• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

6. Analisis Kesehatan BPRS CAMEL

Tingkat Kesehatan atau lebih dikenal dengan TKS merupakan indikator penilaian kinerja BPRS secara kuantitatif dan kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisidan kinerja bank.

28

Komponen-komponen penilaian tingkat kesehatan bank meliputi permodalan (Capital), kualitas aset (Assets Quality), manajemen

(Management), rentabilitas (Earning) dan likuiditas (Liquidity). Masing-masing faktor tersebut terdiri dari satu atau dua komponen yang dinilai dan diberi bobot terhadap total penilaian tingkat kesehatan BPRS.

Penilaian tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) berdasarkan prinsip syariah mencakup penilaian terhadap faktor-faktor CAMEL berdasarkan peraturan Bank Indonesia No.9/17/PBI/2007 dan Surat Edaran No.9/29/DPbS 2007 terdiri atas:

a. Permodalan (Capital)

Modal adalah sejumlah dana yang harus disediakan oleh pemilik bank, diluar biaya pendirian dan harta tetap-inventaris perusahaan. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia nomor 23 tahun 2009, ketentuan permodalan yang harus disediakan bila ingin mendirikan BPRS adalah jika:

- BPRS yang didirikan di wilayah DKI Jakarta, Kabupaten/Kota Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi minimal Rp 2 milyar.

- BPRS yang didirikan di ibu kota provinsi di luar wilayah tersebut minimal Rp 1 milyar.

- BPRS yang didirikan selain di wilayah-wilayah tersebut minimal Rp 500 juta.

29

Kecukupan permodalan bertujuan untuk mengantisipasi resiko keuangan dan operasional atar perannya dalam penghimpunan dan penyaluran dana yang dilakukan oleh BPRS.

Permodalan terdiri dari Modal Inti dan Modal Pelengkap. Modal inti yaitu modaldisetor, agio-disagio saham, modal sumbangan, dana setoran modal, cadangan umum dantujuan, laba ditahan setelah diperhitungkan pajak, laba tahun lalu setelah diperhitungkanpajak, rugi tahun lalu (sebagai pengurang), 50% laba tahun berjalan, rugi tahun berjalan(sebagai pengurang) dan goodwill. Sedangkan Modal Pelengkap yaitu selisih penilaian aktiva tetap, cadangan umum dari penyisihan penghapusan aktiva (maksimal 1, 25% dari ATMR),modal pinjaman, investasi subordinasi (maksimal 50 % dari modal inti).

1) Rasio Kecukupan Modal (Rasio Utama) yaitu untuk mengukur kecukupan modal bank dalam menyerap kerugian dan pemenuhan ketentuan KPMM yang terlaku. Dihitung dari permodalan bank terhadap ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Resiko, seperti kas, penempatan pada bank lain dan pembiayaan dengan perhitunga bobot resiko tertentu). Dengan rumus sebagai berikut:

CAR = +

Kriteria penilaian peringkat:

1 2 3 4 5

30

b. Kualitas Aset (Assets Quality)

Aktiva Produtif adalah penempatan dana BPRS dalam rupiah berdasarkan prinsip syariah dalam bentuk pembiayaan, piutang, ijarah

dan penempatan dana pada bank lain. Indikator kualitas aktiva produktif terdiri dari lancar, kurang lancar, diragujan dan macet atau disebut dengan kolektabilitas.

1) Rasio kualitas aktiva produktif atau earning asset quality (EAQ) (Rasio Utama) yaitu untuk mengukur proporsi aktiva produktif yang tidak diklasifikasikan terhadap total aktiva produktif.

EAQ =

1 −

y

Aktiva Produktif yang diklasifikasikan yaitu aktiva produktif yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian yang besarnya ditetapkan sebagai berikut: - 50% dari aktiva produktif yang digolongkan kurang lancar - 75% dari aktiva produktif yang digolongkan diragukan - 100% dari aktiva produktif yang digolongkan macet Kriteria penilaian peringkat:

1 2 3 4 5

EAQ ≥ 93% 90% ≤ EAQ ≤ 93% 87% ≤ EAQ < 90% 84% ≤ EAQ < 87% EAQ < 84%

2) Rasio pembiayan bermasalah (Rasio Penunjang) yaitu mengukur proporsi pembiayaan bermasalah terhadao total pembiayaan yang disalurkan atau sering disebut dengan NPF (Non Performing Finance)

31 NPF =

JPB = Jumlah pembiayaan yang tergolong dalam kolektibilitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet

JP = Jumlah pembiayaan yang dimiliki oleh bank Kriteria penilaian peringkat:

1 2 3 4 5

NPF ≤ 7% 7% < NPF ≤ 10% 10% < NPF < 13% 13% < NPF < 16% NPF > 16%

c. Rentabilitas (Earning)

Rentabilitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk memgukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya.

1) Rasio Efisiensi Operasional (ROE) (Rasio utama) yaitu mengukur efisiensi operasi BPRS.

REO =

BO = Beban Operasional yaitu beban yang dikeluarkan oleh bank untuk membiayai operasional bank, tidak termasuk bagi hasl kepada dana pihak ketiga.

PO = Pendapatan Operasional yaitu pendapatan operasional yan diterima oleh bank setelah dikurangi denga bagi hasil kepada dana pihak ketiga.

32 Kriteria penilaian peringkat:

1 2 3 4 5

REO ≥ 83% 83% < REO ≤ 85% 85% < REO < 87% 87% < REO < 89% REO > 89%

2) Return on Assets (ROA) (Rasio Observed) yaitu mengukur tingkat kemampuan bank memperoleh laba atas aset yang dimiliki.

ROA =

EBT = Earning Before Tax adalah laba yang diperoleh bank sebelum perhitungan pajak.

TA = Total Aset yang dimiliki bank Kriteria penilaian peringkat:

1 2 3 4 5

ROA ≥ 1,45% 1,21 % < ROA ≤ 1,45% 0,99% < ROA < 1,21% 0,76% < ROA < 0,99% ROA ≤ 0,76%

3) Return on Equity (ROE) (Rasio Observed) yaitu mengukur tingkat kemampuan bank memperoleh laba atas modal yang dimiliki.

ROE =

EAT = Earning After Tax adalah laba yang diperoleh bank setelah perhitungan pajak.

PIC = Pic in Capital adalah modal disetor yang dimiliki oleh bank.

d. Likuiditas (Liquidity)

Likuiditas adalah kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya berupa kewajiban segera harus dibayar dengan harta lancarnya.

33

1) Cash Ratio (CR) (Rasio utama) yaitu mengukur kemampuan alat likuid bank dalam memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek.

CR =

Kas dan Setara Kas = Kas, giro dan tabungan pada bank lain

Kewajiban Lancar = tabungan, deposito, kewajiban kepada bank lain Kriteria penilaian peringkat:

1 2 3 4 5

CR ≥ 4,8% 4,05% ≤ CR < 4,8% 3,3% ≤ CR < 87% 2,55% ≤ CR < 3,3% CR< 2,55%

e. Manajemen (Management)

Penilaian manajemen merupakan penilaian kualitatif terhadap kemampuan manajerial pengurus BPRS untuk menjalankan usaha termasuk komitmen kepada Bank Indonesia maupun pihak lain, kecukupan manajemen risiko, dan kepatuhan BPRS terhadap prinsip syariah dan pelaksanaan fungsi sosial, berupa peranan bank dalam pengelolaan dana zakat, infaq, shadaqah (ZIS), wakaf uang dan lain-lain yang relevan. Peringkat komponen faktor manajemen ditetapkan 4 peringkat yaitu peringkat A, B, C dan D. Peringkat A mencerminkan kulitas tata kelola paling baik dan peringkat D mencerminkan kulitas tata kelola paling buruk.

Berdasarkan pasal 8 PBI No.9/17/PBI/2007 dalam penilaian faktor keuangan, digunakan angka 1 sampai 5 untuk mempresentasikan hasil

34

pengukuran kinerja BPRS. Adapun secara lebih rinci mengenai penetapan peringkat standar penilaian BPRS adalah sebagai berikut:

a. Peringkat faktor keuangan 1, mencerminkan bahwa kondisi BPRS memiliki kinerja keuangan yang sangat baik, yaitu BPRS memiliki kemampuan menghasilkan laba dan tingkat efisiensi operasi yang tinggi sehingga mampu berkembang optimal.

b. Peringkat faktor keuangan 2, mencerminkan bahwa kondisi BPRS memiliki kinerja keuangan yang baik, yaitu BPRS memiliki kemampuan menghasilkan laba dan tingkat efisiensi operasi yang cukup tinggi sehingga mampu berkembang.

c. Peringkat faktor keuangan 3, mencerminkan bahwa kondisi BPRS memiliki kinerja keuangan yang cukup baik, yaitu BPRS memiliki kemampuan menghasilkan laba dan tingkat efisiensi operasi yang sedang namun BPRS masih memiliki beberapa kelemahan dalam pengelolaan BPRS yang dapat menurunkan kondisi keuangan BPRS.

d. Peringkat faktor keuangan 4, mencerminkan bahwa kondisi BPRS memiliki kinerja keuangan yang kurang baik, yaitu BPRS mengalami kesulitan keuangan yang berpotensi mebahayakan kelangsungan usaha. e. Peringkat faktor keuangan 5, mencerminkan bahwa kondisi BPRS

memiliki kinerja keuangan yang tidak baik, yaitu BPRS mengalami kesulitan keuangan yang membahayakan kelangsungan usaha dan kecil kemungkinan untuk dapat diselamatkan.

35

Dokumen terkait