• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBUATAN MINUMAN SINBIOTIK DARI UBI JALAR UNGU (Ipomoe batatas varietas Ayamurasaki) MENGGUNAKAN Lactobacillus casei.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBUATAN MINUMAN SINBIOTIK DARI UBI JALAR UNGU (Ipomoe batatas varietas Ayamurasaki) MENGGUNAKAN Lactobacillus casei."

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBUATAN MINUMAN SINBIOTIK DARI

UBI JALAR UNGU (Ipomoe batatas varietas Ayamurasaki)

MENGGUNAKAN Lactobacillus casei

SKRIPSI

Oleh :

INGE DIAN AINOVI

NPM : 0633010035

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA

(2)

PEMBUATAN MINUMAN SINBIOTIK DARI UBI JALAR UNGU

(Ipomoe batatas varietas Ayamurasaki) MENGGUNAKAN

Lactobacillus casei

INGE DIAN AINOVI

NPM : 0633010035

INTISARI

Ubi jalar ungu varietas ayamurasaki mempunyai mempunyai oligosakarida sebagai prebiotik yang dapat memacu pertumbuhan Lactobacillus casei sebagai probiotik. Gabungan antara prebiotik dan probiotik tersebut akan digunakan sebagai bahan penelitian minuman sinbiotik ubi jalar ungu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama fermentasi dan konsentrasi starter pada kualitas minuman sinbiotik ubi jalar ungu dan menentukan perlakuan terbaik yang menghasilkan

minuman sinbiotik dengan kualitas yang baik dan dapat diterima konsumen.

Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola factorial dengan dua faktor. Faktor I adalah lama fermentasi (12 jam, 24 jam dan 36 jam) dan faktor 2 yaitu konsentrasi starter (5%, 6% dan 7%) dengan 3 kali ulangan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan ANOVA, bila terdapat perbedaan nyata antara perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan (Gasperz, 1994). Parameter yaang diamati adalah total Bakteri Asam Laktat (BAL), pH, total asam, viskositas, tingkat kemerahan da uji organoleptik (rasa, warna, aroma)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya

akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan Skripsi yang berjudul:

PEMBUATAN MINUMAN SINBIOTIK DARI UBI JALAR UNGU (Ipomoe

batatas varietas Ayamurasaki) MENGGUNAKAN Lactobacillus casei

Penyusunan Skripsi ini diajukan guna memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan

studi pada Program Studi Teknologi Pangan di Fakultas Teknologi Industri Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur guna Meraih Gelar Sarjana Teknologi

Pangan (S1)

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tak

terhingga kepada :

1. Ir. Sutiyono, MT, selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” Jawa

Timur.

2. Ir. Latifah, MS, selaku Pembimbing I dan Ketua Program Studi Teknologi Pangan

Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Ir. Titi Susilowati, MT, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan arahan,

bimbingan dan meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam penyusunan

skripsi ini.

4. Drh. Ratna Yulistiani, MP, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan arahan,

bimbingan dan meluangkan waktunya untuk menguji dan membimbing penulis dalam

(4)

5. Ir. Rudi Nurismanto, MSi selaku Dosen Penguji yang telah memberikan arahan,

bimbingan dan meluangkan waktunya untuk menguji dan membimbing penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

6. Orang tua tercinta Ibu Elly atas segala dorongan, kesabaran, dukungan material dan

spiritual serta dukungan doa yang diberikan setiap saat sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

7. Kakak-kakakku ita, hendra, fika dan sahabatku Po, Pieram, Wahyu dan Ida

yang turut membantu serta rekan-rekan mahasiswa terutama mahasiswa Teknologi

Pangan terimakasih atas segala dukungan moril dan materiil, kasih sayang, kesabaran,

perhatian, pengertian dan pengorbanannya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Skripsi ini.

Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa di Program

Studi Teknologi Pangan pada khususnya dan bagi pihak-pihak yang memerlukan pada

umumnya. Skripsi ini masihlah jauh dari sempurna serta banyak kekurangannya,

untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat obyektif dan

membangun guna sempurnanya tulisan ini.

Surabaya, November 2010

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Tujuan ... 4

C. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Sinbiotik ... 5

B. Ubi Jalar Ungu dan Inulin... 6

C. Kultur Starter Lactobacillus casei ……….... 11

D. Susu Skim ……….... 12

E. Fermentasi Bakteri Asam Laktat ………. 14

F. Analisis Keputusan ……… 19

G. Analisis Finansial ……….……… 19

1. Break Event Point (BEP) ….……… 19

2. Net Present Value (NPV) ……… 20

3. Payback Periods (PP) ..……… 21

(6)

H. Landasan Teori ... 22

I. Hipotesis ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

A. Tempat dan Waktu ... ... 25

B. Bahan ... 25

C. Alat ... 25

D. Metode Penelitian ... 26

1.Rancangan Percobaan ... 26

2.Peubah yang digunakan ... 27

3.Parameter yang diamati ………... 28

E. Prosedur Penelitian ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 32

A. Hasil Analisa Bahan Baku ... 32

B. Hasil Analisa Produk Minuman Sinbiotik Ubi Jalar Ungu ... 33

1. Total BAL ... 33

2. Analisa pH ... 35

3. Total Asam ... 37

4. Analisa Viskositas ... 39

5. Intensitas Warna Tingkat Kemerahan ... 41

6. Intensitas Warna Tingkat Kecerahan ... 43

C. Uji Organoleptik ... 45

(7)

2. Uji Kesukaan Aroma ... 46

3. Uji Kesukaan Warna ... 47

D. Analisa Keputusan ... 49

E. Analisa Finansial ... 50

1. Kapasitas Produksi ... 51

2. Biaya Produksi ... 51

3. Harga Pokok Produksi ... 52

4. Harga Jual Produksi ... 52

5. Break Even Point (BEP) ... 52

6. Net Present Value (NPV) ... 53

7. Payback Period (PP) ... 53

8. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) ... 54

9. Internal Rate of Return (IRR) ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel I. Kandungan Gizi dari ubbi jalar putih, kuning dan ungu ... 9

2. Tabel 2. Komposisi kimia susu skim per 100 gram ... 13

3. Tabel 3. Hasil Analisa inulin ubi jalar ungu (per 50 gram) ... 32

4. Tabel 4. Nilai rerata total BAL minuman sinbiotik ubi jalar ungu ... 33

5. Tabel 5. Nilai rerata pH pada minuman sinbiotik ubi jalar ungu ... 35

6. Tabel 6. Nilai rerata total asam minuman sinbiotik ubi jalar ungu ... 37

8. Tabel 7. Nilai rerata minuman sinbiotik dari perlakuan lama fermentasi ... 39

9. Tabel 8. Nilai rerata minuman sinbiotik dari perlakuan kons.starter ... 40

10. Tabel 9. Nilai rerata tingkat kemerahan minuman sinbiotik ubi jalar ungu.. 41

11. Tabel 10. Nilai rerata tingkat kecerahan minuman sinbiotik ubi jalar ungu.. 43

12. Tabel 11. Nilai rerata uji kesukaan rasa minuman sinbiotik ubi jalar ungu.... 45

(9)

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1. Ubi Jalar Ungu ... 10

2. Gambar 2. Reaksi Pembentukan asam laktat dari laktosa …….………… 16

3. Gambar 3. Diagram alir proses pembuatan minuman probiotik ubi jalar ... 18

4. Gambar 4. Diagram alir proses pembuatan minuman sinbiotik ubi jalar .... 31

5. Gambar 5. Hubungan antara lama fermentasi dan konsentrasi starter terhadap

total BAL pada minuman sinbiotik ubi jalar ungu …...……….…… 34

6. Gambar 6. Hubungan antara lama fermentasi dan konsentrasi starter terhadap

pH pada minuman sinbiotik ubi jalar ungu …...……….…… 36

7. Gambar 7. Hubungan antara lama fermentasi dan konsentrasi starter terhadap

total asam pada minuman sinbiotik ubi jalar ungu …...….…… 38

8. Gambar 8. Hubungan antara lama fermentasi dan konsentrasi starter terhadap

tingkat kemerahan pada minuman sinbiotik ubi jalar ungu ...…….…… 42

9. Gambar 9. Hubungan antara lama fermentasi dan konsentrasi starter terhadap

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan

dan keinginan manusia semakin meningkat, terutama kebutuhan dalam bidang

pangan. Perubahan gaya hidup khususnya pada pola makan yang terjadi pada

sebagian besar masyarakat. Dewasa ini, para industri pangan berupaya untuk

menciptakan berbagai inovasi produk pangan, baik dalam bentuk bahan

mentah maupun produk siap saji. Namun, banyak sekali produk pangan yang

kurang aman dan kurang layak untuk dikonsumsi, misalnya produk pangan

tersebut mengandung bahan pengawet, pemanis atau pun bahan tambahan lain

yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Sehingga, dari pola makan yang

salah, timbul berbagai penyakit terutama penyakit pencernaan (misalnya:

kurang lancarnya buang air besar). Untuk mengatasi hal ini, dapat dilakukan

pengaturan pola makan yang benar dan mengkonsumsi makanan yang baik

untuk pencernaan. Salah satu produk pangan yang baik untuk pencernaan

adalah produk sinbiotik.

Sinbiotik merupakan gabungan dari prebiotik dan probiotik yang

mempunyai peran yang sangat penting bagi kesehatan. Probiotik adalah

suplemen dalam makanan yang mengandung bakteri yang sangat

menguntungkan. Sedangkan prebiotik adalah suatu bahan makanan yang dapat

memberikan pengaruh positif bagi kesehatan karena dapat memacu

(11)

Komponen prebiotik yang paling banyak digunakan adalah kelompok

oligosakarida seperti yang terdapat dalam pisang, apel, jagung, kentang dan

umbi-umbian termasuk ubi jalar ungu. Pada ubi jalar ungu terkandung

oligosakarida yang dapat dipecah menjadi asam oleh bakteri probiotik

misalnya Bakteri Asam Laktat (BAL) (Silalahi dan Netty, 2003).

Ubi jalar merupakan komoditi pangan yang penting di Indonesia dan

diusahakan penduduk mulai daerah dataran rendah sampai dataran tinggi. Ubi

jalar relatif murah dan mudah didapat karena banyak dijumpai dipasaran. Ubi

jalar walaupun terbukti merupakan salah satu komoditas lokal yang potensial,

masyarakat Indonesia masih belum tertarik untuk mengkonsumsi secara baik

dan sebagian justru merendahkan jenis umbi-umbian ini, sehingga harganya

relatif murah. Dewasa ini, berbagai penelitian tentang pemanfaatan ubi jalar

ungu guna peningkatan nilai ekonomis yang pernah dilakukan misalnya tepung

ketela ungu, bakpao ketela ungu, sirup ubi jalar ungu dll (Abdullah, 2005).

Untuk menambah nilai guna, menambah nilai ekonomis serta

pengembangan produk ubi jalar ungu, maka dilakukan penelitian

pemanfaatan ubi jalar ungu sebagai bahan baku, pembuatan minuman

sinbiotik menggunakan starter Lactobacillus casei yang mempunyai efek

menyehatkan bagi tubuh.

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Estu (2005), tentang

pembuatan minuman kesehatan ubi jalar ungu dengan starter yoghurt

(Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcsus thermophillus) menunjukkan

(12)

dan lama fermentasi 12 jam dengan karakteristik total asam 0,6077 %; pH

4.857 ; total gula 17,7033 %; antosianin 101,863 mg/1000 ml; total bakteri

asam laktat (BAL) 8,789 log CFU/ml; warna merah 14,133. Sedangkan pada

penelitian ini dilakukan pembuatan minuman sinbiotik ubi jalar ungu

menggunakan starter Lactobacillus casei dengan perlakuan konsentrasi starter

(13)

B. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh konsentrasi starter dan lama fermentasi terhadap total BAL,

sifat fisikokimia dan organoleptik minuman sinbiotik dari ubi jalar ungu.

2. Mengetahui kombinasi perlakuan terbaik antara konsentrasi starter dan lama

fermentasi untuk memperoleh minuman sinbiotik dengan kualitas baik dan

disukai oleh konsumen.

C. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Meningkatkan teknologi pengolahan ubi jalar ungu serta meningkatkan nilai guna

dan nilai ekonomi ubi jalar ungu

2. Menghasilkan produk inovasi baru yang memiliki rasa yang khas dan berkhasiat

untuk kesehatan, serta beluma ada dipasaran dan dapat dipatenkan

3. Bagi masyarakat dapat memberikan informasi kelayakan usaha pengolahan

minuman sinbiotik dari ubi jalar ungu untuk membuka wirausaha baru dan

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sinbiotik

Sinbiotik merupakan gabungan dari prebiotik dan probiotik. Kelebihan dari

sinbiotik adalah mampu meningkatkan kerja enzim galaktosidase yang memudahkan

pencernaan laktosa dalam usus, meningkatkan kualitas nutrisi, menurunkan kadar

kolesterol, mencegah kanker dan mengatasi diare, meningkatkan metabolisme

mineral terutama kalsium, mengurangi bakteri helikobakterpilori yang menyebabkan

infeksi lambung berkepanjangan (Fahmi , 2003).

Probiotik adalah suplemen dalam makanan yang mengandung bakteri yang

sangat menguntungkan. Beberapa probiotik terdapat secara alami, contohnya seperti

Lactobacillus dalam yoghurt. Probiotik umumnya diketahui dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Bakteri yang berperan dalam komponen probiotik salah

satunya adalah Lactobacillus casei. Lactobacillus casei merupakan bakteri probiotik yang bermanfaat bagi kesehatan manusia, terutama bagi saluran pencernaan,

mencegah terjadinya kanker usus dan penurunan kadar kolesterol, pencegah bakteri

patogen, mengurangi sembelit, pencegah diabet dan menangani alergi dalam makanan

(Hadiwiyoto, 1994).

Manfaat kesehatan yang diberikan probiotik dapat dilihat berdasarkan faktor

yang mempengaruhi ekologi mikroba saluran pencernaan dan mekanisme kerjanya

diantaranya adalah pencegahan berbagai bakteri patogen untuk berkolonisasi pada

(15)

nutrisi untuk mikroba, persaingan dalam mendapatkan nutrisi antara bakteri probiotik

dan patogen bisa mengurangi kemampuan patogen yang ada dalam saluran

pencernaan (Coconnier,1993)

Definisi prebiotik pada intinya adalah komponen makanan yang mempunyai

efek terhadap pertumbuhan salah satu atau beberapa jumlah bakteria dan berpotensi

untuk meningkatkan kesehatan (Gibson G.R. and Roberfroid MB, 1995). Manfaat

konsumsi probiotik dan prebiotik secara rutin dapat meningkatkan fungsi imun,

memperbaiki absorbsi dalam kolon, menurunkan insiden dan durasi infeksi usus serta

menurunkan respon alergi dan memperbaiki sisitem pencernaan dan pembuangan.

B. Ubi Jalar Ungu (Ipomoe betatas var. Ayamurasaki) dan Inulin

Serat pangan pada ubi jalar dapat digunakan sebagai alternatif sumber

prebiotik dengan adanya inulin yang merupakan oligosakarida yang berpotensi

sebagai prebiotik. Inulin adalah salah satu karbohidrat yang berfungsi sebagai

prebiotik yang efektif, yaitu didefinisikan sebagai komponen pangan yang tidak dapat

dicerna dan dapat menstimulasi secara selektif pertumbuhan dan aktivitas bakteri

yang menguntungkan di dalam saluran pencernakan (Roberfroid, 1995 dalam Pompei

et.al., 2008). Inulin dan FOS secara nyata dapat meningkatkan pertumbuhan

bifidobakteria (Gibson, et.al., 1995; Langlands et.al.,2004 and Pompei et.al.,2008). Menurut Pompei et.al.,(2008), bahwa inulin dapat meningkatkan pertumbuhan

Bifidobacterium adolesentis, Bifidobacterium longum, Lactobacillus plantarum,

(16)

Inulin adalah senyawa karbohidrat alamiah yang merupakan polimer dari

unit-unit fruktosa. Inulin sangat luas penggunaannya di dalam industri pangan, baik di

Eropa, USA maupun Canada. Penggunaan inulin tersebut sebagai pengganti gula dan

lemak yang menghasilkan kalori lebih rendah. Akhir-akhir ini inulin digunakan

sebagai komponen (ingredient) dari diet dan produk-produk rendah lemak (Toneli,

et.al.2008). Disamping inulin sebagai pengganti gula dan lemak tanpa menghasilkan kalori, inulin juga berperan dalam proses pencernaan, yang memberikan efek

fisiologis sama dengan dietary fiber. Konsumsi inulin dapat meningkatkan secara

nyata bakteri yang bermanfaat yaitu bifidobakteria (Silva, 1996). Dengan demikian

inulin dapat dikatakan sebagai komponen fungsional.

Sifat fungsional inulin sebagai serat makanan dapat larut (soluble dietary fiber) sangat bermanfaat bagi pencernaan dan kesehatan tubuh (Sardesai, 2003). Inulin dapat larut dalam air namun tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim dalam

sistem pencernaan mamalia sehingga mencapai usus besar tanpa mengalami

perubahan struktur. Di dalam usus besar inulin difermentasi oleh bakteri-bakteri yang

terdapat di dalam usus besar, sehingga berpengaruh positif terhadap kesehatan

inangnya. Oleh karena itu inulin dapat dikelompokkan sebagai komponen prebiotik.

Inulin adalah polimer dari unit-unit fruktosa dengan gugus terminal glukosa.

Unit-unit fruktosa dalam inulin dihubungkan oleh ikatan β(21) glikosidik. Inulin

dari tanaman biasanya mengandung 20 sampai beberapa ribu unit fruktosa. Molekul

yang lebih kecil dari inulin disebut fruktooligosakarida, yang mengandung 2 molekul

(17)

Gambar 1. Struktur inulin

(www.wikimedia.org)

Prebiotik adalah suatu ingredient pangan yang tak tercerna yang mempunyai

efek menguntungkan bagi orang yang mengkonsumsinya dengan memacu

pertumbuhan Bifidobakteria dan probiotik dalam saluran pencernakan, sehingga meningkatkan kesehatan. Secara kimiawi prebiotik terdiri dari tiga macam kelompok

yaitu : NSP (non starch polysaccharide), pati resisten dan oligosakarida. Berdasarkan definisi terakhir mengenai serat pangan yang diberikan oleh AACC (Anonim, 2001)

ketiga komponen ini termasuk dalam serat pangan. Ketiga macam karbohidrat ini

tidak dapat atau sulit dicerna secara enzimatis di dalam usus halus manusia sehingga

akan lolos dan mencapai usus besar.

Ubi Jalar Ungu (Ipomoe betatas var. Ayamurasaki) merupakan tanaman jenis umbi-umbian yang biasa disebut Ipomoe batatas baklie karena memilki kulit dan daging umbi yang berwarna ungu kehitaman (ungu pekat). Kenampakannya bagus

(18)

kandungan lisin, Cu, Mg, K, Zn rata-rata 2 %, substansi antikanker yaitu selenium

dan iodine 20 kali lebih tinggi dari jenis ubi lainnya (Yashimoto et el, 1999 dalam Eka 2003). Komposisi kimia Ubi Jalar Ungu (Ipomoe betatas var. Ayamurasaki) secara umum dapat dilihat pada Tabel.1

Tabel.1 Kandungan gizi dari ubi jalar putih, kuning dan ungu:

Kandungan Ubi jalar putih Ubi jalar kuning Ubi jalar ungu

Zat pati Sumber : Arixs (2006)

Dari ketiga ubi jalar yang paling tinggi kadar antosianinnya adalah ubi jalar

ungu. Zat antosianin memberi warna ungu kemerahan sehingga tidak perlu lagi

memberi zat pewarna sintetis sehingga dapat dikembangkan menjadi sumber pawarna

alami (Arixs, 2006)

Menurut Yoshinaga (1995) dalam Imelda (2002), ubi ungu (Ipomoe betatas

var. Ayamurasaki) mengandung pigmen antosianin yang lebih tinggi daripada cultivar lain. Pigmen antosianin yang dimiliki adalah senyawa cyianidin acyl glukosidase dan

(19)

Gambar 2. Ubi Jalar Ungu (Ipomoe betatas var. Ayamurasaki) (Utomo, 2007)

Antosianin adalah salah satu pigmen alami yang penting yang larut dalam air.

Biasanya untuk warna merah, ungu dan biru yang menarik pada bunga, buah dan

sayuran. Warna ini biasanya tidak hanya terbentuk satu pigmen, seringkali lebih dari

satu kombinasi atau sistem dari pigmen.sebagai contoh blueberry terdiri dari 10 - 15 pigmen yang berbeda, biasanya buah dan sayuran terdiri dari 4 – 6 pigmen (Maga and

Tu, 1994).

Varietas ubi jalar ungu ayamurasaki lebih kaya akan kandungan vitamin A yang

mencapai 7.700 mg per 100 g. Selain keunggulan ubi jalar ungu yang kaya akan

vitamin A juga mengandung antioksidan tinggi. Ubi jalar ungu mempunyai antioksidan

yang tinggi sehingga dapat mencegah kanker dan banyak mengandung vitamin A

(Suliantari dan Rahayu. 1990).

Selain itu juga Ubi jalar ungu juga kaya akan karbohidrat dan energi yang

mampu mengembalikan tenaga. Kandungan serat dan pektin di dalam ubi jalar ungu

sangat baik untuk mencegah ganguan pencernaan seperti wasir, sembelit hingga kanker

(20)

C. Lactobacillus casei

Kultur Stater merupakan bagian terpenting dalam fermentasi susu untuk

menghasilkan susu fermentasi bermutu tinggi, yang seragam dan stabil. Kultur stater

harus berupa mikroba yang aman dan memang digunakan untuk produksi makanan,

baik kultur tunggal maupun multi kultur. Bakteri asam laktat yang aktif tumbuh dalam

susu atau whey, atau media formulasi lainnya menghasilkan cita rasa dan tekstur yang

disukai dan sudah dikenal (Surono dan Husono,2002).

Kultur stater harus memenuhi kriteria yang dapat diproduksi dalam skala

besar, mudah diproduksi, viabilitas kultur selama masa simpan susu fermentasi yang

tinggi, sedikit menghasilkan asam selama transportasi dan penyimpanan, cepat

menghasilkan asam selama fermentasi, membentuk flavor dan tektur yang diinginkan

(Surono dan Husono,2002).

Lactobacillus casei termasuk dalam bakteri asam laktat heterofermentatif (Jay, 1992). Lactobacillus casei menghasilkan asam laktat sebagai produk fermentasi utama manakala tumbuh dalam suatu medium dengan glukosa atau laktosa sebagai

sumber karbohidrat yang utama (Matsuzaki dalam Farnworth, 2003).

Bakteri Lactobacillus casei mampu tumbuh pada suhu 15 ºC dan memiliki suhu optimal 37 ºC. Untuk pH optimal produksi asam laktat adalah antara 3,3 – 7,0.

(Hadiwiyoto, 1994). Ketahanan Lactobacillus casei dalam gastric dan empedu sudah dibandingkan dengan strain lain dari Lactobacillus dan Streptococcus. Ketahanan L. casei dalam asam gastric adalah paling tinggi diantara strain-strain lain yang juga bersama-sama dipelajari, dan mempunyai waktu yang lebih lama dibanding dengan

(21)

Lactobacillus casei merupakan suatu heterofermentatif yang fakultatif anaerob, bisa tumbuh pada suhu 15 ºC, menghasilkan L-asam laktat, tidak

menghasilkan di asetil. Lactobacillus casei tersebar di alam dan telah di isolasi dari produk-produk olahan susu dan saluran pencernaan berbagai hewan. Lactobacilllus casei adalah galur unggul yang mudah dan cocok untuk dikembangbiakkan dalam minuman dasar susu. Selain bakteri ini mampu bertahan dari pengaruh asam lambung,

juga mampu bertahan dalam cairan empedu sehingga mampu bertahan hidup hingga

usus halus.

Lactobacillus casei merupakan bakteri probiotik yang bermanfaat bagi kesehatan manusia, terutama bagi saluran pencernaan, juga mencegah kanker usus,

penurunan kadar kolesterol, pencegahan bakteri patogen, menstimulir respon imun,

mengurangi sembelit, pencegah diabet, meningkatkan daya cerna laktosa pada

penderita intoleransi lactosa dan menangani alergi terhadap makanan (Kailasapathy,

2002).

D. Susu Skim

Susu skim adalah bagian susu yang tertinggal sesudah krim diambil sebagian

atau seluruhnya. Susu skim mengandung semua zat makanan dari susu kecuali lemak

dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak (Surajudin, 2005). Adapun komposisi susu

(22)

Tabel 2. Komposisi kimia susu skim per 100 gram

Susu skim atau susu bebas lemak (kandungan lemak <0.5%) telah terbukti

bersifat hipokolesterolemik atau mampu menurunkan kadar kolesterol dalam darah.

susu skim secara teratur juga diduga dapat mengurangi laju proses pengendapan

kolesterol dalam pembuluh darah aorta (Fennema, O. R., 1996).

Pada pembuatan minuman sinbiotik ubi jalar ungu, penambahan susu skim sangat

diperlukan sebagai sumber energi bagi pertumbuhan Lactobacillus casei. Bahan padatan susu bukan lemak atau susu skim mengandung laktosa atau bahan padat dari

serum, mempunyai pengaruh terhadap tekstur dan nilai gizi produk, terdapat

kemungkinan kristalisasi laktosa yang bersifat pasir (sandiness) jika terlalu banyak digunakan. Laktosa adalah disakarida yang terdiri dari glukosa dan galaktosa. Salah

satu fungsi laktosa yang paling utama adalah sebagai media fermentasi bagi bakteri

(23)

E. Fermentasi Bakteri Asam Laktat

Fermentasi merupakan proses metabolisme dimana karbohidrat dan komponen

yang terlibat didalamnya dioksidasi dengan melepaskan energi dalam ketiadaan

akseptor eksternal. Penerima elektron akhir merupakan komponen organik yang

diproduksi secara langsung dari pemecahan karbohidrat dan sebagai akibatnya hanya

sebagian dari komponen utama yang terjadi dan hanya sejumlah kecil energi yang

terlepas selama proses berlangsung (Jay, 1992).

Istilah fermentasi digunakan untuk menyatakan pemecahan gula menjadi alkohol

dan karbondioksida baik dengan menggunakan enzim maupun mikroorganisme dan

dalam kondisi anaerobik maupun aerobik (Potter and Hotchkiss, 1995).

Dalam fermentasi, bakteri asam laktat akan menfermentasikan bahan pangan

untuk menghasilkan perubahan yang diinginkan dan yang terutama adalah terbentuknya

asam laktat dimana asam laktat tersebut akan menurunkan nilai pH dari lingkungan

pertumbuhannya dan menimbulkan rasa asam. Mekanisme metabolisme laktosa

(homofermentatif) (Widodo, 2003). Proses glikolisis menurut skema Embden Meyerhof

Parnas terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

1. Hidrolisis laktosa menjadi glukosa dan galaktosa yang dikatalisa oleh enzim

laktase atau ß-D-galaktosidase.

2. Phosforilase D-glukosa menjadi D-glukosa-6-phosphat. Tahap ini dikatalisa oleh

enzim heksokinase dan memerlukan 1 atom molekul ATP serta ion magnesium.

3. Isomerasi glukosa-6-phospat menjadi fruktosa-6-phospat yang dikatalisa oleh

enzim phosphoglukoisomerase.

(24)

dikatalisa oleh enzim phosphofruktokinase dan memerlukan 1 molekul ATP serta

ion magnesium.

5. Pemecahan fruktosa-1,6-diphosphat menjadi senyawa triphosphat yaitu gliserida 3

phosphat dan dihidroksi aseton phosphat, yang dikatalisa oleh enzim aldolase dan

bersifat bolak balik.

6. Oksidasi dan phosphorilasi gliseraldehida 3 phosphat menjadi asam

1,3-diphospogliserat, yang dikatalisa oleh enzim gliseraldehida-3-phosphat

dehidrogenase dan coenzim diphospo piridin dinukleotida (DPN)

7. Pembentukan molekul ATP yaitu dengan cara memecah ikatan phosphat berenergi

tinggi dari molekul DPGA ke molekul ADP. Proses ini dikatalisa oleh enzim

phosphogliserat kinase dan menghasilkan asam-3-phosphogliserat (3-PGA) dan 1

molekul ATP.

8. Isomerasi (3-PGA) oleh enzim phosphogliserimutase menjadi asam 2-

phosphogliserat (2-PGA).

9. Dehidrase yaitu pelepasan 1 molekul air dari asam 2-phosphogliserat dengan

bantuan enzim enolase dikalikan 2-phosphoenol piruvat yang mempunyai ikatan

phosphat berenergi tinggi dalam molekulnya.

10.Pemindahan ikatan phosphat berenergi tinggi dari molekul PEP ke molekul ADP

sehingga terbentuk asam piruvat dan 1 molekul ATP yang dikatalisa oleh enzim

piruvat kinase.

11.Asam piruvat menerima kembali pasangan elektron yang berasal dari oksidasi

asam gliseraldehida-3-phosphat dalam proses glikolisis sehingga tereduksi

(25)

Reaksi pembentukan asam laktat dari laktosa dapat dilihat pada Gambar 3.

(26)

Menurut Hidayat dkk (2006), bahwa dalam proses pembuatan minuman probiotik

ubi jalar dibutuhkan bahan antara lain : ubi jalar (500 gr), air (1 L), susu skim, gula dan

starter. Adapun tahap-tahap proses pembuatan minuman probiotik ubi jalar adalah

sebagai berikut:

1. Pengupasan ubi jalar (500 gr), dilanjutkan pencucian

2. Pemotongan ubi jalar kemudian dimasukkan dalam blender

3. Penambahan air sebanyak 2 kali lipat berat ubi dan dilakukan penghancuran

dengan blender pada kecepatan penuh

4. Penyaringan dengan menggunakan kain saring untuk memperoleh filtratnya

5. Pengendapan selama 1 jam untuk memisahkan pati yang terikut dalam sarinya

6. Pemanasan pada suhu 80 °C selama 15 menit. Suhu tidak terlalu tinggi untuk

menghindari terjadi degradasi

7. Penambahan susu skim sebanyak 4 % dan gula 10 %

8. Pengadukan sampai larut

9. Pendinginan sampai pada suhu kamar (30 - 37 ºC)

10.Penambahan starter sebanyak 2 % secara steril

11.Inkubasi pada suhu kamar selama 24 jam

12.Produk minuman probiotik ubi jalar

(27)

Gambar. 4 Diagram alir proses pembuatan minuman probiotik ubi jalar (Hidayat dkk, 2006)

Penghancuran dengan blender + sedikit air

Penyaringan

filtrat

Pengendapan 1 jam

Endapan Ampas

Pati Pencucian dan Pengupasan

Pemanasan 80 ºC 15 menit Ubi Jalar

Sari Ubi Jalar Ungu

Pengadukan s/d homogen

Pendinginan s/d suhu kamar

Inokulasi starter Sukrosa 10 %

(b/v) Susu skim 4 %

Inkubasi pada suhu kamar selama 24 jam Starter yoghurt

2 % (v/v)

(28)

F. Analisa Keputusan

Analisa keputusan pada dasarnya adalah suatu prosedur yang logis dan

kuantitatif yang tidak hanya menerangkan mengenai pengambilan keputusan, tetapi

juga merupakan suatu cara untuk dapat membuat keputusan (Susanto, 1994).

Analisa keputusan adalah untuk memilih alternatif terbaik yang dilakukan

dengan mengadakan analisa kimia dan organoleptik dari produk minuman sinbiotik

kemudian dilakukan analisa finansial (Susanto, 1994).

G. Analisa Finansial

Suatu studi kelayakan merupakan pekerjaan membuat ramalan atau taksiran

yang didasarkan atas anggapan-anggapan yang selalu bisa dipenuhi. Konsekuensinya

adalah bisa menjadi penyimpangan-penyimpangan. Salah satu penyimpangan itu

adalah apabila pabrik berproduksi dibawah kapasitasnya. Hal ini menyebabkan

pengeluaran yang seharusnya mempengaruhi keuntungan (Susanto dan Saneto,

1994).

Analisa finansial yang dilakukan Susanto dan Saneto (1994), meliputi :

analisa uang dengan metode Net Present Value (NPV), Rate of Return dengan metode

Internal Rate of Return (IRR), Break Event Point (BEP), dan Play Back Periode(Susanto dan Saneto, 1994).

1. Break Event Point (BEP) (Susanto dan Saneto, 1994)

Break Event Point (BEP) adalah suatu keadaan tingkat produksi tertentu yang menyebabkan besarnya biaya produksi keseluruhan sama dengan besarnya

(29)

mendapatkan keuntungan juga tidak mengalami kerugian. Perhitungan BEP dapat

ditentukan dengan persamaan rumus-rumus untuk mencari titik impas adalah

sebagai berikut :

a. Biaya titik impas

BEP = Biaya Tetap …….. (1)

1- (Biaya Tidak tetap / Pendapatan)

b. Prosentase titik impas

BEP (%) = BEP (Rp)

X 100% ……. (2)

Pendapatan

c. Kapasitas titik impas

Kapasitas titik impas adalah jumlah produksi yang harus dilakukan untuk

mencari titik impas. Rumus kapasitas titik impas sebagai berikut :

Kapasitas titik impas = prosentase titik impas x pendapatan …… (3)

2. Net Present Value (NPV) (Susanto dan Saneto, 1994)

Net present value (NPV) merupakan selisih antara present value dari

benefit dan present value dari pada biaya.

Rumus perhitungan NPV adalah sebagai berikut :

... (4)

Keterangan :

Bt = Penerimaan pada tahun ke t

Ct = Pengeluaran pada tahun ke t

(l+i)’

Bt - Ct

t-1 n

(30)

T = 1,2,3,…..,n

n = Umur ekonomis dari proyek

i = Tingkat bunga

3. Payback Periode (PP) (Susanto dan Saneto)

Payback periode perhitungan jangka waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian modal yang ditanam pada proyek payback periode tersebut harus lebih kecil dari nilai ekonomis proyek.

Kriteria ini memberikan nilai bahwa proyek yang akan dipilih jika

mempunyai waktu Payback periode yang paling cepat.

I

PP = ... (5)

Ab

Keterangan : I = Jumlah modal

Ab = Penerimaan bersih per tahun

4. Internal Rate of return (IRR) (Susanto dan Saneto, 1994)

Internal rate of return (IRR) merupakan nilai discount rate I dengan NPV diproyek sama dengan nol. IRR dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan

atas investasi dalam suatu proyek, asal setiap benefit bersih yang diwujudkan secara otomatis ditanam kembali dalam tahun berikutnya.

NPV’

(31)

Keterangan :

NPV’ = NPV tahun yang akan datang

NPV’’ = NPV sekarang

I’ = Tingkat suku bunga sekarang

I’’ = Suku bunga bank

H. Landasan Teori

Ubi Jalar Ungu (Ipomoe betatas var. Ayamurasaki) merupakan tanaman jenis umbi-umbian yang memiliki kulit dan daging umbi yang berwarna ungu kehitaman

(ungu pekat) dengan kandungan pigmen antosianin yang cukup tinggi (Eka, 2003).

Jenis karbohidrat pada ubi ungu adalah golongan oligosakarida dan poligosakarida

yang merupakan komponen prebiotik. Oligosakarida pada ubi jalar dapat dipecah

menjadi asam oleh bakteri probiotik misalnya Bakteri Asam Laktat (BAL) (Silalahi

dan Netty, 2003). Probiotik adalah suplemen dalam makanan yang mengandung

bakteri yang sangat menguntungkan. Probiotik umumnya diketahui dapat

meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Bakteri yang berperan dalam komponen

probiotik salah satunya adalah Lactobacillus casei. Bakteri Lactobacillus casei

mampu tumbuh pada suhu 15 ºC dan memiliki suhu optimal 37 ºC. Untuk pH optimal

produksi asam laktat adalah antara 3,3 – 7,0. (Hadiwiyoto, 1994).

Serat pangan pada ubi jalar dapat digunakan sebagai alternatif sumber

prebiotik dengan adanya inulin yang merupakan oligosakarida yang berpotensi

sebagai prebiotik. Inulin adalah salah satu karbohidrat yang berfungsi sebagai

(32)

dicerna dan dapat menstimulasi secara selektif pertumbuhan dan aktivitas bakteri

yang menguntungkan di dalam saluran pencernakan (Roberfroid, 1995 dalam Pompei

et.al., 2008). Inulin dan FOS secara nyata dapat meningkatkan pertumbuhan

bifidobakteria (Gibson, et.al., 1995; Langlands et.al.,2004 and Pompei et.al.,2008). Gabungan antara prebiotik dari oligosakarida ubi jalar ungu dan Lactobacillus casei yang merupakan probiotik disebut sinbiotik. Minuman sinbiotik adalah minuman kesehatan yang merupakan salah satu makanan fungsional berupa suplemen

yang mempunyai efek menguntungkan terhadap tubuh dengan cara menyeimbangkan

zat-zat dalam pencernaan yang dikonsumsi manusia dalam bentuk cairan minuman

(Gipson and Fuller, 1999)

Jenis karbohidrat pada ubi ungu adalah golongan oligosakarida dan

poligosakarida yang tidak dapat digunakan secara langsung oleh L.casei, perlu ditambahkan gula dan susu skim sebagai sumber laktosa dan karbon. Selama proses

fermentasi akan terjadi peristiwa perubahan laktosa menjadi asam laktat. Laktosa

sebagai penghasil karbon dan energi dihidrolisa oleh starter mendapatkan hasil akhir

asam piruvat yang dirubah menjadi asam laktat oleh enzim laktat dehidrogenase.

Kualitas minuman sinbiotik ditentukan oleh jumlah bakteri, total asam, aroma

dan rasa. Untuk meningkatkan tingkat keasaman dan mempercepat pembentukan

asam laktat, maka konsentrasi starter harus cukup. Demikian pula untuk aroma dan

rasa serta jumlah bakteri tergantung dari waktu fermentasi yang dibutuhkan harus

tepat agar menghasilkan minuman sinbiotik dengan kualitas yang baik (Surajudin,

(33)

I. Hipotesis

Diduga konsentrasi starter dan lama fermentasi pada proses pembuatan minuman

sinbiotik dari ubi jalar ungu berpengaruh terhadap viabilitas BAL, kualitas fisik,

(34)

BAB III

BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan waktu

Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Labolatorium Kimia

Analisa Pangan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran Jawa Timur, dengan waktu

pelaksanaan mulai bulan April 2010 sampai bulan Agustus 2010.

B. Bahan

Bahan baku dan bahan tambahan penelitian yang digunakan adalah ubi jalar ungu

varietas ayamurasaki yang diperoleh dari Supermarket Yakaya Rungkut Gunung Anyar

dan Lactobacillus casei dari Labolatorium Mikrobiologi UNAIR (MIPA).

Bahan untuk analisa yang digunakan adalah aquades, gula pasir, susu skim, kultur

Lactobacillus casei, indikator phenopthalen, NaCl 0.85 N,aquabidest, MRS Agar dan MRS cair, HCL 25%, NaOH 0,1 N, H2SO4, Na2SO4, dan alkohol 7 %, inulin standart,

karbazol .

C. Alat

Alat yang digunakan pada pembuatan minuman sinbiotik dari ubi jalar ungu

antara lain : pisau, blender, pengaduk, baskom, kain saring, oven, timbangan analitik

digital, Erlenmeyer, gelas beker, pipet tetes, gelas ukur, buret, viscosimeter, incubator,

(35)

D. Metode Penelitian

1. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam pembuatan minuman sinbiotik

bubuk dari ubi jalar ungu menggunakan Rancang Acak Lengkap (RAL) dengan pola

factorial yang terdiri dari 2 faktor masing-masing terdiri dari 3 level dengan 2 kali

ulangan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan ANOVA, bila terdapat

perbedaan nyata antara perlakuan dilanjutkan dengan uji Duncan (Gasperz, 1994).

Menurut Gaspersz (1994), perhitungan statika dengan rumus sebagai berikut :

Υijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + εijk ... (7)

Keterangan ;

Υijk = nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi

perlakuan i dan j (taraf ke-I dan faktor I dan taraf ke-j dari faktor II)

μ = nilai tengah umum (rata-rata sesungguhnya)

αi = pengaruh perlakuan ke-i dari faktor I

βj = pengaruh perlakuan ke-j dari faktor II

(αβ)ij = pengaruh interaksi faktor I ke I dari faktor II ke-j

i = 1,2,…….,p (konsentrasi starter dan lama fermentasi)

ε = galat percobaan pada perlakuan ke-i pada faktor I dan perlakuan ke-j pada

faktor II

j = 1,2,………,n ( konsentrasi starter (%))

(36)

2. Peubah yang digunakan

1. Faktor berubah terdiri dari 2 faktor yaitu :

Faktor I : Lama Fermentasi (T), terdiri dari 3 level, yaitu :

 T1 = 12 jam  T2 = 24 jam  T3 = 36 jam

Faktor II : Konsentrasi Starter (S), terdiri dari 3 level, yaitu :

 S1 = Starter 5 %  S2 = Starter 6 %  S3 = Starter 7 %

2. Faktor tetap :

a. ubi jalar ungu : 150 gram

b. susu skim : 12 %

c. sukrosa : 10 %

d. pasteurisasi : 70 ºC 15 menit

e. suhu fermentasi : suhu kamar (28 ºC)

f. air : 450 ml

Kombinasi dari kedua faktor diatas menghasilkan 9 kombinasi perlakuan

sebagai berikut :

S

T S1 S2 S3

T1 T1 S1 T1 S2 T1 S3

T2 T2 S1 T2 S2 T2 S3

(37)

Keterangan :

T1 S1 = lama fermentasi 12 jam dan starter 5 %

T1 S2 = lama fermentasi 12 jam danstarter 6 %

T1 S3 = lama fermentasi 12 jam dan starter 7 %

T2 S1 = lama fermentasi 24 jam dan starter 5 %

T2 S2 = lama fermentasi 24 jamdan starter 6 %

T2 S3 = lama fermentasi 24 jamdan starter 7 %

T3 S1 = lama fermentasi 36 jamdan starter 5 %

T3 S2 = lama fermentasi 36 jamdan starter 6 %

T3 S3 = lama fermentasi 36 jamdan starter 7 %

3. Parameter yang Diamati

Uji mutu minuman sinbiotik dari ubi jalar ungu

 Analisa Inulin (Kierstan , 1980 dan Widowati, 2001)

Total BAL (Bakteri Asam Laktat) dengan metode TPC (Fardiaz, 1993)

 Analisa pH dengan pH meter (Hadiwiyoto, 1994)

 Intensitas warna (Yuwono dan Susanto, 2001)

 Analisa Total Asam (sebagai asam laktat) (Hadiwiyoto, 1994)

 Analisa Inulin ( Kierstan, 1980 )

 Analisa Viskositas ((Hadiwiyoto, 1994)

(38)

E. Prosedur Penelitian

Tahapan-tahapan dalam pembuatan minuman sinbiotik bubuk dari ubi jalar

ungu adalah sebagai berikut.

1. Pengupasan

Pencucian ubi jalar ungu dimaksudkan untuk menghilangkan kotoran yang menempel

pada ubi dilanjutkan pengupasan untuk menghilangkan kulit ubi.

2. Pemotongan kecil –kecil

Pemotongan untuk memperkecil ukuran pada ubi jalar ungu agar mudah dalam

penghancuran dalam blender. Setelah dipotong kemudian dilakukan penimbangan ubi

hasil pemotongan tersebut sebanyak 150 gr.

3. Penghancuran dengan blender

Setelah ditimbang kemudian dihancurkan dengan blender untuk memperkacil partikel

dan dengan penambahan air sebanyak 3 kali lipat berat ubi jalar ungu (450 ml).

4. Penyaringan

Setelah dihancurkan kemudian disaring dengan menggunakan kain saring untuk

memperoleh filtratnya (365 ml).

5. Pemanasan

Filtrat yang diperoleh sebanyak 365 ml kemudian dipanaskan pada suhu 70 °C selama 15

menit. Suhu tidak terlalu tinggi untuk menghindari terjadi degradasi. Sambil dipanaskan,

ditambahkan susu skim sebanyak 12 % dan gula 10 % dan diaduk sampai larut

(39)

6. Pendinginan

Dilakukan pendinginan sebelum penambahan starter sampai suhu kamar (30 – 37 ºC)

7. Inokulasi starter

Minuman ubi jalar ungu yang telah dingin, kemudian ditambahkan starter sebanyak 5 %,

6 % dan 7 % secara steril.

8. Inkubasi

Dilakukan pengeraman pada minuman ubi jalar ungu pada suhu kamar selama 24 jam

9. Produk minuman sinbiotik ubi jalar ungu

Selesai pengeraman, maka jadilah minuman sinbiotik ubi jalar ungu, kemudian dianalisa

total BAL, pH, intensitas warna, viskositas, total asam dan uji organoleptik (warna,

(40)

Gambar Diagram Alir proses pembuatan minuman sinbiotik dari ubi jalar ungu dapat

dilihat pada Gambar. 5

analisa : inulin

Analisa:

- total BAL, total asam - pH, kadar inulin - intensitas warna - viscositas - uji organoleptik

(warna, aroma, rasa)

Gambar. 5 Diagram alir proses pembuatan minuman sinbiotik dari ubi jalar ungu Penghancuran dengan blender

Penyaringan

Filtrat 365 ml

Ampas

Sari Ubi Jalar Air 450 ml

Pasteurisasi 70 ºC 15 menit dan pengadukan

Pendinginan s/d suhu kamar (± 30 ºC)

Inokulasi starter Sukrosa 10 % (b/v)

Susu skim 12 %

Fermentasi pada suhu kamar 28 ºC

Lactobacillus casei 5 % , 6 % dan 7 % (v/v)

Minuman Sinbiotik Ubi Jalar Ungu

Pemotongan kecil-kecil dan Penimbangan 150 gr Ubi Jalar Ungu 200 gram

Pencucian dan Pengupasan

(41)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa yang dilakukan pada penelitian ini dimulai dari analisa bahan baku dan

analisa minuman sinbiotik ubi jalar ungu yang dihasilkan yang terdiri dari analisa fisik,

kimiawi, dan organoleptik. Analisa dilanjutkan dengan analisa keputusan dan finansial

yang didasarkan pada segi ekonomis apabila produk ini digunakan sebagai produk

industri.

A. Hasil Analisa Bahan Baku

Pada pembuatan minuman sinbiotik digunakan ubi jalar ungu sebagai bahan

baku. Hasil analisa kadar inulin pada ubi jalar ungu dapat dilihat pada Tabel.3

Tabel.3 Hasil Analisa inulin ubi jalar ungu (Per 50 gram) Minuman sinbiotik Ubi jalar ungu Parameter

Hasil analisa standar inulin ubi – ubian (uwi ungu, gembili, uwi

kuning, gembolo, uwi kuning)

Kadar inulin 0,902 % 0,137 – 14,54 %

Dari Tabel.3, dapat diketahui bahwa hasil analisa inulin ubi jalar ungu sebesar

0,902 % (perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 1), sedangkan menurut standar inulin

hasil penelitian sebesar 0,137-14,54 %. Hal ini menunjukkan bahwa inulin yang terdapat

pada ubi jalar ungu masih memenuhi standar inulin dan bisa digunakan untuk pembuatan

(42)

B. Hasil Analisa Produk Minuman Sinbiotik Ubi Jalar Ungu

1. Total Bakteri Asam Laktat (BAL)

Hasil analisis ragam total BAL (Lampiran 3), menunjukkan bahwa terdapat

interaksi yang nyata (p≤ 0,05) antara perlakuan lama fermentasi dan konsentrasi starter

terhadap total BAL minuman sinbiotik ubi jalar ungu yang dihasilkan. Nilai rerata total

BAL minuman sinbiotik ubi jalar ungu terhadap lama fermentasi dan konsentrasi starter

dapat dilihat pada Tabel.4

Tabel.4 Nilai rerata total BAL minuman sinbiotik ubi jalar ungu Perlakuan Keterangan : Nilai rata-rata yang disertai dengan huruf yang sama berarti

tidak berbeda nyata.

Tabel 4. Menunjukan bahwa besarnya populasi total BAL pada minuman sinbiotik

ubi jalar ungu berkisar antara 7,6167- 12,0933 (log CFU/ ml). Lama fermentasi 12 jam

dan konsentrasi starter 5 % memberikan nilai total bakteri asam laktat (BAL) minuman

sinbiotik ubi jalar ungu terendah yaitu sebesar 7,6167 (log CFU/ ml) sedangkan

perlakuan lama fermentasi 36 jam dan konsentrasi starter 7 % memberikan total BAL

minuman sinbiotik ubi jalar ungu paling tertinggi yaitu sebesar 12,0933 (log CFU/ ml).

(43)

minuman sinbiotik ubi jalar ungu dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar.6 Hubungan antara lama fermentasi dan konsentrasi starter terhadap total BAL pada minuman sinbiotik ubi jalar ungu.

Gambar 6. Menunjukan bahwa semakin lama fermentasi dan semakin tinggi

konsentrasi starter menyebabkan total bakteri asam laktat (BAL) pada minuman

sinbiotik ubi jalar ungu mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena dengan semakin

lamanya fermentasi dan banyaknya konsentrasi starter yang ditambahkan , maka akan

semakin banyak pula bakteri yang tumbuh. Selain itu adanya nutrisi dari oligosakarida

pada ubi jalar ungu yang menyebabkan bakteri Lactobacillus casei semakin tumbuh dan berkembangbiak selama proses fermentasi. Semakin banyak konsentrasi starter maka

semakin banyak populasi bakteri Lactobacillus casei yang terbentuk. Hal ini didukung oleh Hayes (1995) yang menyatakan bahwa pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh

beberapa faktor, antara lain: nutrisi, temperatur, kelembaban, oksigen, pH, lama

fermentasi dan substansi penghambat. Total bakteri asam laktat (BAL) meningkat seiring

dengan meningkatnya lama fermentasi. Peningkatan jumlah bakteri ini terjadi karena

adanya nutrisi yang mencukupi dan kondisi pertumbuhan (suhu dan pH) yang optimum

(44)

2. Analisa pH

Hasil analisis ragam pH (Lampiran 4), menunjukkan bahwa terdapat interaksi

nyata (p≤ 0,05) antara perlakuan lama fermentasi dan konsentrasi starter masing-masing

perlakuan berpengaruh nyata terhadap pH minuman sinbiotik ubi jalar ungu yang

dihasilkan. Nilai rerata pengaruh pH minuman sinbiotik ubi jalar ungu terhadap lama

fermentasi dan konsentrasi starter dapat dilihat pada Tabel.5

Tabel.5 Nilai rerata pH pada minuman sinbiotik ubi jalar ungu Perlakuan

Lama Fermentasi (jam)

Konsentrasi starter (%)

Rerata pH Notasi DMRT

(5 %) Keterangan : Nilai rata-rata yang disertai dengan huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata.

Tabel 5. Menunjukan bahwa besarnya pH minuman sinbiotik ubi jalar ungu

berkisar antara 3,3-5,0. Lama fermentasi 12 jam dan konsentrasi starter 5 % memberikan

pH minuman sinbiotik ubi jalar ungu tertinggi yaitu sebesar 5,0 sedangkan perlakuan

lama fermentasi 36 jam dan konsentrasi starter 7% memberikan pH minuman sinbiotik

ubi jalar ungu paling terendah yaitu sebesar 3,3. Hubungan antara lama fermentasi dan

konsentrasi starter terhadap pH pada minuman sinbiotik ubi jalar ungu dapat dilihat pada

(45)

y = -0.6833x + 5.4

Gambar.7 Hubungan antara lama fermentasi dan konsentrasi starter terhadap pH pada minuman sinbiotik ubi jalar ungu.

Gambar 7. Menunjukkan bahwa semakin lama fermentasi dan semakin tinggi

konsentrasi starter menyebabkan pH minuman sinbiotik ubi jalar ungu mengalami

penurunan. Hal ini disebabkan karena dengan semakin lamanya fermentasi dan

banyaknya konsentrasi starter yang ditambahkan , maka pertumbuhan sel bakteri akan

meningkat. Semakin lama waktu fermentasi, semakin banyak pula kesempatan bakteri

untuk tumbuh dan semakin banyak konsentrasi starter yang ditambahkan, maka akan

semakin cepat pula daya kerja bakteri untuk mengubah laktosa dan glukosa dari

oligosakarida menjadi asam sehingga menurunkan pH. Kandungan glukosa dalam

oligosakarida pada ubi jalar ungu akan meningkatkan produksi asam laktat yang

dihasilkan akibat metabolisme mikroba pada waktu proses fermentasi berlangsung dan

menyebabkan terjadinya penurunan pH.

Wibowo (1990) menyatakan bahwa nilai pH dipengaruhi oleh asam yang

dihasilkan, karena peningkatan dari asam laktat akan mengakibatkan semakin banyaknya

(46)

3. Total Asam

Hasil analisis ragam total asam (Lampiran 5), menunjukkan bahwa terdapat

interaksi nyata (p≤ 0,05) antara perlakuan lama fermentasi dan konsentrasi starter

masing-masing perlakuan berpengaruh nyata terhadap total asam minuman sinbiotik ubi

jalar ungu yang dihasilkan. Nilai rerata pengaruh total asam minuman sinbiotik ubi jalar

ungu terhadap lama fermentasi dan konsentrasi starter dapat dilihat pada Tabel.6

Tabel.6 Nilai rerata total asam minuman sinbiotik ubi jalar ungu Perlakuan Keterangan : Nilai rata-rata yang disertai dengan huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata.

Tabel 6. Menunjukan bahwa besarnya total asam pada minuman sinbiotik ubi jalar

ungu berkisar antara 0,1847-0,5447. Lama fermentasi 12 jam dan konsentrasi starter 5 %

memberikan total asam minuman sinbiotik ubi jalar ungu terendah yaitu sebesar 0,1847

sedangkan perlakuan lama fermentasi 36 jam dan konsentrasi starter 7 % memberikan

total asam minuman sinbiotik ubi jalar ungu paling tertinggi yaitu sebesar 0,5447.

Hubungan antara lama fermentasi dan konsentrasi starter terhadap total asam pada

(47)

y = 0.068x + 0.3473

Gambar.8 Hubungan antara lama fermentasi dan konsentrasi starter terhadap total asam pada minuman sinbiotik ubi jalar ungu.

Gambar 8. Menunjukan bahwa semakin lama fermentasi dan semakin tinggi

konsentrasi starter menyebabkan total asam pada minuman sinbiotik ubi jalar ungu

mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena dengan semakin lamanya fermentasi

dan banyaknya konsentrasi starter yang ditambahkan , maka akan semakin banyak pula

total asam yang terbentuk selama berlangsungnya proses fermentasi. Asam laktat

terbentuk sebagai hasil dari pemecahan laktosa dan glukosa dari oligosakarida pada ubi

jalar ungu oleh kultur starter (L.casei). Semakin banyak konsentrasi starter dan diiringi lamanya fermentasi maka daya kerja bakteri semakin tinggi sehingga asam laktat yang

dihasilkan semakin meningkat.

Fardiaz (1992), menyatakan bahwa nutrisi (Inulin atau oligosakarida yang sebagai

prebiotik) mempunyai peran terhadap starter yang ditambahkan bekerja secara enzimatis

pada waktu berlangsungnya proses fermentasi, yaitu mengubah glukosa menjadi asam

laktat sehingga dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi jumlah bakteri (konsentrasi

starter) yang dapat mengubah glokosa menjadi asam laktat maka total asam yang

(48)

fermentasi akan semakin tinggi.

Hal ini didukung oleh Rahman (1992), bahwa semakin lama fermentasi akan

terjadi penurunan pH, hal ini dikarenakan semakin lama waktu fermentasi maka bakteri

akan memecah substrat menjadi asam-asam organik, sehingga semakin lama proses

fermentasi maka total asam akan semakin meningkat.

4. Analisa Viskositas

Hasil analisis ragam vikositas (Lampiran 6), menunjukkan bahwa tidak terdapat

interaksi nyata (p≤ 0,05) antara perlakuan lama fermentasi dan konsentrasi starter

masing-masing perlakuan berpengaruh nyata terhadap viskositas minuman sinbiotik ubi

jalar ungu yang dihasilkan. Nilai rerata pengaruh viskositas minuman sinbiotik ubi jalar

ungu terhadap lama fermentasi dan konsentrasi starter dapat dilihat pada Tabel.7

Tabel 7. Nilai rata-rata minuman sinbiotik dari perlakuan lama fermentasi.

Lama fermentasi (Jam) Nilai

Rata-rata Viskositas

Keterangan : Nilai rata-rata yang disertai dengan huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata.

Pada Tabel 7. menunjukkan viskositas pada minuman sinbiotik berkisar antara

0,8658-0,3579. Pada perlakuan lama fermentasi dan konsentrasi starter pada minuman

sinbiotik mempunyai nilai viskositas tertinggi yaitu 0,8658. Sedangkan viskositas pada

perlakuan lama fermentasi dan konsentrasi starter pada minuman sinbiotik mempunyai

nilai sebesar 0,3579. Perlakuan lama fermentasi 12 jam, 24 jam dan 36 jam terdapat

(49)

starter dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Nilai rata-rata minuman sinbiotik dari perlakuan konsentrasi starter.

Konsentrasi Starter (%) Nilai

Rata-rata Viskositas

Keterangan : Nilai rata-rata yang disertai dengan huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata.

Tabel .8, menunjukkan viskositas pada minuman sinbiotik berkisar antara

0,6082-0,5127 cps. Pada perlakuan lama fermentasi dan konsentrasi starter pada minuman

sinbiotik mempunyai nilai viskositas tertinggi yaitu 0,6082 cps. Sedangkan viskositas

pada perlakuan lama fermentasi dan konsentrasi starter pada minuman sinbiotik

memepunyai nilai sebesar 0,5127 cps. Perlakuan konsentarsi starter 5 %, 6% dan 7 %

terdapat perbedaan yang nyata .

Hal tersebut menunjukan bahwa semakin lama fermentasi dan semakin tinggi

konsentrasi starter menyebabkan viskositas pada minuman sinbiotik ubi jalar ungu

mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena dengan semakin lamanya fermentasi

nutrisi (susu skim) yang dibutuhkan oleh bakteri semakin menurun sehingga viskositas

minuman yang dihasilkan juga menurun (lebih encer). Pada proses fermentasi, bakteri

asam laktat (BAL) yang menghasilkan asam laktat dapat menyebabkan pati terhidrolisis

secara parsial menjadi dekstrin. Semakin lama fermentasi maka vikositas menjadi lebih

rendah dikarenakan oleh pati yang akan terhidrolisis secara parsial akan semakin

banyak dekstrin yang tinggi sehingga menurunkan viskositas minuman sinbiotik ubi

(50)

Menurut Tjoekroadikoesoemo (1996), bahwa pada proses fermentasi yang

menghasilakan asam maka akan terjadi hidrolisis sebagian dari pati ubi. Sebagian pati

yang terhidrolisis menjadi dekstrin tersebut akan membuat viskositas larutan menjadi

lebih rendah. Haryadi (1993), menyatakan bahwa pati yang terendam dalam larutan

dengan keasaman yang tinggi maka dapat terjadi hidrolisis pada ikatan glukosidik

sehingga menurunkan kekentalan gel pati.

5. Intensitas Warna Tingkat Kemerahan (a*)

Hasil analisis ragam tingkat kemerahan (Lampiran 7), menunjukkan bahwa

terdapat interaksi nyata (p≤ 0,05) antara perlakuan lama fermentasi dan konsentrasi

starter masing-masing perlakuan berpengaruh nyata terhadap tingkat kemerahan

minuman sinbiotik ubi jalar ungu yang dihasilkan. Nilai rerata pengaruh tingkat

kemerahan minuman sinbiotik ubi jalar ungu terhadap lama fermentasi dan konsentrasi

starter dapat dilihat pada Tabel.9

(51)

Tabel 9. Menunjukan bahwa besarnya tingkat kemerahan pada minuman sinbiotik

ubi jalar ungu berkisar antara 19,40-10,60. Lama fermentasi 12 jam dan konsentrasi

starter 5 % memberikan nilai tingkat kemerahan minuman sinbiotik ubi jalar ungu

tertinggi yaitu sebesar 19,40 sedangkan perlakuan lama fermentasi 36 jam dan

konsentrasi starter 7 % memberikan tingkat kemerahan minuman sinbiotik ubi jalar ungu

paling terendah yaitu sebesar 10,60. Hubungan antara lama fermentasi dan konsentrasi

starter terhadap tingkat kemerahan pada minuman sinbiotik dapat dilihat pada gambar 9.

y = -2.1333x + 18.9

Gambar.9 Hubungan antara lama fermentasi dan konsentrasi starter terhadap tingkat kemerahan pada minuman sinbiotik ubi jalar ungu.

Gambar.9, Menunjukan bahwa semakin lama fermentasi dan semakin tinggi

konsentrasi starter menyebabkan tingkat kemerahan pada minuman sinbiotik ubi jalar

ungu mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena dengan semakin lamanya

fermentasi dan banyaknya konsentrasi starter yang ditambahkan akan terjadi perubahan

warna dan letak gugus hidroksil pigmen antosianin berubah, maka akan semakin

menurun pula kadar antosianinnya serta tingkat kemerahan warna minuman sinbiotik ubi

jalar ungu akan semakin menurun. Winarno dan Lakasmi (1993) menegemukakan bahwa

(52)

perusakan kedua senyawa. Warna antosianin dapat cepat hilang karena pengaruh asam

yang kemungkinan terjadi kondensasi antara antosianin dan asam tersebut.

6. Intensitas Warna Tingkat Kecerahan (L)

Hasil analisis ragam tingkat kecerahan (Lampiran 8), menunjukkan bahwa

terdapat interaksi nyata (p≤ 0,05) antara perlakuan lama fermentasi dan konsentrasi

starter masing-masing perlakuan berpengaruh nyata terhadap tingkat kemerahan

minuman sinbiotik ubi jalar ungu yang dihasilkan. Nilai rerata pengaruh tingkat

kemerahan minuman sinbiotik ubi jalar ungu terhadap lama fermentasi dan konsentrasi

starter dapat dilihat pada Tabel.10

Tabel.10 Nilai rerata tingkat kecerahan minuman sinbiotik ubi jalar ungu Perlakuan Keterangan : Nilai rata-rata yang disertai dengan huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata.

Tabel 10. Menunjukan bahwa besarnya tingkat kecerahan pada minuman sinbiotik

ubi jalar ungu berkisar antara 30.8333- 41.800 . Lama fermentasi 12 jam dan konsentrasi

starter 5 % memberikan nilai tingkat kecerahan minuman sinbiotik ubi jalar ungu

tertinggi yaitu sebesar 41.800 sedangkan perlakuan lama fermentasi 36 jam dan

konsentrasi starter 7 % memberikan tingkat kecerahan minuman sinbiotik ubi jalar ungu

(53)

starter terhadap tingkat kecerahan pada minuman sinbiotik dapat dilihat pada gambar 10.

Gambar.10 Hubungan antara lama fermentasi dan konsentrasi starter terhadap tingkat kecerahan pada minuman sinbiotik ubi jalar ungu.

Gambar.10, Menunjukan bahwa semakin lama fermentasi dan semakin tinggi

konsentrasi starter menyebabkan tingkat kecerahan pada minuman sinbiotik ubi jalar

ungu mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena dengan semakin lamanya

fermentasi dan banyaknya konsentrasi starter yang ditambahkan akan terjadi perubahan

pigmen antosianin, maka akan semakin menurun pula kadar antosianinnya serta tingkat

kecerahan warna minuman sinbiotik ubi jalar ungu akan semakin menurun. Winarno dan

Lakasmi (1993) menyatakan bahwa kecerahan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

pH, konsentrasi, jenis pigmen, macam solvent dan adanya senyawaan yang bereaksi

(54)

C. Uji Organoleptik

Sifat organoleptik adalah sifat bahan yang dimulai dengan menggunakan indera

manusia yaitu indera penglihatan, pembau dan perasa. Sifat organoleptik minuman

sinbiotik yang diuji meliputi: rasa,warna dan aroma. Penelitian minuman sinbiotik yang

dihasilkan diujikan secara organoleptik meliputi:

a. Uji Hedonik Rasa

Rasa dapat dipakai sebagai indikator kesegaran dan penyimpanan bahan pangan.

Berdasarkan hasil uji organoleptik antara perlakuan lama fermentasi dan konsentrasi

starter terdapat perbedaan yang nyata terhadap rasa minuman sinbiotik (Lampiran 9),

nilai rata-rata hedonik rasa minuman sinbiotik ubi jalar ungu dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel.11 Nilai rerata uji kesukaan rasa pada minuman sinbiotik ubi jalar ungu Perlakuan

Lama Fermentasi (jam) Konsentrasi starter

(%)

Berdasarkan Tabel.11, menunjukan bahwa tingkat hedonik (kesukaan) dari

panelis terhadap minuman sinbiotik ubi jalar ungu diperoleh nilai berkisar antara 2,950 –

3,325 masuk dalam skala (sangat tidak suka dan sangat suka). Perlakuan konsentrasi

starter 5 % dan lama fermentasi 36 jam menghasilkan rasa minuman sinbiotik ubi jalar

(55)

Banyaknya konsentrasi starter yang ditambahkan dan lamanya fermentasi pada

pembuatan minuman sinbiotik ubi jalar ungu akan mempengaruhi rasa, dimana semakin

tinggi jumlah starter yang ditambahkan dan semakin lama waktu fermentasi, akan

mempercepat produksi asam laktat yang dihasilkan sehingga rasa minuman sinbiotik ubi

jalar ungu menjadi semakin asam. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widodo (2003) yang

menyatakan bahwa Lactobacillus casei merupakan bakteri asam laktat yang memfermentasi laktosa untuk menghasilkan sejumlah besar asam laktat. Substansi yang

dihasilkan oleh bakteri asam laktat seperti asam laktat dan komponen volatil memberikan

karakter asam dan aroma.

b. Uji Hedonik Aroma

Aroma merupakan parameter fisik pangan yang sangat penting. Penilaian

konsumen terhadap produk pangan juga ditentukan oleh aroma. Berdasarkan hasil uji

organoleptik terhadap aroma minuman sinbiotik ubi jalar ungu dengan penambahan

starter dan lama fermentasi terdapat perbedaan yang nyata (Lampiran 10), nilai rata-rata

aroma minuman sinbiotik ubi jalar ungu dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel.12 Nilai rerata uji kesukaan aroma pada minuman sinbiotik ubi jalar ungu Perlakuan

Lama Fermentasi (jam) Konsentrasi Starter (%)

(56)

Berdasarkan Tabel 12, menunjukan tingkat hedonik (kesukaan) dari panelis

terhadap minuman sinbiotik ubi jalar ungu diperoleh nilai antara 1,807-7,800 masuk

dalam skala (sangat tidak suka samapi sangat suka). Perlakuan konsentrasi starter 6 %

dan lama fermentasi 24 jam menghasilkan rasa minuman sinbiotik ubi jalar ungu dengan

tingkat kesukaan tertinggi yaitu 7,800.

Aroma yang dihasilkan pada minuman sinbiotik ubi jalar ungu dipengaruhi oleh

media serta jenis bakteri Lactobacillus casei. Aroma minuman sinbiotik sedikit menyengat asam, hal ini didukung oleh Hadiwiyoto (1994) bahwa aroma yang

menyengat atau tajam pada produk makanan atau minuman sinbiotik disebabkan oleh

pengaruh terbentuknya senyawa-senyawa volatil seperti asam laktat, asetaldehida diasetil

dan asam asetat yang mudah menguap, dimana dihasilkan oleh bakteri starter sebagai

tanda fermentasi berjalan dengan baik.

c. Uji Hedonik Warna

Warna merupakan parameter fisik pangan yang sangat penting. Penilaian

konsumen terhadap produk pangan juga ditentukan oleh warna. Berdasarkan hasil uji

oragnoleptik terhadap warna minuman sinbiotik ubi jalr ungu terdapat perbedaan yang

(57)

Tabel.13 Nilai rerata uji kesukaan warna pada minuman sinbiotik ubi jalar ungu Perlakuan

Lama Fermentasi (jam) Konsentrasi Starter (%)

terhadap minuman sinbiotik ubi jalar ungu diperoleh nilai antara 8,825-1,765 masuk

dalam skala (sangat tidak suka samapi sangat suka). Perlakuan konsentrasi starter 5 %

dan lama fermentasi 12 jam menghasilkan warna minuman sinbiotik ubi jalar ungu

dengan tingkat kesukaan tertinggi yaitu 8,825. Semakin banyak jumlah konsentrasi starter

dan semakin lama waktu fermentasi menghasilkan rasa asam pada minuman sinbiotik

yang akan mempengaruhi kestabilan warna antosianin. Sehingga menjadikan warna

minuman sinbiotik ubi jalar ungu semakin pudar dan berpengaruh juga terhadap nilai

yang diberikan oleh panelis pada tingkat kesukaan warna minuman sinbiotik ubi jalar

ungu. Pernyataan tersebut didukung oleh Winarno dan Laksmi (1993) bahwa antosianin

dan asam askorbat dapat saling berpengaruh secara kimiawi sehingga mengakibatkan

perusakan kedua senyawa. Warna antosianin dapat cepat hilang karena pengaruh asam

askorbat, asam amino, fenol dan turunan gula yang kemungkinan terjadi karena

kondensasi antara antosianin dan senyawa-senyawa tersebut.

Sudarmanto (1998) menyatakan bahwa stabilitas antosianin dipengaruhi oleh

(58)

dan jenis pigmen serta tanin. Selain itu, gugus hidroksil dan metosil akan mempengaruhi

warna antosianin. Peningkatan gugus hidroksil akan menyebabkan warna semakin biru

dan peningkatan gugus metosi akan menyebabkan warna semakin merah.

D. Analisis Keputusan

Mutu suatu bahan pangan dapat diketahui berdasarkan tiga sifat yaitu kimia, fisik

dan organoleptik. Diterima tidaknya bahan atau produk pangan oleh konsumen lebih

banyak ditentukan oleh faktor sifat organoleptik, karena berhubungan langsung dengan

selera konsumen (Mangkusubroto, 1987).

Analisis keputusan terbaik pada pembuatan minuman sinbiotik ubi jalar ungu

dilakukan berdasarkan hasil uji organoleptik rasa, warna dan aroma yang menghasilkan

nilai kesukaan rata-rata yang cukup tinggi.

Berdasarkan hasil pengujian organoleptik hasil terbaik diperoleh pada

perlakuan konsentrasi starter 5 % dan lama fermentasi 24 jam dengan nilai kesukaan

untuk ranking rasa 8,695, aroma 7,700 dan warna7,050. Pada perlakuan ini

mempunyai nilai total bakteri asam laktat (BAL) 9,6800 log CFU/ml,total asam

0,4110 %, viskositas 0,6659,kadar kemerahan 14,5667 dan pH 4,3. Pada perlakuan

tersebut, semua parameter menunjukkan tingkat kesukaan konsumen yang tinggi.

(59)

Tabel 14. Analisa keputusan pada minuman sinbiotik ubi jalar ungu.

Perlakuan

Total

BAL pH

Total

Asam Viskositas Kemerahan Organoleptik Lama Fermentasi:

Kons.starter rasa warna aroma

T1S1 7.6167 5,0 0.1847 0.9747 16.8000 2,950 8,825 2,625

T1S2 8.5100 4,7 0.3913 0.8904 16.0667 2,200 7,725 4,400

T1S3 9.1000 4,6 0.4087 0.7324 15.0000 4,625 6,525 5,850

T2S1 9.6800 4,3 0.4110 0.6659 14.5667 8,695 7,050 7,700

T2S2 10.1667 4,2 0.4578 0.6534 13.7667 7,425 5,050 7,800

T2S3 10.9333 3,9 0.4965 0.4756 13.1000 6,175 4,450 5,200

T3S1 11.2933 3,4 0.5119 0.3999 12.5333 10,000 2,750 3,675

T3S2 11.6767 3,1 0.5222 0.3434 11.6667 4,206 1,975 5,575

T3S3 12.0933 2,7 0.5447 0.3302 10.5000 3,000 1,765 1,807

Alternatif ini selanjutnya akan dilanjutkan dengan analisis finansial.

E. Analisis Finansial

Analisa finansial ditujukan untuk mengetahui tingkat kelayakan (secara ekonomis)

dari produksi minuman sinbiotik. Pada penelitian ini dilakukan analisa finansial untuk perlakuan yang telah memenuhi criteria yang diharapkan yaitu pada perlakuan lam

fermentasi : konsentrasi starter = 24 jam : 5 %.

Parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat kelayakan produksi minuman

sinbiotik meliputi BEP, NPV, Gross B/C, IRR, dan PP. hasil perhitungan Analisa

(60)

1. Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi yang direncanakan pada perusahaan minuman sinbiotik adalah

9360 L/tahun. Produksi 1 tahun dilakukan selama 312 hari kerja. Data kapasitas

produksi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12.

2. Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan suatu

usaha, terdiri dari biaya tidak tetap dan biaya tetap. Biaya tetap adalah biaya yang

bersifat independent atau tidak berubah terhadap pemakainan alat. Biaya tetap pada perusahaan minuman sinbiotik meliputi biaya tenaga kerja, biaya penyusunan alat,

sewa bangunan dan sewa mobil.

Biaya tidak tetap adalah biaya yang besarnya dapat berubah-ubah sejalan dengan

besarnya produksi yang dilakukan. Biaya ini terdiri dari biaya pembelian bahan baku

dan pembantu, pembelian bahan pengemas, utilitas, biaya bahan bakar untuk mobil,

biaya perawatan alat, mobil dan bangunan.

Secara singkat total biaya per tahun dari industri minuman sinbiotik adalah

sebagai berikut :

Total Biaya Produksi = Biaya Tetap + Biaya Tidak Tetap

= Rp 25.779.553,- + Rp 107.494.200,-

Gambar

Gambar 2. Ubi Jalar Ungu (Ipomoe betatas var. Ayamurasaki) (Utomo, 2007)
Tabel 2. Komposisi kimia susu skim per 100 gram
Gambar 3. Jalur Embden – Mayerhof – Parnas untuk produksi asam laktat dalam Yoghurt (Hui, 1992)
Gambar. 4 Diagram alir  proses pembuatan minuman probiotik ubi jalar         (Hidayat dkk, 2006)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembuatan yoghurt ubi jalar ungu ini diawali dengan mengukus 100 gram ubi. jalar ungu sampai masak Selanjutnya mengupas kulit ubi jalar ungu

Hasil analisa kadar protein, kadar lemak dan kadar serat kasar pada minuman fermentasi ubi jalar merah dengan perlakuan starter dadih dari berbagai daerah di Sumatera

Tujuan penelitian ini adalah menentukan perbandingan konsentrasi ekstrak kulit ubi jalar ungu dan air kelapa untuk menghasilkan rendemen nata yang terbaik,

Apakah interaksi konsentrasi starter campuran kultur Lactobacillus plantarum dengan Lactococcus lactis dan konsentasi ekstrak ubi jalar ungu yang dihasilkan secara

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama fermentasi ekstrak ubi jalar ungu ( Ipomoea batatas ) dengan Lactobacillus plantarum B1765

Gambar 8 menunjukan bahwa kenaikan analisis tekstur pada cookies ubi jalar ungu dikarenakan substitusi ubi jalar ungu dibandingkan tepung terigu protein sedang

Produk yang paling disukai dari hasil uji organoleptik adalah produk minuman fermentasi ubi jalar merah dengan menggunakan starter dadih dari Kabupaten Sijunjung

Hal ini berarti perlakuan R1, R2 dan R3 dengan level penggunaan pelet daun ubi jalar ungu yang berbeda dan perlakuan R0 tanpa penggunaan pelet daun ubi jalar ungu terfermentasi