• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada sub judul analisis komparatif ini, akan menguraikan tentang perbandingan hasil belajar, ketuntasan belajar dan proses belajar IPA siswa kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II sehingga dapat diketahui peningkatan hasil belajar, ketuntasan belajar dan proses belajar IPA yang diperoleh siswa kondisi awal/sebelum pelaksanaan tindakan dan setelah pelaksanaan tindakan yaitu pada pra siklus, siklus I dan siklus II. Penigkatan ketuntasan belajar IPA ditunjukkan pada tabel 4.16 berikut:

Tabel 4.16

Perbandingan Ketuntasan Belajar IPA Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II No. Ketuntasan

Belajar Nilai

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)

1. Tuntas ≥ 65 15 45,45 27 81,81 33 100

2. Belum Tuntas < 65 18 54,55 6 18,19 0 0

Jumlah 33 100 33 100 33 100

Nilai Rata-rata 61,09 76,36 85,75

Berdasarkan tabel 4.16 tentang perbandingan ketuntasan belajar IPA, dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil belajar dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Pada kondisi awal atau sebelum pelaksanaan tindakan, siswa yang tuntas atau telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 65) hanya berjumlah 15 siswa dengan persentase 45,45% sementara siswa yang belum tuntas berjumlah 18 siswa dengan persentase 54,55%, pada kondisi awal rata-rata hasil belajar IPA 61,09. Selanjutnya setelah pelaksanaan tindakan siklus I terlihat peningkatan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 27% siswa dengan persentase siswa tuntas 81,81%, sementara 6 siswa lainnya masih memperoleh nilai di bawah KKM dengan persentase 18,19%, pada siklus I rata-rata hasil belajar IPA 76,36 dari hasil pelaksanaan tindakan siklus I diketahui bahwa secara klasikal nilai rata-rata siswa belum tercapai, ketuntasan belajar siswa belum mampu mencapai indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditentukan sehingga masih diperlukan perbaikan pada siklus II. Kemudian tindakan dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan siklus II agar ketuntasan belajar IPA siswa bisa mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu sejumlah 90% dari total keseluruhan siswa.

Setelah pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus II jumlah siswa yang memperoleh nilai mencapai KKM ≥ 65 yaitu sebanyak 33 siswa dengan besar persentase 100%, nilai rata-rata hasil belajar IPA siklus II mencapai 85,75. Dari hasil belajar IPA dan ketuntasan belajar siswa siklus II tersebut dapat diketahui bahwa indikator keberhasilan tindakan penelitian menggunakan model pembelajaran Children Learning in Sciense yang telah ditentukan oleh peneliti sudah tercapai (ketuntasan belajar siswa ≥ 90%). Perbandingan ketuntasan belajar kondisi awal, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada diagram 4.20 berikut:

Gambar 4.20

Diagram Perbandingan Ketuntasan Belajar IPA Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

Diketahui bahwa setelah pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Children Learning in Sciense, hasil belajar mata pelajaran IPA yang diperoleh siswa semakin baik dan mencapai rata-rata KKM ≥ 65 yang telah ditentukan. Kondisi yang demikian terbukti dari perolehan nilai hasil tes evaluasi dari masing-masing siklus, baik siklus I maupun siklus II. Peningkatan rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga setelah pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II dapat diketahui dalam tabel 4.17 sebagai berikut:

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Tuntas 15 27 33 Tidak Tuntas 18 6 0 0 5 10 15 20 25 30 35 Ju m lah SIs w a

Tabel 4.17

Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar IPA Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Hasil Tindakan Pra Siklus Siklus I Siklus II

Rata-rata Hasil

Belajar IPA 61,09 76,36 85,75

Berdassarkan tabel 4.17 tentang perbandingan rata-rata hasil belajar, diketahui pada pelaksanaan tindakan siklus I nilai rata-rata siswa mencapai 76,36 mengalami peningkatan dari kondisi awal nilai rata-rata yang diperoleh siswa hanya 61,09. Dari perolehan data hasil tindakan penelitian tersebut dapat dinyatakan bahwa tindakan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I sudah menunjukkan peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA, hasil yang diperoleh sudah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu minimal 7 nilai dari KKM ≥ 65, namun masih diupayakan perbaikan agar hasil perolehan rata-rata hasil belajar semakin meningkat.

Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II, diketahui bahwa hasil belajar IPA semakin menunjukkan peningkatan yang signifikan, nilai rata-rata hasil belajar IPA yang diperoleh siswa 85,75. Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti minimal 7 nilai dari KKM ≥ 65. Untuk memperjelas peningkatan rata-rata nilai hasil belajar siklus I dan siklus II dapat diketahui melalui diagram 4.21 sebagai berikut:

Gambar 4.21

Diagram Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar IPA Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Rata-rata 61,09 76,36 85,75 0 20 40 60 80 100 N il ai Ra ta -ra ta

Diketahui bahwa setelah pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Children Learning in Sciense, proses belajar mata pelajaran IPA yang diperoleh siswa semakin baik dan mencapai indikator yang telah ditentukan yaitu signifikan 10%. Kondisi yang demikian terbukti dari perolehan skor hasil observasi aktivitas guru dan siswa dari siklus I dan siklus II. Peningkatan proses belajar IPA siswa kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga setelah pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II dapat diketahui dalam tabel 4.18 sebagai berikut :

Tabel 4.18

Perbandingan Analisis Rata-rata Observasi Siklus I dan Siklus II

No. Ketuntasan Belajar Siklus I Siklus II

× (%) × (%)

1. Aktivitas Guru 46,5 64,58 64,5 89,5

2. Aktivitas Siswa 47,5 65,97 65,5 90,97

Berdasarkan tabel 4.18 tentang perbandingan analisis rata-rata skor observasi aktivitas guru dan siswa dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan aktivitas guru dan siswa dari siklus I dan siklus II dengan penerapan model pembelajaran Children Learning in Sciense. Setelah pelaksanaan tindakan siklus I rata-rata skor aktivitas guru mencapai 46,5 dengan persentase 64,58%. Pada siklus II rata-rata skor aktivitas guru mengalami peningkatan menjadi 64,5 dengan persentase 89,5%. . Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu peningkatan secara signifikan 10 %. Seiring dengan peningkatan aktivitas guru, rata-rata skor aktivitas siswa juga mengalami peningkatan, pada siklus I rata-rata skor aktivitas siswa 47,5 dengan persentase 65,97%, kemudian pada siklus II rata-rata skor meningkat menjadi 65,5 dengan persentase 90,97%. Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu peningkatan secara signifikan 10 %. Untuk menjelaskan perbandingan rata-rata hasil analisis skor

observasi aktivitas guru dan siswa pada siklus I dan siklus II dapat diketahui pada diagram 4.22 sebagai berikut:

Gambar 4.22

Diagram Peningkatan Rata-rata Skor Observasi Siklus I dan Siklus II

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga, diketahui bahwa sebelum tindakan penelitian dilaksanakan pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih cenderung menggunakan cara lama yaitu dengan ceramah, guru menilai pembelajaran menggunakan ceramah jauh lebih praktis daripada harus menggunakan beragam model pembelajaran yang inovatif yang menurut guru memerlukan banyak persiapan yang lebih di dalam pelaksanaannya. Proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru kelas 5 di SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga tersebut menyebabkan siswa kelas 5 kurang antusias dan pasif di dalam proses belajar mengajar, tidak ada aktivitas belajar yang bermakna bagi siswa untuk membantu mereka membangun sebuah konsep materi, semua kegiatan di dalam pembelajaran masih didominasi oleh guru sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran bukan

Siklus I Siklus II Aktivitas Guru 64,58 89,5 Aktivitas Siswa 65,97 90,97 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Pers e n ta se Sko r Ob se rv asi

merupakan hal yang baru bila ditemui siswa yang asyik bermain sendiri dan bercerita dengan teman sebangku, kebanyakan siswa cenderung mengacuhkan proses pembelajaran yang tengah berlangsung. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga. Diketahui bahwa jumlah siswa yang mencapai KKM 65 hanya 15 siswa atau 45,45% dari jumlah keseluruhan siswa, sedangkan yang belum mencapai KKM ada 18 siswa atau 54,55% dari jumlah keseluruhan siswa. Berdasarkan kondisi yang demikian maka peneliti merasa diperlukan adanya tindakan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga dengan menerapkan model pembelajaran

Children Learning in Sciense. Berikut ini tabel 4.19 perbandingan hasil analisis

observasi aktivitas guru dan siswa pada pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II: Tabel 4.19

Perbandingan Rata-rata Observasi Siklus I dan Siklus II

No. Ketuntasan Belajar Siklus I Siklus II

× (%) × (%)

1. Aktivitas Guru 46,5 64,58 64,5 89,5

2. Aktivitas Siswa 47,5 65,97 65,5 90,97

Berdasarkan tabel 4.17 tentang perbandingan analisis rata-rata skor observasi aktivitas guru dan siswa dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan aktivitas guru dan siswa dari siklus I dan siklus II dengan penerapan model pembelajaran Children Learning in Sciense. Setelah pelaksanaan tindakan siklus I rata-rata skor aktivitas guru mencapai 46,5 dengan persentase 64,58%. Pada siklus II rata-rata skor aktivitas guru mengalami peningkatan menjadi 64,5 dengan persentase 89,5%. Seiring dengan peningkatan aktivitas guru, rata-rata skor aktivitas siswa juga mengalami peningkatan, pada siklus I rata-rata skor aktivitas siswa 47,5 dengan persentase 65,97%, kemudian pada siklus II rata-rata skor meningkat menjadi 65,5 dengan persentase 90,97%. Untuk menjelaskan perbandingan rata-rata hasil analisis skor observasi aktivitas guru dan siswa pada siklus I dan siklus II dapat diketahui pada diagram 4.23 sebagai berikut:

Gambar 4.23

Diagram Peningkatan Rata-rata Skor Observasi Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan diagram 4.23 tentang peningkatan rata-rata skor observasi aktivitas guru dan siswa terlihat bahwa pada setiap siklusnya baik aktivitas guru maupun aktivitas siswa mengalami peningkatan. Peningkatan rata-rata skor observasi guru dan siswa selama pelaksanaan tindakan siklus I dan II dengan menerapkan model pembelajaran Children Learning in Sciense tersebut berdampak pada peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga. Diketahui bahwa setelah pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Children Learning in Sciense, hasil belajar mata pelajaran IPA yang diperoleh siswa semakin baik dan mencapai rata-rata KKM ≥ 65 yang telah ditentukan. Kondisi yang demikian terbukti dari perolehan nilai hasil tes evaluasi dari masing-masing siklus, baik siklus I maupun siklus II. Peningkatan rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga setelah pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II dapat diketahui dalam tabel 4.20 sebagai berikut:

Siklus I Siklus II Aktivitas Guru 64,58 89,5 Aktivitas Siswa 65,97 90,97 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Pers e n ta se Sko r Ob se rv asi

Tabel 4.20

Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar IPA Siklus I dan Siklus II

Hasil Tindakan Siklus I Siklus II

Hasil Belajar IPA 76,36 85,75

Pada pelaksanaan tindakan siklus I nilai rata-rata siswa mencapai 76,36 mengalami peningkatan dari kondisi awal nilai rata-rata yang diperoleh siswa hanya 61,09 dengan pencapaian ketuntasan belajar IPA siswa mencapai 81,81%. Dari perolehan data hasil tindakan penelitian tersebut dapat dinyatakan bahwa tindakan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I sudah menunjukkan peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA, tetapi hasil yang diperoleh tersebut masih berada di bawah indikator keberhasilan yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu 90% siswa tuntas dari total keseluruhan siswa, maka dari itu masih diperlukannya upaya perbaikan pada siklus II.

Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II, diketahui bahwa hasil belajar IPA semakin menunjukkan peningkatan yang signifikan, nilai rata-rata hasil belajar IPA yang diperoleh siswa 85,75 dengan pencapaian ketuntasan belajar IPA siswa mencapai 100%. Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti sebesar 90% siswa tuntas. Pada pelaksanaan tindakan siklus II semua siswa sudah berhasil mencapai KKM 65. Untuk memperjelas peningkatan rata-rata nilai hasil belajar siklus I dan siklus II dapat diketahui melalui diagram 4.24 sebagai berikut:

Gambar 4.24

Diagram Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar IPA Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan pengamatan selama pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus I dan siklus II terlihat rata-rata kemampuan siswa di dalam proses maupun hasil tindakan pembelajaran semakin baik dan selalu mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Siswa lebih antusias dan aktif mengikuti setiap proses pembelajaran, lebih berani di dalam menyampaikan gagasan dan melakukan kegiatan tanya jawab bersama guru, dengan penerapan model pembelajaran

Children Learning in Sciense pembelajaran yang berlangsung menjadi lebih

menarik dan bermakna bagi siswa, proses pembelajaran tidak hanya terpusat pada guru melainkan siswa juga ikut terlibat dalam proses pembelajarannya. Penerapan model pembelajaran Children Learning in Sciense memberikan banyak hal yang positif bagi siswa salah satunya dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA. Selain itu model Children Learning in Sciense

membuat siswa dapat belajar mengenai materi pelajaran dalam suasana yang menyenangkan, kegiatan diskusi, bertukar gagasan, melakukan pengamatan dan praktikum dalam pembelajaran ini mengurangi perasaan takut dan tegang yang dirasakan oleh siswa saat mengikuti proses pembelajaran, kegiatan bertukar gagasan juga menjadikan siswa dapat berinteraksi dan bekerja sama dengan baik di dalam kelompok. Interaksi yang muncul antara siswa dengan siswa dan kerjasama yang terjalin dalam kegiatan diskusi membentuk situasi belajar yang kondusif. Siswa sangat antusias bekerja sama untuk merekonstruksi gagasan awal. Selain itu guru juga membentuk pembelajaran yang berlangsung menjadi lebih ilmiah.

Siklus I Siklus II Rata-rata 76,36 85,75 70 72 74 76 78 80 82 84 86 88

Dengan pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus I dan siklus II dengan menerapkan model pembelajaran Children Learning in Sciense dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran IPA khususnya pada pokok bahasan proses pembentukan tanah sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar IPA yang diperoleh siswa. Hasil tersebut selaras dengan teori Widiyarti, dkk., (2012) menyebutkan bawah model pembelajaran CLIS dapat mengembangkan ide atau gagasan siswa tentang suatu masalah tertentu dalam pembelajaran serta merekonstruksi ide atau gagasan berdasarkan hasil pengamatan dan percobaan. Hal tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya hasil belajar IPA siswa kelas 5 di SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga setelah dilaksanakannya tindakan penelitian menggunakan model pembelajaran Children Learning in Sciense.

Berdasarkan uraian penelitian yang telah disajikan, maka penerapan model pembelajaran Children Learning in Sciense dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas 5 Semester II SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015 ini selaras dengan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Novi Pramita Devi, dari penelitian tersebut diketahui rata-rata hasil belajar mata pelajaran IPA meningkat signifikan sebesar 59%. setelah penerapan model pembelajaran Children Learning in Sciense, selanjutnya penelitian oleh Yunita E.A., Mifta A juga menunjukkan hasil yang serupa bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Children Learning in Sciense dapat meningkatkan hasil belajar dengan nilai rata-rata siswa 80,8. Selain itu penelitian oleh Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Melalui Penerapan Model Pembelajaran Clis (Children Learning In Science) Di SMP N 1 Tanjungraja Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011 oleh Merita Diana. Hasil penelitian penerapan Model Pembelajaran CLIS (Children Learning In Science) pada pelajaran IPA kelas VII a dapat meningkatkan minat belajar dan prestasi belajar yang di buktikan dengan bertambahnya minat belajar dari siklus I sebesar 68 %, siklus II sebesar 82 % dan pada siklus III sebesar 98%.sedangkan prestasi belajar siswa bertambahnya tingkat ketuntasan belajar siswa setiap siklusnya selama tiga siklus yaitu siklus I sebesar 62,3%, siklus II sebesar 73,95% dan siklus III sebesar 100 %.

Dokumen terkait