• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA .......................................... 63-79

4.2 Deskripsi Data penelitian

4.2.2 Deskripsi Statistik Tipe Kelekatan dan Kecemburuan …. 66

Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh Sembiring (1994; dalam

Helmi, 1999) bahwa bahwa variabel tipe kelekatan bukanlah variabel-variabel

bebas secara ortogonal, artinya dalam setiap individu mempunyai ketiga macam

tipe kelekatan tersebut, hanya saja kadarnya yang berbeda. Oleh karena itu

sebagai data tambahan menentukan tingkat tipe kelekatan (attachment style)

terhadap tingkat kecemburuan, subyek dibagi dalam tiga kategori yakni rendah,

peneliti menggunakan kategorisasi jenjang (ordinal) yaitu menempatkan subjek ke

dalam kelompok terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan

atribut yang diukur (dalam Azwar, 2004). Rumus yang dipakai adalah sebagai

berikut: X < ( µ - 1,0 σ ) = Rendah ( µ - 1,0 σ ) ≤ X < ( µ + 1,0 σ ) = Sedang ( µ + 1,0 σ ) ≤ X = Tinggi Keterangan : µ = Mean teoritis

σ = Satuan deviasi standar

Tabel 4.7

Deskripsi Data penelitian Tipe kelekatan (Attachment style)

Menghindar/avoidant Aman/secure Cemas/ambivalent

X Min 28 57 49

X Max 46 73 31

Standar Deviasi 9 8 9

Mean 37 65 40

Tabel 4.8

Deskripsi Skor Kategori Avoidant, Secure, dan Ambivalent

Kategori Avoidant Secure Ambivalent

Frek % Frek % Frek % Rendah 19 29,2% 17 26,2% 21 32,3% Sedang 30 46,2% 28 43,1% 26 40% Tinggi 16 24,6% 20 30,8% 18 27,7%

Tabel 4.9

Deskripsi Data Penelitian Kecemburuan

Perolehan X Min 82 X Max 182 Standar Deviasi 17 Mean 134 Tabel 4..10

Deskripsi Skor Kategori Kecemburuan

Kategorisasi Frekuensi Persentase

Rendah 17 26,2%

Sedang 29 44,6%

Tinggi 19 29,2%

Jumlah 65 100%

4.2.3 Deskripsi Statistik Hubungan Tipe Kelekatan (Attachment Style) dengan Kecemburuan

Tabel 4.11

aman/secure * kecemburuan Crosstabulation

Kategori

Kecemburuan

Kategori Secure Jumlah Rendah Sedang Tinggi

Frek % Frek % Frek % Frek %

Rendah 3 4,6% 8 12,3% 6 9,2% 17 26,2%

Sedang 6 9,2% 16 24,6% 7 10,8% 29 44,6%

Tinggi 8 12,3% 4 6,2% 7 10,8% 19 29,2%

Jumlah 17 26,2% 28 43,1% 20 30,8% 65 100%

Berdasarkan ilustrasi diatas dapat digambarkan bahwa mahasiswa yang

memiliki tipe kelekatan aman/secure rendah dengan kecemburuan rendah

sebanyak 3 orang (4,6%), aman/secure rendah dengan kecemburuan sedang

sebanyak 6 orang (9,2%), aman/secure rendah dengan kecemburuan tinggi

sebanyak 8 orang (12,3%). Kemudian mahasiswa yang memiliki tipe kelekatan

aman/secure sedang dengan kecemburuan rendah sebanyak 8 orang (12,3%),

aman/secure sedang dengan kecemburuan sedang sebanyak 16 orang (24,6%), dan

aman/secure sedang dengan kecemburuan tinggi sebanyak 4 orang (6,2%).

Selanjutnya mahasiswa dengan tipe kelekatan aman/secure tinggi dengan dengan

kecemburuan rendah sebanyak 6 (9,2%), aman/secure tinggi dengan kecemburuan

sedang 7 orang (10,8%), aman/secure tinggi dengan kecemburuan tinggi sebanyak

7 orang (10,8%). Dari tingkat tipe kelekatan secure mahasiswa mayoritas

memiliki tipe kelekatan secure sedang dengan tingkat kecemburuan sedang.

Tabel 4.12

Menghindar/Avoidant * kecemburuan Crosstabulation Kategori

Kecemburuan

Kategori Avoidant Jumlah Rendah Sedang Tinggi

Frek % Frek % Frek % Frek %

Rendah 4 6,2% 6 9,2% 7 10,8% 17 26,2%

Sedang 5 7,7% 20 30,8% 4 6,2% 29 44,6%

Tinggi 10 15,4% 4 6,2% 5 7,7% 19 29,2%

Berdasarkan ilustrasi diatas digambarkan bahwa terdapat 4 orang (6,2%) yang

memiliki tipe kelekatan menghindar/avoidant rendah dengan kecemburuan

rendah, terdapat 5 orang (7,7%) memiliki menghindar/avoidant rendah dengan

kecemburuan sedang, dan 10 (15,4%) mahasiswa yang memiliki

menghindar/avoidant rendah dengan kecemburuan tinggi. Selanjutnya terdapat 6

orang (9,2%) yang memiliki tipe kelekatan menghindar/avoidant sedang dengan

kecemburuan rendah, terdapat 20 orang (30,8%) yang memiliki

menghindar/avoidant sedang dengan kecemburuan sedang, terdapat 4 orang

(6,2%) yang memiliki menghindar/avoidant sedang dengan kecemburuan tinggi.

Dan terdapat 7 orang (10,8%) yang memiliki tipe kelekatan menghindar/avoidant

tinggi dengan kecemburuan rendah, terdapat 4 orang (6,2%) yang memiliki

menghindar/avoidant tinggi dengan kecemburuan sedang, serta terdapat 5

orang(7,7%) yang memiliki menghindar/avoidant tinggi dengan kecemburuan

tinggi. Mayoritas mahasiswa memiliki tipe kelekatan menghindar avoidant sedang

dengan tingkat kecemburuan sedang.

Tabel 4.13

Cemas/Ambivalent * kecemburuan Crosstabulation Kategori

Kecemburuan

Kategori Ambivalent Jumlah Rendah Sedang Tinggi

Frek % Frek % Frek % Frek %

Rendah 12 18,5,6% 3 4,6% 2 3,1% 17 26,2%

Sedang 7 10,8% 16 24,6% 6 9,2% 29 44,6%

Tinggi 2 3,1% 7 10,8% 10 15,4% 19 29,2%

Jumlah 21 32,3% 26 43,1% 18 30,8% 65 100%

Berdasarkan ilustrasi diatas digambarkan bahwa terdapat 12 orang (18,5%)

yang memiliki tipe kelekatan cemas/ambivalent rendah dengan kecemburuan

rendah, terdapat 7orang (10,8%) memiliki cemas/ambivalent rendah dengan

kecemburuan sedang, dan 2 orang (3,1%) mahasiswa yang memiliki

cemas/ambivalent rendah dengan kecemburuan tinggi. Selanjutnya terdapat 3

orang (4,6%) yang memiliki tipe kelekatan cemas/ambivalent sedang dengan

kecemburuan rendah, terdapat 16 orang (24,6%) yang memiliki cemas/ambivalent

sedang dengan kecemburuan sedang, terdapat 7 orang (10,8%) yang memiliki

cemas/ambivalent sedang dengan kecemburuan tinggi. Dan terdapat 2 orang

(3,1%) yang memiliki tipe kelekatan cemas/ambivalent tinggi dengan

kecemburuan rendah, terdapat 6 orang (9,2%) yang memiliki cemas/ambivalent

tinggi dengan kecemburuan sedang, serta terdapat 10 orang (15,4%) yang

memiliki cemas/ambivalent tinggi dengan kecemburuan tinggi.dari hasil tabulasi

diperoleh mayoritas mahasiswa memiliki tipe kelekatan ambivalent sedang

dengan tingkat kecemburuan sedang.

4.3 Uji Hipotesis

Data penelitian ini berupa data interval dengan menggunakan uji statistik

parametrik serta teknik penelitian korelasional. Sehingga untuk melihat ada

tidaknya korelasi antara dua variabel yaitu dengan menganalisis skor tipe

Dalam penelitian ini peneliti mengajukan hipotesa yaitu apakah ada hubungan

antara tipe kelekatan terhadap kecemburuan. Untuk menguji hipotesa ini maka

digunakan perhitungan korelasi menggunakan formula Pearson Product Moment

Dalam penghitungannya, peneliti menggunakan program SPSS 15.0 for Windows.

Dari uji statistik yang dilakukan didapatkan hasil berikut.

Tabel 4.14

Uji Hipotesis Tipe Kelekatan dan Kecemburuan

kecemburuan Kelekatan kecemburuan Pearson

Correlation 1 .265(*) Sig. (2-tailed) .033

N 65 65

Tipe Kelekatan Pearson

Correlation .265(*) 1 Sig. (2-tailed) .033

N 65 65

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Tabel diatas menegaskan bahawa berdasarkan hasil perhitungan statistik,

diperoleh tipe kelekatan dengan kekecemburuanan nilai koefisien korelasi r

Hitung 0,265 maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara tipe kelekatan dengan

kecemburuan.

Selanjutnya, peneliti ingin melihat hasil uji hipotesis antara tipe kelekatan

secure, tipe kelekatan avoidant dan tipe lekatan ambivalent dengan kecemburuan

Tabel 4.15

Korelasi Kecemburuan dengan secure, avoidant dan ambivalent

kecemburuan Secure Avoidant Ambivalent kecemburuan Pearson Correlation 1 -.282(*) -.269(*) .527(**) Sig. (2-tailed) .023 .030 .000 N 65 65 65 65 Secure Pearson Correlation -.282(*) 1 -.031 -.087 Sig. (2-tailed) .023 .808 .489 N 65 65 65 65 Avoidant Pearson Correlation -.269(*) -.031 1 -.185 Sig. (2-tailed) .030 .808 .140 N 65 65 65 65 Ambivalent Pearson Correlation .527(**) -.087 -.185 1 Sig. (2-tailed) .000 .489 .140 N 65 65 65 65

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Menurut table diatas, berdasarkan hasil perhitungan statistik, diperoleh tipe

kelekatan menghindar/avoidant dengan kecemburuan memiliki nilai koefisien

korelasi r Hitung -0.269 maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara tipe

kelekatan menghindar/avoidant dengan kekecemburuanan. Kemudian untuk tipe

kelekatan aman/secure dengan kekecemburuanan diperoleh nilai koefisien

korelasi r Hitung sebesar -0.282 maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara

tipe kelekatan aman/secure dengan kekecemburuanan. Dan untuk tipe kelekatan

sebesar 0.527 maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara tipe kelekatan

cemas/ambivalent dengan kekecemburuanan.

Selain menggunakan korelasi Pearson Product Moment, selanjutnya untuk

mengetahui kekuatan hubungan antar variabel kelekatan dengan kecemburuan,

digunakan penghitungan korelasi Parsial dengan siginifikasi 0.05 yang tersaji

pada tabel 4.16, 4.17 dan tabel 4.18.

Tabel 4.16

Korelasi Parsial avoidant dan ambivalentterhadapkecemburuan dan secure Control

Variables Kecemburuan Secure

Avoidant & Ambivalent Kecemburuan Correlation 1.000 -.295 Significance (2-tailed) . .019 df 0 61 Secure Correlation -.295 1.000 Significance (2-tailed) .019 . df 61 0

Pada tabel diatas variabel kontrol avoidant dan ambivalent memiliki nilai t

hitung sebesar -0.295 dengan probabilitas sebesar 0,19. Karena yang digunakan

adalah sig t < 5 % (0,19 < 0,05). Kesimpulan yang dapat diambil bahwa ada

Tabel 4.17

Korelasi Parsial secure dan ambivalent terhadapkecemburuan dan avoidant Control

Variables Kecemburuan Avoidant

Secure & Ambivalent Kecemburuan Correlation 1.000 -.228 Significance (2-tailed) . .072 df 0 61 Avoidant Correlation -.228 1.000 Significance (2-tailed) .072 . df 61 0

Data pda tabel diatas menjelaskan bahwa variabel kontrol secure dan ambivalent

memilikinilai t hitung sebesar -0.295 dengan probabilitas sebesar 0,072. Karena

yang digunakan adalah sig t > 5 % (0,072 > 0,05). Kesimpulan yang dapat diambil

tidak ada hubungan antara secure dan ambivalent dengan kecemburuan dan

avoidant

Tabel 4.18

Korelasi Parsial secure dan avoidant terhadapkecemburuan dan ambivalent

Control

Variables Kecemburuan Ambivalent Secure & Avoidant Kecemburuan Correlation 1.000 .501 Significance (2-tailed) . .000 df 0 61 Ambivalent Correlation .501 1.000 Significance (2-tailed) .000 . df 61 0

Tabel diatas menggambarkan variabel kontrol secure dan avoidant yang

yang digunakan adalah sig t < 5 % (0,00 < 0,05). Kesimpulan yang dapat diambil

ada hubungan antara secure dan avoidant dengan kecemburuan dan ambivalent

korelasi ini juga menunjukkan signifikasi paling kuat dibanding dengan variabel

secure maupun avoidant

4.4 Pembahasan Hasil

Berdasarkan rerata skor statistik tipe kelekatan secara umum diperoleh

(mean=142,3846) memperoleh kategori secure/sedang dan untuk kecemburuan

(mean=134,3538) juga masuk kategori sedang. untuk tipe kelekatan

menghindar/avoidant (mean=37,0923) masuk kategori sedang, untuk subyek

memiliki skor tipe kelekatan aman/secure (mean=65,2615) dengan kategori tinggi

dan tipe kelekatan cemas/ambivalent (mean=40,0308) dengan kategori sedang.

Dari hasil uji hipotesis secara umum diperoleh hasil bahwa tipe kelekatan

memiliki korelasi positif dengan kekecemburuanan (r Hitung 0,265). Secara

khusus pada tipe kelekatan menghindar/avoidant memiliki korelasi yang negatif

terhadap kecemburuan (r Hitung -0,269) semakin tinggi skor tipe kelekatan

menghindar/avoidant maka tingkat kecemburuan subyek semakin rendah.

Kemudian tipe kelekatan aman/secure memiliki korelasi yang negatif dengan

kecemburuan (r Hitung -0.282) hal ini menandakan bahwa semakin tinggi skor

tipe kelekatan aman/secure semakin rendah tingkat kecemburuan subyek. Dan

Hitung 0.527) hal tersebut menyatakan bahwa semakin tinggi skor tipe

cemas/ambivalent maka tingkat kecemburuan subyek semakin tinggi.

Untuk uji hipotesis diperoleh tipe kelekatan dengan kecemburuan memiliki

niai koefisien korelas r Hitung 0,265 maka H1 diterima, artinya ada hubungan

yang signifikan antara tipe kelekatan dengan kekecemburuanan. Pada uji hipotesis

tambahan diperoleh tipe kelekatan menghindar/avoidant dengan kecemburuan

nilai koefisien korelasi r Hitung -0,269 maka H1 dterima, artinya ada hubungan

antara tipe kelekatan menghindar/avoidant dengan kecemburuan Kemudian untuk

aman/secure dengan kecemburuan diperoleh nilai koefisien korelasi r Hitung

sebesar -0,282 maka H1 diterima, artinya ada hubungan antara tipe kelekatan

aman/secure dengan kecemburuan. Dan untuk cemas/ambivalent dengan

kecemburuan diperoleh nilai koefisien korelasi r Hitung sebesar 0,527 dan H1

diterima, artinya ada hubungan antara tipe kelekatan cemas/ambivalent dengan

kecemburuan.

Pada penghitungan korelasi Parsial diperoleh, variabel kontrol avoidant dan

ambivalent memiliki nilai t hitung sebesar -0.295 dengan probabilitas sebesar

0,19. Karena yang digunakan adalah sig t < 5 % (0,19 < 0,05) yang artinya ada

hubungan antara avoidant dan ambivalent dengan kecemburuan dan secure.

Untuk variabel kontrol secure dan ambivalent memilikinilai t hitung sebesar

-0.295 dengan probabilitas sebesar 0,072. Dengan sig t > 5% (0,072 > 0,05), hal ini

menyatakan bahwaa tidak ada hubungan antara secure dan ambivalent dengan

nilai t hitung sebesar 0.501 dengan probabilitas sebesar 0.00 Karena yang

digunakan adalah sig t < 5 % (0,00 < 0,05). Kesimpulan yang dapat diambil ada

hubungan antara secure dan avoidant dengan kecemburuan dan ambivalent

Dengan demikian hubungan antara tipe kelekatan dengan kekecemburuanan

pada mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta yang berpacaran memiliki keterkaitan, dimana untuk hubungan signifikan

yang paling kuat berdasarkan hasil penghitungan korelasi Pearson Product

Moment maupun korelasi Parsial diantara tipe kelekatan terhadap kecemburuan

Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dari hasil penelitian, diskusi,

serta saran tentang Hubungan tipe kelekatan/ attachment style dengan

kecemburuan pada pasangan berpacaran mahasiswa fakultas Psikologi Universitas

Islam Negeri Syraif Hidayatullah Jakarta.

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil analisa data yang telah dilakukan, maka dapat

diambil kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tipe kelekatan

dan kecemburuan pada pasangan berpacaran mahasiswa fakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan signifikasi 0.05 dan

perolehan r hitung 0.265.

5.2. Diskusi

Berdasarkan rerata skor statistik tipe kelekatan secara umum diperoleh

(mean=142,3846) memperoleh kategori secure/sedang dan untuk kecemburuan

(mean=134,3538) juga masuk kategori sedang. untuk tipe kelekatan

menghindar/avoidant (mean=37,0923) masuk kategori sedang, untuk subyek

memiliki skor tipe kelekatan aman/secure (mean=65,2615) dengan kategori tinggi

dan tipe kelekatan cemas/ambivalent (mean=40,0308) dengan kategori sedang.

Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan signifikasi 0.05 diperoleh bahwa

tipe kelekatan dengan kecemburuan memiliki hubungan yang signifikan dengan r

hitung 0.265. selain itu, masing-masing tipe kelekatan memiliki hubungan yang

signifikan pula dengan kecemburuan tetapi dengan jenis korelasi berbeda seperti

pada tipe menghindar/avoidant memiliki korelasi negatif dengan kecemburuan

dengan r hitung -0.269, dimana semakin tinggi skor menghindar/avoidant maka

kecemburuan seseorang semakin rendah, lalu pada tipe kelekatan aman/secure

juga memiliki jenis korelasi negatif dengan kecemburuan dengan r hitung -0.282,

dimana orang yang memiliki tingkat aman/secure yang tinggi maka memiliki

tingkat kecemburuan rendah. Sebaliknya untuk cemas/ambivalent memiliki jenis

korelasi positif dengan cemburu dengan r hitung 0.527, dimana semakin tinggi

tingkat cemas/ambivalent maka ia semakin pecemburu.

Untuk uji hipotesis diperoleh tipe kelekatan dengan kecemburuan memiliki

niai koefisien korelas r Hitung 0,265 maka H1 diterima, artinya ada hubungan

yang signifikan antara tipe kelekatan dengan kekecemburuanan. Pada uji hipotesis

tambahan diperoleh tipe kelekatan menghindar/avoidant dengan kecemburuan

nilai koefisien korelasi r Hitung -0,269 maka H1 dterima, artinya ada hubungan

antara tipe kelekatan menghindar/avoidant dengan kecemburuan Kemudian untuk

aman/secure dengan kecemburuan diperoleh nilai koefisien korelasi r Hitung

sebesar -0,282 maka H1 diterima, artinya ada hubungan antara tipe kelekatan

aman/secure dengan kecemburuan. Dan untuk cemas/ambivalent dengan

diterima, artinya ada hubungan antara tipe kelekatan cemas/ambivalent dengan

kecemburuan.

Dengan demikian hubungan antara tipe kelekatan dengan kekecemburuanan

pada mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta yang berpacaran memiliki keterkaitan, dimana untuk hubungan signifikan

yang paling kuat diantara tipe kelekatan terhadap kecemburuan adalah tipe

cemas/ambivalent.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Sharpsteen & Kirkpatrick, (1997).

adanya perbedaan keistimewaan dari suatu hubungan yang akrab/intim termasuk

didalamnya reaksi cemburu terhadap ancaman kehilangan. Dimana untuk

mengaktifkan sistem attachment/kelekatan adalah melalui perpisahan dengan

figur lekat dan kedua ancaman berpisah dengan figur lekat. Perpisahan dari

pasangan individu bisa jadi menyebabkan timbulnya sistem kelekatan mereka,

dan tipe mereka akan menunjukkan bagaimana ungkapan cemburu mereka.

Cemburu dan sistem kelekatan dipicu oleh kejadian sama, penerimaan fungsi yang

sama, dan termasuk emosi yang sama (Sharpsteen & Kirkpatrick, 1997). Selain itu

dengan signifikasi terkuat pada ambivalent hal ini membuktikan bahwa individu

dengan tipe insecure pada suatu hubungan, kecemburuannya mudah timbul

Berdasarkan data yang diperoleh berdasarkan rentang usia, dapat diketahui

bahwa lebih dari separuh responden dalam penelitian ini berada dalam rentang

usia 19 – 22 tahun. Dengan jumlah responden yang berpacaran mayoritas dari

semester 3 sejumlah 43 orang (66,2%) dan memiliki mayoritas lama hubungan

lebih dari sebulan sebanyak 28 orang (43,1%). Hal ini sesuai dengan beberapa

kesimpulan dari beberapa penelitian bahwa kecemburuan lebih sering timbul pada

hubungan romantis yang masih baru. Hasil penelitian dari Knox dan Zusman

(2009) menyebutkan bahwa mahasiswa yang yang telah berpacaran kurang dari

satu tahun secara signifikan dilaporkan memiliki tingkat kecemburuan lebih tinggi

dibanding yang telah berpacaran 13 bulan ke atas. Selain itu tipe hubungan

(menikah versi belum menikah) dipercaya memiliki hubungan yang dekat dengan

kecemburuan. Guerrero (1993) menemukan bahwa individu yang belum menikah

memperlihatkan intensitas reaksi emosional maupun kognisi terhadap

kecemburuan ketika dibandingkan dengan individu yang telah menikah. Penelitian

yang sama memperkirakan bahwa individu yang belum menikah lebih sering

mengalami destructive coping mechanisms dibanding dengan individu yang

belum menikah. Adapun hasil dari penelitian yang telah penulis lakukan memiliki

kesamaan dengan hasil penelitian diatas dimana mayoritas sample yang memiliki

kecemburuan berusia 19-20, dan berstatus belum menikah.

Pada tipe kelekatan secure memiliki frekuensi tertinggi pada aspek perilaku

ambivalent frekuensi tertinggi pada aspek kecemburuan adalah perilaku dengan

kategori sedang masing-masing 36,9%.

Baik laki-laki maupun perempuan mayoritas bertipe kelekatan secure.

Begitupun dalam hal tingkat cemburu keduanya sama mayoritas ada pada kategori

sedang, hanya berbeda aspek kecemburuannya, perempuan lebih cenderung pada

aspek emosi dan kognisi, sedangkan laki-laki pada aspek perilaku. Hubungan

antara kecemburuan dan gender telah mendapat perhatian dari para ahli,

diantaranya adalah Pines dan Aronson (1983) yang meneliti tingkat kecemburuan

partisipan dengan sebuah skala dengan nilai 7, dan mereka menemukan indikasi

bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan di

tingkatan kecemburuan. Hal tersebut menjelaskan perlunya penelitian lebih lanjut

untuk mengeneralisasikan keadaan tersebut, sampai akhirnya beberapa studi

menemukan perbedaan yang signifikan dalam reaksi menghadapi cemburu dalam

kajian gender (Buunk et al., 1991; Erber dan Erber, 2001; Shetel-Neuber, Byrson,

dan Young, 1978). Penelitian-penelitian tersebut memperlihatkan bahwa wanita

lebih cenderung pada reaksi emosional dan laki-laki cenderung pada reaksi

permusuhan (Demirtas dan Donmez, 2006).

Sesuai dengan hasil yang diperoleh dari penelitian-penelitian sebelumnya

yang menyatakan, penelitian pada cemburu berdasarkan perspektif social

exchange telah mempelajari faktor yang memiliki keterkaitan seperti

Dalam penelitian in, dapat diketahui bahwa seluruh responden mayoritas berjenis

kelamin laki-laki di banding perempuan. Faktor kesediaan menjadi responden ikut

mempengaruhi dalam pengambilan sampel. Berdasarkan rentang usia, dapat

diketahui bahwa lebih dari separuh responden dalam penelitian ini berada dalam

rentang usia 19 – 22 tahun. Dengan jumlah responden yang berpacaran mayoritas

dari semester 3 sejumlah 43 orang (66,2%) dan memiliki mayoritas lama

hubungan lebih dari sebulan sebanyak 28 orang (43,1%). Disertai perolehan tipe

kelekatan tertinggi pada responden adalah tipe avoidant sebanyak 30 responden

(46,9%), dan tingkat kecemburuan tertinggi pada kategori sedang sebanyak 29

responden (44,6%). Hasil ini mungkin tidak sama dengan hasil sebagaimana

Hazan dan Shaver peroleh yaitu 43% responden bertipe secure, hal ini tidak

menutup kemungkinan disebabkan oleh masih lemahnya komitmen pada

pasangan berpacaran yang menjadikan kelekatan mereka terhadap pasanganpun

tidak begitu erat.

5.3. Saran

Penulis menyadari bahwa dalam proses penelitian ini terdapat beberapa

kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu bagi para peneliti selanjutnya yang

berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan tema masalah yang sama

disarankan untuk dapat menutupi segala kekurangan dan kelemahan dari

Berdasarkan hasil uji hipotesis dan keterbatasan dalam penelitian, berikut ini

ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan sebagai saran praktis dan teoritis:

1. Berdasarkan hasil penelitian dinyatakan bahwa mayoritas responden

memiliki tipe kelekatan avoidants sedang dengan kata lain rata-rata

responden memiliki keinginan untuk tidak meleburkan diri atau memiliki

kedekatan yang cukup intim dengan pasangan, maka untuk penelitian

selanjutnya penulis menganjurkan bila ingin meneliti variabel

kecemburuan maupun tipe kelekatan, salah satunya disarankan untuk

menggunakan variable yang dapat meneliti sikap mana mampu

mempengaruhi ketergantungan maupun kedekatan terhadap pasangan

misalnya dependency ataupun intimacy.

2. Untuk mengetahui signifikansi korelasi antara tipe kelekatan dengan

cemburu dan untuk mendapatkan informasi mengenai hubungan romantis

baik itu tipenya, maupun kejadian-kejadian yang terjadi didalam, baiknya

menggunakan sampel yang telah memiliki hubungan cinta yang telah

stabil, misalnya pada pasangan yang sudah menikah.

3. Bagi para mahasiswa di fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatulllah

Jakarta, jika mereka memilih hubungan berpacaran sebagai salah satu

hubungan sosial yang mereka bangun ketika menjalaninya mereka

memiliki pengertian dan kepercayaan terhadap pasangannya. Karena disini

kita membicarakan mengenai tipe kelekatan yang pada tiap orang

memilikinya dengan kecenderungan berbeda, maka saran dari penulis

menerima) pada pasangan sehingga tercipta hubungan interpersonal yang

baik dengan mengizinkan hadirnya cemburu yang wajar sebagai bumbu

dari hubungan, bagaimanapun kecemburuan juga menunjukkan kecintaan.

Untuk selanjutnya pasangan jangan terlalu menonjolkan sikap ambivalent

(mencemaskan secara berlebihan) yang berujung pada sifat posesif dan

mengekang pasangan, yang mana tentu saja sifat itu dapat mengundang

kecemburuan yang sangat bahkan mungkin cemburu buta dan hubungan

yang dibinapun akan rawan menghadapi perpisahan. Kemudian untuk

sikap avoidant (menghindar, tidak peduli) tidak begitu diharapkan untuk

lebih cenderung dibanding sikap yang lainnya, karena hal ini dapat

menekan kecemburuan pasangan atau bahkan tak ada cemburu sama

sekali, bila ini terjadi maka tujuan dari membina hubungan interpersonal

untuk mendapat dukungan dari pasangan tak akan tercapai.

Dengan mengetahui sikap mana yang dapat membuat suatu hubungan

interpersonal berkembang baik maka timbul harapan bahwa hubungan ini

bisa menjadi salah satu motivasi yang membangun, sebagaimana dari hasil

beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa dengan berpacaran dapat

menjadi motivasi untuk berprestasi. Selain itu hubungan sosial ini bisa

dijadikan sebagai bekal pengalaman kelak ketika memasuki jenjang

hubungan yang lebih serius dan berjangka waktu lama serta penuh

Amaliah, R (2008). Pengaruh Pendidikan Teman Sebaya Tentang Kanker Serviks Terhadap Kesadaran Diri Akan Perilaku Pacaran Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta : Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta

Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Azwar, S. (2004). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Baron, R.A., dan Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial. Ratna Juwita (tej), Jakarta: Erlangga

Bevan, J.L., dan Lannuti, P.J (1999). The Experience And Expression Of

Romantic Jealousy In Same Sex And Opposite-Sex Romantic Relationship. Communication Research Reports, vol 19, no 3, hal 258-268

Brown, N.M., dan Amatea, E.S (2000). Love And Intimate Relationships: Journey Of The Heart. USA: Taylor & Francis

Bush, R., Bush, C., Joseph P .(1991). Quality of realtionship and romantic jealousy : Effects of adult attachment and depression. San Francisco, US: Departement Of Education

Buss, D.M (2000). The Dangerous Passion: Why Jealousy Is As Necessary As Love And Sex. New York: The Free Press

Dokumen terkait