• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI EKONOMI WISATA DAN SEKTOR PERIKANAN TELAGA NGEBEL KABUPATEN PONOROGO, JAWA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "NILAI EKONOMI WISATA DAN SEKTOR PERIKANAN TELAGA NGEBEL KABUPATEN PONOROGO, JAWA TIMUR"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI EKONOMI WISATA DAN SEKTOR PERIKANAN TELAGA NGEBEL KABUPATEN PONOROGO, JAWA TIMUR

SKRIPSI

PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN

Oleh:

DINAR MITHA FEBRIAN NIM. 135080401111021

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2017

(2)

NILAI EKONOMI WISATA DAN SEKTOR PERIKANAN TELAGA NGEBEL KABUPATEN PONOROGO, JAWA TIMUR

SKRIPSI

PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN

Sebagai Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

Oleh:

DINAR MITHA FEBRIAN NIM. 135080401111021

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2017

(3)

Mengetahui, Ketua Jurusan SEPK

(Dr. Ir. Nuddin Harahab, MP) NIP. 19610417 199003 1 001 Tanggal :

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I

(Erlinda Indrayani,S.Pi, M.Si) NIP. 19740220 200312 2 001 Tanggal :

Dosen Pembimbing II

(Mochammad Fattah,S.Pi, M.Si) NIP. 201506 860513 1 001 Tanggal :

Dosen Penguji I

(Dr. Ir. Nuddin Harahab, MP) NIP. 19610417 199003 1 001 Tanggal :

Dosen Penguji II

(Dr. Ir. Mimit Primyastanto, MP) NIP. 19630511 198802 1 001 Tanggal :

SKRIPSI

NILAI EKONOMI WISATA DAN SEKTOR PERIKANAN TELAGA NGEBEL KABUPATEN PONOROGO, JAWA TIMUR

Oleh :

DINAR MITHA FEBRIAN NIM. 135080401111021

telah dipertahankan didepan penguji pada tanggal 19 Juni 2017 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

SK Dekan No. : Tanggal :

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam laporan skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan skripsi ini hasil penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

Malang, Juni 2017

Mahasiswa

Dinar Mitha Febrian

(5)

RINGKASAN

DINAR MITHA FEBRIAN. Nilai Ekonomi Wisata dan Sektor Perikanan Telaga Ngebel Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur (Dibawah bimbingan Erlinda Indrayani, S.Pi, M.Si dan Moch. Fattah, S.Pi, M.Si)

Sumberdaya alam dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia salah satunya adalah Telaga. Sumberdaya alam ini dapat menghasilkan nilai ekonomi dalam bentuk wisata dan sektor perikanan.

Telaga Ngebel merupakan salah satu objek wisata yang menjadi tempat favorit wisatawan. Menurut DINBUDPARPORA Kabupaten Ponorogo (2017), wisatawan objek wisata Telaga Ngebel pada bulan Januari sampai Desember mencapai 202.535 orang. Karakteristik telaga yang masih asri dan memiliki pemandangan yang indah menjadi salah satu alasan banyak wisatawan yang berkunjung.

Selain dijadikan objek wisata Telaga Ngebel memberikan manfaat pada masyarakat sekitar yaitu dengan adanya budidaya ikan menggunakan keramba jaring apung. Menurut Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo (2017), jumlah produksi ikan nila di Kecamatan Ngebel tahun 2016 sebanyak 8.112 kg. Maka penelitian ini dilakukan dan untuk mengetahui nilai ekonomi wisata menggunakan metode biaya perjalanan individu (Individual Travel Cost Method) dan sektor perikanan dengan menggunakan metode pendekatan residual rent.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2017 di objek wisata Telaga Ngebel Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, jenis data kualitatif dan kuantitatif dan sumber data primer dan sekunder. Metode pengambilan data yang digunakan adalah dengan kuisioner, observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode penentuan jumlah sampel pada sektor wisata dengan linier time function sedangkan untuk metode pengambilan sampel menggunakan pengambilan sampling insidental. Untuk sektor perikanan metode pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh atau sensus. Variabel yang digunakan terdiri dari variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen yaitu jumlah kunjungan ke objek wisata Telaga Ngebel. Sedangkan variabel independen yaitu biaya perjalanan, pendapatan, pendidikan terakhir, umur, jarak dan waktu kerja. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan dilakukan dengan analisis regresi berganda, yang terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik. Pendugaan nilai ekonomi wisata dilakukan dengan menggunakan metode Individual Travel Cost Method dengan perhitungan surplus konsumen menggunakan konsep WTP (Willingness to Pay). Sedangkan sektor perikanan menggunakan pendekatan residual rent dengan menghitung biaya faktor produksi dan hasil panen usaha budidaya keramba jaring apung.

Berdasarkan uji asumsi klasik yang dilakukan, data yang digunakan dalam penelitian ini lolos uji asumsi klasik. Hasil analisis menghasilkan nilai adjusted R square sebesar 0,594 yang berarti bahwa variasi variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen sebesar 59,4%, sedangkan sisanya sebesar 40,6% dijelaskan variabel lain diluar variabel yang digunakan dalam model regresi.

Model regresi yang dihasilkan adalah Y = 7,438 - 0,00000101459x1 + 0,00000073300x2 ± 0,167x3 - 0,062x4± 0,028x5 ± 0,093x6 +e. Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel yang memiliki hubungan positif terhadap jumlah kunjungan (Y) yaitu pendapatan (X2), sedangkan yang memiliki hubungan negatif

(6)

yaitu biaya perjalanan (X1), pendidikan terakhir (X3), umur (X4), jarak (X5) dan waktu kerja (X6).

Hasil uji F diperoleh nilai F hitung sebesar 11,740 dengan tingkat signifikasi 0,000 sedangkan nilai F tabel sebesar 2,342. Berdasarkan hasil tersebut maka F hitung (11,740) > F tabel (2,342), sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel biaya perjalanan, pendapatan, pendidikan terakhir, umur, jarak dan waktu kerja berpengaruh secara simultan terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata Telaga Ngebel.

Hasil uji t menunjukkan bahwa dari 6 variabel independen yang digunakan yaitu variabel biaya perjalanan, pendapatan, pendidikan terakhir, umur, jarak dan waktu kerja terdapat 5 variabel yang berpengaruh signifikan terhadap jumlah kunjungan ke objek wisata Telaga Ngebel. Variabel yang berpengaruh tersebut adalah variabel pendapatan, pendidikan terakhir, umur, jarak dan waktu kerja. Dari kelima variabel tersebut, variabel pendapatan dan jarak yang paling signifikan mempengaruhi jumlah kunjungan dengan tingkat signifikasi sebesar 0,003.

Dari hasil perhitungan analisis ekonomi wisata diperoleh surplus konsumen per individu per kunjungan sebesar Rp. 106.779,45,- dan surplus konsumen per individu sebesar Rp. 262.306,05,-. Sehingga diperoleh nilai ekonomi wisata pada objek wisata Telaga Ngebel sebesar Rp. 21.626.577.507, per tahun. Sedangkan hasil analisis ekonomi sektor perikanan dengan metode pendekatan residual rent diperoleh hasil panen dalam satu tahun dari usaha budidaya ikan menggunakan keramba jaring apung sebesar Rp. 2.383.360.000,- dan biaya faktor produksi sebesar Rp. 1.016.928.960,-. Sehingga diperoleh nilai ekonomi sektor perikanan sebesar Rp. 1.366.431.040,-.

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, adapun saran yang dapat dijadikan masukan untuk pemerintah Kabupaten Ponorogo khususnya kepada kepala DINBUDPARPORA agar lebih mengembangkan pengelolaan objek wisata Telaga Ngebel salah satu contohnya perbaharuan area parkir. Saran kepada peneliti agar penelitian yang akan datang masih banyak variabel-variabel yang lebih beragam yang bisa dijadikan sebagai bahasan dalam penelitian selanjutnya yang belum dijelaskan dalam penelitian ini. Saran kepada kepala bidang perikanan Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo agar memberikan pelatihan dan pendampingan untuk menghasilkan benih ikan nila dan untuk masyarakat agar tetap menjaga kebersihan objek wisata Telaga Ngebel.

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT

karena berkat karunia-Nya, akhirnya Penulis dapat menyelesaikan Laporan Skripsi ini. Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo pada bulan Februari sampai Maret 2017 dengan judul ³Nilai Ekonomi Wisata dan Sektor Perikanan Telaga Ngebel Kabupaten 3RQRURJR-DZD7LPXU´.

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya. Penulis sangat menyadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki oleh penulis, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua orang yang membutuhkan.

Malang, Juni 2017

Penulis

(8)

UCAPAN TERIMAKASIH

Pelaksanaan dan penyusunan laporan ini dapat dilaksanakan dengan baikberkat keterlibatan berbagai pihak yang telah dengan tulus ikhlas memberikan bimbingan, motivasi, materi atau fasilitas pendukung lainnya. Maka pada kesempatan ini disampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih yang sebesar-besaranya kepada :

1. Ibu Erlinda Indrayani S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing pertama yang telah banyak memberikan pengarahan serta informasi, meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan sejak penyusunan usulan penelitian hingga penyusunan laporan dan laporan ini dapat terselesaikan.

2. Bapak Mochammad Fattah, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing dua yang telah banyak memberikan pengarahan serta informasi, meluangkan waktunya dengan sangat sabar telah mengajarkan dan memberikan bimbingan sejak penyusunan usulan penelitian hingga penyusunan laporan dan laporan ini dapat terselesaikan.

3. Bapak Dr. Ir. Nuddin Harahab, MP selaku Dosen Penguji satu yang telah meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan arahan dan masukkan pada saat ujian sehingga laporan ini dapat menjadi lebih baik.

4. Bapak Dr. Ir. Mimit Primyastanto, MP selaku Dosen Penguji dua yang telah meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan arahan dan masukkan pada saat ujian sehingga laporan ini dapat menjadi lebih baik

5. Seluruh pihak yang ada di objek wisata Telaga Ngebel, khususnya Kepala DINBUDPARPORA Kabupaten Ponorogo yang telah memberikan ijin penelitian dan meluangkan waktu dalam memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh penulis dan sangat berbaik hati telah memberikan pengarahan pada saat penelitian.

(9)

6. Kepala Bidang Perikanan Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo yang telah memberikan ijin penelitian dan meluangkan waktu dalam memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh penulis dan sangat berbaik hati telah memberikan pengarahan pada saat penelitian.

7. Dwi Megawati yang telah dengan sangat sabar membantu, menemani dan tanpa henti memberikan dukungan dan semangat sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

8. Anggota Traveller Group (Rukyana Mukhoyaroh, Sintya Rosyani, Dwi Megawati, Bakhrul Ilmi, Agan Sasongko Aji, Dewi Astutik, Riyanto, Abdul Wahed, Sasadara Widigda, dkk) yang telah dengan sangat sabar membantu, menemani dan tanpa henti memberikan dukungan dan semangat sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

9. Ana Laurita, Rukyana Mukhoyaroh yang telah memberikan dukungan dengan sepenuh hati, memberikan doa dan semangat serta bersedia direpotkan dalam pengerjaan laporan ini.

10. Seluruh teman-teman Agrobisnis Perikanan 2013 yang telah memberikan semangat dan dukungan selama ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak sekali membantu dalam penyelesaian laporan ini. Akhirnya ucapan terimakasih yang sangat mendalam kepada Bapak, Ibu, Bupoh, Pakpoh, Mbak Erien, Dek Aura tercinta yang tidak pernah berhenti memberikan dukungan, semangat, doa dalam proses penyelesaian laporan skripsi ini.

Semoga Allah SWT, memberikan karunia atas budi baik dari semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan skripsi ini.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

RINGKASAN ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMAKASIH ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 6

2.2 Landasan Teori ... 8

2.2.1 Pariwisata ... 8

2.2.2 Wisatawan ... 10

2.2.3 Persepsi ... 11

2.2.4 Danau atau Waduk ... 12

2.2.5 Permintaan Pariwisata ... 12

2.2.5 Nilai Ekonomi ... 13

2.2.6 Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method) ... 14

2.2.7 Keramba Jaring Apung... 18

2.2.8 Analisis Perubahan Produktivitas ... 18

2.3 Kerangka Berfikir ... 19

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

3.2 Jenis Penelitian ... 22

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 22

3.3.1 Jenis Data ... 22

3.3.2 Sumber Data ... 24

3.4 Metode Pengumpulan Data... 25

3.4.1 Kuisioner ... 25

3.4.2 Wawancara ... 25

(11)

3.4.3 Observasi ... 26

3.4.4 Dokumentasi ... 26

3.5 Populasi dan Sampel ... 27

3.5.1 Populasi ... 27

3.5.2 Sampel ... 28

3.6 Variabel Penelitian ... 30

3.7 Definisi Operasional ... 30

3.8 Analisis Data ... 33

3.8.1 Karakteristik Objek Wisata Telaga Ngebel ... 33

3.8.2 Karakteristik Wisatawan Telaga Ngebel ... 33

3.8.3 Persepsi Wisatawan terhadap Objek Wisata Telaga Ngebel ... 33

3.8.4 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Kunjungan Objek Wisata Telaga Ngebel ... 34

3.8.5 Nilai Ekonomi Wisata Telaga Ngebel ... 39

3.8.6 Nilai Ekonomi Sektor Perikanan Telaga Ngebel ... 39

4. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis ... 41

4.2 Keadaan Topografi ... 41

4.3 Sejarah Berdirinya Wisata Telaga Ngebel ... 42

4.4 Keadaan Penduduk ... 43

5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakterisitik Wisata Telaga Ngebel ... 46

5.2 Karakteristik Wisatawan ... 55

5.2.1 Jenis Kelamin ... 55

5.2.2 Umur ... 55

5.2.3 Tingkat Pendidikan Terakhir ... 56

5.2.4 Pekerjaan ... 57

5.2.5 Waktu Kerja ... 57

5.2.6 Pendapatan ... 58

5.2.7 Jarak ... 59

5.2.8 Waktu Tempuh ... 59

5.2.9 Lama Kunjungan ... 60

5.2.10 Biaya Perjalanan ... 61

5.2.11 Jumlah Kunjungan ... 61

5.2.12 Transportasi ... 62

5.2.13 Kelompok Kunjungan ... 63

5.3 Persepsi Wisatawan ... 67

5.3.1 Informasi Mengenai Tempat Wisata ... 67

5.3.2 Daya Tarik Wisata ... 68

5.3.3 Motivasi Berkunjung ... 68

5.3.4 Pengalaman Berkunjung ... 69

5.3.5 Fasilitas ... 69

5.3.6 Keamanan ... 70

5.3.7 Pelayanan ... 71

5.3.8 Akses Jalan ... 72

5.3.9 Kebersihan ... 72

5.4 Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Kunjungan ke Objek Wisata Telaga Ngebel ... 75

5.4.1 Uji Asumsi Klasik ... 75

5.4.2 Analisis Regresi Linier Berganda ... 80

5.4.3 Analisis Koefisien Determinasi ... 84

(12)

5.4.4 Uji F (Simultan) ... 85

5.4.5 Uji t (Parsial) ... 85

5.5 Nilai Ekonomi Wisata Telaga Ngebel ... 89

5.6 Nilai Ekonomi Sektor Perikanan Telaga Ngebel ... 91

5.7 Nilai Ekonomi Wisata dan Sektor Perikanan Telaga Ngebel ... 97

6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 99

6.2 Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 102

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Skala Pengukuran Variabel ... 32

2. Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin Watson ... 36

3. Data Jumlah Penduduk Kecamatan Ngebel Tahun 2015 ... 43

4. Penduduk Kecamatan Ngebel Berdasarkan Usia Tahun 2015 ... 43

5. Penduduk Kecamatan Ngebel Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 44

6. Penduduk Kecamatan Ngebel Berdasarkan Mata Pencaharian ... 44

7. Jumlah Kunjungan Wisatawan Tahun 2016 ... 46

8. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 55

9. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 56

10. Karakteristik Responden BerdasarkanTingkat Pendidikan Terakhir ... 56

11. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 57

12. Karakteristik Responden Berdasarkan Waktu Kerja ... 58

13. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan ... 58

14. Karakteristik Responden Berdasarkan Jarak ... 59

15. Karakteristik Responden Berdasarkan Waktu Tempuh ... 60

16. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Kunjungan ... 60

17. Karakteristik Responden Berdasarkan Biaya Perjalanan ... 61

18. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Kunjungan ... 62

19. Karakteristik Responden Berdasarkan Transportasi ... 62

20. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Kunjungan... 63

21. Karakteristik Wisatawan Objek Wisata Telaga Ngebel ... 64

22. Persepsi Responden Mengenai Sumber Informasi yang Didapat ... 67

23. Persepsi Responden Mengenai Daya Tarik Wisata ... 68

24. Persepsi Responden Mengenai Motivasi Berkunjung ... 68

(14)

25. Persepsi Responden Mengenai Pengalaman Berkunjung... 69

26. Persepsi Responden Mengenai Fasilitas ... 70

27. Persepsi Responden Mengenai Keamanan ... 70

28. Persepsi Responden Mengenai Pelayanan... 71

29. Persepsi Responden Mengenai Akses Jalan ... 72

30. Persepsi Responden Mengenai Kebersihan ... 73

31. Persepsi Wisatawan Terhadap Objek Wisata Telaga Ngebel... 73

32. Nilai Asymp. Sg pada Uji Kolmogrov-Smirnov ... 77

33. Nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) ... 78

34. Nilai Sig. Pada Uji Glejser ... 79

35. Hasil Uji Durbin-Watson ... 80

36. Model Regresi Antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat ... 80

37. Nilai Adjusted R Square ... 84

38. Hasil Uji F ... 85

39. Hasil Uji t ... 86

40. Hasil Perhitungan Nilai Ekonomi Wisata Telaga Ngebel ... 90

41. Nilai Ekonomi Pemanfaatan Telaga Ngebel untuk Budidaya Ikan Nila dengan Keramba Jaring Apung ... 96

42. Total Nilai Ekonomi Pemanfaatan Telaga Ngebel untuk Wisata dan Sektor Perikanan... 97

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Surplus Konsumen dalam TCM ... 17

2. Kerangka Berfikir Penelitian ... 21

3. Larung Sesaji ... 48

4. Kesenian Reog ... 48

5. Sumber Air Panas ... 49

6. Air Terjun Selorejo ... 49

7. Pintu Gerbang ... 50

8. Masjid ... 50

9. Toilet ... 51

10. Penginapan... 51

11. Kios Buah ... 52

12. Dermaga ... 52

13. Rumah Makan ... 53

14. Toko... 53

15. Tempat parkir ... 54

16. Tempat sampah ... 54

17. Grafik Histogram ... 76

18. Grafik Normal Probability Plot ... 77

19. Grafik Scatterplot pada Uji Heterokedastisitas ... 79

20. Surplus Konsumen hasil penelitian ... 91

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Lokasi Penelitian ... 106 2. Dokumentasi Saat Penelitian di Objek Wisata Telaga Ngebel ... 107 3. Hasil analisa Data menggunakan SPSS 16 ... 110 4. Perhitungan Surplus Konsumen dan Nilai Ekonomi Objek Wisata Telaga

Ngebel ... 114 5. Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Kunjungan ke Objek Wisata Telaga Ngebel ... 116 6. Pemilik Usaha Budidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung... 117 7. Modal Investasi Usaha Budidaya menggunakan Keramba Jaring Apung .. 118 8. Biaya Tetap Usaha Budidaya Ikan Nila menggunakan Keramba Jaring Apung Selama Satu Tahun ... 119 9. Biaya Variabel Usaha Budidaya Ikan Nila menggunakan Keramba Jaring

Apung Selama Satu Tahun ... 120 10. Hasil Panen Usaha Budidaya Ikan Nila menggunakan Keramba Jaring Apung Selama Satu Tahun ... 121 11. Nilai Ekonomi Pemanfaatan Telaga Ngebel Untuk Usaha Budidaya Ikan Nila

menggunakan Keramba Jaring Apung ... 122 12. Visi dan Misi Bidang Pariwisata DINBUDPARPORA Kabupaten

Ponorogo...123

(17)

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumberdaya alam dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia salah satunya adalah Telaga. Sumberdaya alam ini dapat menghasilkan nilai ekonomi dalam bentuk wisata dan sektor perikanan.

Menurut Pendit (1990), pariwisata mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi, karena dapat menyediakan lapangan kerja, menstimulasi berbagai sektor produksi, serta memberikan kontribusi secara langsung bagi kemajuan-kemajuan dalam usaha-usaha pembuatan dan perbaikan pelabuhan, jalan raya, pengangkutan serta mendorong pelaksanaan program kebersihan dan kesehatan, proyek sarana budaya, pelestarian lingkungan hidup dan sebagainya yang dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik kepada masyarakat setempat maupun wisatawan dari luar.

Pengelolaan sektor pariwisata akan menjadikan sektor ini menjadi aset bagi sebuah negara. Keanekaragaman sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia seperti potensi alam, flora, fauna, keindahan alam dan bentuknya yang berkepulauan kaya akan adat istiadat, kebudayan dan bahasa memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Kekayaan sumberdaya alam dan budaya diharapkan dapat menjadi penopang perekonomian negara (Baskoro, 2013).

Wisata yang berpotensi besar dan banyak diminati adalah wisata alam, salah satunya wisata telaga. Dalam upaya pengembangan dan pengelolaan objek wisata perlu diketahui seberapa besar nilai ekonomi dari wisata dan sektor perikanan telaga tersebut. Perhitungan nilai ekonomi wisata dapat dilakukan dengan metode Individual Travel Cost Method (biaya perjalanan individu).

(18)

Travel Cost Method (TCM) dikembangkan untuk menilai kegunaan dari

barang non-market, daerah yang letak geografisnya khusus dan lokasi yang dipergunakan untuk rekreasi. Misalnya, alam yang digunakan untuk rekreasi seperti kebun raya, hutan, danau, pantai dan lain-lain (Pierce et al., 2006 dalam Susilowati, 2009).

Travel Cost Method digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap

rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation), seperti memancing, hiking, dan sebagainya. Metode ini mengkajibiaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi dengan mengetahui pola ekspenditur dari konsumen, kita bisa mengkaji berapa nilai (value) yang diberikan konsumen kepada sumberdaya alam dan lingkungan (Fauzi 2004).

Nilai ekonomi sektor perikanan dapat dihitung dengan analisis produktivitas dengan menggunakan pendekatan residual rent. Menurut Wijaya (2006), residual rent adalah selisih antara biaya dari faktor produksi yang digunakan dalam suatu pemanfaatan sumberdaya dengan nilai total dari hasil panen usaha tersebut. Residual rent juga dapat dipandang sebagai kontribusi dari ekosistem alami atau faktor pendapatan guna memperoleh nilai ekonomi total dari suatu pemanfaatan sumberdaya.

Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu kabupaten yang memiliki potensi pariwisata, karena dikenal dengan wisata budaya yaitu berupa kesenian reog dan wisata alam yaitu objek wisata Telaga Ngebel. Telaga Ngebel merupakan salah satu objek wisata yang menjadi tempat favorit bagi para wisatawan untuk menghabiskan waktu libur akhir pekan. Tingkat kunjungan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Menurut DINBUDPARPORA Kabupaten Ponorogo (2017), jumlah kunjungan tahun 2016 sebanyak 202.535 orang.

Telaga Ngebel menjadi salah satu telaga yang digemari oleh wisatawan karena potensi alamnya yaitu pesona pemandangan alam pegunungan, hutan lindung

(19)

dan hasil alam yang melimpah seperti buah durian, alpukat, pisang, nanas, nangka, rambutan, jambu air, kakao, cengkeh dan lain-lain. Daya tarik lain dari obyek wisata Telaga Ngebel juga ditunjukkan dengan adanya pagelaran budaya, sumber air panas dan air terjun. Bentuk pemanfaatan sektor perikanan obyek wisata Telaga Ngebel yaitu berupa budidaya perikanan keramba jaring apung.

Menurut Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo (2017), jumlah produksi ikan nila tahun 2016 di kecamatan Ngebel mencapai 8.112 kg. Ikan hasil usaha budidaya dijadikan berbagai macam olahan yang dijual di rumah makan yang ada disekitar. Obyek wisata Telaga Ngebel yang terus berkembang, akan memberikan peluang usaha bagi masyarakat untuk meningkatkan perekonomian dan meningkatkan pendapatan daerah. Untuk itu dilaksanakan penelitian penilaian potensi wisata di Telaga Ngebel. Penelitian dilakukan untuk mengetahui karakteristik objek wisata, karakteristik dan persepsi wisatawan terhadap objek wisata, faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan serta nilai ekonomi wisata dan sektor perikanan Telaga Ngebel. Dari uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang “Nilai Ekonomi Wisata Dan Sektor Perikanan Telaga Ngebel Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, adapun masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana karakteristik objek wisata Telaga Ngebel?

2. Bagaimana karakteristik dan persepsi wisatawan terhadap objek wisata Telaga Ngebel?

3. Faktor apa yang signifikan mempengaruhi jumlah kunjungan ke objek wisata Telaga Ngebel?

(20)

4. Berapa nilai ekonomi wisata dari Telaga Ngebel dengan menggunakan metode Individual Travel Cost Method (ITCM)?

5. Berapa nilai ekonomi sektor perikanan dari kegiatan usaha budidaya ikan keramba jaring apung menggunakan metode pendekatan residual rent?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis : 1. Karakteristik objek wisata Telaga Ngebel

2. Karakteristik dan persepsi wisatawan terhadap objek wisata Telaga Ngebel

3. Faktor yang signifikan mempengaruhi jumlah kunjungan ke objek wisata Telaga Ngebel

4. Nilai ekonomi ekonomi wisata dari Telaga Ngebel dengan menggunakan metode Individual Travel Cost Method (ITCM)

5. Nilai ekonomi sektor perikanan dari kegiatan usaha budidaya ikan keramba jaring apung menggunakan metode pendekatan residual rent

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : 1. Pengelola

Sebagai bahan informasi yang dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan strategi yang tepat untuk meningkatkan kualitas dan jumlah pengunjung wisata secara berkelanjutan.

2. Pemerintah

Sebagai bahan masukan dan tambahan informasi bagi pemerintah daerah yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam upaya peningkatan pembangunan dan pengembangan objek wisata

(21)

3. Peneliti

Sebagai bahan informasi yang dapat dijadikan acuan pengembangan dalam penelitian lebih lanjut.

(22)

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai nilai ekonomi menggunakan metode biaya perjalanan (travel cost method) dan pendekatan residual rent sudah banyak dilakukan di Indonesia di antaranya yang dilakukan oleh Susilowati (2009), Wijaya (2006), Djijono (2002), Sari (2007) dan Romadhon (2014).

Susilowati (2009), melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik pengunjung dan penilaian pengunjung terhadap objek wisata Tahura Ir. H. Djuanda, faktor-faktor sosial ekonomi apa yang mempengaruhi objek wisata dan berapa nilai ekonomi dengan menggunakan metode biaya perjalanan. Terdapat delapan faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap fungsi permintaan rekreasi Tahura Ir. H. Djuanda.

Kedelapan faktor sosial ekonomi tersebut adalah biaya perjalanan, total pendapatan, umur, jarak tempuh, waktu tempuh, jumlah tanggungan, jenis kelamin, dan waktu di lokasi. Berdasarkan hasil perhitungan maka diketahui surplus konsumen berdasarkan metode biaya perjalanan individu sebesar Rp 24.926,00/kunjungan dan nilai ekonomi lokasi sebesar Rp 3.193.579.412,00.

Wijaya (2006), melakukan penelitian untuk memperkirakan nilai ekonomi pemanfaatan Waduk Cirata sebagai kawasan perikanan budidaya. Perikanan budidaya dengan menggunakan media Keramba Jaring Apung. Metode yang digunakan untuk memperkirakan besar nilai ekonomi adalah dengan menggunakan pendekatan Residual Rent. Hasil penelitian menunjukkan total ekonomi pemanfaatan waduk Jatiluhur untuk aktivitas perikanan budidaya

keramba jaring apung dan aktivitas wisata tirta dalam setahun sebesar Rp. 193.950.403.826,20. Total ekonomi tersebut diperoleh dari pemanfaatan

waduk untuk kegiatan usaha budidaya keramba jaring apung sebesar 99,89%

(23)

atau Rp. 193.744.532,77 pertahun dan nilai ekonomi untuk kegiatan wisata tirta senilai Rp. 205.521.293,43 pertahun atau sebesar 0,11%.

Djijono (2002), penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui nilai ekonomi menggunakan metode biaya perjalanan wisata dengan menggunakan variabel seperti jumlah kunjungan per 1000 orang, biaya perjalanan, pendapatan atau uang saku, jumlah penduduk kecamatan tempat pengunjung berasal, pendidikan, waktu kerja, waktu luang, dan biaya transportasi. Cara penghitungan dengan metode ini menggunakan biaya transportasi pulang pergi dari tempat tinggal ke objek wisata Wan Abdul Rachman dan pengeluaran lain seperti konsumsi, parkir, tiket masuk, dokumentasi, dan lain-lain. Variabel yang mempengaruhi jumlah kunjungan adalah pendidikan, jumlah penduduk, dan waktu luang.Rata-rata kesediaan untuk mengeluarkan uang sebesar Rp 25.320,00 per 1000 orang, nilai yang dikorbankan sebesar Rp 6.045,00/1000 orang dan surplus konsumen sebesar Rp 9.275,00 per 1000 orang.

Sari (2007), melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengidentifikasi karakteristik dan penilaian wisatawan terhadap objek wisata Air Panas GSE, menduga fungsi permintaan rekreasi ke objek wiasata air panas GSE dan faktor sosial ekonomi yang mempengaruhinya serta menduga nilai ekonomi yang dihasilkan oleh objek wisata air panas GSE dengan metode biaya perjalanan.

Hasil analisis regresi poisson menunjukkan kunjungan ke objek wisata air panas GSE dipengaruhi positif oleh variabel Ir (pendapatan responden), OI (daya tarik objek wisata), Aw (lama mengetahui lokasi rekreasi) dan dipengaruhi variabel negatif oleh variabel TCr (biaya perjalanan bagi individu yang mampu mensubtitusikan waktu dengan pendapatan),Cr (biaya perjalanan bagi individu yang tidak mampu mensubtitusikan waktu dengan pendapatan) dan DT (waktu

(24)

diskret). Dari hasil perhitungan didapatkan nilai ekonomi objek wisata Air Panas GSE yaitu sebesar Rp. 150.897.500,00.

Romadhon (2014), melakukan penelitian untuk mengetahui nilai manfaat dari ekosistem terumbu karang secara ekonomi. Variabel yang diukur pada peneltian ini adalah luasan kawasan terumbu karang di Pulau Sapudi dengan intepretasi citra satelit. Metode yang digunakan berdasarkan pendekatan hasil produksi (Effect on Production Approach, EoP) yaitu dengan mengalihkan hasil produksi dan harga maka nilai manfaat langsung (benefit dari terumbu karang dapat diestimasi. Berdasarkan hasil perhitungan maka diketahui nilai ekonomi

aktual ekosistem terumbu karang di Pulau Sapudi adalah sebesar Rp 21.027.933.840,00 sedangkan nilai manfaat sekarang dari ekosistem

terumbu karang di Pulau Sapudi sebesar Rp 384.542.778,79 dan nilai ekonomi

sekarang ekosistem terumbu karang di Pulau Sapudi sebesar Rp 239.081.334,38. Pemanfaatan ikan karang konsumsi didapatkan nilai

manfaat yang hilang dari ekosistem terumbu karang seluas 1.793 Ha selama 10 tahun adalah sebesar Rp 5.097.140.400,00 dan kondisi rata-rata tutupan karang batu hidup (Hard Coral) sebesar 37,7%.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pariwisata

Pariwisata adalah suatu perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu (Spillane, 1991). Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerinah daerah (Undang-undang RI nomor 10, 2009).

(25)

Menurut Spillane (1991), jenis-jenis pariwisata antara lain : a. Pariwisata Untuk Menikmati Perjalanan (Pleasure Tourism)

Bentuk pariwisata yang dilakukan banyak orang yang bertujuan untuk pergi berlibur dan meninggalkan tempat tinggalnya, mencari udara segar yang baru, memenuhi kehendak ingin tahunya, mengendorkan ketegangan saraf, untuk melihat sesuatu yang baru, menikmati keindahan alam, untuk mengetahui hikayat rakyat setempat, mendapatkan ketenangan dan kedamaian di daerah luar kota atau bahkan sebaliknya untuk menikmati hiburan di kota-kota besar ataupun ikut serta dalam keramaian pusat-pusat wisatawan

b. Pariwisata Untuk Rekreasi (Recreation Tourism)

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang menghendaki pemanfaatan hari-hari liburnya untuk beristirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya, yang ingin menyegarkan keletihan dan kelelahannya. Dengan kata lain mereka lebih menyukai health resorts. Termasuk di kategori ini ialah mereka yang karena alasan kesehatan dan kesembuhan harus tinggal di tempat-tempat khusus untuk memulihkan kesehatannya, seperti didaerah sumber-sumber air panas dan lain-lain.

c. Pariwisata Untuk Kebudayaan

Jenis ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi, seperti keinginan untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, untuk mempelajari adat- istiadat, kelembagaan, dan cara hidup rakyat negara lain, untuk mengunjungi monumen bersejarah, peninggalan peradaban masa lalu atau sebaliknya atau juga untuk ikut serta pada festival seni musik, teater, tarian rakyat, dan lain-lain.

d. Pariwisata Untuk Olahraga (Sport Tourism)

Pada pariwisata untuk olahraga dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu :

(26)

1. Big Sport Events, yaitu peristiwa-peristiwa olahraga besar seperti Olympiade Games, kejuaran SKI dunia, kejuaraan tinju dunia, dan lain-lain yang menarik

perhatian tidak hanya olahragwannya sendiri, tetapi juga ribuan penonton atau penggemarnya.

2. Sporting Tourism of the Practitioners, yaitu pariwisata olahrga bagi mereka yang ingin berlatih dan mempraktekkan sendiri, seperti pe ndakian gunung, olahraga naik kuda, berburu, memancing, dan lain-lain. Negara yang memiliki banyak fasilitas atau tempat olahraga seperti ini tentu dapat menarik sejumlah besar penggemar jenis olahraga pariwisata.

e. Pariwisata Untuk Unsur Dagang (Busines Tourism)

Pariwisata tidak hanya dilakukan kaum pengusaha atau industrialis, tetapi juga semua kunjungan pameran, kunjungan ke instalasi teknis bahkan menarik orang-orang diluar profesi. Pada nyatanya, biasanya kaum pengusaha tidak hanya bersikap dan berbuat sebagai konsumen, kadangkala mereka mengambil dan memanfaatkan keuntungan dari atraksi yang digelar pada waktu senggangnya.

f. Pariwisata Untuk Berkonservasi (Convention Tourism)

Salah satu jenis pariwisata yang bukan hanya melibatkan ratusan hingga ribuan orang yang dapat tinggal dinegara yang sedang menggelar acara internasional. Tetapi pada penerapannya wisata dapat membentuk suatu kelompok atau asosiasi untuk mengoptimalkan potensi pariwisata yang ada di negaranya. Sehingga ketika acara tersebut digelar sebagai cpntohnya konferensi antar dunia dapat menarik wisatawan sehingga hotel-hotel yang berada di daerah tersebut ikut ramai akibat dari digelarnya acara tersebut.

2.2.2 Wisatawan

Menurut Pitana (2009), secara umum wisatawan adalah orang menjadi subset atau bagian dari traveller atau visitor. Seorang visitor adalah seorang

(27)

traveller, tetapi tidak semua traveller adalah tourist. Traveller memiliki konsep

yang lebih luas, yang mengacu kepada orang yang mempunyai beragam peran di masyarakat yang melakukan kegiatan rutin ke tempat kerja, sekolah dan sebagainya sebagai aktivitas sehari-hari. Orang-orang kategori ini sama sekali tidak dapat dikatakan sebagai tourist.

Menurut Marpaung (2002), wisatawan adalah setiap orang yang bertempat tinggal di suatu negara tanpa memandang kewarganegaraannya, berkunjung kesuatu tempat pada negara yang sama yang tujuan perjalanannya dapat diklasifikasikan pada salah satu hal berikut:

a. Memanfaatkan waktu luang untuk berekreasi, liburan, kesehatan, pendidikan, kerjasama dan olahraga

b. Bisnis atau mengunjungi kaum keluarga.

2.2.3 Persepsi

Menurut Sunaryo (2004), persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, lalu diteruskan ke otak, dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dipersepsikan.

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan suatu proses yang diterima stimulus individu melalui alat reseptor yaitu alat indera. Proses penginderaan tidak dapat lepas dari proses persepsi. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya karena individu mengenali dunia luarnya dengan menggunakan indera (Rozaq, 2014).

Persepsi adalah proses kejiwaan (psikologis) untuk memperoleh, menafsirkan, dan menyimpulkan sebuah pengalaman yang dialami, dan didapatkan dari rangsangan sebuah objek peristiwa atau rasa yang diterima

(28)

panca indera setelah mengkonfirmasi rangsangan tersebut pada pengetahuan yang relevan dan tersimpan dalam ingatan di syaraf pusat (Wibowo, 2013).

2.2.4 Danau atau Waduk

Menurut Krisanti (2006), waduk adalah tempat menampung air yang umumnya dibentuk dari sungai atau rawa dengan tujuan tertentu, waduk sebenarnya juga sebuah danau dalam pengertian benda tersebut merupakan suatu volume massa air yang mempunyai komposisi khusus yang berisi berbagai bentuk kehidupan. Waduk terbentuk sebagai akibat adanya massa air yang mengisi lembah sungai yang akhirnya dibendung oleh sebuah dinding. Tujuan utama waduk diperuntukkan sebagai pembangkit teanga listrik, namun peruntukannya terlepas dari kerangka dasar kebijakan pemerintah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari, karena itu tujuan dibuatnya waduk adalah :

1. Pemenuhan kebutuhan berbagai air baku, diantaranya untuk memenuhi keperluan sehari-hari yakni kebutuhan Domestic Municipal and Industri (DMI) atau rumah tangga, kota dan industri (RKI)

2. Pengendali banjir

3. Irigasi teknis, dalam upaya mendukung pencapaian swasembada beras menuju swasembada pangan

4. Konservasi air

5. Pembangkit tenaga listrik 6. Aktivitas perikanan 7. Pariwisata dan olahraga 2.2.5 Permintaan Pariwisata

Menurut Sukirno (2013), teori pemintaan menjelaskan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Berdasarkan ciri hubungan antara permintaan dan harga dapat dibuat grafik kurva permintaan. Analisis

(29)

dalam bagian ini akan menerangkan ciri hubungan antara permintaan dan harga pembentukan kurva permintaan.

Menurut Clawson dan Knetsch (1975) dalam Kamelia (2000), menyatakan bahwa ada beberapa faktor mempengaruhi permintaan rekerasi harian, mingguan, musiman bahkan tahunan yaitu sebagai berikut :

1. Faktor individu

Faktor individu yang berpengaruh terhadap potensial rekreasi antara lain adalah karakteristik sosial ekonomi, rata-rata pendapatan atau bagian pendapatan masing-masing individu dalam suatu keluarga, rata-rata pdan pembagian waktu luang, pendidikan khusus, pengalaman dan pengetahuan masing-masing individu mengenai rekreasi.

2. Faktor Lokasi

Unsur-unsur faktor lokasi antara lain keindahan dan pembagian dalam hal penggunaan bagi rekreasi, intensitas dan pengelolaan rekreasi, alternatif pemilihan tempat rekreasi, kapasitas area untuk akomodasi pemakai rekreasi, sejumlah total area yang berada di sektor pariwisata, distribusi geografi area, karakteristik iklim dan cuaca daerah rekreasi.

3. Hubungan antara pemakai yang digunakan untuk perjalanan dari rumah ke lokasi dan kembali kerumah

Unsur yang dimkasud adalah lama waktu yang digunakan untuk perjalanan dari rumah ke lokasi dan kembali kerumah, senang atau tidaknya selama perjalanan, keputusan perjalanan ke area tertentu dan banyaknya permintaan rekreasi akibat adanya promosi yang menarik.

2.2.6 Nilai ekonomi

Nilai ekonomi dari suatu sumberdaya alam dan lingkungan atau barang dan jasa diukur dengan berdasarkan kemauan untuk membayar (willingness to pay) dari banyak individu terhadap barang dan jasa tersebut. Pada gilirannya,

(30)

WTP merefleksikan preferensi individu untuk suatu barang dan jasa yang dipertanyakan. Jadi dengan demikian, valuasi ekonomi dalam konteks ini yaitu lingkungan hidup adalah suatu pengukuran preferensi individu atau masyarakat untuk lingkungan hidup yang diinginkan atau baik dibandingkan dengan lingkungan hidup yang rusak atau yang jelek. Oleh karena itu, valuasi merupakan suatu instrumen yang fundamental bagi pemikiran pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Hal itulah yang sangat penting untuk dipahami atau untuk dimengerti, dan hal-hal apakah yang harus dilakukan penilaian dalam valuasi ekonomi (Harahab, 2016).

Pada prinsipnya melakukan valuasi ekonomi mempunyai tujuan untuk memberikan nilai ekonomi terhadap sumberdaya alam dan lingkungan yang ada dan lingkungan yang ada dan digunakan sesuai dengan nilai faktanya atau riilnya dari sudut pandang masyarakat. Dengan demikian, dalam melakukan valuasi ekonomi harus diketahui sejumlah mana adanya penyimpangan atau bias harga antara yang riil terjadi dengan harga yang seharusnya ditetapkan dari sumberdaya alam dan lingkungan yang dimanfaatkan tersebut (Harahab, 2016).

2.2.7 Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method)

Pendekatan Travel Cost Method merupakan pendekatan yang menggunakan biaya perjalanan, khususnya untuk menghitung nilai ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan yang digunakan sebagai tempat wisata atau obyek-obyek wisata. Dalam pendekatan ini berasumsi bahwa nilai biaya perjalanan dan waktu yang diluangkan oleh wisatawan tersebut untuk menuju obyek wisata dianggap sebagai nilai lingkungan dimana wisatawan rela, mau dan bersedia membayar (Suparmoko,2009).

Menurut Fauzi (2004), metode travel cost method ini dapat digunakan untuk mengukur manfaat dan biaya akibat perubahan biaya akses (tiket masuk) bagi suatu tempat rekreasi, penambahan tempat rekreasi baru, perubahan

(31)

kualitas lingkungan tempat rekreasi dan penutupan tempat rekreasi yang ada.

Pada dasarnya Travel Cost Method adalah waktu dan biaya perjalanan yang dikeluarkan pengunjung dan merupakan harga untuk masuk ke tempat rekreasi.

Keinginan membayar seseorang dapat diduga berdasarkan jumlah perjalanan yang disebabkan biaya perjalanan tiap pengunjung yang berbeda- beda, analisis ini digunakan untuk menduga willingness to pay seseorang berdasarkan jumlah permintaan pada tiap harga yang berbeda. Secara umum ada 2 teknik sederhana yang digunakan untuk menentukan nilai ekonomi berdasarkan TCM, teknik tersebut adalah :

1. Pendekatan Sederhana melalui zonasi

Pendekatan ini relatif sederhana dan murah karena data yang diperlukanrelatif banyak mengandalkan data sekunder dan beberapa data sederhana dari responden pada saat survei. Teknik ini membagi tempat rekreasi ke dalam beberapa zona kunjungan dan diperlukan data jumlah kunjungan per tahun dan data jarak, waktu, serta biaya setiap perjalanan per satuan jarak (per km) sehingga diperoleh biaya perjalanan keseluruhan dan kurva permintaan kunjungan.

2. Pendekatan Individual Travel Cost Method

Pendekatan prinsipnya sama dengan sistem zonasi, namun pendekatan ini analisis lebih didasarkan pada data primer yang diperoleh melalui survei dan teknik statistika yang relatif kompleks, kelebihan metode ini adalah hasil yang relatif lebih akurat daripada metode zonasi.

Prinsip dasar metode biaya perjalanan (travel cost method) adalah teori permintaan konsumen dimana seseorang akan memberikan nilai pada lingkungan, nilai tersebut didapatkan dari biaya yang dikeluarkan oleh individu untuk menuju lokasi yang akan dikunjungi. Biaya tersebut antara lain berupa biaya transportasi, biaya masuk, pengeluaran ditempat rekreasi dan biaya untuk

(32)

waktu yang dikeluarkan seseorang. Metode biaya perjalanan (travel cost method) juga menjelaskan bahwa perjalanan dan tempat rekreasi bersifat komplementari lemah (weak complimentary), sehingga nilai dari tempat rekreasi dapat diukur dari biaya perjalanan (Fauzi, 2014).

Semakin jauh jarak seseorang untuk menuju lokasi rekreasi maka akan semakin tinggi biaya perjalanan yang akan dikeluarkan oleh individu. Oleh karena itu metode biaya perjalanan dibangun atas dasar teori permintaan konsumen, maka konsep surplus konsumen merupakan isu sentral dalam metode biaya perjalanan. Surplus konsumen dalam travel cost method akan menunjukkan seberapa besar seseorang menilai tempat wisata yang didasarkan pada kunjungan yang dilakukannya (Fauzi, 2014).

Surplus konsumen merupakan perbedaan antara jumlah yang dibayarkan oleh pembeli untuk suatu produk dan kesediaan untuk membayar. Surplus konsumen timbul karena konsumen menerima lebih dari yang dibayarkan dan bonus ini berakar pada hukum utilitas marginal yang semakin menurun. Sebab timbulnya surplus konsumen, karena konsumen membayar untuk tiap unit berdasarkan nilai unit terakhir. Surplus konsumen mencerminkan manfaat yang diperoleh karena dapat membeli semua unit barang pada tingkat harga rendah yang sama. Pada pasar yang berfungsi dengan baik, harga pasar mencerminkan nilai marginal, seperti unit terakhir produk yang diperdagangkan merefleksikan nilai dari unti produk yang diperdagangkan. Secara sederhana, surplus konsumen dapat diukur sebagai bidang yang terletak diantara kurva permintaan dan garis harga (Djijono, 2002).

(33)

Menurut Fauzi (2014), surplus konsumen dalam TCM dapat digambarkan sebagai berikut :

Biaya/trip/orang Cmax

Fungsi permintaan Surplus Biaya perjalanan (TC) Konsumen

C0 A

Jumlah kunjungan per orang per tahun Gambar 1. Surplus Konsumen dalam TCM (Fauzi, 2014)

Menurut Susilowati (2009), nilai ekonomi rekreasi yang diduga dengan menggunakan metode biaya perjalanan meliputi biaya transport pulang pergi dari tempat tinggalnya ke obyek wisata dan pengeluaran lain selama di perjalanan dan di dalam obyek wisata mencakup dokumentasi, konsumsi, parkir, dan biaya lain yang berkaitan dengan kegiatan rekreasi untuk satu hari kunjungan.

Sehingga biaya perjalanan dapat dirumuskan sebagai berikut : BPt = BTr + BDk + BKr + BP + BL

Keterangan :

BPt = Biaya Perjalanan (Rp/orang/hari) BTr = Biaya Transportasi (Rp/orang/hari) BDk = Biaya Dokumentasi (Rp/orang/hari)

BKr = Biaya Konsumsi selama rekreasi (Rp/orang/hari) BP = Biaya Parkir (Rp)

BL = Biaya Lainnya (Rp)

Pengeluaran Wisata

(34)

2.2.8 Keramba Jaring Apung

Keramba Jaring Apung (KJA) adalah sistem teknologi budidaya air berupa jaring yang mengapung (floating net cage) dengan bantuan pelampung.

Sistem ini terdiri dari beberapa komponen seperti rangka, kantong jaring, pelampung, jalan inspeksi, rumah jaga dan jangkar (Krisanti, 2006).

Jenis ikan yang akan dibudidayakan menggunakan keramba jaring apung harus bernilai ekonomis tinggi agar daya serap pasar isa dipenuhi, selain itu benih jenis ikan sewaktu-waktu mudah didapat disekitar lokasi usaha. Hal ini dimaksudkan agar kontiunitas usaha nantinya dapat ditunjang. Faktor paling penting adalah kesanggupan jenis ikan itu sendiri untuk dapat hidup dan tumbuh dengan baik di perairan budidaya keramba jaring apung (Rochdianto, 2005).

Menurut Rochdianto (2005), ada beberapa jenis ikan yang dapat dipilih untuk KJA yaitu ikan karper (Cyprinus carpio), ikan nila merah (Oreochromis sp), ikan lele dumbo (Clarias gariepinus), ikan jambal (Pangasius pangasius), ikan gurami (Osphronemus gouramy), ikan tawes (Puntius gonionotus) dan ikan hias.

2.2.9 Analisis Perubahan Produktivitas

Perubahan harga dan tingkat output disebabkan oleh perubahan produktivitas dan biaya produksi karena perubahan lingkungan. Kualitas lingkungan adalah faktor dari produksi tersebut. Dengan penggunaan metode ini didapatkan nilai surplus yang merupakan nilai manfaat langsung yang diperoleh dari pemanfaatan output yang didapat dari alam.

Menurut Wijaya (2006), produktivitas tergantung pada pemanfaatan hasil langsung yang didapat dari lingkungan dengan asumsi ekonomi yang terpengaruh tidak mengkompensasi untuk merubah produktivitas dan kegiatan, dampak lingkungan serta perubahan output tidak mempengaruhi harga pasar.

Berikut beberapa metode terkait dengan perhitungan nilai yang beragam dalam tingkat estimasi suplai atau fungsi produksi dari sistem alami output :

(35)

1. Model Present Value

Pendekatan pendapatan perhitungan terhadap nilai manfaat dari produksi biologi didapat dari perhitungan terhadap habitatnya. Dengan memisahkan nilai produksi lahan per hektar dapat mendukung dalam menghitung manfaat biologi produksi per hektar dari habitatnya. Pendekatan ini mengabaikan biaya dari buruh dan sumberdaya manusia lainnya sebagai faktor produksi. Perhitungan produktivitas ekonomi tersebut menjadi dasar dalam menghitung manfaat ekosistem alami dari input populasinya.

2. Pendekatan Residual Rent

Residual rent didefinisikan sebagai selisih antara biaya faktor produksi

yang digunakan dalam suatu pemanfaatan sumberdaya dengan nilai total dari hasil panen usaha tersebut. Residual rent dapat juga dipandang sebagai kontribusi dari ekosistem alami atau faktor pendapatan, guna memperoleh nilai ekonomi dari suatu pemanfaatan sumberdaya.

3. Pendekatan Produktivitas Marginal

Pendekatan ini digunakan untuk menghitung perubahan kecil dalam produktivitas akibat perubahan yang terjadi pada habitatnya. Teknik ini dapat menghasilkan determinasi dari fungsi produksi bioekonomi yang didapat dari determinasi produktivitas marginal. Data –data yang signifikan dibutuhkan dalam menghitung produktivitas yang bervariasi. Untuk perubahan produktivitas lahan yang lebih sempit lagi pendekatan produktivitas marjinal tidak menghitung perubahan dalam kesejahteraan.

2.3 Kerangka Berfikir

Kabupaten Ponorogo dikenal dengan julukan Kota Reog atau Bumi Reog karena daerah ini merupakan daerah asal dari kesenian Reog. Ponorogo juga dikenal sebagai Kota Santri karena memiliki banyak pondok pesantren,

(36)

selain dikenal dengan kabupaten yang memiliki banyak pesantren juga memiliki potensi besar disektor pariwisata, salah satunya Telaga Ngebel. Telaga Ngebel adalah salah satu objek wisata andalan Kabupaten Ponorogo. Objek wisata Telaga Ngebel memiliki potensi dan manfaat yang besar untuk perekonomian dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Adapun pemanfaatan telaga yang dilakukan adalah berupa aktivitas pariwisata berupa kegiatan rekreasi dan kegiatan perikanan berupa budidaya keramba jaring apung.

Nilai manfaat ekonomi objek wisata Telaga Ngebel dapat dilihat dari sektor wisata dan sektor perikanan. Untuk mengetahui nilai ekonomi wisata dilakukan analisis terhadap karakteristik wisata, karakteristik dan persepsi wisatawan objek wisata Telaga Ngebel. Setelah itu dilakukan analisis faktor- faktor yang signifikan mempengaruhi jumlah kunjungan ke obyek wisata.

Karakteristik wisatawan dapat digunakan untuk melihat besarnya biaya perjalanan yang dikeluarkan untuk mengunjungi obyek wisata dengan menggunakan metode Individual Travel Cost Method (ITCM). Persepsi wisatawan digunakan untuk mengetahui penilaian terhadap objek wisata.

Langkah selanjutnya adalah meregresikan biaya perjalanan yang dikeluarkan dan faktor-faktor yang mempengaruhi wisatawan mengunjungi obyek wisata Telaga Ngebel agar dapat mengestimasi fungsi permintaan kunjungan obyek wisata Telaga Ngebel. Estimasi tersebut digunakan untuk menduga nilai surplus konsumen wisatawan selanjutnya dilakukan perhitungan nilai ekonomi sektor wisata dengan cara mengalikan nilai surplus konsumen per individu per kunjungan dengan total kunjungan selama satu tahun. Nilai ekonomi sektor perikanan diperoleh menggunakan pendekatan residual rent, pendekatan tersebut merupakan hubungan antara biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang diperoleh pembudidaya. Adapun rumusan kerangka berfikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

(37)

1.

Obyek wisata Telaga Ngebel

Aktivitas Perikanan

Keramba Jaring Apung (KJA)

Residual Rent

Aktivitas Wisata

Karakteristik Wisata Telaga Ngebel

Karakteristik dan Persepsi Wisatawan terhadap Objek Wisata Telaga Ngebel

Faktor yang Mempengaruhi jumlah kunjungan wisata:

1.

2. Pendapatan

3. Pendidikan Terakhir 4. Umur

5. Jarak 6. Waktu Kerja

Nilai Ekonomi

Gambar 2. Kerangka Berfikir Penelitian

Individual Travel Cost Method (ITCM)

Surplus Konsumen

Biaya Perjalanan Jumlah

kunjungan

(38)

3. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dengan judul Nilai Ekonomi Wisata dan Sektor Perikanan Telaga Ngebel Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur dilaksanakan pada bulan Februari–Maret 2017 di Telaga Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan data kualitatif dan kuantitatif, bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai nilai ekonomi wisata dan sektor perikanan pada objek wisata Telaga Ngebel dengan metode biaya perjalanan individu (individual travel cost method) dan residual rent.

Menurut Nazir (2003), penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu sel kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang diperlukan pada penelitian ini adalah data berdasarkan cara memperolehnya, yaitu dapat dikelompokkan sebagai berikut :

3.3.1 Jenis Data 1. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang menyatakan keadaan atau karakteristik yang dimiliki objek yang diteliti. Biasanya data kualitatif tidak dapat dituliskan

(39)

dalam bentuk bilangan. Data kualitatif biasa juga disebut data kategori (Sulistyono, Kurnianingsih dan Kuntarti, 2006).

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi) dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Dengan pengamatan yang terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali (Sugiyono, 2015).

Data kualitatif dalam penelitian ini adalah data karakteristik responden jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan dan transportasi. Serta mengenai data persepsi responden seperti informasi mengenai tempat wisata, motivasi berkunjung, pengalaman berkunjung, fasilitas, keamanan, pelayanan, akses jalan dan kebersihan.

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan, misalnya luas tanah, jumlah penduduk dan sebagainya. Untuk jenis data ini dapat dilakukan perhitungan-perhitungan atau operasi matematika seperti penambahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan sebagainya (Kuswadi dan Mutiara, 2004).

Dalam penelitian kuantitatif, teknik analisis data yang digunakan sudah jelas yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal. Karena datanya kuantitatif, maka teknik analisis data menggunakan metode statistik yang sudah tersedia (Sugiyono, 2015).

Data kuantitatif dalam penelitian ini data mengenai karakteristik responden seperti biaya perjalanan, umur, pendapatan, jarak, waktu kerja, jumlah kunjungan, waktu tempuh, lama kunjungan. Serta data mengenai usaha

(40)

budidaya keramba jaring apung seperti biaya investasi, biaya produksi (biaya tetap dan biaya variabel) dan hasil panen.

3.3.2 Sumber Data 1. Data Primer

Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subyek terpercaya, yakni subyek penelitian atau informan yang berkenaan dengan variabel yang diteliti atau data yang diperoleh dari responden secara langsung (Arikunto, 2010).

Data primer yang diperoleh ketika melaksanakan penelitian adalah dengan melakukan wawancara tentang sejarah berdirinya Telaga Ngebel, dokumentasi lokasi penelitian, observasi lokasi penelitian, sarana dan prasarana pada lokasi penelitian, karakteristik dan persepsi responden melalui kuisioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data yang menunjang data primer. Dalam penelitian ini diperoleh hasil observasi yang dilakukan oleh penulis serta dari studi pustaka. Dapat dikatakan data sekunder ini bisa berasal dari dokumen-dokumen grafis seperti tabel, catatan, SMDS, foto dan lain-lain (Arikunto, 2010).

Data sekunder yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari jumlah kunjungan wisatawan tahun 2016, jumlah produksi ikan nila Kecamatan Ngebel tahun 2016, keadaan umum lokasi penelitian (topografi dan geografi), data kependudukan dan peta lokasi penelitian. Data tersebut diperoleh dari kantor kelurahan Ngebel dan Kecamatan Ngebel.

(41)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Bukti atau data yang digunakan untuk keperluan studi kasus biasanya berasal dari empat sumber, yaitu :

3.4.1 Kuisioner

Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuisioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar diwilayah yang luas.

Kuisioner dapat berupa pertanyaan atau pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet (Sugiyono, 2015).

Kuisioner yang disusun ditujukan kepada responden yaitu wisatawan.

Penyebaran kuisioner bertujuan untuk memperoleh data mengenai karakteristik responden dengan melalui kuisioner meliputi umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, pendapatan perbulan, waktu kerja, jarak menuju lokasi, waktu tempuh, lama kunjungan,lama perjalanan, biaya perjalanan, jumlah kunjungan dalam satu tahun dan transportasi yang digunakan. Serta bertujuan untuk memperoleh data mengenai persepsi responden mengenai sumber informasi wisata, daya tarik wisata, motivasi kunjungan,pengalaman berkunjung, fasilitas, keamanan, akses jalan dan kebersihan objek wisata.

3.4.2 Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

(42)

responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil (Sugiyono, 2015).

Menurut Nazir (2003), wawancara adalah proses mendapatkan keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab atau berkomunikasi dua arah dan bertatap muka antara pewawancara dengan responden.

Wawancara dilakukan secara langsung atau tatap muka (face to face).

Mewawancarai responden yaitu pegawai DINBUDPARPORA dan pemilik keramba jaring apung. Data yang dikumpulkan dari wawancara dengan responden antara lain sejarah berdirinya Telaga Ngebel, biaya investasi, biaya tetap, biaya variabel dan hasil panen usaha keramba jaring apung.

3.4.3 Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain yaitu wawancara dan kuisioner. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2015).

Menurut Nazir (2003), pengumpulan data menggunakan observasi langsung atau dengan mengamati secara langsung adalah cara pengambilan data untuk mendapatkan data primer. Pengambilan data dilakukan dengan cara mengamati secara langsung dengan seksama dan sistematis menggunakan mata tanpa pertolongan alat lain.

Observasi yang dilakukan saat penelitian adalah mengamati secara langsung lokasi objek wisata Telaga Ngebel untuk mengetahui mengenai kondisi objek wisata tersebut.

3.4.4 Dokumentasi

Menurut Arikunto (2010), teknik dokumentasi adalah “teknik mencari data-data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan transkip, buku-buku,

(43)

surat kabar, majalah, notulen, legger, agenda, dan sebagainya”. Teknik dokumentasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapat data-data yang berupa catatan dan foto-foto yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Dokumentasi dilakukan dengan mendokumentasikan dengan cara mengambil gambar suasana Telaga Ngebel, aktivitas wisatawan di objek wisata, kegiatan usaha keramba jaring apung dan saat peneliti mewawancarai responden. Selain mengambil gambar, dokumentasi juga dilakukan dengan mengunjungi website dan melihat dokumen yang ada dilokasi penelitian ataupun penelitian sebelumnya untuk memperoleh informasi tambahan mengenai objek wisata Telaga Ngebel.

3.5 Populasi dan Sampel 3.5.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subyek atau obyek itu (Sugiyono, 2015).

Populasi yang digunakan pada sektor wisata adalah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Telaga Ngebel. Jumlah populasi untuk kegiatan wisata dalam penelitian ini tidak diketahui karena jumlah wisatawan setiap harinya tidak menentu. Sedangkan populasi pada sektor perikanan yaitu seluruh pemilik keramba jaring apung yang berjumlah 26 orang.

(44)

3.5.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang di ambil dari populasi itu.

Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili) (Sugiyono, 2015).

Sampel yang digunakan pada sektor wisata adalah wisatawan objek wisata Telaga Ngebel dengan jumlah yang tidak diketahui secara pasti. Oleh karena itu pengambilan sampel dengan menggunakan sampling insidental.

Menurut Sugiyono (2015), sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data. Terdapat kriteria tertentu untuk memilih responden yaitu wisatawan yang berusia >17 tahun, minimal berpendidikan SMA dan lama menghabiskan waktu dilokasi >15 menit agar memberikan informasi dengan baik dan akurat yang dibutuhkan dalam penelitian.

Jumlah sampel pada sektor wisata ditentukan dengan menggunakan teknik linier time function. Menurut Sari (1993), untuk menentukan jumlah sampel pada suatu penelitian adalah dengan rumus linier time function (T = t0 + t1n).

Rumus ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel berdasarkan waktu yang efektif digunakan untuk melakukan penelitian karena jumlah populasi tidak dapat diketahui secara pasti.

Lama waktu yang digunakan untuk memberikan kuisioner penelitian kepada responden adalah selama 4 hari dalam 2 minggu yaitu pada hari sabtu dan minggu, karena pada hari tersebut adalah waktu yang tepat melakukan

(45)

penelitian karena pada hari tersebut banyak wisatawan berkunjung untuk rekreasi. Waktu yang digunakan untuk mengambil data dalam sehari adalah sekitar 5 jam antara pukul 09.00–14.00 WIB. Dengan demikian, maka jumlah sampel dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :

T = t0 + t1n n = 𝐓−𝐭𝟎

𝐭𝟏

dimana :

T = waktu penelitian 4 hari (5 jam x 60 menit x 4 hari = 1200 menit) t0 = periode waktu harian 5 jam (5 jam x 60 menit = 300 menit) T1 = waktu pengisian kuisioner 20 menit

n = jumlah responden

Perhitungan jumlah sampel dengan rumus linier time function adalah sebagai berikut :

n = 𝟏𝟐𝟎𝟎𝐦𝐞𝐧𝐢𝐭−𝟑𝟎𝟎𝐦𝐞𝐧𝐢𝐭 𝟐𝟎𝐦𝐞𝐧𝐢𝐭

n = 45 responden

Berdasarkan rumus diatas, diperoleh nilai n sebesar 45 artinya jumlah sampel (responden) yang dibutuhkan dalam penelitian sebanyak 45 orang dan pengambilan data dilakukan selama 4 hari.

Metode pengambilan sampel pada sektor perikanan dengan menggunakan sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2015), sampling jenuh atau sensus adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Berdasarkan dari pengertian tersebut, maka dapat diketahui bahwa sampling jenuh atau sensus teknik penentuan sampel dengan menggunakan semua anggota populasi. Dalam penelitian ini karena jumlah

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang berkaitan dengan kemampuan pengetahuan, yaitu mengetahui tujuan UPPKS untuk meningkatkan pendapatan keluarga; yang berkaitan dengan kemampuan

Pembinaan dan pengawasan akan terus diupayakan yang merupakan langkah organisasi guna merealisasikan beberapa perencanaan sasaran yang telah ditetapkan pada awal tahun

Kandungan total flavonoid dan antosianin yang diberikan vinasse, baik melalui daun maupun tanah memberikan hasil yang tidak berbeda dengan tanpa pemberian vinasse

Etos kerja Islam para petani karet Desa Talang Jawa sebagian telah sesuai dengan nilai-nilai dan syariat Islam, namun sebagian besar tidak paham tentang

Oxford (1990) menyatakan bahwa ada dua macam strategi. Yaitu langsung dan tidak langsung. Strategi langsung ada 3 yaitu memori, kognitif dan kompensasi strategi. Strategi tidak

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul TINJAUAN TENTANG PEMBUKTIAN DAKWAAN DENGAN SAKSI- SAKSI YANG DIBACAKAN OLEH PENUNTUT UMUM

Pengadilan Agama Kebumen adalah entitas akuntansi dari Mahkamah Agung yang berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan Anggaran

Teknik Mesin, Fakultas Teknik dan Informatika, Universitas Gajayana Malang Jl. Dalam kehidupan sehari-hari telah banyak digunakan disamping untuk industri juga dipergunakan