• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kesehatan Pengelolaan Keuangan Daerah di Sulbar

Dalam dokumen KAJIAN FISKAL REGIONAL (Halaman 74-79)

BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD

3.7 ANALISIS LAINNYA

3.7.4 Analisis Kesehatan Pengelolaan Keuangan Daerah di Sulbar

3.7.4.1 Indikator Rasio PAD (Realisasi PAD/Total Pendapatan)

Rasio PAD tertinggi ditunjukkan oleh Pemprov Sulbar, didorong oleh kenaikan realisasi pajak daerah sebesar 4,76 persen dari tahun sebelumnya. Jenis PAD yang menjadi primadona Pemprov, dari Pajak Kendaraan Bermotor dan BBNKB terealisasi Rp126,19 miliar, meningkat 6,58 persen (yoy). Sebaliknya, rasio PAD terendah terdapat pada Pemkab Pasangkayu karena merosotnya realisasi

Kapasitas fiskal 2018 sebesar Rp16.947.501,- per penduduk miskin. Terdapat penurunan kapasitas fiskal Rp1.675.449,- dari tahun sebelumnya.

Grafik 3.15 Rasio PAD per Pemda di Sulbar Tahun 2018

Sumber: Pemda lingkup Sulbar, 2019 (diolah)

0% 5% 10% 15% 20% Sulbar Mamuju Mateng Pasangkayu Majene Polman Mamasa 16,61% 6,92% 6,93% 3,21% 10,18% 10,10% 1,66%

PAD hingga 50,33 persen dari tahun sebelumnya. Faktor lainnya, jenis potensi utama daerah dari sektor perkebunan kelapa sawit adalah sebagai objek Pajak Pempus (PBB Sektor Perkebunan).

3.7.4.2 Rasio Efektivitas PAD (Realisasi PAD / Target PAD)

Rasio efektivitas PAD tertinggi (melebihi target) ditunjukkan oleh Pemkab Majene, didorong oleh realisasi Hasil kekayaan Daerah yang Dipisahkan (100 persen) dan Lain-lain PAD yang Sah (103,21 persen). Seluruh komponen pembentuk PAD mengalami penurunan yang cukup signifikan, terutama dari sektor Lain-Lain PAD hanya terealisasi 30,52 persen, padahal proporsi target PADnya paling besar 53,69 persen.

3.7.4.3 Rasio Pertumbuhan PAD ((PADt1-PADt0)/PADt0)

Rasio pertumbuhan PAD tertinggi ditunjukkan oleh Pemkab Mamuju Tengah karena didorong oleh realisasi retribusi daerah yang meningkat 73,75 persen dari tahun sebelumnya. Pendapatan dari retribusi umum sektor pelayanan kesehatan dan pelayanan pengguna air bersih memberikan andil yang cukup besar terhadap lonjakan penerimaan retribusi daerah. Sebaliknya, rasio pertumbuhan PAD terendah terdapat pada Pemkab Mamasa (-74,13 persen) karena dipicu oleh merosotnya kinerja seluruh komponen pembentuk PAD.

3.7.4.4 Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja (Belanja Modal/Total Belanja) Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar daerah telah merealisasikan belanja modal. Rasio Belanja Modal tertinggi terdapat pada Pemkab Pasangkayu. Rasio tersebut lebih tinggi dari Belanja Pegawai (29,78 persen). Faktor lain pendorong tingginya rasio adalah dari serapan DAK Fisik tahun 2018 yang mencapai 99,22 persen dari pagu. Sebaliknya, rasio terendah terdapat pada Pemkab Majene karena porsi belanja pegawai (42,65 persen) dan belanja barang (24,85

Grafik 3.16 Rasio Efektivitas PAD per Pemda 2018

Sumber: Pemda lingkup Sulbar, 2019 (diolah)

0% 50% 100% 150% Sulbar Mamuju Mateng Pasangkayu Majene Polman Mamasa 90,96% 93,83% 88,04% 46,41% 100,39% 87,21% 38,67%

Grafik 3.17 Rasio Pertumbuhan PAD per Pemda Tahun 2018

Sumber: Pemda lingkup Sulbar, 2019 (diolah)

-100% -50% 0% 50% Sulbar Mamuju Mateng Pasangkayu Majene Polman Mamasa 1,78% 1,86% 17,52% -50,33% 6,70% -28,17% -74,13%

Grafik 3.18 Rasio Belanja Modal per Pemda 2018

Sumber: Pemda lingkup Sulbar, 2019 (diolah) (diolah) 0% 10% 20% 30% 40% Sulbar Mamuju Mateng Pasangkayu Majene Polman Mamasa 18,44% 24,85% 31,92% 35,62% 18,04% 16,66% 19,75%

persen) jauh lebih besar dari belanja modal. Faktor lain pemicu merosotnya rasio adalah turunnya realisasi DAK Fisik hingga 50,34 persen dari tahun 2017.

3.7.4.5 Rasio Belanja Pegawai (Realisasi Belanja Pegawai / Total Belanja)

Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar daerah telah membelanjakan untuk kebutuhan pegawai. Rasio Belanja Pegawai tertinggi terdapat pada Pemkab Mamuju Tengah. Faktor pendorong tingginya rasio tersebut dari kenaikan belanja tambahan penghasilan PNS sebesar Rp26,41 miliar, meningkat 197,83 persen dari tahun sebelumnya. Sebaliknya, rasio terendah terdapat pada Pemprov Sulbar karena adanya penurunan realisasi belanja daerah sebesar 9,39 persen dari tahun sebelumnya. Faktor lainnya karena adanya kenaikan pada proporsi belanja barang sehingga menambah jumlah proporsi belanja daerah Pemprov Sulbar. 3.7.4.6 Penyerapan Anggaran (Realisasi Belanja / Pagu Belanja)

Faktor pendorong tingginya penyerapan dari kenaikan belanja tambahan penghasilan PNS sebesar Rp26,41 miliar, meningkat 197,83 persen dari tahun sebelumnya. Sebaliknya rasio terendah terdapat pada Pemprov Sulbar karena adanya penurunan realisasi belanja daerah sebesar 9,39 persen dari tahun sebelumnya. Faktor lainnya karena adanya kenaikan pada proporsi belanja barang sehingga menambah jumlah proporsi belanja daerah Pemprov Sulbar.

3.7.4.7 Rasio Ruang Fiskal ((Total Pendapatan-DAK)-Belanja Pegawai Tak Langsung)/Realisasi Total Pendapatan APBD)

Rasio ini mengukur fleksibilitas yang dimiliki oleh daerah dalam mengalokasikan APBD untuk membiayai kegiatan yang menjadi prioritas daerah. Rasio terdapat di Pemkab Mamuju Tengah sehubungan dengan besarnya penerimaan dari transfer dan pinjaman daerah. Oleh karena itu Pemkab Mateng mempunyai ruang yang cukup luas dalam memenuhi kebutuhan daerahnya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Sebaliknya, Pemkab Mamasa

Grafik 3.19 Rasio Pegawai Modal per Pemda 2018

Sumber: Pemda lingkup Sulbar, 2019 (diolah)

0% 20% 40% 60% Sulbar Mamuju Mateng Pasangkayu Majene Polman Mamasa 30,17% 34,75% 57,56% 29,78% 42,65% 41,29% 32,99%

Grafik 3.20 Penyerapan Anggaran per Pemda 2018

Sumber: Pemda lingkup Sulbar, 2019 (diolah)

80% 85% 90% 95% 100% Sulbar Mamuju Mateng Pasangkayu Majene Polman Mamasa 91,32% 96,15% 86,95% 92,13% 97,49% 96,70% 92,75%

Grafik 3.21 Rasio Ruang Fiskal per Pemda 2018

Sumber: Pemda lingkup Sulbar, 2019 (diolah)

0% 20% 40% 60% Sulbar Mamuju Mateng Pasangkayu Majene Polman Mamasa 46,99% 45,34% 55,68% 53,44% 42,49% 22,79% 17,70%

merupakan daerah yang memiliki ruang fiskal yang terendah. Pemkab Mamasa harus pandai memilih belanja yang tepat dalam untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. 3.7.4.8 Rasio Pendapatan Daerah dan Penerimaan Pembiayaan

Rasio ini mengukur tingkat kemampuan keuangan daerah untuk merealisasikan pendapatan dan penerimaan pembiayaan dalam mendanai belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan. Rasio tertinggi diraih oleh Pemprov Sulbar berkaitan dengan besarnya pendapatan daerah dan realisasi SiLPA TA sebelumnya. Tingginya rasio mengindikasikan besarnya sumber-sumber pendapatan daerah namun belum optimal digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Sebaliknya, Pemkab Mamuju Tengah merupakan daerah dengan rasio terendah. Dengan demikian, Pemkab Mamuju Tengah harus selektif dalam memberikan porsi belanja yang konsumtif, dan lebih besar mendorong kepada belanja yang produktif guna memperoleh pendapatan daerah.

3.7.4.9 Rasio SiLPA

Rasio ini digunakan untuk mengukur proporsi SiLPA tahun sebelumnya dalam mendanai belanja daerah tahun berjalan. Rasio Penyerapan Anggaran tertinggi terdapat pada Pemkab Majene. Faktor pendorong tingginya penyerapan dari kenaikan belanja tambahan penghasilan PNS sebesar Rp26,41 miliar, meningkat 197,83 persen dari tahun sebelumnya. Sebaliknya, rasio terendah terdapat pada Pemprov Sulbar karena adanya penurunan realisasi belanja daerah sebesar 9,39 persen dari tahun sebelumnya. Faktor lainnya karena adanya kenaikan pada proporsi belanja barang sehingga menambah jumlah proporsi belanja daerah Pemprov Sulbar. 3.7.4.10 Gambaran Tingkat Kesehatan Keuangan Pemerintah Daerah di Provinsi

Sulawesi Barat

Berdasarkan sembilan indikator kesehatan keuangan daerah di atas, diperoleh hasil penilaian dengan memberikan pembobotan terhadap setiap pemerintah daerah sebagai berikut:

Grafik 3.22 Rasio Pendapatan Daerah dan Penerimaan Pembiayaan per Pemda 2018

Sumber: Pemda lingkup Sulbar, 2019 (diolah)

95% 100% 105% 110% Sulbar Mamuju Mateng Pasangkayu Majene Polman Mamasa 107,32% 101,23% 101,13% 106,77% 101,86% 102,19% 101,37%

Grafik 3.23 Rasio SiLPA per Pemda 2018

Sumber: Pemda lingkup Sulbar, 2019 (diolah)

0% 2% 4% Sulbar Mamuju Mateng Pasangkayu Majene Polman Mamasa 2,39% 2,17% 3,34% 2,43% 3,51% 1,83% 1,87%

Tabel 3.14 Bobot Skor Penilaian Indikator Kesehatan Keuangan Daerah per Pemda

Uraian Pemerintah Daerah

Pemprov Mamuju Mateng Pasangkayu Majene Polman Mamasa

Rasio PAD 1 3 3 3 3 3 3 3

Rasio Efektivitas PAD 2 15 15 15 9 15 15 6

Rasio Pertumbuhan

PAD 3 5 5 10 5 5 5 5

Rasio Belanja Modal

terhadap Total Belanja 4 4 4 6 8 4 4 4

Rasio Belanja

Pegawai 5 4 4 6 4 6 6 4

Penyerapan Anggaran 6 8 8 6 8 8 8 8

Rasio Ruang Fiskal 7 4 4 4 4 4 3 2

Rasio Pendapatan

dan Pen. Pembiayaan 8 3 3 3 3 3 3 3

Rasio SiLPA 9 1 1 1 1 1 1 1

Total 47 47 54 45 49 48 36

Sumber: Pemda lingkup Sulbar, 2019 (diolah)

Dari skor agregat tersebut terlihat bahwa pada tahun 2018 Pemerintah Kabupaten Mamuju Tengah merupakan Pemda dengan tingkat kesehatan keuangan paling baik di Sulbar. Hal ini sejalan dengan konsentrasi Pemkab Mamuju Tengah untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi pada pembenahan infastruktur daerah dan layanan dasar publik sehingga harus melakukan pinjaman kepada PT SMI sebesar Rp60 miliar.

Pada posisi terakhir, Pemda dengan skor terendah adalah Pemkab Mamasa dengan skor 36 poin. Kabupaten yang terbentuk sejak 2002 ini sebenarnya memiliki potensi wisata alam yang berlimpah. Namun, pariwisata di Mamasa nyatanya belum terdongkrak meski wacana pembangunan pariwisata terus disuarakan. Kendala lainnya, adanya beberapa proyek tertunda karena pekerjanya pergi mengungsi akibat bencana gempa bumi yang terjadi pada bulan November dan Desember 2018.

BAB IV PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN

Dalam dokumen KAJIAN FISKAL REGIONAL (Halaman 74-79)