• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Ketercapaian Kinerja Tahun 2019

Dalam dokumen LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (Halaman 29-33)

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

3.2. Analisis Ketercapaian Kinerja Tahun 2019

Target Realisasi % Realisasi* 1 2 3 4 5 6 7 1 Meningkatnya keberdayaan keluarga dari balita

98,15 98,00 98,05 100,05 98,00 100,05

Sumber data: DP3AP2 DIY diolah

3.1.3.1. Data Dukung Hasil pencapaian sasaran Meningkatnya Keberdayaan Keluarga dari Balita

Penghitungan data capaian sasaran Meningkatnya Keberdayaan Keluarga dari Balita menggunakan rumus dengan menjumlahkan persentase legalitas perkawinan ditambah persentase legalitas kelahiran dibagi 2.

Pada tahun 2019 Jumlah Penduduk yang memiliki akte perkawinan 1.116.787; Jumlah KK 1.136.357; Persentase Legalitas Perkawinan 98,20%; Persentase anak yang memiliki akte 97,90%; 98,20+97,90/2 = 98,05.

Sumber data terkait jumlah penduduk yang memiliki akte perkawinan dan akte kelahiran diperoleh dari Biro Tata pemerintahan Setda DIY.

3.2. Analisis Ketercapaian Kinerja Tahun 2019

Berdasarkan Tabel III.2 Capaian Kinerja Tahun 2019, dapat dilakukan analisis sebagai berikut:

3.2.1. Sasaran 1: Meningkatnya kualitas hidup perempuan dan anak

Target dari indikator prevalensi kekerasan terhadap perempuan dan anak pada tahun 2019 adalah sebesar 0,47 dengan capaian sebesar 0,50, maka target pada tahun 2019 belum tercapai dengan persentase capaian sebesar 94,00% . apabila dibandingkan dengan kondisi tahun lalu maka capaian tahun 2019 ini sudah ada kenaikan sebesar 21,08%. meskipun pada tahun 2019 ini prevalensi kekerasan terhadap perempuan dan anak masih tinggi akan tetapi dengan upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah melalui berbagai program dan kegiatannya maka target pada akhir Renstra sebesar 0,45 tersebut optimis tercapai.

Meningkatnya data kasus kekerasan perempuan dan anak di DIY disebabkan oleh tingginya kesadaran masyarakat untuk melaporkan terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak. Hal tersebut merupakan keberhasilan dalam pelaksanaan sosialisasi perlindungan terhadap perempuan dan anak. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, sosialisasi Perda No 3 Tahun 2012 tentang Perlindungan Perempuan dan Anak merupakan salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya data kasus yang terungkap, hal ini dikarenakan semakin banyak orang yang tahu dan faham terhadap Perda No 3 Tahun 2012 tentang Perlindungan Perempuan dan Anak maka akan semakin banyak korban kekerasan yang melapor sehingga angka korban kekerasan semakin bertambah, namun apabila nanti sudah mencapai titik kesadaran bagi semua orang, maka angka kekerasan akan mulai menurun, karena kalau semua orang sudah mengetahui dan memahami Perda tersebut maka akan semakin sedikit orang yang melakukan tindak kekerasan.

Adapun upaya-upaya yang dilakukan diantaranya :

o Adanya pelayanan kasus korban kekerasan terhadap perempuan dan anak melalui jejaring dengan Forum Perlindungan Korban Kekerasan (FPKK)

o Adanya Pusat Perlindungan Terpadu Perempuan dan Anak Korban Kekerasan (P2TPAKK) baik di Provinsi maupun di Kabupaten/Kota

o Adanya Telepon Sahabat Anak (TeSa 129) yang dikembangkan menjadi Telepon Sahabat Anak dan Keluarga (TeSaGa)

o Dilaksanakannya Komunikasi, Informasi dan Edukasi tentang perlindungan perempuan dan anak

o Banyaknya lembaga yang menangani (Pergub Nomor 67 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak Korban Kekerasan )

o Adanya sistem kerja berjenjang yang sudah berjalan bagus (Pergub DIY Nomor 66 Tahun 2012 tentang Forum Perlindungan Korban Kekersan

o Payung hukum cukup lengkap (Perda No 3 Tahun 2012 tentang Perlindungan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan)

Meskipun sudah banyak upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk menurunkan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak, tetapi dengan adanya perkembangan teknologi informasi yang cepat dan membuat dunia tanpa batas, potensi ancaman kekerasan semakin tinggi di tambah dengan belum terbangunnya sistem pencegahan yang komprehensif.

3.2.2. Sasaran 2: Meningkatnya Rata-Rata Usia Kawin Pertama Perempuan

Target dari indikator umur menikah pertama perempuan pada tahun 2019 adalah umur 24,40 dengan capaian sebesar umur 24,61. berdasarkan data capaian tersebut maka target pada tahun 2019 sudah tercapai dengan persentase capaian pada tahun 2019 mencapai 100,86%. Apabila dibandingkan dengan kondisi tahun lalu maka capaian tahun 2019 ini mengalami penurunan. Capaian pada tahun 2019 tersebut apabila dibandingkan dengan target akhir renstra pada tahun 2022 dengan target umur 24,4 tahun sebenarnya sudah tercapai. tugas selanjutnya adalah mempertahankan umur ideal menikah pertama perempuan antara umur 21 sampai dengan 25 tahun, sehingga diharapkan bisa meningkatkan kualitas keluarga. Kondisi ini dipengaruhi oleh adanya peluang perempuan untuk mendapatkan akses di ranah publik yang semakin terbuka, sudah terusunnya media advokasi bagi remaja tentang kesehatan

reproduksi, Tingginya kesadaran penduduk untuk mempersiapkan keluarga yang tangguh dengan tidak menikah diusia muda, Keberhasilan Sosialisasi program pendewasaan usia perkawinan serta sudah adanya koordinasi yang lebih baik pada forum kespro yang ada di Provinsi.

Sedangkan upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan usia perkawinan pertama bagi perempuan diantaranya melalui pendidikan kesehatan reproduksi remaja, sosialisasi program pengendalian penduduk dan fasilitasi forum penyelenggaran program kesehatan reproduksi remaja. Disisi lain adanya penurunan capaian sangat dipengaruhi oleh penggunaan Gadget pada era milenial yang tidak bisa dibatasi sehingga menyebabkan semua informasi masuk dan tidak tersaring dan mengakibatkan hal-hal buruk mempengaruhi anak serta masih banyaknya pernikahan dini dan kehamilan yang tidak diinginkan

3.2.3. Sasaran 3: Meningkatnya Keberdayaan Keluarga dari Balita

Target dari indikator persentase legalitas keluarga (perkawinan dan kelahiran) pada tahun 2019 adalah sebesar 98,00% dengan capaian sebesar 98,05%. berdasarkan dari capaian tersebut maka target tahun 2019 tercapai dengan persentase capaian pada tahun 2019 mencapai 100,05%. apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya maka capaian tahun 2019 agak menurun 0,10%. sementara apabila dibandingkan dengan target akhir renstra sebesar 98% maka capaian tahun 2018 sudah melampaui, tetapi masih diperlukan program dan kegiatan yang mendukung agar bisa mempertahankan target yang sudah ditetapkan tersebut.

Kondisi ini bisa tercapai karena meningkatnya pemahaman masyarakat akan pentingnya dokumen kependudukan sehingga setiap pernikahan yang terjadi selalu sudah mendapatkan buku akte nikah dan ini prosentasenya hampir 99 % dari jumlah kepala keluarga mempunyai akte nikah. selain itu pemenuhan Hak-Hak Anak terutama Hak Sipil Anak sudah mendapatkan prioritas utama sehingga setiap anak wajib mendapatkan akte kelahiran. Adapun kendala yang dihadapi dalam mencapai target ini adalah masih adanya perkawinan tidak resmi dan kelahiran yang tidak dikehendaki sehingga tidak dilaporkan

tersebut adalah dengan melakukan Pembinaan Kabupaten/Kota Layak Anak, adanya Perda Ketahanan Keluarga No. 7 Tahun 2018 Tentang Revitalisasi Fungsi Keluarga serta Komunikasi, Informasi dan Edukasi Tentang Hak-Hak Anak.

Dalam dokumen LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (Halaman 29-33)

Dokumen terkait