• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seleksi data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperlukan sudah mancakup atau belum dan data tersebut berhubungan atau tidak berhubungan dengan pokok permasalahan yang dibahas.

2. Klasifikasi Data

Klasifikasi data yang telah diperoleh disusun menurut klasifikasi yang telah ditentukan.

3. Penyusunan Data

Penyusunan data dimaksudkan untuk mendapatkan data dalam susunan yang sistematis dan logis serta berdasarkan kerangka fikir.

3.6. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan logika deduktif. menurut Peter Mahmud Marzuki yang mengutip pendapatnya Philiphus M. Hadjon menjelaskan metode deduksi sebagaimana silogisme yang diajarkan oleh Aristoteles, penggunaan metode deduksi berpangkal dari pegajuan premis major (pernyataan bersifat umum) kemudian diajukan premis minor (bersifat khusus), dari kedua premis itu kemudian ditarik suatu kesimpulan atau conclusion.21 Jadi yang dimaksud dengan pengolahan bahan hukum dengan cara deduktif adalah menjelaskan sesuatu dari hal-hal yang sifatnya umum, selanjutnya menarik kesimpulan dari hal-hal itu yang sifatnya lebih khusus.

21

65

V. PENUTUP

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 92/PUU-X/2012, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 92/PUU-X/2012 bahwa dari putusan Mahkamah Konstitusi, dinyatakan secara tegas kewenangan konstitusional anggota DPD adalah wakil daerah yang hanya akan secara murni menyuarakan kepentingan-kepentingan daerahnya. Sehingga DPD mempunyai kewenangan dan posisi yang sama dengan DPR dan Presiden dalam hal mengajukan RUU yang berkaitan dengan kewenangan DPD dan oleh karenanya DPD juga mempunyai kewenangan dan posisi yang sama dengan DPR dan Presiden dalam membahas RUU yang berkaitan dengan kewenangan DPD.

2. Upaya penguatan kewenangan Dewan Perwakilan Daerah Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 92/PUU-X/2012 antara lain meliputi:

1) Kewenangan DPD dalam mengajukan RUU diposisikan sama dengan DPR dan Pemerintah;

66

2) Kewenangan DPD ikut membahas RUU meiputi semua tahapan dan proses pembahasan RUU sampai dengan pembahasan tingkat II. dalam rapat Paripurna DPR sampai dengan sebelum tahap persetujuan.

3) Kewenangan DPD ikut menyusun Program Legislasi Nasional (Prolegnas).

3. Perubahan UU MD3 dari Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 menjadi Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2014, ternyata belum mengakomodasi kewenangan dan fungsi DPD sebagaimana yang diamanatkan dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 92/PUU-X/2012.

5.2. Saran

Setelah melakukan pembahasan dan memperoleh kesimpulan dalam skripsi ini, maka saran yang dapat disampaikan adalah :

1. Perlu adanya perubahan dan perbaikan segera mungkin UUD 1945 yang menempatkan Dewan Perwakilan Daerah setara dengan Dewan Perwakilan Rakyat dalam rangka menjalankan fungsi legislasi, sehingga tercipta prinsip check and balances di lembaga perwakilan rakyat.

2. Perlu adanya perubahan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (MD3) yang merupakan hasil revisi dari Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009, dimana fungsi dan kewenangan DPD belum diakomodasi sebagaimana

67

diamanatkan dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 92/PUU-X/2012. Dan juga perlu adanya perubahan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (P3) dengan menyesuaikan pada Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 92/PUU-X/2012 dan tidak melibatkan fraksi dalam membahas setiap Rancangan Undang-Undang.

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU KEPUSTAKAAN

Asshiddiqie, Jimly. 2003. Struktur Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Keempat UUD Tahun 1945, Makalah Penegakan Hukum dalam Era Pembangunan Berkelanjutan, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI, Denpasar.

Asshiddiqie, Jimly. 2005. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Konstitusi Press, Jakarta.

Asshiddiqie, Jimly. 2006, Perkembangan dan Kosolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan MKRI, Jakarta

Asshiddiqie, Jimly.2007. Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi, PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.

Berry Goldmab, Janda. 1992. The Challenge of Democracy, Government in America,

Houghton Miffin, Boston

Christol Rodee, Anderson . 1967, Introduction of Political Science, McGraw-Hill. Hasan, M. Iqbal .2002. Pokok-pokok Materi Pendidikan Pancasila, PT Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Huda, Ni’matul, 2006.Hukum Tata Negara Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Marzuki. Peter Mahmud. 2008. “Penelitian Hukum”. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, Cetakan Keempat.

MD. Mahfud. 2007. Perdebatan Hukum Tata Negara, LP3ES, Jakarta

Muhammad, Abdulkdir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

O’Donnel, Gilermo. 1993. Transisi Menuju Demokrasi, Rangkaian Kemungkinan dan Ketidakpastian, LP3ES.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta.

Redaksi Sinar Grafika,2005. UUD 1945 Hasil Amandemen & Proses Amandemen UUD 1945 Secara Lengkap (Pertama 1999-Keempat 2002), Jakarta, Sinar Grafika.

Sekretariat Jenderal DPD RI, 2008. Hasil-hasil Pelaksanaan Tugas Konstitusional Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Jakarta.

Sekretariat Jenderal DPD RI Pengabdian untuk Masyarakat dan Daerah, 2010.

Dinamika Pelaksanaan Fungsi, Tugas dan Kewenangan Konstitusional Komite III DPD RI Tahun Sidang 2009-2010, Sekretariat Jenderal DPD RI. Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian survei, jakarta. LP3ES.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, 2006. Penelitian Hukum Normatif suatu tinjauan singkat,PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Syafuan Rosi, Efriza. 2010. Parlemen Indonesia Geliat Volksraad hingga DPD Menembus Lorong Waktu Doloe, Kini, dan Nanti, Cet kesatu, CV Afabeta, Bandung.

Wayan Sudirta, I, 2013.Implikasi Putusan Mk Nomor 92/Puu-X/2012 Terhadap

Pembentukan Undang-Undang.

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945.

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

Dokumen terkait