BAB III PEMBAHASAN
C. Analisis Rasio Keuangan
1. Analisis Rasio Likuiditas
a. Current Ratio
Menurut prinsip pembelanjaan secara umum, current ratio
perusahaan yang baik adalah 200 %. Akan tetapi, pedoman current ratio 2 : 1 sebenarnya hanya didasarkan pada prinsip “hati-hati”. Dengan demikian pedoman current ratio 200 % bukanlah pedoman yang mutlak. (Bambang Riyanto, 2004:25)
Current ratio perusahaan dapat dikategorikan sangat baik. Akan
tetapi pada tahun 2011 current ratio perusahaan mengalami penurunan. Setiap utang lancar Rp. 1,00 dijamin oleh aktiva lancar Rp. 0,73 pada tahun 2009, Rp. 1,06 pada tahun 2010, dan Rp. 0,90 pada tahun 2011.
Current ratio yang terlalu tinggi juga tidak baik karena dapat
relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan menunjukkan adanya over
investment dalam persediaan tersebut atau adanya saldo piutang besar
yang tidak tertagih, atau dengan kata lain para manajer perusahaan tidak mendayagunakan current assets secara baik dan efektif.
(Fahmi 2011:61)
b. Cash Ratio
Ukuran yang pasti dari cash ratio yang baik menurut prinsip pembelanjaan tidak ada kriterianya, tetapi semua tergantung kepada keinginan kreditur. Cash ratio merupakan kemampuan untuk membayar hutang lancar yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang dapat segera diuangkan. Setiap utang lancar Rp. 1,00 dijamin oleh kas dan efek Rp. 0,08 pada tahun 2009, Rp. 0,08 pada tahun 2010, dan Rp. 0, 07 pada tahun 2011.
Cash ratio perusahaan dikategorikan baik karena kemampuan
perusahaan di dalam membayar kewajiban – kewajiban yang harus dibayar dengan uang tunai, sehingga pelunasan hutang terjamin.
Tabel 1. 4 Perubahan Rasio Likuiditas
Tahun Current Ratio Cash Ratio
2009 73 % 8 %
2010 106 % 8 %
2011 90 % 7 %
Sumber : Hasil Penelitian PT. Industri Karet Nusantara
Sumber : Hasil Penelitian PT. Industri Karet Nusantara
Gambar 2.2 : Perkembangan Rasio Likuiditas PT. Industri Karet Nusantara Tahun 2009 - 2011
Analisis rasio likuiditas perusahaan menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban – kewajiban jangka pendeknya dapat dikatakan baik apabila dibandingkan dengan prinsip umum pembelanjaan. Akan tetapi, secara kuantitatif rasio likuiditas perusahaan mengalami penurunan pada tahun 2011.
0 20 40 60 80 100 120 2009 2010 2011 Current Ratio 6,4 6,6 6,8 7 7,2 7,4 7,6 7,8 8 8,2 2009 2010 2011 Cash Ratio
2. Analisis Rasio Leverage
a. Debt Ratio
Pada tahun 2009, debt ratio perusahaan sebesar 49 %, sedangkan pada tahun 2010 dan tahun 2011 debt ratio perusahaan mengalami sedikit peningkatan sebesar 53 % dan 63 %. Perbandingan antara jumlah hutang dengan total aktiva pada tahun 2009 menunjukkan bahwa setiap Rp.1,00 total aktiva menjamin Rp. 0,49 hutang. Pada tahun 2010 menunjukkan bahwa setiap Rp.1,00 total aktiva menjamin Rp. 0,53 hutang dan pada tahun 2011 menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,00 total aktiva menjamin Rp. 0,63 hutang.
Dari hasil analisis diketahui bahwa kemampuan perusahaan menjamin total hutang dengan jumlah aktiva dapat dikatakan baik. Akan tetapi secara kuantitatif rasio hutang terhadap aktiva perusahaan semakin meningkat. Semakin meningkat angka rasio ini maka semakin kecil aktiva yang dijadikan jaminan hutang.
b. Debt Equity Ratio
Rasio ini menunjukkan pada tahun 2009, setiap Rp.1,00 ekuitas menjamin total hutang sebesar Rp. 0,96. Pada tahun 2010, setiap Rp. 1,00 ekuitas menjamin total hutang sebesar Rp. 1,15 dan pada tahun 2011, setiap Rp. 1,00 ekuitas menjamin total hutang sebesar Rp. 1,76. Semakin kecil angka rasio ini maka semakin baik ekuitas yang dijadikan jaminan hutang.
Tabel 1. 5
Peubahan Ratio Leverage
Tahun Debt Ratio Debt Equity Ratio
2009 49 % 96 %
2010 53 % 115 %
2011 63 % 176 %
Sumber : Laporan Keuangan PT. Industri Karet Nusantara Leverage
Sumber : Hasil Penelitian PT. Industri Karet Nusantara
Gambar : 2.3 Perkembangan Rasio Leverage PT. Industri Karet Nusantara Tahun 2009 – 2011
Secara kuantitatif rasio hutang terhadap aktiva perusahaan relatif stabil dan cenderung sedikit meningkat. Akan tetapi, analisis rasio leverage
perusahaan sudah dapat dikatakan baik karena perusahaan mampu membayar kewajiban – kewajiban jangka panjangnya.
3. Analisis Ratio Aktivitas a. Total Assets Turn Over
Berdasarkan total assets turn over, maka dana yang berputar dalam aktiva tahun 2009 adalah 0,57 kali, tahun 2010 menurun sebanyak 0,51
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 2009 2010 2011 Debt Ratio Debt Equty Ratio
kali dan tahun 2011 juga mengalami penurunan sebanyak 0,32 kali. Rasio ini menunjukkan penurunan efektivitas perusahaan dalam memperbesar kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba.
b. Average Collection Period
Berdasarkan average collection period, maka periode yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang pada tahun 2009 adalah setiap 62 hari sekali, pada tahun 2010 adalah setiap 92 hari sekali, dan pada tahun 2011 adalah 217 hari sekali.
Rasio ini menunjukkan bahwa periode penagihan piutang perusahaan kurang efektif karena dari tahun ke tahun rata – rata periode penagihan piutang semakin meningkat.
c. Inventory Turn Over
Berdasarkan inventory turn over, maka dana yang tertanam dalam persediaan berputar sebanyak 2,81 kali pada tahun 2009, 2,29 pada tahun 2010, dan 1,76 pada tahun 2011. Rasio ini menunjukkan penurunan efektivitas manajemen perusahaan dalam mengelola persediaan.
Tabel 1. 6
Perubahan Rasio Aktivitas Tahun Total Assets
Turn Over Average Collection Period Inventory Turn Over 2009 0,57 x 62 hari 2,81 x 2010 0,51 x 92 hari 2,29 x 2011 0,32 x 217 hari 1,76 x
Aktivitas
Sumber : Hasil Penelitian PT. Industri Karet Nusantara
Gambar : 2.4 Perkembangan Rasio Aktivitas PT. Industri Karet Nusantara Tahun 2009 - 2010
Aktivitas
Analisis rasio aktivitas perusahaan kurang baik karena mengalami trend rasio yang menurun sehingga kinerja perusahaan semakin menurun di dalam memperbesar kemampuan untuk memperoleh laba.
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 2009 2010 2011 Total Asset Turn Over Inventory Turn Over 0 50 100 150 200 250 2009 2010 2011 Average Collection Period
4. Analisis Rasio Profitabilitas a. Net Profit Margin
Pada tahun 2009, rasio sebesar 1,7% berarti bahwa laba bersih sesudah pajak yang dicapai adalah sebesar 1,7% dari volume penjualan. Pada tahun 2010, rasio mengalami peningkatan sebesar 2% dari volume penjualan dan pada tahun 2011 mengalami penurunan sebesar (27,2%) dari volume penjualan. Hal ini menunjukkan bahwa operasi perusahaan tidak efektif, karena semakin tinggi net profit margin semakin baik operasi perusahaan.
b. Return On Investment
Pada tahun 2009, rasio sebesar 0,9% menunjukkan bahwa penghasilan bersih yang diperoleh adalah sebesar 0,9% dari total aktiva. Pada tahun 2010, rasio mengalami peningkatan sebesar 1% dari total aktiva, dan pada tahun 2011 rasio mengalami penurunan sebesar (8,8%) dari total aktiva. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan perusahaan tidak efektif, karena semakin tinggi rasio yang di dapat maka semakin baik keadaan perusahaan.
c. Return On Equity
Pada tahun 2009, rasio sebesar 1,9% menunjukkan bahwa tingkat return (penghasilan) yang diperoleh pemilik perusahaan atas modal yang di investasikan adalah sebesar 1,9%. Pada tahun 2010 menunjukkan bahwa tingkat return (penghasilan) yang diperoleh pemilik perusahaan atas modal yang diinvestasikan meningkat yaitu sebesar 2,3%, dan pada tahun 2011 menunjukkan bahwa tingkat return
(penghasilan) yang diperoleh pemilik perusahaan atas modal yang diinvestasikan mengalami penurunan sebesar (24,3%). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan tidak efektif dalam menggunakan ekuitasnya untuk menghasilkan laba, karena semakin besar rasio yang didapat maka semakin efektif kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.
Tabel 1. 7
Perubahan Rasio Profitabilitas Tahun Net Profit
Margin Return On Investment Return On Equity 2009 1,7 0,9 1,9 2010 2 1 2,3 2011 (27,2) (8,8) (24,3)
Sumber : Laporan Keuangan PT. Industri Karet Nusantara
Sumber : Hasil Penelitian PT. Industri Karet Nusantara
Gambar : 2.5 Perkembangan Rasio Aktivitas PT. Industri Karet Nusantara Tahun 2009 – 2011
Dari rasio – rasio profitabilitas perusahaan dapat dikatakan bahwa perusahaan belum mencapai tingkat profitabilitas yang memadai karena perusahaan masih
-25 -20 -15 -10 -5 0 5 10 2009 2010 2011