• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Analisis Keputusan

Mutu suatu bahan pangan dapat diketahui berdasarkan tiga sifat yaitu kimia, fisik dan organoleptik. Diterima tidaknya bahan atau produk pangan oleh konsumen lebih banyak ditentukan oleh faktor sifat organoleptik, karena berhubungan langsung dengan selera konsumen (Mangkusubroto, 1987).

Analisis keputusan terbaik pada pembuatan minuman sinbiotik ubi jalar ungu dilakukan berdasarkan hasil uji organoleptik rasa, warna dan aroma yang menghasilkan nilai kesukaan rata-rata yang cukup tinggi.

Berdasarkan hasil pengujian organoleptik hasil terbaik diperoleh pada perlakuan konsentrasi starter 5 % dan lama fermentasi 24 jam dengan nilai kesukaan untuk ranking rasa 8,695, aroma 7,700 dan warna7,050. Pada perlakuan ini mempunyai nilai total bakteri asam laktat (BAL) 9,6800 log CFU/ml,total asam 0,4110 %, viskositas 0,6659,kadar kemerahan 14,5667 dan pH 4,3. Pada perlakuan tersebut, semua parameter menunjukkan tingkat kesukaan konsumen yang tinggi. Analisa keputusan pada minuman sinbiotik ubi jalar ungu dapat dilihat pada Tabel.14

Tabel 14. Analisa keputusan pada minuman sinbiotik ubi jalar ungu.

Perlakuan

Total

BAL pH

Total

Asam Viskositas Kemerahan Organoleptik Lama Fermentasi:

Kons.starter rasa warna aroma

T1S1 7.6167 5,0 0.1847 0.9747 16.8000 2,950 8,825 2,625 T1S2 8.5100 4,7 0.3913 0.8904 16.0667 2,200 7,725 4,400 T1S3 9.1000 4,6 0.4087 0.7324 15.0000 4,625 6,525 5,850 T2S1 9.6800 4,3 0.4110 0.6659 14.5667 8,695 7,050 7,700 T2S2 10.1667 4,2 0.4578 0.6534 13.7667 7,425 5,050 7,800 T2S3 10.9333 3,9 0.4965 0.4756 13.1000 6,175 4,450 5,200 T3S1 11.2933 3,4 0.5119 0.3999 12.5333 10,000 2,750 3,675 T3S2 11.6767 3,1 0.5222 0.3434 11.6667 4,206 1,975 5,575 T3S3 12.0933 2,7 0.5447 0.3302 10.5000 3,000 1,765 1,807

Alternatif ini selanjutnya akan dilanjutkan dengan analisis finansial. E. Analisis Finansial

Analisa finansial ditujukan untuk mengetahui tingkat kelayakan (secara ekonomis) dari produksi minuman sinbiotik. Pada penelitian ini dilakukan analisa finansial untuk perlakuan yang telah memenuhi criteria yang diharapkan yaitu pada perlakuan lam fermentasi : konsentrasi starter = 24 jam : 5 %.

Parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat kelayakan produksi minuman sinbiotik meliputi BEP, NPV, Gross B/C, IRR, dan PP. hasil perhitungan Analisa Finansial disajikan pada Lampiran 13.

1. Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi yang direncanakan pada perusahaan minuman sinbiotik adalah 9360 L/tahun. Produksi 1 tahun dilakukan selama 312 hari kerja. Data kapasitas produksi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12.

2. Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan suatu usaha, terdiri dari biaya tidak tetap dan biaya tetap. Biaya tetap adalah biaya yang bersifat independent atau tidak berubah terhadap pemakainan alat. Biaya tetap pada perusahaan minuman sinbiotik meliputi biaya tenaga kerja, biaya penyusunan alat, sewa bangunan dan sewa mobil.

Biaya tidak tetap adalah biaya yang besarnya dapat berubah-ubah sejalan dengan besarnya produksi yang dilakukan. Biaya ini terdiri dari biaya pembelian bahan baku dan pembantu, pembelian bahan pengemas, utilitas, biaya bahan bakar untuk mobil, biaya perawatan alat, mobil dan bangunan.

Secara singkat total biaya per tahun dari industri minuman sinbiotik adalah sebagai berikut :

Total Biaya Produksi = Biaya Tetap + Biaya Tidak Tetap = Rp 25.779.553,- + Rp 107.494.200,- =Rp 133.273.733

,-3. Harga Pokok Produksi

Berdasarkan kapasitas produksi tiap tahun dan biaya produksi tiap tahun, maka dapat diketahui harga pokok tiap botol.

Harga Pokok =

= Rp 9360

= Rp 14.238,- Rp

14.300,-4. Harga Jual Produksi

Harga jual diperoleh berdasarkan dari harga pokok, harga produk lain dipasarkan dan juga keuntungan yang ingin dicapai ditambah pajak. Keuntungan yang ingin dicapai 30% dari harga pokok. Pajak 10% dari harga pokok.

Harga Jual = harga pokok + keuntungan 40% + pajak 10% = Rp. 14.300 + Rp. 5.550 + Rp. 1650

= Rp. 21.450 ,- /botol = Rp.

22.000,-5. Break Event Point (BEP)

Analisis Break Event adalah suatu teknik untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Volume penjualan dimana penghasilannya tetap sama dengan biaya totalnya, sehingga perusahaan tidak mendapatkan keuntungan dan menderita kerugian dinamakan “Break Event Point”. Biaya yang termasuk biaya variabel pada umumnya adalah bahan mentah, upah buruh langsung, dan komisi penjualan. Sedangkan yang termasuk golongan biaya tetap pada umumnya depresiasi aktiva tetap, sewa bangunan, bunga pinjaman, gaji pegawai, gaji pimpinan, gaji staff research, biaya kantor (Pujawa, 2002)

Total biaya produksi Kapasitas produksi per tahun

Berdasarkan Lampiran 17 diperoleh BEP sebagai berikut: - BEP (biaya titik impas) = Rp 53.934.246 ,-

- % BEP (% titik impas) = 26,19%

- Kapasitas titik impas = 245,138 unit/tahun

Kapasitas tiitik impas adalah jumlah produksi yang harus dilakukan untuk mencapai titik impas tersebut. Jadi produksi minuman sinbiotik mencapai keadaan impas jika produksinya sebesar 245,138 unit/tahun, dengan kapasitas normal sebanyak 9360 L/tahun, hal ini berarti minuman sinbiotik ubi jalar ungu memperoleh keuntungan karena produksinya diatas kapasitas titik impas juga dapat dinyatakan kapasitas produksi mencapai 26,19 % dari total produksi yang direncanakan. Grafik BEP dapat dilihat pada Lampiran 17.

6. Net Present Value (NPV)

Net Present Value merupakan selisih antara nilai investasi saat sekarang dengan nilai penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang. Suatu proyek dapat dipilih jika NPV-nya lebih besar dari nol.

Berdasarkan Lampiran. 19. diperoleh nilai NPV sebesar Rp 17.697.268,- dengan demikian proyek ini dapat diterima atau dapat dilaksanakan karena nilai NPV-nya positif atau lebih besar dari nol.

7. Payback Period (PP)

Payback Period menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam dalam suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya (Pujawa, 2002). Payback Period dari suatu investasi yang diusulkan lebih pendek dari pada

Periode Payback maksimum, maka usul investasi tersebut diterima.

Berdasarkan Lampiran 17, diperoleh nilai Payback Periode (PP) selama 2 tahun 3 bulan. Umur ekonomis proyek yang akan direncanakan selama 5 tahun. Berarti investasi pada proyek ini dapat diterima karena nilai PP lebih kecil dari pada umur ekonomis proyek yang direncanakan.

8. Gross Benefit Cost Ratio

Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) merupakan perbandingan antara penerimaan kotor dengan harga kotor yang telah dirupiahkan sekarang. Proyek akan dipilih apabila Gross B/C > 1, bila proyek mempunyai Gross B/C ≤ 1 maka tidak akan dipilih.

Berdasarkan Lampiran 20 diperoleh nilai Gross B/C sebesar 1.052 berarti proyek ini dapat diterima atau layak untuk dijalankan.

9. Rate of Return (ROR)

Rate of Return metode Internal Rate of Return merupakan tingkat suku bunga yang menunjukkan persamaan antara nilai penerimaan bersih sekarang dengan jumlah investasi awal dari suatu proyek yang sekarang dengan jumlah investasi awal dari suatu proyek yang dikerjakan. Menurut (Pujawa, 2002), bahwa pada tingkat suku bunga inilah nilai NPV sama dengan nol. Proyek dapat diterima apabila dinilai IRR lebih besar dari suku bunga sekarang.

Berdasarkan Lampiran.18 diperoleh IRR sebesar 22,25 %. Berarti proyek ini dapat diterima karena nilai IRR lebih besar dari pada suku bunga yang dikehendaki yaitu 20% per tahun.

BAB V

Dokumen terkait