• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Flow, Self-Compassion, dan Gaya Pengajaran Autonomy-Supportive Terhadap Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

N/A
N/A
Eyin Sitorus

Academic year: 2024

Membagikan "Pengaruh Flow, Self-Compassion, dan Gaya Pengajaran Autonomy-Supportive Terhadap Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

1441 H/2020 M

PENGARUH FLOW, SELF-COMPASSION, DAN AUTONOMY-SUPPORTIVE TEACHING STYLE

TERHADAP PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA PSIKOLOGI UIN SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA PADA MATA KULIAH PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh:

Ersa Indrianingrum 11160700000080 FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

PENGARUH FLOW, SELF-COMPASSION, DAN AUTONOMY- SUPPORTIVE TEACHING STYLE TERHADAP

PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PADA MATA KULIAH PSIKOLOGI KEPRIBADIAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S.Psi)

Oleh:

Ersa Indrianingrum NIM: 11160700000080

Pembimbing:

Liany Luzvinda, M.Si NIP. 19780216 200710 2 001

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/2020 M

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul “PENGARUH FLOW, SELF-COMPASSION, DAN

AUTONOMY-SUPPORTIVE TEACHING STYLE TERHADAP

PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PADA MATA KULIAH PSIKOLOGI KEPRIBADIAN” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana psikologi (S.Psi) pada Fakultas Psikologi.

Dekan/

Ketua Merangkap Anggota

Dr.

Zahrotun Nihayah, M.Si NIP. 19620724 198903 2 001

Sidang Munaqasyah

Jakarta, 5 Oktober 2020

Wakil Dekan/

Sekertaris Merangkap Anggota

Yufi Adriani, Ph.D, Psikolog NIP. 19820918 200901 2 006

Anggota

Mulia Sari Dewi, M.Psi, Psikolog

NIP. 19780502 200801 2 026 Dr. Diana Mutiah, M.Si NIP. 19671029 199603 2 001

Liany Luzvinda, M.Si NIP. 19780216 200710 2 001

(4)

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 5 Oktober 2020

Ersa Indrianingrum NIM: 11160700000080

(5)

ABSTRAK A) Fakultas Psikologi

B) Okktober 2020 C) Ersa Indrianingrum

D) Pengaruh flow, self-compassion, dan autonomy-supportive teaching style terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada mata kuliah psikologi kepribadian

E) xii + 98 halaman + lampiran

F) Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh variabel flow, self- compassion, dan autonomy-supportive teaching style terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pada Mata Kuliah Psikologi Kepribadian

Sampel penelitian ini sebanyak 235 mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang mengambil mata kuliah psikologi kepribadian.

Teknik pengambilan sampel penelitian ini menggunakan non-probability sampling dengan metode pengumpulan datanya menggunakan kuesioner secara online. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Academic Procrastination Scale (APS), Study-Related Flow Scale (WOLF-S), Self-Compassion Scale (SCS), dan Learning Climate Questionnaire (LCQ). Untuk menguji validitas alat ukur digunakan teknik Confirmatory Factor Analysis (CFA). Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi berganda.

Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan flow, self- compassion, dan autonomy-supportive teaching style terhadap prokrastinasi akademik sebesar 17.6% sedangkan 82.4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat dua variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap prokrastinasi akademik yaitu flow dan autonomy-supportive teaching style. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian yang membahas prokrastinasi akademik pada mahasiswa dengan melibatkan variabel lainnya seperti pengaruh teman, faktor kepribadian, perfectionism, self-determination, kecemasan atau variable lainnya. Disarankan juga bagi mahasiswa untuk melatih diri mencapai kondisi flow dengan fokus pada tugas akademik mereka dan bagi dosen untuk menerapkan nilai autonomy-supportive teaching style selama pembelajaran baik pada mata kuliah psikologi kepribadian maupun mata kuliah lainnya.

Kata kunci: prokrastinasi akademik, flow, self-compassion, autonomy-supportive teaching style

G) Referensi penelitian: 55; 3 buku; 40 jurnal; 1 artikel website; 10 skripsi, 1 bahan ajar

(6)

ABSTRACT A) Faculty of Psychology

B) October, 2020 C) Ersa Indrianingrum

D) The influence of flow, self-compassion, and autonomy-supportive teaching style towards academic procrastination of the Faculty of Psychology Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta students in Personality Psychology course.

E) xii + 98 pages + appendix

F) The aim of this study was to determine the influence of flow, self-compassion, and autonomy-supportive teaching style towards academic procrastination of the Faculty of Psychology Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta students in Personality Psychology course.

The subjects in this study were 235 students from the Faculty of Psychology Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta who take Personality Psychology course. This study used non-probability sampling distributed online.

Measuring tools used in this study were the academic procrastination Scale (APS), the Study-Related Flow Scale (WOLF-S), the Self-Compassion Scale (SCS), and the Learning Climate Questionnaire (LCQ). The validity test of measuring instruments used a Confirmatory Factor Analysis (CFA). Hypothesis testing in this research used multiple regression analysis.

This study showed that there was a significant influence of flow, self- compassion, and autonomy-supportive teaching style towards academic procrastination by 17.6% while 82.4% influenced by other variables not examined.

Based on the results, it was found that two variables had significant influence towards academic procrastination were flow and autonomy-supportive teaching style. Future studies are expected to develop research that address academic procrastination in students by involving other variables such as peer influence, personality factors, perfectionism, self-determination, anxiety or other variables. It is also recommended for students to train themselves reaching flow condition by focus on their work and for lecturer to apply the value of autonomy-supportive teaching style during learning either in Personality Psychology course or other courses.

Keywords: academic procrastination, flow, self-compassion, autonomy-supportive teaching style

G) References: 55; 3 books; 40 journal articles; 1 website articles; 10 thesis; 1 study material

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT. yang telah memberikan banyak kasih sayangnya serta beragam karunia kenikmatan dalam menjalankan kehidupan ini, terutama dalam proses perkuliahan hingga akhirnya bisa menyelesaikan skripsi berjudul “Pengaruh Flow, Self-Compassion dan Autonomy-Supportive Teaching Style Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada mata kuliah Psikologi kepribadian”.

Shalawat beserta salam tidak lupa terus dipanjatkan kepada baginda Muhammad Shallallahu `alaihi wa sallam, juga kepada sahabat, keluarga dan semoga sampai kepada umatnya saat ini supaya kelak mendapatkan syafa`at di hari kiamat.

Skripsi ini tidak akan bisa selesai atas bantuan dari beberapa pihak yang terlibat. Pada kesempatan kali ini, beragam untaian rasa terima kasih kepada:

1. Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya atas segala bentuk dukungan yang telah diberikan

2. Liany Luzvinda, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih banyak atas dukungan, perhatian, dan semangat yang selalu diberikan serta kesediaannya untuk meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. Diana Mutiah. M.Si dan Mulia Sari Dewi, M.Psi, Psikolog selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis.

5. Seluruh Staf Fakultas Psikologi yang selalu membantu dan mempermudah proses administrasi perkuliahan.

(8)

6. Papa Wawan Supriyanto, mama Indrasari, adikku Raka Indrasetiawan, nenek yang selalu kupanggil Ibu, Om Toro sekeluarga, Tante Sendang sekeluarga, dan Tante Harjani sekeluarga yang selalu yang selalu memberikan doa dan dukungan tanpa henti sehingga menjadi semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Sahabat-sahabat terbaik yang selalu mendukung dan memberikan semangat kepada penulis yaitu Nada Cinta kasih, Farida Nuraini, Dewi Cahyawati, dan Euit Umayya Jundiah. Terima kasih atas segala dukungan, doa, dan semangat yang selalu kalian berikan serta kesediannya untuk menjadi tempat berkeluh kesah penulis.

8. Arif Budiman Al fariz, teman yang selalu bersedia dijadikan tempat berkeluh kesah dan memberikan segala bentuk dukungan dan doa kepada penulis. Semoga INTIP Squad selalu mahiwal.

9. Rafie Muhammad Henandto yang bersedia membantu apabila terjadi masalah dengan lappy serta memberikan semangat dan doa.

10. Seluruh teman-teman kelas C 2016, LDKSF Psikologi, KKL Puspendik 2016, dan skripsi positive yang telah memberikan dukungan dan pengalaman hidup yang menyenangkan.

11. Seluruh pihak yang telah membantu penulis yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Semoga Allah senantiasa melancarkan urusan dan rezekinya.

Ciputat, 5 Oktober 2020

Ersa Indrianingrum

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN...ii

LEMBAR PENGESAHAN...iii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS...iv

ABSTRAK... v

ABSTRACT...vi

KATA PENGANTAR...vii

DAFTAR ISI...iix

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR...xiiiii

DAFTAR LAMPIRAN...xiv

BAB 1 PENDAHULUAN...1

1.1. Latar Belakang...1

1.2. Pembatasan Masalah...11

1.3. Perumusan Masalah...13

1.4. Tujuan Penelitian...14

1.5. Manfaat Penelitian...14

1.5.1. Manfaat Teoritis...14

1.5.2. Manfaat Praktis...14

BAB 2 LANDASAN TEORI...16

2.1. Prokrastinasi Akademik...16

2.1.1. Pengertian Prokrastinasi Akademik...16

2.1.2. Karakteristik Pelaku Prokrastinasi Akademi...18

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik...20

2.1.4. Alat Ukur Prokrastinasi Akademik...23

2.2. Flow...25

2.2.1. Pengertian Flow...25

2.2.2. Karakteristik Flow...26

2.2.3. Alat Ukur Flow...27

(10)

2.3. Self-Compassion...29

2.3.1. Pengertian Self-Compassion...29

2.3.2. Dimensi Self-Compassion...30

2.3.3. Alat Ukur Self-Compassion...32

2.4. Autonomy-Supportive Teaching Style...34

2.4.1. Pengertian Autonomy-Supportive Teaching Style...34

2.4.2. Pengukuran Autonomy-Supportive Teaching Style...35

2.5. Kerangka Berpikir...36

2.6. Hipotesis Penelitian...41

BAB 3 METODE PENELITIAN...42

3.1. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel...42

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel...42

3.3. Teknik Pengumpulan Data...44

3.4. Instrumen Pengumpulan Data...45

3.4.1. Instrumen Prokrastinasi Akademik...46

3.4.2. Instrumen Flow...47

3.4.3. Instrumen Self-Compassion...48

3.4.4. Instrumen Autonomy-Supportive Teaching Style...49

3.5. Uji Validitas Konstruk...50

3.5.1. Uji Validitas Konstruk Prokrastinasi Akademik...51

3.5.2. Uji Validitas Konstruk Flow...53

3.5.3. Uji Validitas Konstruk Self-Kindness...54

3.5.4. Uji Validitas Konstruk Self-judgment...55

3.5.5. Uji Validitas Konstruk Common-Humanity...57

3.5.6. Uji Validitas Konstruk Isolation...58

3.5.7. Uji Validitas Konstruk Mindfulness...59

3.5.8. Uji Validitas Konstruk Over-Identified...60

3.5.9. Uji Validitas Konstruk Autonomy-Supportive Teaching Style 61 3.6. Teknik Analisis Data...63

3.7. Prosedur Penelitian...66

BAB 4 HASIL PENELITIAN... 68

(11)

4.2. Hasil Analisis Deskriptif Variabel Penelitian...68

4.3. Kategorisasi Skor Variabel Penelitian...70

4.4. Hasil Uji Hipotesis Penelitian...73

4.4.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian...73

4.4.2. P e n g u j i a n P r o p o r s i V a r i a n M a s i n g - M a s i n g I V T e r h a d a p D V 79 BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN...82

5.1. Kesimpulan...82

5.2. Diskusi...83

5.3. Saran...91

5.3.1. Saran Teoritis...91

5.3.2. Saran Praktis...92

DAFTAR PUSTAKA... 94

LAMPIRAN...100

(12)

DAFTAR TABEL Table 3.1 Skor Skala Pengukuran

Table 3.2 Blueprint Skala Prokrastinasi Akademik Table 3.3 Blueprint Skala Flow Table 3.4 Blueprint Skala Self-Compassion

Table 3.5 Blueprint Skala Autonomy-Supportive Teaching Style Table 3.6 Muatan Faktor Item Prokrastinasi

Akademik Table 3.7 Muatan Faktor Item Flow

Table 3.8 Muatan Faktor Item Autonomy-Supportive Teaching Style Table 3.9 Muatan Faktor Item Common-Humanity

Table 3.10 Muatan Faktor Item Mindfulness Table 3.11 Muatan Faktor Item Self-Kindness Table 3.12 Muatan Faktor Item Isolation Table 3.13 Muatan Faktor Item Self-judgment Table 3.14 Muatan Faktor Item Over-Identified Table 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Table 4.2 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian Table 4.3 Norma Kategorisasi Skor Variabel Table 4.4 Presentase Skor Tiap Variabel Table 4.5 R Square Change

Table 4.6 ANOVA

Table 4.7 Koefisien Regresi

Table 4.8 Proporsi Varians Masing-Masing Independent Variable

(13)

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

(14)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Syntax dan Path Diagram Lampiran 3 Output Analisis Regresi

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perilaku menunda-nunda atau prokrastinasi telah menjadi suatu hal yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Prokrastinasi dapat terjadi pada bermacam- macam domain kehidupan mulai dari pendidikan, pekerjaan, kegiatan sehari-hari, sampai kesehatan (Klingsieck, 2013). Prokrastinasi yang dilakukan dalam pengerjaan tugas-tugas akademik disebut dengan prokrastinasi akademik.

Prokrastinasi akademik adalah jenis prokrastinasi yang paling umum terjadi dan paling banyak dilakukan oleh mahasiswa di perguruan tinggi.

Ellis dan Knaus pada tahun 1997 memperkirakan sekitar 80%-95%

mahasiswa terlibat dalam prokrastinasi akademik (dalam Steel, 2007). Mahasiswa yang merupakan peserta didik dalam sebuah perguruan tinggi tentu dituntut untuk menyelesaikan tugas akademik sesuai dengan waktu yang telah disepakati.

Namun, masih terdapat beberapa mahasiswa yang enggan memulai pengerjaan tugas sebelum waktu pengumpulan sudah dekat.

Berdasarkan data penelitian yang didapat dari 200 mahasiswa di Rusia mengungkapkan bahwa 31% subjek melakukan prokrastinasi tingkat tinggi, 42%

subjek melakukan prokrastinasi tingkat menengah dan 27% subjek melakukan prokrastinasi tingkat rendah (Zabelina et al., 2018). Dari hasil penelitian tersebut terlihat bahwa semua subjek penelitian mengaku melakukan prokrastinasi walaupun dalam tingkatan yang berbeda-beda. Hal ini sejalan dengan ungkapan

(16)

Ferrari (2010) bahwa semua orang dapat melakukan prokrastinasi, tetapi tidak semua orang adalah seorang prokrastinator. Prokrastinator adalah sebutan bagi seseorang yang terbiasa menunda-nunda pekerjaan dalam kehidupan sehari- harinya.

Hasil penelitian pada 235 mahasiswa hukum di Universitas Charles menunjukkan hanya 20 mahasiswa yang langsung mengerjakan tugas setelah diberikan dosen dan 68 mahasiswa yang mulai mengerjakan tugas 14 hari sebelum waktu pengumpulan tugas (Bažantová & Charvátová, 2018). Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Naturil-Alfonso et al. (2018) yang menunjukkan bahwa waktu pengumpulan tugas tidak mempengaruhi kecenderungan mahasiswa untuk melakukan prokrastinasi. Walaupun waktu pengerjaan tugas yang diberikan sangat panjang, tetap ada kecenderungan mahasiswa untuk mengerjakan tugas mendekati waktu pengumpulan tugas..

Penelitian mengenai prokrastinasi akademik juga dapat ditemukan dengan sampel mahasiswa di Indonesia. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa berada dalam kategori prokrastinasi sedang. Frekuensi mahasiswa yang berada dalam kategori prokrastinasi tingkat sedang di antaranya berjumlah 36 mahasiswa (45%) yang sedang menyusun skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, 51 mahasiswa (57%) Fakultas Ilmu Teknologi dan Komputer Universitas Prima Indonesia serta 156 mahasiswa (97,5%) UIN Syarif Hidayatullah. (Habibah, 2017; Kosasi et al., 2019; Sidkin, 2016). Berdasarkan hasil dari penelitian-penelitian di atas, terlihat bahwa

(17)

di negara lain. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa prokrastinasi menjadi sebuah perilaku umum yang dilakukan banyak mahasiswa di dunia.

Prokrastinasi dapat memberikan banyak dampak negatif terhadap mahasiswa yang melakukannya. Mahasiswa pada permulaannya tidak menyadari dampak yang akan dirasakan karena mereka menikmati prokrastinasi yang mereka lakukan. Awalnya, prokrastinasi memberikan manfaat jangka pendek terhadap pelakunya. Mahasiswa yang langsung mengerjakan tugas akan mengalami stress dan masalah kesehatan pada saat itu juga. Namun, masalah tersebut akan berkurang sampai di akhir masa pengerjaan tugas. Hal tersebut berbanding terbalik dengan mahasiswa yang melakukan prokrastinasi. Pada awal pengerjaan tugas, seorang proscrastinator akan merasakan tubuh yang lebih sehat dan stress yang lebih rendah. Namun di akhir masa pengerjaan tugas, mahasiswa prokrastinator dilaporkan mengalami stress dan masalah kesehatan yang lebih tinggi serta performa akademik yang lebih rendah dibandingkan mahasiswa yang langsung mengerjakan tugasnya (Tice & Baumeister, 1997).

Sirois dan Pychyl (2013) melihat prokrastinasi sebagai kegagalan dalam mengatur emosi. Mereka berkesimpulan bahwa prokrastinasi merupakan bentuk dari kegagalan dalam pengaturan emosi jangka panjang terhadap perilaku yang akan dilakukan dan melibatkan perbaikan suasana hati jangka pendek. Oleh karena itu, seorang mahasiswa yang tidak dapat mengatur emosinya saat diberikan tugas cenderung melakukan prokrastinasi. Apabila dibiarkan, prokrastinasi dapat membuat pelakunya merasakan emosi-emosi negatif seperti perasaan bersalah dan perasaan malu (Giguère et al., 2016).

(18)

Hal serupa ditemukan dalam penelitian McCloskey dan Scielzo (2015) yang menyatakan bahwa prokrastinasi akademik berdampak pada nilai akademik yang lebih rendah, kesejahteraan yang lebih buruk, dan tingkat stres yang lebih tinggi sehingga menjadi prediktor penting keberhasilan mahasiswa di perguruan tinggi. Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi merupakan sebuah perilaku menyakiti diri sendiri yang sangat merugikan pelakunya. Prokrastinasi tidak hanya menurunkan performa akademik tetapi juga menyerang kesehatan fisik maupun mental.

Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan prokrastinasi. Salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi prokrastinasi akademik adalah flow. Flow merupakan keadaan di mana seseorang menikmati dan larut dalam aktivitas yang dilakukannya. Dari beberapa penelitian terdapat perbedaan hasil antara pengaruh flow terhadap prokrastinasi akademik.

Penelitian mengenai flow dalam bidang akademik pernah dilakukan oleh Eunju (2005) pada 262 mahasiswa Korea. Hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa yang menikmati proses belajar dan pengerjaan tugas akademiknya sampai larut dalam aktivitas tersebut memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi sehingga kecenderungan mahasiswa untuk melakukan prokrastinasi akademik akan berkurang. Lebih lanjut, kondisi tersebut terjadi khususnya pada mahasiswa yang memiliki keseimbangan antara kemampuan yang dimiliki dengan tugas akademik yang diberikan. Hasil serupa juga ditemukan oleh penelitian lainnya (Alp & Sungur, 2017) pada 117 mahasiswa yang menemukan bahwa mahasiswa

(19)

yang memiliki tingkat konsentrasi pada tugas yang tinggi mengurangi kecenderungan mereka untuk melakukan prokrastinasi akademik.

Hasil penelitian yang berbeda dapat ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Seo (2011) pada 300 mahasiswa psikologi di Korea. Mahasiswa yang menikmati dan larut dalam pengerjaan tugas akademiknya hanya pada saat mendekati deadline akan meningkatkan kecenderungan untuk melakukan prokrastinasi akademik pada tugas-tugas selanjutnya. Mahasiswa tersebut memaksa diri untuk mencapai kemampuan optimal agar mengimbangi antara tuntutan situasi yang mendekati deadline dengan kemampuannya untuk menyelesaikan tugas akademik dalam waktu singkat. Kondisi tersebut membuat mahasiswa dapat berkonsentrasi dan larut dalam pengerjaan tugas.

Mahasiswa yang berhasil mencapai kondisi flow dan menyelesaikan tugasnya dalam waktu singkat tersebut akan merasakan kepuasaan. Rasa puas tersebut menghasilkan pandangan positif dan kepercayaan diri atas kemampuannya bekerja secara cepat. Hal tersebut yang akan membuat mahasiswa menunda pekerjaan akademiknya secara sengaja. Namun, prokrastinator kecil kemungkinannya untuk mendapatkan hasil pengerjaan tugas yang baik dari flow mendekati deadline karena mereka menipu diri merasa seolah-olah mereka mengerjakan tugas secara efektif dalam waktu singkat dan menyebabkan mereka puas dengan apapun hasil tugas mereka.

Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, pengaruh flow terhadap prokrastinasi akademik menunjukkan hasil yang berbeda berkaitan dengan kondisi flow yang dirasakan oleh sampel penelitiannya. Terdapat mahasiswa yang hanya

(20)

dapat merasakan kondisi flow saat mendekati deadline sedangkan mahasiswa lain dapat menikmati proses pengerjaan tugas sehingga lebih mudah untuk mengalami flow tanpa harus melakukan prokrastinasi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh kondisi flow yang dirasakan pada sampel mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap prokrastinasi akademik

Selain flow, terdapat faktor internal lain yang dapat mempengaruhi prokrastinasi akademik yaitu self-compassion. Self-compassion merupakan sikap hangat tanpa menghakimi terhadap penderitaan diri sendiri. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Williams et al. (2008), self-compassion dapat mengurangi kecenderungan mahasiswa untuk melakukan prokrastinasi akademik. Self- compassion digunakan sebagai strategi koping dalam menghadapi stress akibat tugas akademik yang dikerjakannya. Mahasiswa dengan tingkat self-compassion yang tinggi akan memiliki sikap hangat terhadap dirinya sendiri sehingga dapat menyemangati dan berpikir jernih untuk menghadapi tugas akademiknya dibandingkan menghindar darinya.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Sirois (2003) mengungkapkan bahwa mahasiswa yang memiliki tingkat self-compassion yang rendah akan memberikan penilaian negatif pada dirinya saat tidak mampu mengerjakan tugas akademik. Mahasiswa yang merasa tidak mampu tersebut akan menghakimi kekurangannya secara kasar sehingga dia akan merasa terisolasi akibat penilaian negatifnya. Oleh sebab itu, mahasiswa tersebut akan kehilangan kemampuannya

(21)

Golpour et al. (2015) juga mengungkapkan bahwa mahasiswa yang melakukan prokrastinasi akademik memiliki masalah pada strategi koping seperti kehilangan kemampuan untuk mengontrol dan fokus pada masalah yang sedang dialami.

Penelitian yang melihat pengaruh masing-masing dimensi self-compassion (self-kindness, self-judgment, common humanity, isolation, mindfulness, dan over- identified) terhadap prokrastinasi akademik masih sangat jarang dilakukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme keenam dimensi dari self-compassion tersebut apakah mempengaruhi prokrastinasi akademik secara keseluruhan atau tidak.

Selain faktor internal, terdapat faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prokrastinasi akademik yaitu autonomy-supportive teaching style. Autonomy- supportive teaching style merupakan gaya dosen dalam memotivasi siswanya tanpa tekanan dan memenuhi kebutuhan psikologis dasar mahasiswa sehingga berdampak pada kesenangan dan keterlibatan mahasiswa dalam pembelajaran.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Codina et al. (2018) pada 675 mahasiswa di Barcelona, autonomy-supportive style yang dilakukan oleh dosen dapat mengurangi prokrastinasi akademik yang dilakukan mahasiswanya. Gaya mengajar tersebut dapat berkontribusi dalam meningkatkan motivasi dan mendukung kepuasan kebutuhan psikologis sehingga meningkatkan kemungkinan mahasiswa untuk terlibat secara mandiri dalam pembelajaran.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Codina et al. (2020) pada 675 mahasiswa menunjukkan bahwa dosen yang menggunakan autonomy-supportive teaching style dapat meningkatkan kebutuhan mahasiswa untuk menguasai tugas

(22)

akademik yang pada akhirnya menyebabkan kecenderungan prokrastinasi berkurang. Sejalan dengan penelitian-penelitian di atas, penelitian yang dilakukan oleh Mouratidis et al. (2018) pada 886 siswa sekolah menengah menunjukkan bahwa autonomy-supportive teaching style dapat memprediksi penurunan prokrastinasi pada akhir tahun pembelajaran. Hasil ini menunjukkan bahwa siswa yang menganggap tugas sekolah menarik dan berharga cenderung untuk belajar lebih keras dan perilaku prokrastinasinya lebih rendah dalam jangka panjang.

Sebaliknya, siswa yang merasa tertekan secara psikologis cenderung lebih banyak melakukan prokrastinasi.

Autonomy-supportive teaching style menarik untuk diteliti karena penelitian menggunakan variabel ini masih sangat jarang dilihat pengaruhnya terhadap prokrastinasi akademik. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti prokrastinasi akademik yang dijelaskan oleh autonomy-supportive teaching style pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Peneliti melakukan pengamatan dan kajian literatur dalam proses penentuan variabel. Peneliti melakukan wawancara mengenai penyebab prokrastinasi pada 40 mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah. Hasil wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa sengaja mulai mengerjakan tugas kuliah saat mendekati waktu pengumpulan tugas. Terdapat beberapa jawaban yang diberikan mahasiswa mengenai alasan melakukan prokrastinasi. Alasan- alasan tersebut di antaranya adalah adanya rasa malas, kurang mampu menahan gangguan yang berasal dari teman dan keluarga, merasa bodoh dan tidak mampu,

(23)

serta merasa bahwa dosen tidak memberikan feedback, menilai asal, dan menjadikan tugas akademik hanya sebuah formalitas.

Adanya rasa malas dan kurang mampu untuk menahan gangguan eksternal berkaitan dengan rendahnya frekuensi flow yang dialami oleh mahasiswa saat mengerjakan tugas akademik. Mereka tidak dapat merasakan kenikmatan dan larut dalam proses pengerjaan tugas. Hal tersebut mengakibatkan mahasiswa tidak dapat berkonsentrasi dalam proses tersebut sehingga menyebabkan prokrastinasi akademik.

Selanjutnya, perasaan bodoh dan tidak mampu yang dirasakan oleh mahasiswa saat mengerjakan tugas akademik berhubungan dengan rendahnya self-compassion. Pada saat mahasiswa dengan tingkat self-compassion yang rendah merasakan stress karena kesulitan pada tugas akademiknya, mereka akan menghakimi dan mengkritik dirinya dengan kasar. Hal tersebut yang membuat mereka lebih memilih untuk melarikan diri dari tugas akademiknya.

Kemudian, mahasiswa yang menganggap bahwa dosen tidak memberikan feedback, menilai asal, dan menjadikan tugas akademik hanya sebuah formalitas berkaitan dengan autonomy-supportive teaching style. Mereka merasa bahwa tugas akademik yang diberikan kurang bermakna karena dosen tidak mendukung kebutuhan mahasiswa untuk menguasai suatu tugas. Hal tersebut yang menyebabkan mahasiswa kurang termotivasi untuk mengerjakan tugas akademik yang berujung pada prokrastinasi akademik.

Penelitian ini menggunakan sampel pada mahasiswa aktif Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang mengambil mata kuliah

(24)

psikologi kepribadian. Alasan pemilihan mata kuliah psikologi kepribadian karena didasarkan pada alat ukur autonomy-supportive teaching style yang mengharuskan mengambil sampel pada mata kuliah yang diajarkan oleh satu dosen. Selain itu, mata kuliah psikologi kepribadian merupakan mata kuliah inti dari jurusan psikologi. Berdasarkan evaluasi dari dosen pengampu mata kuliah tersebut, terdapat beberapa mahasiswa yang melakukan prokrastinasi akademik. Hal tersebut terlihat dari hasil pengerjaan tugas yang tidak maksimal dan pengumpulan tugas mendekati deadline. Mahasiswa diharuskan mempelajari banyak teori kepribadian yang bersumber dari sumber bacaan berbahasa inggris dan merangkumnya menggunakan tulisan tangan. Hal-hal tersebut yang diprediksi menyebabkan mahasiswa melakukan prokrastinasi akademik. Tentunya, kondisi ini akan mempengaruhi lulusan dari Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang seharusnya memahami teori dasar kepribadian. Oleh karena itu, mata kuliah ini cocok untuk digunakan dalam penelitian ini.

Penelitian yang menguji pengaruh flow, self-compassion dan autonomy supportive teaching style terhadap prokrastinasi akademik juga belum ditemukan dengan sampel mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Variabel-variabel yang pernah diteliti pengaruhnya terhadap prokrastinasi akademik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di antaranya adalah perfectionism, goal-orientation, self- regulated learning, self-determinator, self-efficacy, locus of control, kecemasan akademik, dan dukungan sosial. (Dewi, 2012; Dluha, 2016; Ishtifa, 2012; Oktavia,

(25)

Data di atas menunjukkan bahwa telah dilakukan beberapa penelitian terhadap prokrastinasi akademik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Namun, prokrastinasi tetap menjadi sebuah masalah klasik bagi mahasiswa. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan penelitian dan pengukuran terhadap perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti tertarik menggunakan faktor yang belum pernah diteliti di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mendapatkan hasil yang baru mengenai prokrastinasi akademik.

Berdasarkan data dan fenomena yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Flow, Self- Compassion, dan Autonomy-Supportive Teaching Style Terhadap Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pada Mata Kuliah Psikologi Kepribadian

1.2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, variabel dan masalah yang dijelaskan masih terlalu luas sehingga diperlukan pembatasan agar penelitian lebih terfokus dan tidak meluas pada pembahasan lain. Pembatasan masing- masing variabel dalam penelitian ini yaitu:

1. Prokrastinasi akademik dalam penelitian ini adalah perilaku untuk cenderung mempercayai dirinya dapat bekerja dibawah tekanan, mudah terganggu oleh hal lain atau orang lain, tidak dapat mengatur waktu, tidak mempunyai inisiatif serta bersifat malas sehingga menyebabkan dirinya

(26)

menunda atau memperlambat aktivitas dan perilaku yang berkaitan dengan perkuliahan (McCloskey, 2011).

2. Flow yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengalaman jangka pendek saat mencapai puncak kapasitas diri yang dikarakterisasikan dengan kekhusyukan, kenikmatan belajar, dan motivasi intrinsik untuk aktivitas akademik (Bakker et al., 2017).

3. Self-compassion dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk terbuka dengan penderitaannya sendiri, merasakan perasaan peduli dan baik terhadap diri sendiri, memahami dan tidak menghakimi ketidakmampuan dan kegagalan sendiri, serta mengakui bahwa pengalaman yang dirasakan dirinya adalah bagian dari pengalaman manusia pada umumnya (Neff, 2003b). Penelitian ini menggunakan enam faktor dalam self-compassion yaitu self-kindness, self-judgment, common humanity, isolation, mindfulness, dan over-identified.

4. Autonomy-supportive teaching style yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gaya dosen dalam memahami perasaan dan persepsi, memberikan pilihan, meminimalkan penggunaan tekanan dan kontrol, serta memperhatikan perspektif mahasiswa (Williams & Deci, 1996).

5. Subjek pada penelitian ini dibatasi pada mahasiswa aktif Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang mengambil mata kuliah Psikologi Kepribadian.

(27)

1.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, terdapat beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari flow terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari self-kindness terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari self-judgment terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari common humanity terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

5. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari isolation terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

6. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari mindfulness terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

(28)

7. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari over-identified terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

8. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari autonomy-supportive teaching style terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh flow, self-compassion (self- kindness, self-judgment, common humanity, isolation, mindfulness, dan over- identified), dan autonomy-supportive teaching style terhadap prokrastinasi akademik. Selain itu, penelitian ini juga ingin mengetahui variabel mana yang paling besar dalam memberikan pengaruh terhadap prokrastinasi akademik.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis yaitu:

1.5.1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan sumbangan penelitian psikologi dan inspirasi bagi pengembangan penelitian selanjutnya dengan topik prokrastinasi akademik.

1.5.2. Manfaat Praktis

(29)

mahasiswa dan pendidik mengenai prokrastinasi akademik sehingga memberikan pandangan baru terhadap pencegahan perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sehingga dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian lebih lanjut mengenai prokrastinasi di Indonesia.

(30)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Prokrastinasi Akademik

2.1.1. Pengertian Prokrastinasi Akademik

Secara umum, prokrastinasi didefinisikan sebagai kecenderungan untuk menunda atau menghindari aktivitas yang disebabkan oleh tidak adanya kepercayaan atas kemampuan diri sendiri untuk langsung mengerjakan tugas, tidak dapat menunda kepuasan, dan menyalahkan orang lain atas keadaan sulit yang dialaminya (Tuckman, 1991). Prokrastinasi dilakukan secara sukarela meskipun pelakunya sudah menduga bahwa penundaan tersebut akan berdampak buruk bagi dirinya (Steel, 2007).

Menurut Islak (2011), secara umum prokrastinasi dibagi menjadi dua tipe yaitu prokrastinasi umum dan prokrastinasi akademik. Prokrastinasi akademik dilihat sebagai suatu bentuk prokrastinasi yang unik sehingga dijadikan salah satu tipe dalam prokrastinasi. Individu yang bukan merupakan seorang prokrastinator dalam kehidupan sehari-harinya mungkin saja melakukan prokrastinasi akademik karena salah mempercayai bahwa dirinya dapat mengerjakan tugas mendekati deadline (McCloskey, 2011).

Menurut Rothblum, Solomon, dan Murakami (1986), prokrastinasi akademik adalah kecenderungan untuk hampir selalu atau selalu menunda tugas

(31)

menunda-nunda. Menurut definisi ini, prokrastinasi akademik dilihat dari frekuensi terjadi dan sejauh mana prokrastinasi dianggap menjadi sebuah masalah pada setiap tugas akademik secara individual.

Sementara McCloskey (2011) berpendapat bahwa prokrastinasi akademik adalah perilaku untuk cenderung mempercayai dirinya dapat bekerja dibawah tekanan, mudah terganggu oleh hal lain atau orang lain, tidak dapat mengatur waktu, tidak mempunyai inisiatif serta bersifat malas sehingga menyebabkan dirinya menunda atau memperlambat aktivitas dan perilaku yang berkaitan dengan perkuliahan. Dalam definisi ini, prokrastinasi akademik dilihat berdasarkan 6 karakteristik unik yang diyakini secara kolektif membentuk konstruk tersebut (McCloskey & Scielzo, 2015).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi akademik merupakan kecenderungan mahasiswa untuk menunda atau menghindari tugas akademik secara sukarela sehingga mengakibatkan kegagalan dalam menyelesaikan tugas tersebut tepat waktu. Berdasarkan penjabaran definisi- definisi yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini menggunakan definisi prokrastinasi akademik yang dikembangkan oleh McCloskey (2011).

Prokrastinasi akademik adalah perilaku untuk cenderung mempercayai dirinya dapat bekerja dibawah tekanan, mudah terganggu oleh hal lain atau orang lain, tidak dapat mengatur waktu, tidak mempunyai inisiatif serta bersifat malas sehingga menyebabkan dirinya menunda atau memperlambat aktivitas dan perilaku yang berkaitan dengan perkuliahan. Definisi tersebut dipakai karena

(32)

terdiri dari 6 karakteristik yang paling menggambarkan perilaku prokrastinasi akademik

.

2.1.2. Karakteristik Pelaku Prokrastinasi Akademik

Berdasarkan konseptualisasi prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh McCloskey (2011), terdapat 6 karakteristik yang paling menggambarkan seseorang yang melakukan prokrastinasi di bidang akademik. Penjelasan dari masing-masing karakteristik tersebut adalah :

Karakteristik pertama dari pelaku prokrastinasi akademik adalah kepercayaan bahwa dirinya dapat bekerja di bawah tekanan atau psychological belief about abilities. Semakin mahasiswa percaya bahwa mengerjakan tugas tengah malam atau mendekati waktu pengumpulan tugas adalah metode pengerjaan yang efektif, maka semakin tinggi kemungkinannya untuk melakukan prokrastinasi. Hal tersebut terjadi sebagai akibat dari adanya kepercayaan diri pada kemampuannya dan pandangan positif terhadap dirinya.

Karakteristik kedua dari pelaku prokrastinasi adalah distraction of attention. Karakteristik ini mengacu pada kecenderungan untuk melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan tetapi kurang penting di atas tugas atau janji penting. Alasan seorang prokrastinator akademik mudah terganggu oleh aktivitas yang lebih menyenangkan dan menarik karena dia menganggap tugas perkuliahan sebagai suatu hal yang tidak menyenangkan. Karakteristik unik dari prokrastinator adalah mereka sengaja membiarkan dirinya terganggu sehingga mereka dapat

(33)

Karakteristik ketiga dari pelaku prokrastinasi adalah social factor. Faktor sosial yang dimaksud mengacu pada keluarga dan teman yang dapat menyebabkan mahasiswa melakukan prokrastinasi. Mahasiswa memiliki karakter ingin bebas menyesuaikan diri dengan kehidupan sosial sehingga mereka cenderung memilih bersosialisasi dengan teman, keluarga atau pekerjaan dibandingkan mengerjakan tugas perkuliahan.

Karakteristik keempat dari pelaku prokrastinasi adalah ketidakmampuannya untuk mengatur waktunya dan mengalami kesenjangan antara niat dan perilaku yang dilakukannya. Mahasiswa perlu datang ke kelas dan mengumpulkan tugas tepat waktu apabila ingin sukses secara akademik. Namun, mahasiswa dengan kemampuan manajemen waktu rendah cenderung kurang dalam memanfaatkan waktu luang untuk mengerjakan tugas sehingga melakukan prokrastinasi akademik.

Karakteristik kelima adalah inisiatif personal. Inisiatif personal mengacu pada kesediaan pelaku prokrastinasi untuk mulai mengerjakan tugas dengan semangat. Apabila mahasiswa kurang inisiatif, maka mahasiswa tersebut tidak akan mempunyai dorongan untuk menyelesaikan tugas tepat waktu. Prokrastinator akademik kemungkinan tidak memiliki inisiatif untuk mengerjakan tugas karena takut akan mengalami kegagalan pada tugas tersebut.

Bersifat malas adalah karakteristik keenam dari seorang pelaku prokrastinasi. Terdapat kecenderungan untuk menghindari tugas meskipun mampu secara fisik. Apabila seorang mahasiswa secara fisik menghindari tugas

(34)

perkuliahan, maka mereka akan menunda pengerjaan semua tugas sampai akhir semester.

2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prokrastinasi akademik dikelompokkan menjadi dua macam yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Fauziah, 2015;

Reynolds, 2015; Wangid, 2014). Penjelasan dari masing-masing faktor tersebut adalah:

1. Faktor Internal

Faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi meliputi kondisi fisik dan kondisi psikologis dari individu, yaitu :

1) Kondisi Fisik

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Fauziah (2015) ditemukan bahwa mahasiswa cenderung memilih untuk istirahat dibandingkan mengerjakan tugas karena merasa kelelahan dan mengantuk setelah beraktivitas di dalam maupun luar kampus.

2) Kondisi Psikologis

Terdapat berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa aspek-aspek psikologis yang dimiliki oleh individu yang dapat mempengaruhi kecenderungan seseorang untuk melakukan prokrastinasi akademik.

Penelitan-penelitian di antaranya yaitu:

(35)

a) Flow

Ketika semakin rendah frekuensi mahasiswa untuk mengalami flow dalam proses pembelajaran maka semakin tinggi kecenderungan mahasiswa untuk melakukan prokrastinasi akademik khususnya pada mahasiswa yang tidak memiliki keseimbangan antara kemampuan yang dimiliki dengan tugas akademik yang diberikan dan memiliki tingkat konsentrasi yang rendah (Alp & Sungur, 2017; Eunju, 2005).

b) Self-Compassion

Mahasiswa dengan tingkat self-judgment, isolation, dan over-identified yang tinggi memiliki penilaian yang negatif terhadap dirinya ketika menghadapi tugas akademik serta bermasalah dengan strategi koping sehingga menyebabkan prokrastinasi akademik (Golpour et al., 2015).

Sebaliknya, mahasiswa dengan tingkat self-kindness dan mindfulness yang tinggi lebih baik dalam mengatur kekhawatiran akademik seperti keraguan mengenai kompetensi yang dimilikinya sehingga kecenderungan untuk melakukan prokrastinasi akan berkurang (Williams et al., 2008).

c) Locus of Control

Individu dengan internal locus of control cenderung melakukan prokrastinasi lebih rendah dan menyelesaikan tugasnya lebih cepat dibandingkan individu dengan eksternal locus of control (Reynolds, 2015).

d) Time perspective

Pelaku prokrastinasi tingkat tinggi lebih pesimis dan negatif terhadap masa lalu dan fokus pada kesenangan di masa sekarang sehingga mereka tidak

(36)

peduli dengan resiko yang akan didapatkan di masa mendatang (Zabelina et al., 2018).

e) Perfectionism

Mahasiswa dengan kecenderungan perfeksionisme kemungkinan akan mengorbankan banyak waktunya untuk mendapatkan hasil mendekati sempurna sehingga menunda untuk menyelesaikan tugas (Closson &

Boutilier, 2017).

2. Faktor Eksternal

Faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu yang dapat membentuk seseorang menjadi prokrastinator.

1) Teacher’s motivating style

Autonomy-supportive teaching style berkontribusi terhadap kepuasan kebutuhan psikologis sehingga meningkatkan motivasi siswa untuk terlibat dalam pembelajaran dan mengurangi peluang prokrastinasi akademik.

Controlling teaching style tidak memenuhi semua kebutuhan psikologis yang dibutuhkan siswa sehingga meningkatkan peluang siswa untuk merasa frustasi dan melakukan prokrastinasi akademik. (Codina et al., 2018)

2) Pola Asuh Orang Tua

Ibu dengan gaya asuh authoritative meningkatkan peluang prokrastinasi akademik baik pada siswa laki-laki maupun perempuan (Reynolds, 2015).

(37)

3) College Classroom Climate

Ketertarikan terhadap situasi pengajaran dan dukungan guru menurunkan peluang siswa melakukan prokrastinasi akademik yang dimediasi oleh self-efficacy (Corkin et al., 2014).

2.1.4. Alat Ukur Prokrastinasi Akademik

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, terdapat beberapa alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur prokrastinasi akademik di antaranya adalah Procrastination Assesment Scale-Student (PASS), Tuckman’s Procrastination Scale, dan Academic Procrastination Scale (APS).

Procrastination Assesment Scale-Student (PASS) merupakan skala yang dikembangkan oleh Solomon dan Rothblum (1984) yang mengukur 6 domain akademik yaitu menulis makalah, belajar, tugas membaca mingguan, tugas administrasi, menghadiri pertemuan, dan tugas akademik. PASS merupakan alat ukur yang paling sering digunakan dalam mengukur prokrastinasi akademik.

Namun, kelemahan dari alat ukur ini adalah mengukur prokrastinasi akademik hanya dalam 6 bidang spesifik dalam akademik.

Alat ukur selanjutnya yang banyak dipakai adalah Tuckman’s Procrastination Scale yang dikembangkan oleh Tuckman (1991). Skala prokrastinasi ini terdiri dari 35 item yang mengukur kecenderungan pada: 1) menunda dalam melakukan sesuatu, 2) mengalami kesulitan dan menunda melakukan suatu hal yang tidak menyenangkan, dan 3) menyalahkan orang/kejadian lain atas prokrastinasi yang dilakukannya. Versi pendek dari alat

(38)

ukur ini berjumlah 16 item yang diambil dari item dengan factor loading terbesar.

Koefisien Cronbach Alpha dari skala 35 item sebesar 0.90 sedangkan pada skala 16 item sebesar 0.86. Kelemahan alat ukur ini menurut McCloskey (2011) adalah pengurangan item yang sangat drastis dari 70 item menjadi 35 item hanya berdasarkan 50 responden. Menurutnya penggunaan faktor analisis dengan responden yang sedikit diragukan validitasnya.

Berdasarkan kelemahan-kelemahan yang terdapat pada alat ukur sebelumnya, McCloskey (2011) mengembangkan Academic Procrastination Scale (APS). APS terdiri dari 25 item yang terbagi ke dalam 6 karakteristik pelaku prokrastinasi akademik. Karakteristik-karakteristik tersebut adalah: 1) Psychological belief about abilities, 2) distractions of attention, 3) social factors, 4) time management skill, 5) personal initiative, dan 6) laziness. Alat ukur ini telah teruji hanya mengukur satu variabel yaitu prokrastinasi akademik. Koefisien Cronbach Alpha dari alat ukur ini sebesar 0.94.

Pada penelitian ini diputuskan untuk mengadaptasi Academic Procrastination Scale (APS) yang dikembangkan oleh McCloskey (2011) dalam mengukur prokrastinasi akademik. APS dipakai karena alat ukur tersebut dapat mengukur prokrastinasi secara spesifik dalam bidang akademik melalui 6 karakteristik yang paling menggambarkan pelaku prokrastinasi akademik. Selain itu, alat ukur tersebut untuk menyempurnakan alat ukur terdahulu. Alat ukur ini juga memiliki reliabilitas yang cukup tinggi.

(39)

2.2. Flow

2.2.1. Pengertian Flow

Flow adalah keadaan subjektif yang dirasakan individu ketika benar-benar terlibat dalam suatu aktivitas sampai melupakan waktu, rasa lelah, dan segala hal lain kecuali aktivitas itu sendiri (Csikszentmihalyi, 2014). Keadaan tersebut secara intrinsik menyenangkan serta orang tersebut mengalami kejelasan tujuan dan pengetahuan, dapat berkonsentrasi penuh, merasa memiliki kontrol, dan merasa benar-benar cocok terhadap aktivitas yang dilakukannya tersebut (Jackson

& Marsh, 1996).

Tidak mudah bagi seseorang untuk mencapai kondisi flow tetapi hampir semua aktivitas dapat menciptakan flow seperti belajar, mengerjakan tugas, beribadah, bekerja, dan sebagainya (Csikszentmihalyi, 2014). Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa flow dapat diciptakan dari berbagai macam aktivitas termasuk aktivitas akademik. Dalam penelitian Bakker et al. (2017), sekitar 38%

dari 394 mahasiswa menyatakan kondisi flow paling sering dicapai saat belajar.

Flow dibutuhkan oleh mahasiswa untuk mendapatkan performa dan hasil akademik yang lebih tinggi.

Dalam konteks akademik, Flow didefinisikan sebagai pengalaman jangka pendek saat mencapai puncak kapasitas diri yang dikarakterisasikan dengan kekhusyukan, kenikmatan belajar, dan motivasi intrinsik pada aktivitas akademik (Bakker et al., 2017). Definisi tersebut terdiri dari tiga karakteristik yaitu kekhusyukan, kenikmatan belajar, dan motivasi intrinsik. Ketiga karakteristik

(40)

tersebut merupakan komponen inti yang selalu disertakan pada banyak penelitian flow (Bakker, 2005).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa flow akademik adalah keadaan konsentrasi penuh yang dirasakan mahasiswa saat belajar atau mengerjakan tugas akademik sehingga menyebabkan dirinya melupakan segala hal selain aktivitas akademiknya tersebut.

Berdasarkan definisi-definisi yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini menggunakan definisi flow yang dikembangkan oleh Bakker, Golub, dan Rijavec (2017). Flow adalah pengalaman jangka pendek saat mencapai puncak kapasitas diri yang dikarakterisasikan dengan kekhusyukan, kenikmatan belajar, dan motivasi intrinsik untuk aktivitas akademik. Definisi ini dipilih karena ketiga karakteristik dalam definisi tersebut merupakan komponen inti yang selalu disertakan pada banyak penelitian flow.

2.2.2. Karakteristik Flow

Menurut Bakker (2008) terdapat tiga karakteristik yang dapat mengukur flow dalam situasi kerja. Kemudian, tiga karakteristik tersebut diadaptasi dalam situasi akademik oleh Bakker et al. (2017). Penjelasan dari masing-masing karakteristik tersebut adalah

Karakteristik pertama adalah absorption. Karakteristik ini mengacu pada keadaan saat mengalami konsentrasi total di mana mahasiswa benar-benar tenggelam dalam pengerjaan tugas akademik mereka (Bakker et al., 2017).

(41)

Mereka akan merasa waktu terasa cepat dan melupakan segala sesuatu di sekitar mereka (Bakker, 2008).

Karakteristik kedua adalah enjoyment. Karakteristik ini mengacu pada penilaian positif antara kualitas belajar mahasiswa dengan kewajiban tugas akademiknya (Bakker et al., 2017). Mahasiswa yang menikmati dan merasa senang selama masa pengerjaan tugas akademik membuat penilaian yang positif mengenai kualitas kehidupan akademik mereka. Kenikmatan dan kesenangan tersebut adalah hasil dari evaluasi kognitif dan afektif dari pengalaman flow (Bakker, 2008).

Karakteristik terakhir adalah intrinsic motivation to study. Karakteristik ini mengacu pada keinginan untuk melakukan aktivitas yang berkaitan dengan akademik dengan tujuan untuk merasakan kesenangan dan kepuasan dari aktivitas tersebut (Bakker et al., 2017). Mahasiswa yang memiliki motivasi intrinsik akan tertarik dengan pekerjaan akademiknya secara terus-menerus dan mereka terpesona dengan tugas yang mereka kerjakan (Bakker, 2008).

2.2.3. Alat Ukur Flow

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, terdapat beberapa alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur flow. The Flow State Scale (FSS) merupakan skala yang dikembangkan oleh Jackson dan Marsh (1996). Skala FSS ini terdiri dari 36 item yang terbagi ke dalam 9 dimensi yaitu 1) merging action and awareness, 2) clear goals, 3) concentration on task at hand, 4) unambiguous feedback, 5) challenge skill balance, 6) transformation of time, 7) sense of

(42)

control, 8) loss of self-consciousness, dan 9) autotelic experience. Koefisien Cronbach Alpha dari skala ini sebesar 0.83. Namun, kelemahan dari FSS adalah alat ukur ini bukan dibuat untuk konteks akademik sehingga perlu penyesuaian terlebih dahulu dan menggunakan terlalu banyak item sehingga dapat menyebabkan responden mengisi skala dengan asal-asalan karena bosan.

Alat ukur selanjutnya yang dapat mengukur flow adalah Swedish Flow Proneness Questionnaire (SFPQ). SFPQ merupakan skala yang dikembangkan oleh Ullén et al. (2012) untuk mengukur frekuensi flow pada 3 situasi berbeda yaitu situasi saat kerja, melakukan pekerjaan rumah, dan waktu senggang. Alat ukur ini terdiri dari 22 item dengan koefisien Cronbach Alpha masing-masing dimensi sebesar 0.85, 0.83, dan 0.83.

Selain dua alat ukur di atas, terdapat The Study-Related Flow Inventory (WOLF-S) yang dikembangkan oleh Bakker et al. (2017). WOLF-S merupakan adaptasi dari alat ukur Work-Related Flow Inventory (WOLF) oleh Bakker (2008) dalam situasi akademik. WOLF-S terdiri dari 13 item dengan koefisien Cronbach Alpha dari dari masing-masing dimensi sebesar 0.85, 0.87, dan 0.81.

Pada penelitian ini diputuskan untuk menggunakan The Study-Related Flow Inventory (WOLF-S) yang dikembangkan oleh Bakker et al. (2017) dalam mengukur flow dalam situasi akademik. WOLF-S dipakai karena alat ukur ini dapat digunakan secara efektif dan efisien untuk mengukur flow dalam aktivitas yang berkaitan dengan akademik. Selain itu, alat ukur ini telah diuji pada

(43)

2.3. Self-Compassion

2.3.1. Pengertian Self-Compassion

Istilah self-compassion berkaitan dengan istilah compassion pada umumnya.

Maka dari itu, penting untuk memahami makna compassion sebelum memahami istilah self-compassion. Istilah compassion oleh Wispe pada tahun 1991 (dalam Neff, 2003a) bermakna tersentuh dengan penderitaan orang lain, membuka kesadaran diri terhadap rasa sakit orang lain dan tidak menghindari atau memutuskan diri darinya, sehingga perasaan kebaikan untuk orang lain dan keinginan untuk meringankan penderitaan mereka muncul.

Istilah compassion tersebut yang akhirnya digunakan oleh Neff (2003a) untuk mengembangkan istilah self-compassion. Self-compassion adalah penerapan compassion terhadap penderitaan yang dirasakan oleh diri sendiri. Self- compassion mengacu pada kemampuan seseorang untuk peduli dan mempunyai compassion terhadap diri sendiri selama masa sulit dalam kehidupannya, di mana menawarkan rasa kehangatan, keterhubungan dan perhatian (Ying & Hashim, 2016). Jadi dengan self-compassion, seseorang memberikan kebaikan dan kepedulian pada dirinya sendiri sama seperti yang diberikan kepada orang lain.

Menurut Neff (2003b), self-compassion adalah kemampuan untuk terbuka dengan penderitaannya sendiri, merasakan perasaan peduli dan baik terhadap diri sendiri, memahami dan tidak menghakimi ketidakmampuan dan kegagalan sendiri, serta mengakui bahwa pengalaman yang dirasakan dirinya adalah bagian dari pengalaman manusia pada umumnya. Self-compassion dapat digunakan

(44)

sebagai strategi regulasi emosi di mana emosi negatif yang dimiliki diubah menjadi perasaan yang lebih positif. Seseorang yang memiliki self-compassion akan mencoba untuk mencegah penderitaan sejak awal sehingga memunculkan perilaku yang dapat mempertahankan kesejahteraan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa self-compassion adalah kemampuan untuk memahami diri sendiri selama masa sulit dalam hidupnya sehingga memunculkan respon yang konstruktif seperti kehangatan dan penerimaan yang positif serta mengakui bahwa kegagalan yang dia alami merupakan hal yang umum terjadi dan sebagai jalan menuju tujuan yang ingin dicapai.

Berdasarkan definisi-definisi yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini menggunakan definisi self-compassion yang dikembangkan oleh Neff (2003b).

Self-compassion adalah kemampuan untuk terbuka dengan penderitaannya sendiri, merasakan perasaan peduli dan baik terhadap diri sendiri, memahami dan tidak menghakimi ketidakmampuan dan kegagalan sendiri, serta mengakui bahwa pengalaman yang dirasakan dirinya adalah bagian dari pengalaman manusia pada umumnya.

2.3.2. Dimensi Self-Compassion

Neff (2003b) mengembangkan konsep di mana terdapat 3 komponen utama yang membentuk self-compassion yaitu self-kindness vs self-judgment, common humanity vs isolation, dan mindfulness vs overidentification. Kemudian, 3

(45)

komponen utama tersebut dikembangkan kembali menjadi model 6 faktor.

Penjelasan dari masing-masing faktor tersebut adalah :

Self-kindness mengacu pada kelembutan, sikap mendukung, dan memahami diri sendiri. Dimensi ini menawarkan kehangatan dan penerimaan diri tanpa syarat (Neff et al., 2017). Dengan self-kindness, percakapan dalam diri bersifat lembut dan memberikan semangat sehingga akhirnya diri tersebut mengakui bahwa dia telah melakukan hal terbaik yang dapat dia lakukan (Neff &

Dahm, 2015).

Self-judgment merupakan kebalikan dari dimensi self-kindness. Dimensi ini mengacu kepada diri yang keras dalam menghakimi diri sendiri karena kegagalan atau kekurangan yang dimiliki (Neff et al., 2017). Dengan self- judgment, percakapan dalam diri bersifat kasar dan mengkritik sehingga akhirnya diri tersebut menderita karena stress (Neff & Dahm, 2015).

Common humanity melibatkan pengakuan adanya pengalaman belajar bersama. Dimensi ini berkaitan dengan pemahaman bahwa semua manusia dapat mengalami kegagalan dan membuat kesalahan serta menyadari bahwa tidak ada kehidupan yang sempurna (Neff et al., 2017). Dengan common humanity, kita tidak merasa sendirian dalam ketidaksempurnaan yang dimiliki (Neff & Dahm, 2015).

Isolation merupakan kebalikan dari dimensi common hummanity. Dimensi ini melibatkan perasaan terisolasi akibat merasa ketidaksempurnaan yang dialami dirinya hanya diderita oleh dirinya sendiri (Neff et al., 2017). Diri tersebut berfikir

(46)

bahwa dirinya tidak normal dan telah melakukan kesalahan sehingga dia menderita akibat merasa terisolasi dan sendirian (Neff & Dahm, 2015).

Mindfulness melibatkan kesadaran akan pengalaman penderitaan yang dialami di masa sekarang dengan kejelasan dan keseimbangan (Neff et al., 2017).

Dengan mindfulness, seseorang benar-benar terbuka pada kenyataan saat ini tanpa penghakiman, penghindaran, atau represi (Neff & Dahm, 2015).

Over-identified mengacu pada sikap melarikan diri yang dilakukan seseorang dengan alur cerita yang dramatis berkaitan dengan aspek negatif dari kehidupan diri sendiri atau orang lain (Neff et al., 2017). Perasaan sakit yang dirasakan dapat ‘membutakan’ seseorang untuk menyadari seberapa sakit dirinya sehingga kehilangan kemampuan untuk menyelesaikan masalah (Neff & Dahm, 2015).

2.3.3. Alat Ukur Self-Compassion

Pada tahun yang bersamaan, Kristin Neff (2003a, 2003b) mengembangkan konsep sekaligus alat ukur untuk self-compassion. Neff mengembangkan Self- Compassion Scale (SCS) yang terdiri dari 26 item yang terbagi ke dalam 6 faktor yaitu: 1) self-kindness, 2) self-judgment, 3) common humanity, 4) isolation, 5) mindfulness, dan 6) over-identified. Alat ukur ini dapat digunakan dengan skor total dan skor masing-masing faktor. Koefisien Cronbach Alpha dari alat ukur ini setelah dilakukan test-retest dengan interval lebih dari 3 minggu sebesar 0.93 untuk skor total dan berada dalam rentangan 0.80 sampai 0.88 untuk skor masing-

(47)

Kemudian, Raes et al. (2011) mengembangkan kembali alat ukur tersebut ke dalam versi pendek yaitu Self-Compassion Scale-Short Form (SCS-SF). Alat ukur ini diciptakan untuk memenuhi kebutuhan peneliti terhadap alat ukur yang lebih efisien dalam mengukur self-compassion. SCS-SF terdiri dari 12 item yang sama-sama terbagi ke dalam 6 faktor. Koefisien Cronbach Alpha dari alat ukur ini sebesar 0.86 untuk skor total dan berada dalam rentangan 0.54 sampai 0.75 untuk skor masing-masing faktor. Alat ukur ini mempunyai korelasi yang tinggi dengan Self-Compassion Scale yaitu sebesar 0.98 sehingga disarankan hanya menggunakan skor total.

Self-Compassion Scale-Short Form (SCS-SF) yang telah dikembangkan di atas tersebut kemudian diadaptasi oleh Flett dan Kocovski (Flett, 2017) menjadi Social Self-Compassion Scale (SSCS). SSCS terdiri dari 12 item yang digunakan untuk mengukur kecenderungan seseorang untuk memahami dan bersikap baik terhadap diri sendiri ketika mereka merasa telah melakukan kesalahan sosial.

Dalam tiga penelitian, alat ukur ini memiliki koefisien Cronbach Alpha masing- masing sebesar 0.79, 0.82, dan 0.83.

Pada perkembangan alat ukur self-compassion ini, terdapat beberapa penelitian yang meragukan apakah alat ukur Self-Compassion Scale (SCS) yang dikembangkan oleh Kristin Neff (2003b) tersebut benar-benar dapat mengukur masing-masing faktor dari self-compassion. Oleh karena itu, Neff et al. (2019) melakukan pengujian alat ukur tersebut terhadap 20 sampel yang berbeda di 16 negara. Hasilnya menunjukkan bahwa alat ukur tersebut terbukti dapat menggunakan skor total dan skor masing-masing faktor.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk mengetahui karakteristik literatur yang disitir dalam tesis mahasiswa Program Studi Magister Sains Psikologi Fakultas Psikologi UIN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran derajat prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi yang sedang mengontrak mata kuliah Usulan Penelitian di

merasa tertarik untuk meneliti dengan judul “ Gaya Berbusana Muslim Sebagai Manivestasi Prilaku Sosial Keagamaan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”.. Pembatasan dan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Hubungan Citra Diri Melalui Foto Profil dengan Harga Diri pada Mahasiswa Pengguna Facebook Fakultas Psikologi UIN

Dari penelitian yang dilakukan penulis selama penelitian di Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap upaya-upaya yang

Hasil dari penelitian ini adalah sebuah sistem informasi peta kampus berbasis web dan model 3D dengan Google Earth di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dapat menampilkan lokasi

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN & DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP SUBJECTIVE WELL-BEING MAHASISWA PERANTAU UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Hasil penelitian menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa Psikologi angkatan 2009 di UIN Maulana