• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. Pembesaran piyik jalak bal

5.2 Analisis Koefisien Inbreeding

Perhitungan koefisien silang dalam (inbreeding) dapat dilakukan dengan mempelajari silsilah atau studbook, sehingga dapat diketahui hubungan kekerabatan dari setiap individu. Penangkaran Mega Bird and Orchid Farm belum memiliki buku silsilah jalak bali (studbook jalak bali) sehingga hanya dilakukan wawancara kepada pengelola penangkaran untuk memperoleh data mengenai silsilah jalak bali yang ditangkarkan.

Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa hingga bulan Juli 2011 jalak bali generasi F2 hanya berjumalah 2 individu dan sisanya adalah genarasi F0 dan F1. Kebanyakan jalak bali yang terdapat di penangkaran MBOF adalah generasi F1. Hal ini disebabkan karena tingkat reproduksi jalak bali indukan (generasi F0) yang cukup tinggi. Hasil perhitungan nilai koefisien inbreeding yang telah dilakukan terhadap individu jalak bali generasi F2 di penangkaran MBOF diperoleh nilai individu pertama yaitu 0 dan pada individu kedua diperoleh nilai 0. Kedua individu tersebut memiliki nilai koefisisen inbreeding 0 karena individu- individu tersebut tidak memilki tetua yang inbreeding (kawin dengan keluarga dekat), sedangkan tetua nenek moyang sebelumnya tidak diketahui karena tidak ada silsilah kedua individu tersebut sehingga diasumsikan tetua dari individu tersebut berasal dari alam. Berikut silsilah dan diagram panah hasil perkawinan yang tidak ada hubungan keluarga (Gambar 26).

F0 (Indukan ke 1) : Pasangan 1 dan kandang indukan (4B)

: Pasangan 2 dan kandang indukan (2B)

F1 (anakan) : dan kandang indukan (5A) Diagram pohon F E D C B A B A C D F E X

Diagram panah

Gambar 26 Silsilah dan diagram panah hasil perkawinan tidak ada hubungan saudara.

Pada silsilah tersebut tidak ada jalur yang menghubungkan individu E dan F. Hubungan kekerabatan E dan F adalah 0 dan koefisien inbreedingnya adalah 0. Hasil perhitungan nol dapat dikatakan bahwa nilai koefisien inbreeding masih rendah. Menurut Masy’ud (1992), perhitungan koefisien silang dalam dilakukan berdasarkan informasi silsilah jalak bali dengan menelaah buku silsilah (Studbook). Jika koefisien silang dalam bernilai 0 (nol), maka pasangan tersebut dipindahkan dan ditempatkan dalam satu kandang untuk diamati perilaku asosiasinya lebih lanjut dan penampilan reproduksinya. Sebaliknya, jika koefisien silang dalam bernilai satu atau mendekati satu, maka pasangan tersebut dipisahkan kembali untuk dicarikan pasangannya dengan jalak bali lain.

Dapat dikatakan bahwa jalak bali di MBOF memiliki nilai koefisien

inbreeding nol dan tidak ada kawin dengan kerabat dekat, tetapi di MBOF juga dapat terjadi inbreeding apabila beberapa tahun ke depan tidak ada masukan jalak bali dari luar penangkaran sehingga tetap harus memasukan jalak bali dari dari luar penangkaran agar terhindar dari inbreeding (kawin dengan kerabat dekat).

Pada bulan Juli sampai dengan Oktober indukan jalak bali generasi F1 telah bertelur sebanyak 30 butir telur. Namun, yang dapat menetas hanya berjumlah 16 butir telur dan yang mampu bertahan hidup sampai sampai saat ini 14 anakan. Jalak bali generasi F2, dua diantara mati pada usia dua minggu dan tiga minggu, sedangkan indukan generasi F0 jauh lebih banyak bertelur. Berdasarkan hasil wawancara silsilah generasi F2 tidak terjadi inbreeding (silang dalam) akan tetapi adanya kemungkinan terjadinya perkawinan antara saudara tiri (indukan jantan

A B

E

C D

F

yang sama) karena indukan jantan pada generasi F0 sering dilakukan perpindahan kandang (diacak) dalam mengawini betina sehingga memungkinkan terjadinya perkawinan saudara tiri.

Silang dalam (inbreeding) pada umumnya didefinisikan sebagai persilangan antar satwa yang memiliki hubungan kekerabatan lebih dekat dari rataan hubungan kekerabatan populasi tempat individu tersebut berada. Jika tetua berkerabat, anak-anaknya dapat dikatakan inbreed, makin dekat hubungan kekerabatan anatara tetuanya maka akan semakin inbreed anak-anaknya (Noor 2008). Hubungan kekerabatan (koefisisen kekerabatan saudara tiri adalah 25% sedangkan hubungan kekerabatan saudara kandung 50%. Koefisien

inbreeding adalah setengah dari koefisien kekerabatan sehingga koefisien

inbreeding saudara tiri adalah 0,125. Begitu juga dengan hasil perhitungan nilai koefisien inbreeding saudara tiri adalah 0,125 (Gambar 27).

F0 (Indukan ke 2) : Pasangan 1 dan kandang B : Pasangan 2 dan kandang B F1 (anakan) : dan kandang indukan A Diagram pohon Q O S R P O O Q S R T O P

Diagram panah

Gambar 27 Silsilah dan diagram panah hasil perkawinan antar saudara tiri. Pada silsilah tersebut hanya ada satu jalur yang menghubungkan individu R dan S melalui O yang memilki dua anak panah yaitu R O S. Hubungan kekerabatan R dan S adalah 0,25 sedangkan koefisien inbreedingnya adalah 0.125. Silang dalam adalah perkawinan antara satwa-satwa yang lebih dekat hubungannya dibandingkan rata-rata satwa dalam bangsa atau populasi itu yaitu satwa-satwa yang mempunyai moyang bersama dalam 4 – 6 generasi pertama dari silsilahnya. Silang dalam diukur dengan koefisisen silang dalam (koefisien

inbreeding). Koefisien inbreeding adalah ukuran-ukuran persentase peningkatan homozigositas dari satwa-satwa inbreed dibandingkan dengan rata-rata populasinya (Warwick et al. 1990).

Inbreeding dapat menghasilkan kehomozigotan apabila inbreeding terus- menerus. Kehomozigotan akan semakin meningkat antara individu suatu populasi satwa atau antara gen dalam suatu individu. Inbreeding dapat menimbulkan karakter buruk pada satwa jika terlalu dekat hubungan kerabatnya karena karakter buruk itu bersifat resesif dan dari generasi ke generasi selalu terpendam oleh kehadiran alel yang dominan. Semakin terjadi kehomozigotan termasuk alel resesif, maka karakter burukpun bermunculan tetapi inbreeding tidak selalu menuju pada permunculan karakter buruk. Apabila alel karakter buruk itu tidak ada, maka inbreeding tidak akan menimbulkan keburukan apapun (Yatim 1991).

O

R S

Pengaruh buruk ini biasanya berhubungan dengan penurunan fertilitas, peningkatan mortalitas, penurunan terhadap daya tahan penyakit, penurunan daya hidup, dan penurunan laju pertumbuhan. Silang dalam juga dapat digunakan bersamaan dengan seleksi untuk menyingkirkan gen-gen yang berpengaruh negatif. Penggabungkan silang dalam dengan seleksi dapat dihasilkan satwa-satwa unggul. Satwa-satwa inbreed yang menunjukan sifat unggul cenderung lebih homozigot untuk gen-gen pengontrol keunggulan (Noor 2008).

Studbook (buku silsilah) merupakan salah satu hal yang penting dari sebuah penangkaran. Selain untuk media pencatatan, buku silsilah juga dapat digunakan untuk memperoleh silsilah atau asal-usul individu jalak bali tersebut. Menurut Noor (2008), buku silsilah merupakan catatan dari tetua suatu individu. Kegunaan silsilah ini tergantung dari seberapa dekat hubungan keluarga antara individu tersebut dengan tetuanya. Selain itu, silsilah dapat digunakan untuk mendukung sesuatu yang mungkin sudah diketahui tentang suatu individu. Berikut buku silsilah atau studbook jalak bali yang dibuat selama penelitian (Tabel 17).

Tabel 17 Data studbook jalak bali di penangkaran MBOF ( Maret-Agustus 2011)

No

Satus induk Telur kelahiran

No Ring No. kandang Genarasi Ket. Jantan Betina ∑ total

telur ∑ telur menetas Tanggal bertelur Tanggal menetas F1 F2

1 Liar Liar 2 2 28-3-11 12-4-11 MBOF124 V Semua menetas

Liar Liar 28-3-11 12-4-11 MBOF125 V

2 Liar Liar 2 2 28-3-11 12-4-11 MBOF126 V

Liar Liar 28-3-11 12-4-11 MBOF127 V

3 Liar Liar 2 2 28-3-11 12-4-11 MBOF128 v

Liar Liar 28-3-11 12-4-11 MBOF129 v

4 Liar Liar 2 2 28-3-11 12-4-11 MBOF130 v

Liar Liar 28-3-11 12-4-11 MBOF131 v

5 Penangkaran Penangkaran 3 1 24-4-11 09-5-11 MBOF132 5A v Dua telur tidak menetas

6 Liar Liar 3 2 28-4-11 13-5-11 MBOF133 5B v

Satu telur tidak menetas

Liar Liar 28-4-11 13-5-11 MBOF134 v

7 Penangkaran Penangkaran 3 1 23-5-11 07-6-11 MBOF135 11A v Dua telur tidak menetas 8 Liar Liar 3 3 25-5-11 09-6-11 MBOF136 4B v 2anak mati usia 6 hari

9 Liar Liar 2 1 01-6-11 16-6-11 MBOF137 3B v

10 Liar Liar 2 2 01-6-11 16-6-11 MBOF138 2B v

Liar Liar 01-6-11 16-6-11 MBOF139 2B v

11 Penangkaran Penangkaran 3 2 02-7-11 MBOF140 13A v

Penangkaran Penangkaran 02-7-11 MBOF141 13A v

12 Penangkaran penangkaran 3 1 02-7-11 MBOF142 11A v

13 Liar Liar 3 3 09-7-11 MBOF143 4B v

Liar Liar 09-7-11 MBOF144 4B v

Liar Liar 09-7-11 MBOF145 4B v

14 Penangkaran Penangkaran 3 2 16-7-11 MBOF146 3A v

Penangkaran penangkaran 16-7-11 MBOF147 3A v

15 Liar Liar 3 3 16-7-11 MBOF148 5B v

Liar Liar 16-7-11 MBOF149 5B v

Liar Liar 16-7-11 MBOF150 5B v

Tabel 17 (lanjutan)

No

Status induk telur Kelahiran

No. Ring No. kandang

Generasi

Keterangan jantan Betina ∑total

telur ∑telur menetas Tanggal bertelur Tanggal menetas F1 F2

16 Penangkaran Penangkaran 3 1 15-7-11 01-8-11 MBOF151 13A v 17 Penangkaran Penangkaran 3 1 18-07-11 03-8-11 MBOF152 3A v

18 Liar Liar 3 3 23-7-11 08-8-11 MBOF153 4B v Mati usia 1bulan

Liar Liar 08-8-11 MBOF154 4B v

Liar Liar 08-8-11 MBOF155 4B v Mati usia 1 bulan

19 Liar Liar 3 3 10-8-11 MBOF156 5B v Mati usia 5 hari

Liar Liar 10-8-11 MBOF157 5B v

Liar Liar 10-8-11 MBOF158 5B v

20 Penangkaran Penangkaran 3 1 11-8-11 MBOF159 11A v

21 Liar Liar 3 2 12-8-11 MBOF160 2B v

Liar Liar 12-8-11 MBOF161 2B v

22 Penangkaran Penangkaran 3 1 02-9-11 MBOF162 13A v

23 penangkaran Penangkaran 3 2 04-9-11 MBOF163 9A v

Penangkaran penangkaran 14-9-11 MBOF164 v

24 penangkaran Penangkaran 3 2 05-9-11 MBOF165 3A v

Penangkaran Penangkaran 15-9-11 MBOF166 v

25 Liar Liar 3 3 04-9-11 MBOF167 4B v

Liar Liar 14-9-11 MBOF168 v

Liar Liar 14-9-11 MBOF169 v

26 Penangkaran Penangkaran 3 3 08-9-11 MBOF170 11A v Mati usia tiga minggu

Penangkaran Penangkaran 08-9-11 MBOF171 v Mati usia 3 minggu

Penangkaran Penangkaran 08-9-11 MBOF172 v Mati usia 3 minggu

27 Liar Liar 3 2 07-9-11 MBOF173 2B v

Liar Liar 07-9-11 MBOF174 v

Keterangan: semua generasi F0 (indukan generasi pertama) di asumsikan liar (berasal dari alam) .

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh data mengenai status induk jalak bali yang tidak terdeteksi sehingga diasumsikan bahwa rata-rata status induk berasal dari alam (liar). Namun, ada beberapa induk yang berasal dari penangkaran MBOF seperti pada nomor ring MBOF 132 dan MBOF 135. Jumlah telur yang dihasilkan rata-rata 2 – 3 butir dan jumlah telur yang menetas berkisar antara 1 – 2. Telur jalak bali memilki kisaran waktu bertelur hingga kurang lebih 15 hari.

Generasi kedua yang dihasilkan oleh jalak bali di MBOF berjumlah dua ekor yaitu pada nomor ring MBOF 132 dan MBOF 135 sedangkan sisanya adalah generasi pertama. Ring (cincin) merupakan suatu penanda bahwa jalak bali tersebut merupakan hasil dari penangkaran di MBOF. Pemakaian ring pada jalak bali diberikan sejak masih piyik yang dipasangkan pada kaki burung tersebut. Berikut gambar cincing atau ring yang ada di MBOF (Gambar 28).

Gambar 28 Cincin (ring) jalak bali di MBOF.

Indukan adalah generasi F0 yang telah banyak bertelur dan menetaskan anak jalak bali. Generasi pertama ini telah banyak diperjualbelikan. Hal ini dikarenakan tingginya tingkat reproduksi indukan jalak bali di MBOF sehingga jumlah anak yang menetas dan hidup semakin banyak dan tidak tertampung di dalam wilayah penangkaran. Selain itu, juga untuk mencapai generasi F2 diperlukan waktu yang cukup lama dan menunggu usia yang cukup umur untuk kawin. Alasan lainnya adalah MBOF sendiri membutuhkan banyak dana untuk kegiatan pengelolaan di penangkaran. Tahun ini MBOF sudah memulai untuk mengawinkan generasi F1

sehingga anakan dari generasi F1 tersebut dapat diperjualbelikan. Beberapa pasang telah berhasil dikawinkan dan cukup umur untuk dikawinkan dan bahkan beberapa jalak bali generasi F2 telah hidup tumbuh dengan sehat. Namun menurut Sukamntoro et al. (2007), jalak bali merupakan Apendiks I CITES yang perdagangannya hanya diizinkan dalam kondisi tertentu saja misalnya untuk kegiatan riset ilmiah.

Dokumen terkait