia:
www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/.../pdf/ulstermedj00053-0025.pdf (15 September 2010)
Wehbe MA. 1995. Tendon Graft Donor Site: 1-4. Tersedia:
Lampiran 1. Informed Consent dan Hasil Metode Penemuan Tendo Palmaris Longus
No. Kuesioner :
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
(INFORMED CONSENT)
Saya telah mendapatkan penjelasan secara rinci dan mengerti mengenai Riset Prevalensi Ketiadaan otot Palmaris Longus yang dilakukan oleh Felais Hedianto Pradana, Mahasiswa program studi pendidikan dokter angkatan 2007 FKIK UIN Syarif Hidayatullah. Saya mengerti bahwa partisipasi saya dilakukan secara sukarela.
Pernyataan bersedia diwawancara dan diperiksa. Tangerang, __ September 2010
I. IDENTITAS RESPONDEN Umur _____ tahun _____ bulan
Jenis kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan
Suku
Ayah Ibu
1. Indonesia Barat 2. Indonesia Tengah 3. Indonesia Timur
1. Indonesia Barat 2. Indonesia Tengah 3. Indonesia Timut II. HASIL METODE
Lampiran 3. Output SPSS
-Pada keseluruhan populasi Mahasiswa PSPD FKIK UINSH : 125 Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.
umur .234 125 .000 .861 125 .000
Statistics
seks suku tendon umur
N Valid 125 125 125 125
Missing 0 0 0 0
Mean 1.65 1.07 1.09 20.22
Median 2.00 1.00 1.00 20.00
Mode 2 1 1 20
Std. Deviation .480 .316 .402 .867
Seks
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid laki-laki 44 35.2 35.2 35.2
perempuan 81 64.8 64.8 100.0
suku
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
-Pada keseluruhan populasi Mahasiswa PSPD FKIK UINSH yang memiliki ketiadaan otot Palmaris Longus: 7 orang
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.
umur .185 7 .200* .967 7 .877
a. Lilliefors Significance Correction
Statistics
seks suku tendon umur
N Valid 7 7 7 7
Missing 0 0 0 0
Mean 2.00 1.14 2.57 20.29
Median 2.00 1.00 2.00 20.00
Mode 2 1 2 20a
Std. Deviation .000 .378 .787 1.604
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
seks
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
suku
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent