• Tidak ada hasil yang ditemukan

TNI- TNI-POLRI

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.4 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Kunjungan Ke Objek Wisata Telaga Ngebel Objek Wisata Telaga Ngebel

5.4.3 Analisis Koefisien determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Semakin besar nilai koefisien determinasi berarti semakin besar kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Sebaliknya, semakin kecil nilai koefisien determinasi berarti semakin kecil kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen atau sangat terbatas. Nilai koefisien determinasi ditunjukkan dengan nilai adjusted R Square, karena nilai adjusted R Square dapat naik turun jika satu variabel independen ditambahkan dalam model

(Ghozali,2011).

Penelitian ini menggunakan nilai Adjusted R Square karena memberikan hasil yang lebih valid dibandingkan nilai R2. Nilai Adjusted R Square didapatkan sebesar 0,594 yang berarti bahwa variasi variabel dependen yaitu jumlah kunjungan ke objek wisata Telaga Ngebel (Y) mampu dijelaskan variasi variabel independen yaitu biaya perjalanan (X1), pendapatan (X2), pendidikan terakhir (X3), umur (X4), jarak (X5) dan waktu kerja (X6) sebesar 59,4% sedangkan sebesar 40,6% dijelaskan oleh variabel lain yang berada diluar model regresi yang digunakan misalnya fasilitas, akses jalan, jumlah tanggungan, pengalaman berkunjung dan lainnya. Hasil nilai Adjusted R Square dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 37.

Tabel 37. Nilai Adjusted R Square

R R square Adjusted R

Square

.806a .650 .594

c. Independent Variable : (Constant), waktu_kerja, pendidikian_terakhir, jarak, umur, biaya_perjalanan, pendapatan

d. Dependent Variable : Jumlah Kunjungan Sumber : Analisa Data, 2017

5.4.4 Uji F (Simultan)

Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas dalam model berpengaruh secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel terikat.

Output yang dihasilkan menunjukkan nilai F hitung sebesar 11,740 dengan signifikasi 0,000 sedangkan nilai F tabel yang diperoleh dengan df1 = 6 dan df2 = 45-6 = 39 dengan tingkat signifikasi 0,05 didapatkan hasil sebesar 2,342. Dari hasil tersebut diperoleh nilai Fhitung (11,740) >Ftabel (2,342). Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas (biaya perjalanan, pendapatan, pendidikan terakhir, umur, jarak dan waktu kerja) berpengaruh secara simultan atau bersama-sama terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata Telaga Ngebel. Adapun hasil dari uji F dapat dilihat pada Tabel 38.

Tabel 38. Hasil Uji F

Model Df F Sig.

Regression Residual Total

6 38 44

11.740 .000a

a. Independent Variable : (Constant), waktu_kerja, pendidikian_terakhir, jarak, umur, biaya_perjalanan, pendapatan

b. Dependent Variable : Jumlah Kunjungan Sumber : Analisa Data, 2017

5.4.5 Uji t (Parsial)

Uji parsial atau uji statistik t pada dasarnya digunakan untuk menunjukkan seberapa besar pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen, dengan mengasumsikan variabel independen lainnya konstan. Adapun hasil pengujian regresi dapat dilihat pada tabel 39.

Tabel 39. Coefficients Uji t a. Dependent Variable : Jumlah Kunjungan

Sumber : Analisa data, 2017

Dari hasil analisis regresi yang sudah dilakukan, terlihat bahwa variabel pendapatan (X2), pendidikan terakhir (X3), umur (X4), jarak (X5) dan waktu kerja (X6) memiliki nilai signifikasi t < α (0,05) sedangkan biaya perjalanan (X1)memiliki nilai signifikasi t > α (0,05) dengan selang kepercayaan 95%. Dalam penelitian ini nilai t tabel untuk df = 40 (n – k = 45 – 5 = 40) dengan tingkat signifikasi α (0,05) adalah 2,021. Hasil perhitungan statistik diperoleh nilai untuk masing-masing variabel independen adalah sebagai berikut :

1. Biaya Perjalanan (X1)

Hasil analisis menunjukkan tingkat signifikasi variabel biaya perjalanan sebesar 0,783 yang berarti nilai sig. >0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel biaya perjalanan berpengaruh secara tidak signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata Telaga Ngebel.

Berdasarkan data yang diperoleh dilapang, wisatawan dengan biaya perjalanannya tinggi tetap melakukan banyak kunjungan ke objek wisata Telaga Ngebel. Karena hal ini di imbangi oleh pendapatan wisatawan yang cukup tinggi.

Tak heran wisatawan tersebut melakukan kunjungan yang lebih banyak walaupun dengan biaya yang tinggi. Hasil yang sama terdapat pada penelitian Nugroho (2010), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa biaya perjalanan berpengaruh secara tidak signifikan terhadap tingkat kunjungan ke wisata pantai glagah.

2. Pendapatan (X2)

Hasil analisis menunjukkan tingkat signifikasi variabel pendapatan sebesar 0,003 yang berarti nilai sig. <0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel pendapatan berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata Telaga Ngebel.

Berdasarkan data yang diperoleh dilapang, wisatawan dengan penghasilan lebih rendah melakukan kunjungan ke objek wisata Telaga Ngebel lebih sedikit. Walaupun sebagian besar wisatawan berstatus sebagai mahasiswa namun sebagian besar yang berkunjung adalah mahasiswa dengan uang saku cukup tinggi, jadi tak heran mahasiswa banyak melakukan kunjungan wisata.

Hasil yang sama didapatkan Nugroho (2010), yang menyatakan bahwa pendapatan berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kunjungan ke wisata pantai glagah.

3. Pendidikan Terakhir (X3)

Hasil analisis menunjukkan tingkat signifikasi variabel pendidikan terakhir sebesar 0,031 yang berarti nilai sig. <0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel pendidikan terakhir berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata Telaga Ngebel.

Berdasarkan data yang diperoleh dilapang, mayoritas wisatawan berpendidikan SMA. Wisatawan dengan pendidikan tersebut, lebih sering melakukan kunjungan ke objek wisata Telaga Ngebel. Hasil yang sama didapatkan Nugroho (2010), yang menyatakan bahwa pendidikan terakhir berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kunjungan ke wisata pantai glagah.

4. Umur (X4)

Hasil analisis menunjukkan tingkat signifikasi variabel umur sebesar 0,012 yang berarti nilai sig. <0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel umur

berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata Telaga Ngebel.

Berdasarkan data yang diperoleh dilapang, bahwa mayoritas wisatawan yang berkunjung adalah wisatawan yang masih muda kisaran umur 22-26 tahun.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Spillane (1991), yang menyatakan bahwa seseorang yang berusia muda akan memiliki karakteristik yang ingin selalu mencari sesuatu yang baru, berpetualang untuk mencari tantangan dan berkelana mengarungi alam bebas. Hasil yang sama didapatkan Nugroho (2010), yang menyatakan bahwa umur berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kunjungan ke wisata pantai glagah.

5. Jarak (X5)

Hasil analisis menunjukkan tingkat signifikasi variabel jarak sebesar 0,003 yang berarti nilai sig. <0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel jarak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata Telaga Ngebel.

Berdasarkan data yang diperoleh dilapang, mayoritas wisatawan yang berkunjung adalah masyarakat Kabupaten Ponorogo. Hasil yang sama didapatkan Igunawati (2010), yang menyatakan bahwa jarak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah permintaan kunjungan ke objek wisata tirta waduk cababan.

6. Waktu Kerja (X6)

Hasil analisis menunjukkan tingkat signifikasi variabel waktu kerja sebesar 0,011 yang berarti nilai sig. <0,05 maka dapat disimpulkan variabel waktu kerja berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata Telaga Ngebel.

Dari data yang diperoleh dilapang mayoritas wisatawan adalah mahasiswa. Mahasiswa memiliki waktu kerja lebih rendah malah lebih sering

berkunjung ke objek wisata Telaga Ngebel. Hasil ini bertolak belakang dengan Igunawati (2010), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa waktu kerja berpengaruh secara tidak signifikan terhadap jumlah permintaan kunjungan ke objek wisata tirta waduk cababan.

Berdasarkan hasil uji t yang sudah dijelaskan diatas, faktor yang berpengaruh signifikan terhadap jumlah kunjungan ke objek wisata Telaga Ngebel adalah variabel pendapatan, pendidikan terakhir, umur, jarak dan waktu kerja. Faktor yang paling signifikan terhadap jumlah kunjungan adalah variabel pendapatan dan jarak dimana nilai signifikasinya sebesar 0,003.

5.5 Nilai Ekonomi Wisata Telaga Ngebel

Penilaian ekonomi objek wisata Telaga Ngebel dengan menggunakan metode biaya perjalanan individu (Individual Travel Cost Method). Untuk menghitung nilai surplus konsumen dapat digunakan persamaan sebagai berikut:

Dimana :

CS = surplus konsumen

N = jumlah kunjungan yang dilakukan oleh individu i α1 = koefisien regresi dari biaya perjalanan

Surplus kosumen sebagai nilai ekonomi wisata dapat diketahui melalui pesamaan diatas. Persamaan diatas digunakan untuk mendapatakan nilai surplus konsumen individu pertahun dan surplus konsumen per individu per kujungan. Setelah mendapatkan hasil dari persamaan diatas, dibutuhkan konstanta (a) yaitu 3,042 dan nilai koefisien regresi dari variabel biaya perjalanan (X1) yaitu 0,000009573 yang didapatkan dari hasil analisis regresi pada tabel Coefficients pada Lampiran 5. Setelah didapatkan hasil fungsi permintaan

WTP ≈ CS = N2

1

(Y = 3,042-0,000009573) kemudian dimasukkan ke dalam rumus perhitungan nilai ekonomi objek wisata Telaga Ngebel. Hasil perhitungan nilai ekonomi wisata dapat dilihat pada Tabel 40.

Tabel 40. Hasil Perhitungan Nilai Ekonomi Wisata Telaga Ngebel Jumlah Kunjungan Penerimaan Aktual Tahun 2016 Rp. 1.215.210.000,- Penerimaan Potensial

(Januari-Desember 2016)

Rp. 1.649.070.000,-

Rata-Rata Kunjungan 2

Rata-Rata Biaya Perjalanan (per individu per kunjungan)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa surplus konsumen per individu sebesar Rp. 262.306,05- dimana wisatawan rata-rata telah berkunjung ke objek wisata Telaga Ngebel sebanyak 2 kali. Dimana rata-rata biaya perjalanan/individu/kunjungan sebesar Rp. 104.211,- dimana didapatkan

rata-rata surplus konsumen sebesar Rp. 262.306,- /individu dan sebesar Rp. 106.779,45,-/individu/kunjungan. Untuk memperoleh nilai total ekonomi,

maka nilai surplus konsumen/individu/kunjungan dikalikan dengan jumlah kunjungan bulan Januari-Desember 2016 diperoleh nilai ekonomi wisata objek wisata Telaga Ngebel sebesar Rp. 21.626.577.507,-/tahun. Apabila hasil nilai ini dibandingkan dengan penerimaan yang diperoleh hanya dari penerimaan karcis masuk sebesar Rp. 6.000,-/orang/kunjungan, maka dapat dihitung besarnya penerimaan yang diperoleh adalah sebesar Rp. 1.215.210.000,- /tahun. Besaran nilai ini hanya 17,79% dari nilai total berdasarkan metode biaya perjalanan individu/tahun.

Nilai potensial dalam penelitian ini didefinisikan sebagai penerimaan optimal yang dapat diperoleh dari harga tiket masuk apabila kawasan didatangi oleh wisatawan dalam jumlah yang sama setiap harinya. Jika diasumsikan jumlah pengunjung setiap harinya adalah sebanyak 753, dalam satu tahun terdapat 365 hari dengan harga tiket masuk Rp. 6000,- maka diperoleh

penerimaan potensial dari objek wisata Telaga Ngebel sebesar Rp. 1.649.070.000,- dalam satu tahun. Dari hasil perhitungan diatas, surplus

konsumen dalam TCM pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Biaya/trip/orang Cmax

Fungsi permintaan Surplus Biaya perjalanan (TC) konsumen

Rp. 104.211,- A

202.535

Gambar 20. Surplus konsumen hasil penelitian

5.6 Nilai Ekonomi Sektor Perikanan Telaga Ngebel

Nilai ekonomi sektor perikanan dapat dilihat dari usaha budidaya keramba jaring apung, dengan menggunakan metode pendekatan residual rent.

Residual rent merupakan selisih antara biaya faktor produksi dalam suatu

pemanfaatan sumberdaya dengan hasil panen dari usaha tersebut. Untuk menghitung biaya-biaya yang digunakan dalam usaha budidaya keramba jaring apung menggunakan Microsoft Excel 2007. Ikan yang dibudidayakan pada usaha tersebut adalah ikan nila (Oreochromis niloticus). Terdapat 3 kelompok pembudidaya yang menjalankan usaha tersebut yaitu kelompok Tlogomino,

Pengeluaran Wisata

Giling Yoso dan Dewi Songgolangit. Untuk data pemilik usaha budidaya ikan nila menggunakan keramba jaring apung dapat dilihat pada Lampiran 6.

Budidaya ikan di Keramba Jaring Apung (KJA) sudah dilakukan sejak tahun 1978 di perairan Situ Lido Bogor, dikembangkan oleh Balai Penelitian Perikanan Darat yang sekarang menjadi Balai Riset Perikanan Air Tawar.

Kemudian berturut-turut pada tahun 1982 di Waduk Jatiluhur, Kelapa Dua dan Cibubur Jakarta, tahun 1984 di Danau Tondano Sulawesi Utara, Cekdam Guna Sari Jawa Barat, pada tahun 1986 di Riam Kanan Kalimantan selatan serta Danau Toba Sumatera Utara. Hasil uji coba tersebut menunjukkan bahwa budidaya ikan di KJA memiliki prospek cerah (Rochdianto, 2005).

Pembesaran ikan nila menggunakan keramba jaring apung di Telaga Ngebel merupakan pembesaran ikan dengan sistem tunggal (monokultur).

Pembesaran ikan menggunakan keramba jaring apung tunggal biasanya dilakukan secara monokultur yaitu dalam satu jaring pada lapisan atas ditebarkan hanya satu jenis ikan tanpa ada jenis ikan lain, dimana ikan yang ditebar sebagai komoditas pokok. Pada sistem KJA tunggal pakan tambahan mutlak diberikan karena jumlah pakan alami dalam waduk relatif sedikit, bahkan hampir tidak ada.

a. Modal Investasi/ Modal Tetap

Investasi adalah pengaitan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang (Mulyadi, 2001).

Menurut Riyanto (2008), modal merupakan hasil produksi yangdigunakan untuk memproduksi lebih lanjut. Modal ditekankan pada nilai, daya beli atau kekuasaan memakai atau menggunakan yang terkandung dalambarang-barang modal. Modal meliputi dalam bentuk uang maupun dalam bentuk barang, misalnya mesin, barang dagangan dan lain-lain.

Menurut Maulana (2008), modal tetap adalah modal atau dana yang dapat digunakan dalam lebih dari satu kali produksi dimana contohnya antara lain alat atau mesin produksi.

Komponen modal investasi pada usaha budidaya ikan nila menggunakan keramba jaring apung antara lain tong, besi, waring, bambu, trawl, senar tambang, pemberat, jangkar, seser, perahu atau rakit dan ember. Jumlah total modal investasi pada usaha ini adalah Rp. 843.025.500,-. Modal investasi didapatkan dari wawancara dengan seluruh pemilik keramba yang ada di Telaga Ngebel yaitu sebanyak 26 orang. untuk lebih jelasnya mengenai modal investasi dapat dilihat pada Lampiran 7.

b. Biaya Faktor Produksi

Biaya faktor produksi merupakan komponen biaya dari usaha budidaya ikan nila menggunakan keramba jaring apung yang dikeluarkan dalam satu tahun. Biaya faktor produksi ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.

Menurut Wibowo (2014), biaya-biaya produksi dalam jangka pendek dibedakan menjadi tiga yaitu pertama adalah biaya Tetap (Fixed Cost atau FC), biaya yang besarnya tidak dipengaruhi besarnya produksi. Berapapun tingkat output yang dihasilkan, besarnya selalu sama. Misalnya pembelian lahan, gedung dan mesin.

Kemudian yang kedua adalah biaya Variabel (Variabel Cost atau VC), biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya produksi. Semakin besar jumlah output, semakin besar biaya variabel yang dikeluarkan untuk menambah penggunaan input variabel. Misalnya bibit, tenaga kerja dan pupuk. Dan yang ketiga adalah Biaya Total (Total Cost atau TC), jumlah dari total biaya tetap dan variabel. Kenaikan output akan menambah biaya variabel, sehingga menambah biaya total. Dimana secara matematis total biaya dapat dituliskan sebagai berikut:

TC = TFC + TVC

Dokumen terkait