• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI: KESIMPULAN DAN SARAN

K. Analisis Data

Menghitung pengaruh pelayanan medis, pelayanan klinik, pelayanan farmasi dan lingkungan rumah sakit terhadap kepuasan pasien dapat menggunakan alat analisis Regresi. Pertimbangan penulis menggunakan alat analisis Regresi karena walaupun sifat asli data ordinal (persepsi) tetapi setelah dianalisis diasumsikan data menjadi interval (tingkatan).

1. Uji Asumsi Klasik a. Autokorelasi

Istilah autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam deretan waktu) atau ruang (seperti dalam data cross-sectional). Dalam model regresi klasik mensyaratkan tidak ada autokorelasi antara lain ei dan ej. Jika terjadi autokorelasi maka konsekuensinya adalah

menjadi underestimate yang pada akhirnya penggunaan uji t dan F tidak lagi bisa digunakan.

Ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah :

1) Dengan metode grafik

2) Uji Durbin Watson, dengan rumus :

Ketentuan-ketentuan Durbin-Watson (DW) untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi sebagai berikut :

a) Terjadi autokorelasi positif, jika nilai DW di bawah -2 (DW < -2) b) Tidak terjadi autokorelasi, jika nilai DW berada diantara -2 dan +2

atau -2 ≤ DW ≤ +2

c) Terjadi autokorelasi negatif, jika nilai DW di atas +2 atau DW > +2

b. Multikolinearitas

Uji asumsi klasik multikolinearitas diterapkan untuk analisis regresi berganda yang terdiri dari atas dua atau lebih variabel bebas (independent variabel) (X1, X2, X3, X4,…Xn), dimana akan di ukur tingkat asosiasi (keeratan) hubungan atau pengaruh antar variabel bebas tersebut melalui besaran koefisien korelasi (r). Dikatakan terjadi multikolinieritas, jika koefisien korelasi antar variabel bebas (X1 dan X2,

( )

= = − = n t n t t t e e e d 1 2 2 2 1

X2 dan X3, X3 dan X4, dan seterusnya) lebih besar dari 0,60 (pendapat lain : 0,50 dan 0,90). Dikatakan tidak terjadi multikolinieritas jika koefisien korelasi antar variabel bebas lebih kecil atau sama dengan 0,60 (r ≤ 0,60).

Atau dalam menentukan ada tidaknya multikolinieritas dapat digunakan cara lain yaitu dengan :

1) Nilai tolerance adalah besarnya tingkat kesalahan yang dibenarkan secara statistik (α).

2) Nilai variance inflation faktor (VIF) adalah faktor inflasi penyimpangan baku kuadrat.

Nilai tolerance dan nilai variance inflation faktor (VIF) dapat dicari dengan menggabungkan kedua nilai tersebut sebagai berikut : a) Besar nilai tolerance (α) :

α = 1 / VIF

b) Besar nilai variance inflation faktor (VIF) : VIF = 1 / α

Variabel bebas mengalami multikolinieritas jika : α hitung < α dan VIF hitung > VIF.

Variabel bebas tidak mengalami multikolinieritas jika : α hitung > α dan VIF hitung < VIF.

c. Heteroskedastisitas

Istilah heteroskedastisitas mengenai faktor-faktor gangguan adalah distribusi probabilitas gangguan tetap dianggap sama untuk seluruh

pengamatan-pengamatan atas X. Cara mendeteksi kondisi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan metode grafik yaitu melakukan pengujian sesudahnya (post mortem) dari kuadrat residual untuk melihat jika residual menunjukkan pola yang sistematis. Cara yang kedua dengan uji park dalam bentuk:

Cara yang ketiga adalah dengan uji korelasi rank Spearman, dengan rumus sebagai berikut:

Cara yang termudah untuk mengatasi heteroskedastisitas adalah dengan mentransformasi persamaan regresi kedalam bentuk logaritma. d. Normalitas

Istilah asumsi normalitas digunakan sebagai sifat distribusi normal yang menyatakan bahwa setiap fungsi linear dari variabel-variabel yang didistribusikan secara normal dengan sendirinya didistribusikan secara normal.

Persamaan regresi dikatakan baik jika mempunyai data variabel bebas dan data variabel terikat berdistribusi mendekati normal atau normal sama sekali. Uji asumsi klasik normalitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

v t B t t

s x e

s

2

=

2         − − =

) 1 ( 6 1 2 2 n n d rs t

1) Cara Statistik

Dalam menguji data variabel bebas dan data variabel terikat berdistribusi normal atau tidak pada cara statistik ini melalui nilai kemiringan kurva (skewness = α3) atau nilai keruncingan kurva (kurtosis= α4) diperbandingkan dengan nilai Z tabel.

a) Rumus nilai Z untuk kemiringan kurva (skewness) : Z skewness = Skewness / √ 6 / N atau Zα3 = α3 / √ 6 / N

b) Rumus nilai Z untuk keruncingan kurva (kurtosis) : Z kurtosis = Kurtosis / √ 24 / N atau Zα4 =α4 / √ 24 / N

Dimana N = banyak data. Ketentuan analisis :

a) Variabel (bebas atau terikat) berdistribusi normal jika Z hitung (Zα3 atau Z α4) < Z tabel. Misal diketahui Z 5% = 1,96 (Z tabel) lebih besar dari Z hitung atau dengan kata lain Z hitung lebih kecil dari Z tabel (1,96), dapat dituliskan Z hitung < 1,96. b) Variabel berdistribusi tidak normal jika Z hitung (Zα3 atau Z

α4) > Z tabel. Misal nomor (a), dapat ditulis Z hitung > 1,96. 2 ) Cara Grafik Histogram dan Normal Probality Plots

Cara grafik histogram dalam menentukan suatu data berdistribusi normal atau tidak, cukup membandingkan antara data riil atau nyata dengan garis kurva yang terbentuk, apakah mendekati normal atau memang normal sama sekali. Jika data riil membentuk garis kurva cenderung tidak simetri terhadap mean (U), maka dapat

dikatakan data berdistribusi tidak normal dan sebaliknya. Cara grafik histogram lebih sesuai untuk data yang relatif banyak, dan tidak cocok untuk banyak data yang sedikit, karena interpretasinya dapat menyesatkan.

Cara normal probality plots lebih handal daripada cara grafik histogram, karena cara ini membandingkan data riil dengan data distribusi normal (otomatis oleh komputer) secara kumulatif. Suatu data dikatakan berdistribusi normal jika garis data riil mengikuti garis diagonal.

2. Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi ganda digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya) (Sugiyono, 2000: 250). Persamaan regresi adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 Keterangan :

Y = Kepuasan pasien a = Konstanta

b1, ..., bn = Koefisien dari variabel bebas X1 = Pelayanan medis

X2 = Pelayanan klinik X3 = Pelayanan farmasi

X4 = Lingkungan rumah sakit 3. Uji F

Uji F digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Bila Fhitung Ftabel, maka secara simultan variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat, sebaliknya bila Fhitung < Ftabel maka secara bersama-sama variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersama-sama maka digunakan uji F. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Pendefinisian hipotesis statistik

H0 : b1 ; b2 ; b3 ; b4 = 0 artinya pelayanan medis, pelayanan klinik, pelayanan farmasi dan lingkungan rumah sakit secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap kepuasan pasien.

Ha : b1 ; b2 ; b3 ; b4 minimal salah satu ≠ 0 artinya pelayanan medis, pelayanan klinik, pelayanan farmasi dan lingkungan rumah sakit secara bersama-sama berpengaruh terhadap kepuasan pasien.

Menentukan nilai F hitung

Uji F adalah uji statistik untuk menguji signifikansi dari koefisien regresi antara variabel independen (X1, X2 X3, X4) yaitu pelayanan medis, pelayanan klinik, pelayanan farmasi dan lingkungan rumah sakit dengan variabel dependen yaitu kepuasan pasien (Y).

F =

)

1

/(

)

1

(

/

2 2

R n k

k

R

F =

)

1

(

)

1

(

2 2

R

k

k

n

R

Keterangan: n = Ukuran sampel R2 = Koefisien determinasi K = Banyaknya variabel bebas

b. Menentukan F tabel yang diperoleh dalam tabel distribusi F dengan memperhatikan taraf signifikansi (5%) yang digunakan dan derajat kebebasannya (n-k-1)

c. Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan perbandingan antara nilai F hitung dengan nilai F tabel. Jika nilai F hitung ≥ nilai F tabel, maka keputusannya menolak H0 dan menerima Ha sedangkan jika nilai F hitung < nilai F tabel, maka keputusannya menerima H0 dan menolak Ha. H0 diterima :

Apabila Fhitung < Ftabel α0,05 atau F hitung pada p value > 0,05 artinya bahwa pelayanan medis, pelayanan klinik, pelayanan farmasi dan lingkungan rumah sakit secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap kepuasan pasien.

H0 ditolak :

Apabila Fhitung Ftabel pada α0,05 atau F hitung pada p value≤ 0,05 artinya bahwa pelayanan medis, pelayanan klinik, pelayanan farmasi dan lingkungan rumah sakit secara bersama-sama berpengaruh terhadap kepuasan pasien.

4. Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh positif dan signifikan variabel X secara individual terhadap variabel Y, jika variabel X yang lain tetap. Bila t hitung ≥ t tabel maka ada pengaruh positif

dari variabel bebas terhadap variabel terikat, sebaliknya apabila t hitung < t tabel maka tidak ada pengaruh positif dari variabel-variabel bebas

terhadap variabel terikat, maka. Langkah-langkah uji t : a. Pendefinisian hipotesis statistik

H0 : b1 ; b2 ; b3 ; b4 ≤ 0 artinya pelayanan medis, pelayanan klinik, pelayanan farmasi dan lingkungan rumah sakit secara individual tidak berpengaruh positif terhadap kepuasan pasien.

Ha : b1 ; b2 ; b3 ; b4 > 0 artinya pelayanan medis, pelayanan klinik, pelayanan farmasi dan lingkungan rumah sakit secara individual berpengaruh positif terhadap kepuasan pasien.

b. Penentuan tingkat signifikansi, α = 5% (pengujian satu sisi atau

onetail).

c. Menentukan kriteria

Kriteria yang dipergunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah : Jika thitung ≥ ttabel atau nilai probabilitas < α, maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti variabel bebas berpengaruh positif terhadap variabel terikat. Jika thitung < ttabel atau nilai probabilitas ≥ α, maka H0

ditolak dan Ha diterima yang berarti variabel bebas berpengaruh positif terhadap variabel terikat.

d. Menghitung nilai thitung

e. Cara nilai kritis sesuai dengan dan derajat kebebasan (df ) = N-k-1 akan diperoleh nilai ttabel.

f. Bandingkan nilai thitung dan ttabel.

g. Buatlah kesimpulan berdasarkan kesimpulan yang telah ditentukan. Rumus uji t adalah:

i i i

Sb

B

b

t

=

0 = 1,2,3,....

bi = nilai koefisien regresi

Bi = nilai koefisien regresi untuk populasi Sbi = kesalahan baku koefisien regresi H0 diterima :

Apabila thitung < ttabel pada α 0,05 atau t-hitung pada p-value > 0,05 artinya bahwa pelayanan medis, pelayanan klinik, pelayanan farmasi dan lingkungan rumah sakit secara individual tidak berpengaruh positif terhadap kepuasan pasien.

n

s

x

t

hitung

/

= µ

H0 ditolak :

Apabila thitung ttabelpada α 0,05 atau t-hitung pada p-value ≤ 0,05 artinya bahwa pelayanan medis, pelayanan klinik, pelayanan farmasi dan lingkungan rumah sakit secara individual berpengaruh positif terhadap kepuasan pasien.

43

A. Sejarah Singkat Rumah Sakit Pertamina UP IV Balongan Indramayu

Rumah Sakit Pertamina UP VI Balongan merupakan rumah sakit perusahaan yang terletak di Jalan Raya Bumi Patra Indramayu, yang memiliki visi menjadi rumah sakit yang memberikan layanan terbaik bagi pelanggan dan stock holder lainnya. Berdirinya Rumah Sakit Pertamina UP VI Balongan merupakan salah satu hasil dari pelaksanaan program restrukturisasi Pertamina yang diluncurkan sejak tahun 1994 yang meliputi semua bidang kesehatan, yang mana mulai dilaksanakan secara terpadu mulai dari tingkat korporat sampai ke unit operasi.

Pengelolaan Rumah Sakit Pertamina UP VI Balongan berlandaskan pada surat keputusan Direktur Utama nomor : Kpts. 129/C0000/99-SO tanggal 3 Agustus 1999 dan surat keputusan General Manager UP VI nomor : Kpts 026/E 6000/2001 tanggal 16 Maret 2001 antara lain tentang Pengelolaan Rumah Sakit Swakelola, wewenang menyelenggarakan upaya layanan kesehatan comprehensive dan wewenang / tanggung jawab pengelolaan keuangan serta pengadaan pembekalan kesehatan oleh rumah sakit swakelola yang tujuannnya adalah dalam rangka mengoptimalkan asset perusahaan dengan membuka pelayanan Rumah Sakit kepada pihak diluar Pertamina untuk menunjang operasional Rumah Sakit Pertamina UP VI Balongan, untuk

mengurangi beban operasional dan meningkatkan efisiensi perusahaan sehingga mendorong Rumah Sakit Pertamina UP VI Balongan dapat mandiri

dan tetap tumbuh, berkembang dengan senantiasa meningkatkan

profesionalisme, kualitas layanan dan kepuasan pelanggan.

B. Struktur Organisasi Rumah Sakit Pertamina UP VI Balongan Indramayu Struktur Organisasi Rumah Sakit Pertamina UP VI Balongan Indramayu merupakan bagian kesehatan dan berada di bawah Struktur Organisasi Pertamina UP VI Balongan Indramayu.

Menurut Surat Keputusan General Manager UP VI Balongan Nomor : Kpts 026/E6000/2001-SO tanggal 16 Maret 2001, bagan struktur organisasi Rumah Sakit Pertamina UP VI Balongan adalah sebagai berikut :

Dir. RSPB KOMITE MEDIK MARKETING DR. UMUM DR. GIGI DR. SPESIALIS

KA. YAN. MEDIS

PTR. SIMPAN AST. FARMASI

KA. KEU KA. ADM UMUM KA.JANG.MED

AST. KONTROLER AST. PBD

AST. POLI KARY AST. MCU

PWS. PERAWATAN AST. POLI KEL

AST. RWT INAP PRW. KIA/KB

AST. POLI GIGI AST. RADIOLOGI

AST. PENGADAAN PTR. MED.REC AST.PERSO/BANG

AST. UGD

AST. PRW. SHIFT PTR. DISTRIBUSI

ANALISIS LAB FISIOTHERAPI

INSTALASI GIZI

C. Visi, Misi, Tata Nilai dan Motto

Rumah Sakit Pertamina UP VI Balongan memiliki visi yaitu menjadi rumah sakit yang memberikan layanan terbaik bagi pelanggan dan stock holder lainnya. Sedangkan misi Rumah Sakit Pertamina UP VI Balongan adalah memberikan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara terpadu dengan mendayagunakan berbagai potensi secara efektif dan efisisen kepada Pekerja, Keluarga Pertamina, Pensiunan Pertamina, Mitra Usaha Pertamina dan Masyarakat Umum serta membudayakan sikap peka dan tanggap terhadap kebutuhan pelanggan dan menciptakan suasana lingkungan rumah sakit yang nyaman. Adapun tata nilai Rumah Sakit Pertamina UP VI Balongan adalah kebersamaan, kejujuran, rendah hati, siap melayani dan kerja keras. Motto yang digunakan adalah memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggan.

D. Fasilitas Pelayanan Kesehatan 1. Unit Gawat Darurat 24 jam

2. Ambulance 3. Rawat Inap 4. Poli Umum 5. Poli Gigi 6. Poli Spesialis 7. BKIA

9. Fitness Center 10.Laboratorium 11.Radiologi 12.Fisioterapi 13.Layanan Gizi 14.Layanan Apotik

E. Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit Pertamina UP VI Balongan Indramayu

1. Tugas Pokok dan Tanggung Jawab Direktur : a. Memimpin jalannya rumah sakit.

b. Mengadakan evaluasi terhadap jalannya rumah sakit.

c. Mengendalikan seluruh kegiatan rumah sakit dan membina

kesejahteraan, kemampuan kerja dan efisiensi rumah sakit.

d. Mengkoordinasi dan melakukan pengawasan dalam menyusun anggaran

rumah sakit.

e. Direktur bertanggung jawab penuh terhadap General Manager Pertamina UP VI Balongan Indramayu.

2. Tugas Pokok dan Tanggung Jawab Komite Medik :

a. Bertanggung jawab terhadap segala resiko berkaitan dengan aktivitas rumah sakit sesuai kode etik yang berlaku.

b. Menyusun program kerja yang akan dijalankan. c. Mengkoordinir tugas-tugas para dokter.

d. Mengelola sumber daya manusia, khususnya : dokter, paramedis, radiolog, farmasi, ahli gizi, rekam medis.

3. Tugas Pokok dan Tanggung Jawab Kepala Bagian Pelayanan Medis :

a. Bertugas mengelola administrasi seksi-seksi seluruh bagian pelayanan medis

b. Bertugas mengusulkan kegiatan pelatihan dan pengembangan yang diperlukan oleh para dokter.

c. Bertanggung jawab atas kelengkapan administrasi seluruh seksi bagian pelayanan medis.

4. Tugas Pokok dan Tanggung Jawab Kepala Bagian Keuangan :

a. Bertugas menerima dan mengeluarkan uang berdasarkan prosedur dan ketentuan yang berlaku.

b. Bertugas menghitung jumlah biaya perawatan pasien.

c. Bertugas menghitung dan melakukan penagihan kepada pasien yang berhutang melalui instansi yang menjadi penanggung jawab pasien. d. Bertanggung jawab terhadap kesalahan penghitungan jumlah biaya

perawatan.

5. Tugas Pokok dan Tanggung Jawab Kepala Bagian Administrasi : a. Bertanggung jawab untuk mengelola keuangan rumah sakit.

b. Bertanggung jawab untuk mengelola manajemen pembukuan rumah sakit.

c. Bertugas merencanakan anggaran rumah sakit.

d. Bertugas merencanakan anggaran kebutuhan karyawan.

e. Bertugas dalam mengembangkan potensi karyawan atau sumber daya manusia yang ada.

6. Tugas Pokok dan Tanggung Jawab Kepala Bagian Penunjang Medis :

a. Bertugas melakukan pemeriksaan terhadap pasien melalui alat

radiografi/fotografi sesuai permintaan dokter dalam rangka observasi pasien.

b. Bertugas merehabilitasi medik sesuai dengan permintaan dokter atau pasien.

c. Bertugas melakukan pemeriksaan terhadap jaringan, kadar kandungan darah, dan lain sebagainya sesuai permintaan pasien atau dokter dalam rangka observasi pasien.

d. Bertanggung jawab atas hasil pemeriksaan yang akan diberikan pada pasien.

7. Tugas Pokok dan Tanggung Jawab Kepala Bagian Farmasi :

a. Bertugas melakukan pengadaan obat, sehingga persediaan obat tetap terjaga dengan baik.

b. Bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan obat sesuai dengan permintaan dokter yang merawat dan pasien yang membutuhkannya.

8. Tugas Pokok dan Tanggung Jawab Kepala Bagian Rekam Medik :

a. Bertugas melakukan pencatatan dan penyimpangan dokumen tentang pasien di Rumah Sakit Pertamina UP VI Balongan Indramayu.

b. Bertanggung jawab atas keamanan dan kerahasiaan dokumen para pasien yang ditangani.

9. Tugas Pokok dan Tanggung Jawab Kepala Bagian Pelayanan Gizi dan Produksi Makanan :

a. Bertugas memberikan pelayanan atau konsultasi sehubungan dengan menu makanan yang dibutuhkan pasien.

b. Bertugas menyelenggarakan dan menyediakan makanan yang menjadi kebutuhan pasien rawat inap dan lain-lain.

c. Bertanggung jawab atas keluhan pasien mengenai menu makanan yang diberikan dan kebersihan makanan.

10.Tugas Pokok dan Tanggung Jawab Kepala Bagian Kendaraan dan

Keamanan:

a. Bertugas melayani transportasi pasien dan petugas kedinasan rumah sakit.

b. Bertanggung jawab menyelenggarakan, menjaga keamanan dan

ketertiban di seluruh Rumah Sakit Pertamina UP VI Balongan Indramayu.

F. Pelayanan Medis

Pelayanan Medis selalu dikaitkan antara dokter, perawat dan pasien dimana kesembuhan pasien tergantung dengan pesan yang disampaikan oleh dokter. Pelayanan Medis di RSPB secara umum dapat berjalan dengan baik. Program pelayanan medis yang secara umum dapat berjalan dengan baik terdiri dari layanan Poli Umum, Poli Spesialis, Poli Gigi, BKIA/KB, UGD, Medical Check Up, Persalinan dan Rawat Inap.

G. Pelayanan Klinik dan Penunjang Medis

Pelayanan Klinik berhubungan dengan pelayanan medis dan pelayanan penunjang medis. Namun yang dimaksud disini pelayanan klinik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan fasilitas, peralatan dan perlengkapan yang ada maupun yang menunjang kesembuhan pasien yang datang berobat. Pelayanan Penunjang Medis yang terdiri dari Laboratorium Klinik, Radiologi, Fisioterapi dan Layanan Gizi sangat membantu kesembuhan pasien.

H. Pelayanan Farmasi

Pelayanan Farmasi berhubungan dengan pengadaan atau pelayanan obat untuk memenuhi kebutuhan pasien dengan berbagai keluhan penyakitnya. Kegiatan Efisiensi di bidang Farmasi yang telah dilakukan :

- Perencanaan dan Pengadaan obat / material kesehatan telah dilaksanakan dengan memanfaatkan system inventory dalam SIM RSPB, sehingga rencana

kebutuhan obat dan material kesehatan beserta laporan stock on hand lebih akurat.

- Tim TEPPK RS Pertamina UP VI Balongan dapat bekerja dengan optimal melakukan evaluasi stock, perencanaan, pengadaan dan pemakaian obat / material kesehatan setiap bulan.

I. Lingkungan Rumah Sakit

Lingkungan Rumah Sakit berhubungan dengan berbagai factor yang dapat mempengaruhi pikiran pasien untuk datang berobat. Faktor-faktor tersebut adalah tersedianya area parkir yang luas, desain interior dan eksterior rumah sakit, kebersihan, kenyamanan, dll.

J. Kepuasan Pasien

Kegiatan survei kepuasan pasien selama tahum 2007 telah dilakukan satu kali melalui angket pelayanan kesehatan RSPB dengan hasil tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan RSPB adalah 86,95%, hasil tersebut diatas target yang direncanakan 80%.

53

Dalam bab V ini disajikan pembahasan terhadap analisis data yang telah dilakukan. Pembahasan akan dibagi menjadi dua bagian, bagian pertama merupakan analisis karakteristik responden dan bagian kedua merupakan analisis kuantitatif.

Untuk mengetahui karakteristik responden yaitu pasien rawat jalan Rumah Sakit Pertamina Indramayu, maka digunakan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif ini berupa jawaban yang diberikan dari responden. Jawaban tersebut berupa karakteristik responden yang terdiri dari jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tingkat pekerjaan, tingkat pendapatan dan status pasien dilihat dari hubungannya dengan Perusahaan Pertamina (Persero).

Setelah diuji validitas dan reliabilitas, tahap pertama analisis data adalah uji asumsi klasik, tahap kedua adalah analisis regresi linier berganda, tahap ketiga adalah uji F, dan tahap terakhir adalah uji t. Penelitian ini menguji pengaruh variabel bebas yang meliputi Pelayanan medis (X1), Pelayanan klinik (X2),

Pelayanan farmasi (X3), dan Lingkungan rumah sakit (X4) terhadap variabel terikat yaitu kepuasan pasien rawat jalan RSPB (Y). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak (software) SPSS (Statistical Product and Service Solution) 15.0 for Windows (Evaluation Version).

Dokumen terkait