46
Pada bagian ini, akan menguraikan tiga sub judul yaitu deskripsi PraSiklus/Kondisi awal, deskripsi siklus I, dan deskripsi siklus II. Deskripsi PraSiklus membahas mengenai kondisi awal siswa termasuk di dalamnya hasil belajar pembelajaran IPA sebelum dilaksanakannya tindakan penelitian. Selanjutnya pada deskripsi siklus I menjelaskan tentang pelaksanaan tindakan penelitian siklus I meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, kegiatan observasi, dan kegiatan refleksi dari pelaksanaan tindakan siklus I. Sama halnya dengan yang dijelaskan pada sub judul deskripsi siklus I, pada bagian deskripsi siklus II menguraikan tentang tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, kegiatan observasi, dan kegiatan refleksi dari pelaksanaan tindakan siklus II.
4.1.1 Deskripsi PraSiklus / Kondisi Awal
semua yang guru sampaikan. Pada pembelajaran IPA harus mengutamakan proses pembelajarn karena IPA merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap siswa seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Selain itu melalui proses pembelajaran IPA tersebut dapat mengubah konsep dasar sains yang dimiliki siswa berdasarkan fenomena-fenomena alam yang mereka lihat dalam kehidupan sehari-hari menjadi konsep IPA yang ilmiah. Beberapa faktor tersebut menjadi hambatan di dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga, hambatan-hambatan yang muncul tersebut menyebabkan pembelajaran yang berlangsung menjadi kurang efektif sehingga siswa merasa kesulitan dalam memahami materi pelajaran, siswa cenderung jenuh dan bosan di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, konsentrasi siswa juga lebih mengarah pada aktivitas yang ada diluar kegiatan pembelajaran dan bukan kepada materi pelajaran yang tengah sampaikan oleh guru. Kondisi yang demikian berdampak pada perolehan hasil belajar mata pelajaran IPA yang masih kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 65). Batas nilai KKM ≥ 65 merupakan KKM dari SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga yang telah ditentukan oleh guru untuk mata pelajaran IPA.
Tabel 4. 1
Distribusi Frekuensi Nilai Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas 5 SDN Sidorejo Kidul 02 Semester II
Tahun Pelajaran 2014/2015 Pra Siklus
No Skor Frekuensi Persentase (%)
1 20-34 3 9,10
2 35-49 4 12,12
3 50-64 11 33,33
4 65-79 10 30,30
5 80-94 5 15,15
Jumlah 33 100
Nilaia Rata-rata 61,09
Nilai Tertinggi 84
Nilai Terendah 22
Gambar 4.1
Diagram Linear Hasil Perolehan Nilai Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Semester II
Tahun Pelajaran 2014/2015 Pra Siklus
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 65) data hasil perolehan nilai pada kondisi awal/sebelum tindakan dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.2 sebagai berikut :
Tabel 4.2
Ketuntasan Belajar Kondisi Awal
No. Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah siswa
Frekuensi Persentase (%)
1. Tuntas ≥ 65 15 45,45 %
2. Belum Tuntas < 65 18 54,55%
Jumlah 100 %
Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal/sebelum tindakan dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 65) sejumlah 18 siswa atau 54,55% dari total keseluruhan siswa, sedangkan yang sudah
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 15 siswa dengan persentase 45,45%
dari total keseluruhan siswa. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa persentase
jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan minimal lebih kecil dibandingkan dengan
jumlah siswa yang belum berhasil. mencapai kentutasan minimal. Ketuntasan belajar
siswa pada tabel 4.2 dapat dilihat pada diagram 4.2 berikut:
Gambar 4.2
Diagram Ketuntasan Belajar Kondisi Awal
Berdasarkan hasil belajar IPA yang masih rendah, dibuktikan dengan nilai ulangan
mata pelajaran IPA semester II siswa kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga maka
peneliti merasa perlu mengadakan perbaikan pembelajaran IPA dengan menerapkan
model pembelajaran Children Learning in Sciense, sebagai upaya untuk
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA melalui penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan sebanyak dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.
Proses belajar mata pelajaran IPA siswa kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga sebelum pelaksanaan tindakan diperoleh dari penilaian RPP pada mata pelajaran IPA yang ada pada buku administrasi sekolah semester II tahun 2014/2015. Hasil penilaian RPP IPA dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini:
45,45%
54,55%
Tabel 4.3
Hasil Penilaian RPP Pra Siklus
No Aspek yang diamati Skor penilaian Jumlah skor
1 2 3 4
6 Penilaian hasil belajar 18,
19 20 7
Total 6 5 7 2 45
Ketegori Sangat
pengorganisasian materi ajar terdiri dari 4 indikator yaitu indikator nomor 7 memperoleh skor 4 dan indikator nomor 6, 7 memperoleh skor 1 dan nomor 10 memperoleh skor 3 sehingga jumlah skor aspek tiga ialah 11 skor. Pada aspek pemilihan sumber belajar/media pembelajaran terdiri dari 3 indikator yaitu indikator nomor 11, 12 dan 13 memperoleh skor 1 sehingga jumlah skor aspek empat ialah 3 skor. Pada aspek strategi pembelajaran terdiri dari 4 indikator yaitu indikator nomor 14, 15, 16 memperoleh skor 1 dan nomor 17 memperoleh skor 2 sehingga jumlah skor aspek lima ialah 5 skor. Pada aspek penilaian hasil belajar terdiri dari 3 indikator yaitu nomor 18, 19 memperoleh skor 2 dan nomor 20 memperoleh skor 3 sehingga jumlah skor aspek enam ialah 7 skor. Total keseluruhan skor hasil penilaian RPP pra siklus adalah 45 skor. Untuk lebih jelasnya hasil penilaian RPP pra sikus dapat dilihat pada diagram 4.3 berikut ini:
Gambar 4.3
Diagram Hasil Penilaian RPP Pra Siklus
4.1.2 Deskripsi Siklus I
Pada sub unit deskripsi siklus I ini, akan menguraikan tentang tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pelaksanaan observasi, hasil tindakan dan refleksi pada siklus I. Kegiatan pembelajaran pada siklus I ini dibagi menjadi tiga kali pertemuan, masing-masing pertemuan berlangsung selama dua kali 35 menit.
0 2 4 6 8 10 12
1 2 3 4 5 6
SK
o
r
4.1.2.1Tahap Perencanaan
Pada sub unit ini akan menjelaskan mengenai perencanaan yang dilakukan oleh peneliti bersama dengan guru kolaborator sebelum pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan model pembelajaran Children Learning in Sciense meliputi penyusunan RPP dan segala sesuatu yang menujang pelaksanaan tindakan pembelajaran yang akan dilaksanakan termasuk perencanaan tes evaluasi yang akan dilakukan pada pertemuan terakhir disetiap siklusnya. Tindakan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan yaitu pertemuan pertama, kedua, dan ketiga, masing-masing pertemuan berlangsung selama dua kali 35 menit, dengan rincian sebagai berikut:
1) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan pada minggu ke-1 bulan April. Sebelum melakukan tindakan pembelajaran siklus I pertemuan pertama peneliti menyiapkan segala sesuatu yang dapat mendukung pembelajaran seperti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menggunakan model pembelajaran
Children Learning in Sciense dengan Kompetensi Dasar 7.1. mendeskripsikan
proses pembentukan tanah karena pelapukan. Penyusunan RPP didiskusikan dengan Ibu Sugiyarti, S.Pd.SD selaku guru kelas 5 dan sebagai guru kolaborator dalam pelaksanaan tindakan penelitian. Diskusi yang dilakukan meliputi penentuan waktu penelitian, penyusunan indikator dan tujuan pembelajaran. Indikator pada pertemuan pertama antara lain (1) mengidentifikasi jenis-jenis batuan berdasarkan proses pembentukannya, (2) mengidentifikasi jenis-jenis batuan berdasarkan ciri-cirinya, (3) menyebutkan manfaat batuan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah indikator dirumuskan kemudian peneliti bersama dengan guru kolaborator menyusun tujuan pembelajaran yang hendak dicapai pada pertemuan pertama. Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai pada pertemuan pertama melalui kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Children Learning in
Sciense ialah: (1) melalui pengamatan batuan, siswa dapat mengidentifikasi
dalam kehidupan sehari-hari. Dilanjutkan dengan menyiapkan materi pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat dan didiskusikan bersama dengan guru kolaborator tentang jenis-jenis batuan beku, sedimen dan malihan serta contoh dari masing-masing jenis batuan. Selanjutnya peneliti menyiapkan media yang akan digunakan pada pelaksanaan pembelajarannya. Media pembelajaran yang digunakan ialah batu apung dari jenis batuan beku, batu kapur dari jenis batuan sedimen, batu marmer dari jenis batuaan malihan dan media gambar berupa gambar-gambar batuan (batu apung, batu obsidian, batu liparit, batu granit, batu diorit, batu gabro, batu andesit, batu basal, batu breksi, batu pasir, batu lempung, batu serpih, batu konglomerat, batu kapur, batu milonit, batu ganes, batu kuarsit, batu marmer, batu sekis, batu sabak) yang dicetak pada kertas HVS dengan
laminating dan lingkungan sekolah yaitu ruang kelas 5. Selain itu peneliti juga
mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti daftar presensi siswa, lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa, lembar kerja pengamatan, dan handout materi pembelajaran tentang jenis-jenis batuan. Selanjutnya peneliti dan guru kolaborator mempelajari materi yang akan diajarkan pada kelas 5 agar pembelajaran bisa berjalan sesuai dengan harapan. (Untuk lebih jelasnya lihat pada lampiran)
2) Pertemuan Kedua
pelapukan biologi, (3) mendiskripsikan proses pelapukan kimia, (4) menyebutkan contoh pelapukan batuan yang ada di lingkungan sekitar. Berdasarkan indikator yang telah disusun peneliti dan guru kolaborator menyusun tujuan yang hendak dicapai pada pembelajaran pertemuan kedua. Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai pada pertemuan kedua melalui kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Children Learning in Sciense ialah: (1) melalui pengamatan batuan berlumut, siswa dapat mendiskripsikan pelapukan biologi dengan benar, (2) melalui pengamatan besi yang berkarat siswa dapat mendefinisikan pelapukan kimia dengan benar, (3) Melalui percobaan kelereng yang ditempatkan pada suhu yang berbeda, siswa dapat mendefinisikan pelapukan fisika dengan benar, (4) melalui pengamatan lingkungan sekolah siswa dapat menyebutkan contoh dari peristiwa pelapukan batuan yang ada dilingkungan sekitar dengan benar. Setelah indikator dan tujuan pembelajaran tersusun kemudian peneliti menyiapkan media yang akan digunakan pada pelaksanaan pembelajaran siklus I pertemuan kedua ini berupa batu yang berlumut untuk pelapukan bilogi, besi berkarat untuk pelapukan kimia, dan seperangkat alat praktikum pelapukan fisika ( kelereng, es, air panas, penjepit, gelas). Selain itu peneliti juga mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti daftar presensi siswa, lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa, lembar kerja praktikum. Selanjutnya peneliti dan guru kolaborator mempelajari materi yang akan diajarkan pada kelas 5 agar pembelajaran bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan. (Untuk lebih jelasnya lihat pada lampiran) 3) Pertemuan Ketiga
Perencanaan pembelajaran pada siklus I pertemuan ketiga merupakan tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya. Pada pembelajaran siklus I pertemuan ketiga ini digunakan untuk pelaksanaan tes evaluasi siklus I, kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA setelah dilaksanakannya tindakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Children Learning in
Sciense pada siswa kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga. Materi yang diteskan
Pd. SD selaku guru kolaborator. Soal yang diujikan pada siklus I berjumlah 20 soal berbentuk pilihan ganda. Sebelum pelaksanaan kegiatan pembelajaran, peneliti menyiapkan hal-hal yang diperlukan untuk proses pembelajaran, diantaranya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar soal evaluasi yang terdiri dari 20 soal berbentuk pilihan ganda untuk 33 siswa, lembar jawab untuk 33 siswa, serta ruang atau lokasi yang akan digunakan untuk pelaksanaan tes evaluasi siklus I yaitu di ruang kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga. Sebelum mengadakan tes evaluasi guru mengulang materi tentang jenis-jenis batuan dan pelapukan batuan yang telah dipelajari pada pertemuan pertama dan kedua. Setelah itu guru mengadakan tes evaluasi selama 35 menit.
4.1.2.2Tahap Pelaksanaan tindakan
Sub unit ini mendeskripsikan tentang pelaksanaan tindakan penelitian meliputi proses pembelajaran dan hasil tindakan siklus I. Rincian pelaksanaan tindakan siklus I sebagai berikut :
(1) Proses Tindakan
Proses tindakan siklus I dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan, masing-masing pertemuan berlangsung selama dua kali 35 menit. Rincian proses pelaksanaan tindakan sebagai berikut :
a Pertemuan Pertama
ini dan berasal dari mana?”. Dari berbagai jawaban siswa misalnya batu yang berasal dari sungai, batu yang berasal dari gunung meletus, batu yang berasal dari dalam tanah dan lain-lain guru memilih batu yang berasal dari sungai karena batu diambil dari sungai. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai yaitu siswa dapat mengidentifikasi jenis-jenis batuan berdasarkan proses pembentukannya, mengidentifikasi jenis-jenis batuan berdasarkan ciri-cirinya, menyebutkan manfaat batuan dalam kehidupan sehari-hari dengan Kompetensi Dasar (KD) 7.1. mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan. Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, dilanjutkan dengan kegiatan inti yang terdiri dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada kegiatan eksplorasi, guru memberikan pertanyaan terbuka “apa saja jenis-jenis batuan berdasarkan proses terbentuknya, apa saja macamnya dan bagaimana ciri-cirinya?”. Guru meminta siswa menuliskan jawaban mereka pada buku catatan kemudian dikumpulkan. Guru menggali pengetahuan siswa tentang jenis-jenis batuan berdasarkan proses terbentuknya dengan tanya jawab menunjuk 5 siswa secara acak dengan pertanyaan “apa saja yang kamu ketahui tentang jenis-jenis batuan berdasarkan proses terbentuknya?”. Siswa menjawab batuan beku terbentuk karena magma yang membeku, batuan endapan terbentuk karena pengendapan, batuan malihan karena batu yang berubah bentuk. Kemudian guru memberikan pertanyaan selanjutnya “apa saja macam-macam dari batuan tersebut?”. Siswa menjawab batuan beku adalah batu apung, batuan endapan adalah batu kapur, batuan malihan adalah batu marmer. Guru memilih batu apung kemudian memberikan pertanyaan “bagaimana ciri-ciri batu apung?”. Siswa menjawab batu apung sangat keras, kasar, berlubang, ringan, dapat mengapung di air.
dengan teori ilmiah yang ada di buku paket. Guru menjelaskan jenis-jenis batuan berdasarkan proses terbentuknya dan ciri-ciri batu apung sebagai penguat gagasan. Guru meminta siswa melakukan pengamatan macam-macam batuan berdasarkan ciri-cirinya. Guru menjelaskan langkah-langkah pengamatan dan membagikan lembar kerja siswa. Guru membagikan gambar-gambar batuan (batu apung, batu obsidian, batu liparit, batu granit, batu diorit, batu gabro, batu andesit, batu basal, batu breksi, batu pasir, batu lempung, batu serpih, batu konglomerat, batu kapur, batu milonit, batu ganes, batu kuarsit, batu marmer, batu sekis, batu sabak) kepada siswa. Guru meminta siswa menuliskan hasil pengamatan pada lembar kerja. Guru meminta siswa melaporkan hasil pengamatan. Setelah semua kelompok melaporkan hasil pengamatan,guru menjelaskan ciri-ciri masing-masing batuan. Selanjutnya guru meminta siswa mengamati lingkungan sekitar kelas untuk mengamati benda apa saja yang dibuat dengan memanfaatkan batuan. Kemudian siswa menuliskannya pada lembar kerja. Selanjutnya guru meminta siswa melaporkan hasil pengamatan.
Pada kegiatan konfirmasi, guru memberikan kesempatan kepada siswa bertanya tentang materi yang belum dimengerti. Siswa bertanya tentang batuan malihan bagaimana proses terbentuknya. Kemudian guru menjelaskan kembali proses terbentuknya batuan malihan. Selanjutnya guru mengajak siswa untuk membuat kesimpulan tentang jenis-jenis batuan berdasarkan proses terbentuknya, jenis-jenis batuan berdasarkan ciri-cirinya.
Pada kegiatan akhir pembelajaran melakukan refleksi oleh guru bersama dengan siswa. Setelah itu guru menyampaiakan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya yaitu tentang pelapukan batuan. Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam.
b Pertemuan Kedua
apa saja yang ada di lingkungan sekolah Kemudian siswa menuliskannya pada lembar kerja. Selanjutnya guru meminta siswa melaporkan hasil pengamatan.
Pada kegiatan konfirmasi, guru memberikan kesempatan kepada siswa bertanya tentang materi yang belum dimengerti. Siswa bertanya tentang zat-zat kimia apa saja yang menyebabkan pelapukan kimia. Kemudian guru menjelaskan zat-zat kimia yang dapat menyebabkan pelapukan kimia antara lain zat asam pada air hujan, zat basa pada sabun cuci atau detergen dan cairan alkohol . Selanjutnya guru mengajak siswa untuk membuat kesimpulan tentang proses pembentukan tanah karena pelapukan biologi, pelapukan fisika dan pelapukan kimia.
Pada kegiatan akhir pembelajaran melakukan refleksi oleh guru bersama dengan siswa. Setelah itu guru menyampaiakan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya yaitu tentang contoh pelapukan batuan yang ada dilingkungan sekitar. Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam.
c Pertemuan Ketiga
(2) Hasil Tindakan
Hasil tindakan penelitian berupa nilai IPA siswa kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga setelah pelaksanaan tindakan siklus I melalui model pembelajaran
Children Learning in Sciense, hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas 5 SD N
Sidorejo Kidul 02 Salatiga diperoleh melalui pelaksanaan tes evaluasi diakhir siklus yaitu pada pertemuan keempat siklus I. Berikut disajikan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga dengan Kompetensi Dasar (KD) 7.1 mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan disajikan pada tabel daftar nilai IPA (terlampir), dan berikut disajikan pada tabel 4.4 yaitu yaitu tabel distribusi frekuensi nilai IPA siklus I siswa kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 sebagai berikut:
Tabel 4. 4
Distribusi Frekuensi Nilai Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas 5 SDN Sidorejo Kidul 02 Semester II
Tahun Pelajaran 2014/2015 Siklus I
No Skor Frekuensi Persentase (%)
1 43 – 53 1 3,03
2 54 – 64 5 15,15
3 65 – 75 11 33,33
4 76 – 86 8 24,24
5 87 – 97 8 24,24
Jumlah 33 100
Nilaia Rata-rata 76,36
Nilai Tertinggi 95
Nilai Terendah 45
15,15% dari jumlah keseluruhan siswa, rentang nilai 65-75 sejumlah 11 siswa dengan persentase 33,33% dari jumlah keseluruhan siswa, rentang nilai 76-86 sejumlah 8 siswa dengan persentase 24,24% dari jumlah keseluruhan siswa, rentang nilai 87-97 sejumlah 8 siswa dengan persentase 24,24%. Dari data tersebut diketahui nilai tertinggi yang diperoleh siswa setelah pelaksanaan tindakan siklus I dengan menggunakan model pembelajaran Children Learning in Sciense yaitu 95, sementara nilai terendah yang diperoleh siswa 45 yang semula pada kondisi awal hanya 22 (daftar nilai siswa terlampir). Berdasarkan tabel 4.4 dapat dinyatakan dalam diagram 4.4 yaitu sebagai berikut:
Gambar 4.4
Diagram Linear Hasil Perolehan Nilai Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Semester II
Tahun Pelajaran 2014/2015 Siklus I
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 65) data hasil perolehan nilai siklus I dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.12 berikut:
Tabel 4.5
Ketuntasan Belajar Siklus I No. Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah siswa
Frekuensi Persentase (%)
1. Tuntas ≥ 65 27 81,81 %
2. Belum Tuntas < 65 6 18,19 %
Jumlah 33 100 %
sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 65) sebanyak 27 siswa dengan persentase 81,81% dari jumlah keseluruhan siswa. Hasil tersebut sudah menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar IPA, namun hasil yang diperoleh tersebut belum memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditentukan peneliti sebesar 90%. Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.5 dapat dilihat pada diagram 4.5 berikut:
Gambar 4.5
Diagram Ketuntasan Belajar Siklus I
4.1.2.3Tahap Observasi
Pada sub bab ini, akan menjelaskan mengenai analisis data hasil observasi aktivitas guru dan siswa selama pelaksanaan tindakan siklus I dengan menerapkan model pembelajaran Children Learning in Sciense yang terdiri dari analisis hasil observasi pada setiap pertemuan yaitu pertemuan pertama, pertemuan kedua, pertemuan ketiga, dan pertemuan keempat sebagai berikut :
1) Pertemuan Pertama
Kegiatan observasi dilakukan oleh guru observer untuk mengamati aktivitas selama proses pembelajaran berlangsung, baik itu aktivitas guru maupun aktivitas siswa. Hasil pengamatan proses pembelajaran diperoleh dari lembar observasi yang terdiri dari 18 indikator aktivitas guru dan 18 indikator aktivitas siswa. masing-masing indikator dalam lembar observasi tersebut diberi skor 1-4. Skor 1 berarti kurang, skor 2 berarti cukup, skor 3 berarti baik, dan skor 4 berarti sangat baik. Kemudian skor akan dijumlahkan dan diinterpretasikan berdasarkan kriteria penilaian. Kriteria penilaian pada lembar observasi yaitu untuk total skor pada persentase <59% berada pada kriteria kurang sekali, persentase 60%-69% berada
45,45%
54,55% Tidak Tuntas
pada kriteria kurang, persentase 70%-79% termasuk ke dalam kriteria cukup baik, persentase skor 80%-89% termasuk ke dalam kriteria baik, dan persentase skor 90%-100% pada kriteria sangat baik. Hasil observasi aktivitas guru pada siklus I pertemuan pertama dijelaskan dalam beberapa aspek, aspek tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.6
Hasil Observasi Aktivitas Guru Sikus I Pertemuan 1
No Aspek yang diamati Skor penilaian Jumlah skor
1 2 3 4
1. Kegiatan Pra
Pembelajaran 1, 2 8
2. Tahap Orientasi 3, 4 6
3 Tahap Pemunculan
Gagasan 6, 7 5 7
4 Tahap Penyusunan
Ulang Gagasan 11
9, 10,
12,13 8 12
5 Tahap Penerapan
Gagasan 2
6 Tahap Pemantapan
Gagasan 15 2
7 Kegiatan Penutup 16,17 18 7
Total 1 10 5 2 44
Ketegori Kurang
sehingga jumlah keseluruhan skor yang diperoleh 44. Pada aspek pra pembelajaran terdiri dari 2 indikator yaitu yaitu indikator nomor 1 dan 2 memperoleh skor 4 sehingga jumlah skor aspek satu ialah 8 skor. Pada aspek tahap orientasi terdiri dari 2 indikator yaitu indikator nomor 3 dan 4 memperoleh skor 3 sehingga jumlah skor aspek dua ialah 6 skor. Pada aspek ketiga yaitu tahap pemunculan gagasan terdiri dari 3 indikator yaitu indikator nomor 5 memperoleh skor 3 dan indikator nomor 6, 7 memperoleh skor 2 sehingga jumlah skor aspek tiga ialah 7 skor. Pada aspek tahap penyusunan ulang gagasan terdiri dari 6 indikator yaitu indikator nomor 8 memperoleh skor 3, indikator 9,10,12,13 memperoleh 2 skor dan indikator nomor 11 memperoleh 1 skor sehingga jumlah skor aspek empat ialah 12 skor. Pada aspek penerapan gagasan terdiri dari 1 indikator yaitu indikator nomor 14 memperoleh 2 skor sehingga jumlah skor aspek 5 ialah 2 skor. Pada aspek tahap pemantapan gagasan terdiri dari 1 indikator yaitu nomor 15 memperoleh 2 skor sehingga jumlah skor aspek enam ialah 2 skor. Pada aspek kegiatan penutup terdiri dari 2 indikator yaitu nomor 16, 17 memperoleh skor 2 dan nomor 18 memperoleh skor 3 sehingga jumlah skor pada aspek tujuh ialah 7. Total keseluruhan skor hasil observasi aktivitas guru siklus I pertemuan pertama adalah 44 skor. Untuk lebih jelasnya hasil observasi aktivitas guru siklus I pertemuan I dapat dilihat pada diagram 4.6 berikut ini:
Gambar 4.6
Diagram Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan I 0
2 4 6 8 10 12 14
1 2 3 4 5 6 7
SK
o
r
Selanjutnya hasil observasi aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi yang dapat dijelaskan dalam beberapa aspek pada tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Sikus I Pertemuan I
No Aspek yang diamati Skor penilaian Jumlah skor
1 2 3 4
1. Kegiatan Pra
Pembelajaran 1 2 7
2. Tahap Orientasi 4 3 7
3 Tahap Pemunculan
Gagasan 7, 6, 5 6
4 Tahap Penyusunan
Ulang Gagasan 9, 11 12,13 8, 10 12
5 Tahap Penerapan
Gagasan 14 2
6 Tahap Pemantapan
Gagasan 15 3
7 Kegiatan Penutup 16,17 18 8
Total 3 6 6 3 45
Ketegori Kurang
terdiri dari 2 indikator yaitu nomor 1 memperoleh skor 4 dan nomor 2 memperoleh skor 3 sehingga jumlah skor aspek satu ialah 7 skor. Pada aspek tahap orientasi terdiri dari 2 indikator yaitu nomor 3 memperoleh 4 skor dan nomor 4 memperoleh 3 skor sehingga jumlah skor aspek dua ialah 7 skor. Pada aspek tahap pemunculan gagasan terdiri dari 3 indikator yaitu nomor 5 memperoleh skor 3, nomor 6 memperoleh skor 2 dan nomor 7 memperoleh skor 1 sehingga jumlah skor aspek tiga ialah 6 skor. Pada aspek tahap penyusunan ulang gagasan terdiri dari 6 indikator yaitu nomor 8,10 memperoleh skor 3, nomor 9,11 memperoleh 1 skor dan nomor 12, 13 memperoleh skor 2 sehingga jumlah skor pada aspek empat ialah 12 skor. Pada aspek tahap penerapan gagasan terdiri dari 1 indikator yaitu nomor 14 memperoleh skor 2 sehingga jumlah skor aspek lima ialah 2 skor. Pada aspek pemantapan gagasan terdiri dari 1 indikator yaitu nomor 15 memperoleh skor 3 sehingga jumlah skor aspek enam ialah 5 skor. Pada aspek kegiatan penutup terdiri dari 3 indikator yaitu nomor 16, 17 memperoleh skor 2 dan nomor 18 memperoleh skor 4 sehingga jumlah skor aspek tujuh ialah 8 skor. Total keseluruhan skor hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan pertama adalah 45 skor. Untuk lebih jelasnya hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan I dapat dilihat pada diagram 4.7 berikut ini:
Gambar 4.7
Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I 0
2 4 6 8 10 12 14
1 2 3 4 5 6 7
SK
o
r
2) Pertemuan Kedua
Hasil observasi aktivitas guru pada siklus I pertemuan kedua dijelaskan dalam beberapa aspek, aspek tersebut dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8
Hasil Observasi Aktivitas Guru Sikus I Pertemuan II
No Aspek yang diamati Skor penilaian Jumlah skor
1 2 3 4
1. Kegiatan Pra
Pembelajaran 1, 2 8
2. Tahap Orientasi 4 3 7
3 Tahap Pemunculan
Gagasan 6, 7 5 7
4 Tahap Penyusunan
Ulang Gagasan 11 10,12
8,
9,13 14
5 Tahap Penerapan
Gagasan 14 2
6 Tahap Pemantapan
Gagasan 15 3
7 Kegiatan Penutup 16 17,18 8
Total 1 6 8 3 49
Ketegori Kurang
sehingga jumlah keseluruhan skor yang diperoleh 49. Pada aspek pra pembelajaran terdiri dari 2 indikator yaitu nomor 1 dan 2 memperoleh skor 4 sehingga jumlah skor aspek satu ialah 8 skor. Pada aspek tahap orientasi terdiri dari 2 indikator yaitu nomor 3 memperoleh skor 4 dan nomor 4 memperoleh skor 3 sehingga jumlah skor aspek dua ialah 7 skor. Pada aspek tahap pemunculan gagasan terdiri dari 3 indikator yaitu nomor 5 memperoleh skor 3, nomor 6 dan 7 memperoleh skor 2 sehingga jumlah skor aspek tiga ialah 7 skor. Pada aspek penyusunan ulang gagasan terdiri dari 6 indikator yaitu nomor 8, 9, 13 memperoleh skor 3, nomor 10, 12 memperoleh skor 2 dan nomor 11 memperoleh skor 1 sehingga jumlah skor aspek empat ialah 14 skor. Pada aspek tahap penerapan gagasan terdiri dari 1 indikator yaitu nomor 14 memperoleh skor 2 sehingga jumlah skor aspek lima ialah 2 skor. Pada aspek tahap pemantapan gagasan terdiri dari 1 indikator yaitu nomor 15 memperoleh skor 3 sehingga jumlah skor aspek enam ialah 5 skor. Pada aspek kegiatan penutup terdiri dari 3 indikator yaitu nomor 16 memperoleh skor 2, nomor 17 dan 18 memperoleh skor 3 sehingga jumlah skor pada aspek tujuh ialah 8 skor. Total keseluruhan skor hasil observasi aktivitas guru siklus I pertemuan pertama adalah 49 skor. Untuk lebih jelasnya hasil observasi aktivitas guru siklus I pertemuan I dapat dilihat pada diagram 4.8 berikut ini:
Gambar 4.8
Diagram Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan II 0
2 4 6 8 10 12 14 16
1 2 3 4 5 6 7
SK
o
r
Selanjutnya hasil observasi aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi yang dapat dijelaskan dalam beberapa aspek pada tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Sikus I Pertemuan II
No Aspek yang diamati Skor penilaian Jumlah skor
1 2 3 4
1. Kegiatan Pra
Pembelajaran 1, 2 8
2. Tahap Orientasi 4 3 7
3 Tahap Pemunculan
Gagasan 6,7 5 7
4 Tahap Penyusunan
Ulang Gagasan 12
9,
11,13 8, 10 13
5 Tahap Penerapan
Gagasan 14 3
6 Tahap Pemantapan
Gagasan 15 3
7 Kegiatan Penutup 16 17 18 9
Total 1 6 7 4 50
Ketegori Kurang
nomor 3 memperoleh skor 4 dan nomor 4 memperoleh skor 3 sehingga jumlah skor aspek dua ialah 7 skor. Pada aspek tahap pemunculan gagasan terdiri dari 3 indikator yaitu nomor 5 memperoleh skor 3, nomor 6 dan 7 memperoleh skor 2 sehingga jumlah skor aspek tiga ialah 7 skor. Pada aspek penyusunan ulang gagasan terdiri dari 6 indikator yaitu nomor 8, 10 memperoleh skor 3, nomor 9, 11, 13 memperoleh skor 2 dan nomor 12 memperoleh skor 1 sehingga jumlah skor aspek empat ialah 13 skor. Pada aspek tahap penerapan gagasan terdiri dari 1 indikator yaitu nomor 14 memperoleh skor 3 sehingga jumlah skor aspek lima ialah 3 skor. Pada aspek tahap pemantapan gagasan terdiri dari 1 indikator yaitu nomor 15 memperoleh skor 3 sehingga jumlah skor aspek enam ialah 3 skor. Pada aspek kegiatan penutup terdiri dari 3 indikator yaitu nomor 16 memperoleh skor 2, nomor 17 memperoleh skor 3 dan nomor 18 memperoleh skor 4 sehingga jumlah skor pada aspek tujuh ialah 9 skor. Total keseluruhan skor hasil observasi aktivitas guru siklus I pertemuan pertama adalah 50 skor. Untuk lebih jelasnya hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan II dapat dilihat pada diagram 4.9 berikut ini:
Gambar 4.9
Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan II
4.1.2.4Refleksi Siklus I
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I dari pertemuan pertama, kedua, dan ketiga, maka selanjutnya diadakan refleksi atas pelaksanaan
0 2 4 6 8 10 12 14
1 2 3 4 5 6 7
SK
o
r
tindakan pembelajaran siklus I. Hasil refleksi diambil dari hasil observasi yang dilaksanakan pada siklus I. Refleksi ini digunakan sebagai bahan perbaikan dengan membandingkan hasil tindakan selama proses pembelajaran dengan indikator aktivitas yang telah ditetapkan. Selain itu kegiatan refleksi juga dilakukan untuk mengetahui manfaat dari tindakan pembelajaran menggunakan model Children
Learning in Sciense, kegiatan refleksi juga dimaksudkan untuk mengetahui
kekurangan dan kelebihan dari pelaksanaan tindakan pembelajaran yang dilakukan. Kegiatan refleksi diadakan dalam bentuk diskusi, diskusi ini dilakukan oleh guru kolaborator, guru observer, peneliti, dan perwakilan dari beberapa siswa kelas 5. Kegiatan diskusi tersebut berisi tentang evaluasi pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Children Learning in Sciense, evaluasi tersebut ditujukan bagi guru kolaborator, guru observer, peneliti dan siswa. Dari diskusi yang dilakukan diketahui bahwa dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Children Learning in Sciense guru dapat memperoleh pengalaman dan wawasan yang baru di dalam pembelajaran, selain itu guru juga merasa lebih mudah dalam mengajar khususnya di dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Sementara itu bagi siswa dengan kegiatan penyusunan ulang gagasan yang sebelumnya siswa sudah memiliki gagasan awal dengan melakukan diskusi antar siswa, membandingkan gagasan dengan teori ilmiah kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pengamatan dan praktikum, siswa merasa suasana pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan lagi, siswa tidak harus selalu mendengarkan penjelasan guru dengan ceramah selain itu menjadikan materi pelajaran dapat dipahami dengan mudah oleh siswa.
jumlah keseluruhan skor yang diperoleh 49. Hasil observasi dengan indikator penilaian aktivitas guru sebanyak 18 item, hasil persentase aktivitas guru pertemuan pertama sebesar 61,11%, selanjutnya pertemuan kedua meningkat menjadi 68,05%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram 4.10 peningkatan persentase hasil observasi aktivitas guru siklus I pertemuan I dan II sebagai berikut:
Gambar 4.10
Diagram Peningkatan Persentase Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan I dan II
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh melalui hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan pertama indikator yang mendapat skor 1 sebanyak 3 item, indikator dengan jumlah skor 2 sebanyak 6 item, indikator yang memperoleh skor 3 sebanyak 6 item, indikator yang memperoleh skor 4 sebanyak 3 item sehingga jumlah keseluruhan skor yang diperoleh 45. Pada siklus I pertemuan kedua indikator yang mendapat skor 1 sebanyak 1 item, indikator dengan jumlah skor 2 sebanyak 6 item, indikator yang memperoleh skor 3 sebanyak 7 item, indikator yang memperoleh skor 4 sebanyak 4 item sehingga jumlah keseluruhan skor yang diperoleh 50.
Hasil observasi dengan indikator penilaian aktivitas siswa sebanyak 18 item, hasil persentase aktivitas guru pertemuan pertama sebesar 62,5%, selanjutnya pertemuan kedua meningkat menjadi 69,44%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
Pertemuan I Pertemuan II
Presentase 61,11% 68,05%
pada diagram 4.11 peningkatan persentase hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan I dan II sebagai berikut:
Gambar 4.11
Diagram Peningkatan Persentase Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I dan II
Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 65) pada pelaksanaan tindakan siklus I mencapai 69,44% siswa tuntas. Artinya hasil tersebut belum memenuhi indikator keberhasilan yang peneliti tentukan sebesar 90%. Masih ada 10 siswa yang perolehan nilainya masih berada di bawah KKM 65. Namun rata-rata hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 sudah mengalami peningkatan dari kondisi awal 61,09 menjadi 68,48 setelah pelaksanaan tindakan siklus I. Persentase ketuntasan belajar siswa naik dari kondisi awal 54,55% menjadi 69,49% .
Dari hasil observasi yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan siklus I dapat diketahui beberapa kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Children Learning in Sciense, kekurangan yang ditemui selama tindakan pembelajaran menjadikan proses pembelajaran yang berlangsung menjadi kurang maksimal. Kelebihan dan kekurangan tersebut diantaranya:
Pertemuan I Pertemuan II
Presentase 62,50% 69,44%
1) Kelebihan
a. Rancangan pembelajaran sudah tersusun dengan baik terlihat dari beberapa aspek yang sudah mengalami peningkatan walaupun peningkatan tersebut belum mencapai skor yang maksimal.
b. Kegiatan pembelajaran nampak lebih menarik, antusiasme siswa untuk mengikuti pembelajaran lebih meningkat dengan menggunakan model pembelajaran Children Learning in Sciense diketahui dari aspek tahap pemunculan gagasan, aspek tahap penyusunan ulang gagasan, aspek tahap penerapan gagasan mengalami peningkatan skor hasil observasi.
c. Sebagian siswa sudah terarah dalam kegiatan membandingkan gagasan awal dengan teori ilmiah melalui bimbingan guru sesuai dengan ada beberapa indikator yang mengalami peningkatan pada aspek tahap penyusunan ulang gagasan yaitu indikator nomor 11.
d. Kondisi pembelajaran yang terbentuk lebih baik, dominasi guru dalam pembelajaran berkurang terlihat dari peningkatan aspek guru dalam mengorganisasikan dalam kegiatan penyusunan ulang gagasan sehingga guru sudah tidak mendominasi pembelajaran dengan ceramah terus menerus tetapi pembelajaran lebih terarah kepada aktivitas siswa dalam
Children Learning in Sciense.
2) Kekurangan
a. Penerapan pembelajaran Children Learning in Sciense belum terbiasa dilaksanakan oleh siswa, sehingga pada awal-awal proses pembelajaran berlangsung siswa masih kebingungan dan merasa canggung di dalam proses pembelajaran diketahui dari masih banyak indikator yang memperoleh skor 2 dalam pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan pertama.
c. Beberapa siswa masih malu-malu dalam menyampaikan gagasan atau pendapat diketahui dari perolahan skor pada indikator nomor 10 yaitu siswa menyampaikan gagasan awal yang belum mendapatkan skor yang maksimal.
d. Beberapa siswa masih bingung membedakan konsep awal dengan konsep ilmiah diketahui dari perolehan skor pada indikator nomor 11 yaitu siswa membandingkan gagasannya dengan teori ilmiah yang ada di buku teks belum mendapat skor maksimal.
Dari berbagai kekurangan yang ditemui tersebut, maka peneliti melakukan analisis dan berkonsultasi dengan guru kelas 5 tentang kondisi siswa serta pelaksanaan tindakan pembelajaran yang telah dilangsungkan, hingga didapatkan rencana perbaikan dari kekurangan tersebut yang akan diterapkan pada siklus II sebagai berikut:
1) Sebelum proses tindakan pembelajaran dilangsungkan sebaiknya dilakukan pengarahan dan diskusi bersama antara peneliti dan guru kolaborator mengenai langkah-langkah dari model pembelajaran Children Learning in Sciense
sehingga antara rencana dan pelaksanaan dapat berjalan selaras.
2) Guru kolaborator harus membimbing siswa dalam setiap kegiatan agar kegiatan pembelajaran menjadi kondusif sehingga model pembelajaran
Children Learning in Sciense dapat berjalan dengan baik.
3) Guru koloborator harus selalu memberikan motivasi kepada siswa agar siswa berani dalam menyampaikan setiap gagasan. Salah satu contoh pemberian motivasi bisa dilakukan guru adalah dengan memberikan semangat kepada siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
4) Guru kolaboartor harus memberikan bimbingan secara khusus kepada setiap siswa agar dapat memahami cara membedakan konsep awal dan teori ilmiah. 4.1.3 Deskripsi Siklus II
pertemuan, masing-masing pertemuan berlangsung selama dua kali 35 menit. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus II ini merupakan upaya perbaikan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I.
4.1.3.1Tahap Perencanaan
Pada sub unit ini, akan menjelaskan mengenai perencanaan yang dilakukan oleh peneliti bersama dengan guru kolaborator sebelum pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan model pembelajaran Children Learning in Sciense meliputi penyusunan RPP dan segala sesuatu yang menujang pelaksanaan tindakan pembelajaran yang akan dilaksanakan termasuk perencanaan tes evaluasi yang akan dilakukan pada pertemuan terakhir siklus II yaitu pada pertemuan ketiga. Tindakan pembelajaran pada siklus II merupakan hasil tindak lanjut dan upaya perbaikan dari pelaksanaan tindakan pada siklus I. Kegiatan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan yaitu pertemuan pertama, kedua, dan pertemuan ketiga, masing-masing pertemuan berlangsung selama dua kali 35 menit, dengan rincian sebagai berikut:
1) Pertemuan Pertama
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama ini dilaksanakan pada minggu kedua bulan April. Materi yang akan dibahas pada pertemuan pertama siklus II ini mengenai unsur-unsur tanah dan lapisan penyusun tanah. Sebelum melakukan tindakan pembelajaran siklus II pertemuan pertama peneliti menyiapkan segala sesuatu yang dapat mendukung pembelajaran seperti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menggunakan model pembelajaran Children
Learning in Sciense dengan Kompetensi Dasar (KD) 7.2. mengidentifikasi
pertama. Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai pada pertemuan pertama melalui kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Children
Learning in Sciense ialah: (1) melalui pengamatan gambar lapisan tanah, siswa
dapat mengidentifikasi unsur pembentuk tanah, (2) melalui percobaan tanah yang diendapkan di air dalam gelas, siswa dapat mendiskripsikan komposisi lapisan penyusun tanah dengan benar. Dilanjutkan dengan peneliti menyiapkan materi pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat yaitu tentang unsur-unsur tanah dan lapisan penyusun tanah. Kemudian peneliti mempersiapkan media pembelajaran yaitu perangkat praktikum lapisan tanah ( tanah, air, gelas ) dan media gambar. Gambar yang dimaksud ialah gambar lapisan-lapisan tanah (lapisan tanah atas, lapisan tanah bagian tengah dan lapisan tanah bawah) yang dicetak pada kertas
HVS dengan laminating. Selain itu peneliti juga mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti daftar presensi siswa, lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa dan handout materi pembelajaran tentang unsur-unsur tanah dan lapisan penyusun tanah. Selanjutnya peneliti dan guru kolaborator mempelajari materi yang akan diajarkan pada kelas 5 agar pembelajaran bisa berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. (Untuk lebih jelasnya lihat pada lampiran)
2) Pertemuan Kedua
jenis-jenis tanah berdasarkan ciri-cirinya (2) mendeskripsikan fungsi tanah dalam kehidupan sehari-hari. Setelah indikator dirumuskan kemudian peneliti bersama dengan guru kolaborator menyusun tujuan pembelajaran yang hendak dicapai pada pertemuan kedua. Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai pada pertemuan kedua melalui kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Children
Learning in Sciense : (1) melalui pengamatan macam-macam tanah, siswa dapat
mengidentifikasi jenis-jenis tanah berdasarkan ciri-cirinya, (2) melalui pengamatan lingkungan sekitar, siswa dapat menyebutkan fungsi tanah dalam kehidupan sehari-hari. Setelah penyusunan tujuan kemudian dilanjutkan dengan peneliti menyiapkan materi pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat yaitu tentang jenis-jenis tanah dan manfaat tanah bagi kehidupan manusia. Selanjutnya peneliti mempersiapkan media pembelajaran, media pembelajaran yang dipakai ialah jenis-jenis tanah (tanah humus, tanah pasir, tanah liat, tanah kapur). Selain itu peneliti juga mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti daftar presensi siswa, lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa. Selanjutnya peneliti dan guru kolaborator mempelajari materi yang akan diajarkan pada kelas 5 agar pembelajaran bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan. (Untuk lebih jelasnya lihat pada lampiran)
3) Pertemuan Ketiga
di ruang kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga. Sebelum mengadakan tes evaluasi, guru mengulang materi tentang lapisan tanah dan jenis-jenis tanah yang telah dipelajari pada pertemuan pertama dan kedua. Setelah itu guru mengadakan tes evaluasi selama 35 menit.
4.1.3.2Pelaksanaan Tindakan
Sub unit ini mendeskripsikan tentang pelaksanaan tindakan penelitian meliputi proses pembelajaran dan hasil tindakan siklus II. Rincian pelaksanaan tindakan siklus II sebagai berikut :
(1) Proses Tindakan
Proses tindakan siklus II dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan, masing-masing pertemuan berlangsung selama dua kali 35 menit. Rincian proses tindakan sebagai berikut :
a Pertemuan Pertama
kegiatan awal selesai disampaikan, dilanjutkan dengan kegiatan inti yang terdiri dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada kegiatan eksplorasi, guru memberikan pertanyaan terbuka “apa saja lapisan tanah dan apa saja komposisi tanah?”. Guru meminta siswa menuliskan jawaban mereka pada buku catatan kemudian dikumpulkan. Guru menggali pengetahuan siswa tentang jenis-jenis batuan berdasarkan proses terbentuknya dengan tanya jawab menunjuk 5 siswa secara acak dengan pertanyaan “apa saja yang kamu ketahui tentang lapisan tanah?”. Siswa menjawab lapisan tanah atas berwarna gelap, tanah mempunyai banyak lapisan, Kemudian guru memberikan pertanyaan selanjutnya “apa saja komposisi lapisan-lapisan tanah?”. Siswa menjawab tanah liat, tanah kapur, air dan lain-lain.
siswa mengamati lingkungan sekitar kelas untuk mengamati benda apa saja yang dibuat dengan memanfaatkan tanah. Kemudian siswa menuliskannya pada lembar kerja. Selanjutnya guru meminta siswa melaporkan hasil pengamatan.
Pada kegiatan konfirmasi, guru memberikan kesempatan kepada siswa bertanya tentang materi yang belum dimengerti. Siswa bertanya tentang komposisi lapisan tanah. Kemudian guru menjelaskan kembali komposisi lapisan-lapisan tanah. Selanjutnya guru mengajak siswa untuk membuat kesimpulan tentang lapisan-lapisan tanah dan komposisinya.
Pada kegiatan akhir pembelajaran melakukan refleksi oleh guru bersama dengan siswa. Setelah itu guru menyampaiakan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya yaitu tentang pelapukan batuan. Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam.
b Pertemuan Kedua
sehari-hari dengan Kompetensi Dasar (KD) 7.2. mengidentifikasi jenis-jenis tanah. Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, dilanjutkan dengan kegiatan inti yang terdiri dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada kegiatan eksplorasi, guru memberikan pertanyaan terbuka “apa saja jenis-jenis tanah dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari?”. Guru meminta siswa menuliskan jawaban mereka pada buku catatan kemudian dikumpulkan. Guru menggali pengetahuan siswa tentang jenis-jenis tanah berdasarkan ciri-cirinya dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari dengan tanya jawab menunjuk 5 siswa secara acak dengan pertanyaan “apa saja jenis tanah yang kamu ketahui?”. Siswa menjawab tanah humus, tanah kapur, tanah liat, tanah vulaknik. Kemudian guru memberikan pertanyaan selanjutnya “apa saja manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari?”. Siswa menjawab untuk menanam pohon, membuat atap rumah dan lain-lain.
pengamatan, guru menjelaskan jenis-jenis tanah berdasarkan ciri-cirinya dan manfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Pada kegiatan konfirmasi, guru memberikan kesempatan kepada siswa bertanya tentang materi yang belum dimengerti. Siswa bertanya tentang ciri-ciri tanah humus. Kemudian guru menjelaskan kembali ciri-ciri tanah humus. Selanjutnya guru mengajak siswa untuk membuat kesimpulan tentang lapisan-lapisan tanah dan komposisinya.
Pada kegiatan akhir pembelajaran melakukan refleksi oleh guru bersama dengan siswa. Setelah itu guru menyampaiakan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya yaitu tentang pelapukan batuan. Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam.
c Pertemuan Ketiga
Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Sabtu, 11 April 2015 pukul 07.00-08.10 WIB oleh guru kolaborator yaitu Ibu Sugiyarti, S.Pd.SD selaku guru kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga. Pembelajaran pada pertemuan ketiga ini merupakan tindak lanjut dari pembelajaran pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua yang telah guru laksanakan pada hari Kamis dan Jumat secara berturut-turut. Pada kegiatan pembelajaran pertemuan ketiga ini guru melaksanakan kegiatan tes evaluasi siklus II. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ketiga diawali dengan berdoa, presensi, dan dilanjutkan dengan kegiatan tanya jawab oleh guru dan siswa untuk mengulas kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya tentang lapisan tanah, jenis-jenis tanah, dan manfaat tanah. Selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami oleh siswa, karena tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan, guru segera memulai tes evaluasi, tes evaluasi diadakan selama 35 menit. Tiga puluh menit sebelum bel berbunyi semua siswa sudah selesai mengerjakan soal evaluasi. Siswa bergiliran mengumpulkan lembar jawab berserta dengan soal dan kembali ke tempat duduk. Kemudian guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam penutup.
Hasil tindakan berupa perolehan nilai Hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga diperoleh melalui pelaksanaan tes evaluasi diakhir siklus yaitu pada pertemuan keempat siklus II. Berikut disajikan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga dengan Kompetensi Dasar (KD) 7.2 mengidentifikasi jenis-jenis tanah disajikan pada tabel daftar nilai IPA (terlampir), dan berikut disajikan pada tabel 4.10 yaitu yaitu tabel distribusi frekuensi nilai IPA siklus II siswa kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 sebagai berikut:
Tabel 4. 10
Distribusi Frekuensi Nilai Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas 5 SDN Sidorejo Kidul 02 Semester II
Tahun Pelajaran 2014/2015 Siklus II
No Skor Frekuensi Persentase (%)
1 65 – 70 2 6,06
2 71 – 76 2 6,06
3 77 – 82 6 18,18
4 83 – 88 8 24,24
5 89 – 95 15 45,45
Jumlah 33 100
Nilaia Rata-rata 85,75
Nilai Tertinggi 95
Nilai Terendah 70
diketahui nilai tertinggi yang diperoleh siswa setelah pelaksanaan tindakan siklus II dengan menggunakan model pembelajaran Children Learning in Sciense yaitu 95, sementara nilai terendah yang diperoleh siswa 70 yang semula pada siklus I hanya 45 (daftar nilai siswa terlampir). Berdasarkan tabel 4.13 dapat dinyatakan dalam diagram 4.12 yaitu sebagai berikut:
Gambar 4.12
Diagram Linear Hasil Perolehan Nilai Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Semester II
Tahun Pelajaran 2014/2015 Siklus I
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 65) data hasil perolehan nilai siklus II dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.11 berikut:
Tabel 4.11
Ketuntasan Belajar Siklus II No. Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah siswa
Dari tabel 4.11 ketuntasan belajar siswa pada siklus II dapat dijelaskan bahwa siswa sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 65) sebanyak 33 siswa dengan persentase 100% dari jumlah keseluruhan siswa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar IPA, hasil yang diperoleh tersebut sudah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditentukan peneliti sebesar 90%. Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.11 dapat dilihat pada diagram 4.13 berikut :
Gambar 4.13
Diagram Ketuntasan Belajar Siklus II
4.1.3.3Pelaksanaan Observasi
Pada sub bab ini, akan menjelaskan mengenai analisis data hasil observasi dengan menerapkan model pembelajaran Children Learning in Sciense yang terdiri dari analisis hasil observasi pada tiap pertemuan pelaksanaan siklus II yaitu pertemuan pertama dan pertemuan kedua, sebagai berikut :
1) Pertemuan Pertama
Hasil observasi aktivitas guru pada siklus II pertemuan pertama dijelaskan dalam beberapa aspek, aspek tersebut dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut:
100%
Tabel 4.12
Hasil Observasi Aktivitas Guru Sikus II Pertemuan I
No Aspek yang diamati Skor penilaian Jumlah skor
1 2 3 4
1. Kegiatan Pra
Pembelajaran 1, 2 8
2. Tahap Orientasi 3,4 8
3 Tahap Pemunculan
Gagasan 7 6 5 9
4 Tahap Penyusunan Ulang Gagasan
9, 12,13
8,
10,11 15
5 Tahap Penerapan
Gagasan 14 4
6 Tahap Pemantapan
Gagasan 15 3
7 Kegiatan Penutup 16 17,18 11
Total 0 4 6 8 58
Ketegori Baik
skor 3 dan nomor 7 memperoleh skor 2 sehingga jumlah skor aspek tiga ialah 9 skor. Pada aspek tahap penyusunan ulang gagasan terdiri dari 6 indikator yaitu nomor 8, 10, 11 memperoleh skor 3 dan nomor 9, 12, 13 memperoleh skor 2 sehingga jumlah skor aspek empat ialah 15 skor. Pada aspek tahap penerapan gagasan terdiri dari 1 indikator yaitu nomor 14 memperoleh skor 4 sehingga jumlah skor aspek lima ialah 4 skor. Pada aspek tahap pemantapan gagasan terdiri dari 2 indikator yaitu nomor 15 memperoleh skor 3 sehingga jumlah skor aspek enam ialah 3 skor. Pada aspek kegiatan penutup terdiri dari 3 indikator yaitu nomor 16 memperoleh skor 3, nomor 17 dan 18 memperoleh skor 4 sehingga jumlah skor aspek tujuh ialah 11. Total keseluruhan skor hasil observasi aktivitas guru siklus II pertemuan pertama adalah 58 skor. Untuk lebih jelasnya hasil observasi aktivitas guru siklus II pertemuan I dapat dilihat pada diagram 4.14 berikut ini:
Gambar 4.14
Diagram Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan I
Selanjutnya hasil observasi aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi yang dapat dijelaskan dalam beberapa aspek pada tabel 4.13 berikut :
0 2 4 6 8 10 12 14 16
1 2 3 4 5 6 7
SK
o
r
Tabel 4.13
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Sikus II Pertemuan I
No Aspek yang diamati Skor penilaian Jumlah skor
1 2 3 4
1. Kegiatan Pra
Pembelajaran 1, 2 8
2. Tahap Orientasi 3,4 8
3 Tahap Pemunculan
Gagasan 6,7 5 10
4 Tahap Penyusunan
Ulang Gagasan 9, 12
8,10,
11,13 16
5 Tahap Penerapan
Gagasan 14 4
6 Tahap Pemantapan
Gagasan 15 4
7 Kegiatan Penutup 16 17,18 11
Total 0 2 7 9 61
Ketegori Baik
gagasan terdiri dari 3 indikator yaitu nomor 4 memperoleh skor 4 dan nomor 5, 6 memperoleh skor 3 sehingga jumlah skor pada aspek tiga ialah 10 skor. Pada aspek tahape penyusunan ulang gagasan terdiri dari 6 indikator yaitu nomor 8, 10, 11, 13 memperoleh skor 3 dan nomor 9, 12 memperoleh skor 2 sehingga jumlah skor aspek empat ialah 16 skor. Pada aspek tahap penerapan gagasan terdiri dari 1 indikator yaitu nomor 14 memperoleh skor 4 sehingga jumlah skor aspek lima ialah 4 skor. Pada aspek tahap pemantapan gagasan terdiri dari 1 indikator yaitu nomor 15 memperoleh skor 4 sehingga jumlah skor aspek enam ialah 4 skor. Pada aspek kegiatan penutup terdiri dari 3 indikator yaitu nomor 16 memperoleh skor 3, nomor 17 dan 18 memperoleh skor 4 sehingga jumlah skor aspek tujuh ialah 11 skor. Total keseluruhan skor hasil observasi aktivitas siswa siklus II pertemuan pertama adalah 61 skor. Untuk lebih jelasnya hasil observasi aktivitas guru siklus II pertemuan I dapat dilihat pada diagram 4.15 berikut ini:
Gambar 4.15
Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I
2) Pertemuan Kedua
Hasil observasi aktivitas guru pada siklus II pertemuan kedua dijelaskan dalam beberapa aspek, aspek tersebut dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut:
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
1 2 3 4 5 6 7
SK
o
r
Tabel 4.14
Hasil Observasi Aktivitas Guru Sikus II Pertemuan II
No Aspek yang diamati Skor penilaian Jumlah skor
1 2 3 4
1. Kegiatan Pra
Pembelajaran 1, 2 8
2. Tahap Orientasi 3,4 8
3 Tahap Pemunculan
Gagasan 7 5,6 11
4 Tahap Penyusunan Ulang Gagasan
8,9, 10,11,
12,13
24
5 Tahap Penerapan
Gagasan 14 4
6 Tahap Pemantapan
Gagasan 15 4
7 Kegiatan Penutup 16,
17,18 12
Total 0 0 1 17 71
Ketegori Sangat Baik
Pada aspek tahap pemunculan gagasan terdiri dari 3 indikator yaitu nomor 5, 6 memperoleh skor 4 dan nomor 7 memperoleh skor 3 sehingga jumlah skor aspek tiga ialah 11 skor. Pada aspek tahap penyusunan ulang gagasan terdiri dari 6 indikator yaitu nomor 8, 9, 10, 11, 12 dan 13 memmperoleh skor 4 sehingga jumlah skor aspek empat ialah 24 skor. Pada aspek penerapan gagasan terdiri dari 1 indikator yaitu nomor 14 memperoleh skor 4 sehingga jumlah skor aspek lima ialah 4 skor. Pada aspek pemantapan gagasan terdiri dari 2 indikator yaitu nomor memperoleh skor 4 sehingga jumlah skor aspek 6 ialah 4 skor. Pada aspek kegiatan penutup terdiri dari 3 indikator yaitu nomor 16, 17 dan 18 memperoleh skor 4 sehingga jumlah skor aspek tujuh ialah 12 skor. Total keseluruhan skor hasil observasi aktivitas guru siklus II pertemuan kedua adalah 71 skor. Untuk lebih jelasnya hasil observasi aktivitas guru siklus II pertemuan I dapat dilihat pada diagram 4.16 berikut ini:
Gambar 4.16
Diagram Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan II
Selanjutnya hasil observasi aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi yang dapat dijelaskan dalam beberapa aspek pada tabel 4.15 berikut :
0 5 10 15 20 25 30
1 2 3 4 5 6 7
SK
o
r
Tabel 4.15
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Sikus II Pertemuan II
No Aspek yang diamati Skor penilaian Jumlah skor
1 2 3 4
1. Kegiatan Pra
Pembelajaran 1, 2 8
2. Tahap Orientasi 3,4 8
3 Tahap Pemunculan
Gagasan 6 5,7 11
4 Tahap Penyusunan
Ulang Gagasan 11
8,9, 10,
12,13 23
5 Tahap Penerapan
Gagasan 14 4
6 Tahap Pemantapan
Gagasan 15 4
7 Kegiatan Penutup 16,
17,18 12
Total 0 0 2 16 70
Ketegori Sangat Baik
dan nomor 6 memperoleh skor 3 sehingga jumlah skor aspek tiga ialah 11 skor. Pada aspek tahap penyusunan ulang gagasan terdiri dari 6 indikator yaitu nomor 8, 9, 10, 12 dan 13 memmperoleh skor 4 dan nomor 11 memperoleh skor 3 sehingga jumlah skor aspek empat ialah 23 skor. Pada aspek penerapan gagasan terdiri dari 1 indikator yaitu nomor 14 memperoleh skor 4 sehingga jumlah skor aspek lima ialah 4 skor. Pada aspek pemantapan gagasan terdiri dari 1 indikator yaitu nomor 15 memperoleh skor 4 sehingga jumlah skor aspek 6 ialah 4 skor.
Pada aspek kegiatan penutup terdiri dari 3 indikator yaitu nomor 16, 17 dan 18 memperoleh skor 4 sehingga jumlah skor aspek tujuh ialah 12 skor. Total keseluruhan skor hasil observasi aktivitas siswa siklus II pertemuan kedua adalah 70 skor. Untuk lebih jelasnya hasil observasi aktivitas guru siklus II pertemuan I dapat dilihat pada diagram 4.17 berikut ini:
Gambar 4.17
Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan II
4.1.3.4Refleksi Siklus II
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II dari pertemuan pertama, kedua, dan ketiga maka selanjutnya diadakan refleksi atas kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi untuk mengevaluasi berlangsungnya kegiatan pembelajaran selama
0 5 10 15 20 25
1 2 3 4 5 6 7
SK
o
r
pelaksanaan tindakan siklus II. Diskusi ini dilakukan oleh guru kolaborator, guru observer, peneliti, dan beberapa perwakilan siswa kelas 5. Pada pelaksanaan tindakan siklus II guru kolaborator telah melakukan berbagai upaya perbaikan tindakan yang telah direncanakan disesuaikan dengan hasil refleksi pada siklus I.
Gambar 4.18
Diagram Peningkatan Persentase Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan I dan II
Berdasarkan analisis data diperoleh data hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II pertemuan pertama banyaknya indikator aktivitas belajar siswa yang memperoleh skor 2 sebanyak 7 item, skor 3 sebanyak 7 item dan skor 4 sejumlah 9 item. Kemudian pada pertemuan kedua perolahan skor 3 sebanyak 2 item dan skor 4 sebanyak 16 item. Pada pelaksanaan tindakan siklus II ini hampir semua indikator aktivitas siswa juga berhasil mengalami peningkatan, diantaranya siswa dapat menjawab apersepsi yang disampaikan oleh guru dengan baik (3), siswa aktif bertanya ketika proses pembelajaran (6), siswa berpartisipasi dalam pengamatan dan praktikum (12), siswa melakukan diskusi secara kondusif dalam kegiatan bertukar gagasan (9), siswa juga sudah berani menyampaikan gagasan (10). Dari skor penilaian hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan pertama besar persentase yang diperoleh 85,9%, pada pertemuan kedua persentase hasil observasi siswa meningkat menjadi 97,2%. Besarnya peningkatan hasil observasi aktivitas guru pertemuan pertama dan kedua sebanyak 11,3%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.19 peningkatan persentase hasil observasi aktivitas siswa siklus II pertemuan I dan II sebagai berikut:
Pertemuan I Pertemuan II
Presentase 80,50% 98,60%
Gambar 4.19
Diagram Peningkatan Persentase Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I dan II
Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 65), maka diperoleh data sebanyak 32 siswa dengan prosentase 97,2% siswa tuntas artinya sebagian besar siswa telah tuntas, hanya satu siswa yang belum berhasil mencapai KKM ≥ 65 dengan besar persentase 2,8%. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa secara klasikal mencapai angka 85. Berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditentukan yaitu ketercapaian ketuntasan hasil belajar mata pelajaran IPA sebesar 90% dari total keseluruhan siswa, maka dapat dinyatakan bahwa hasil belajar mata pelajaran IPA meningkat yaitu dengan perolehan nilai siswa melebihi KKM 65. Dari hasil evaluasi siswa pada siklus II ketuntasan siswa telah mencapai 97,2%. Artinya jika dilihat dari indikator keberhasilan yang ditentukan, hasil evaluasi tertulis siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan oleh peneliti.
Berdasarkan pengamatan dari observer pada siklus II secara keseluruhan hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus II sebagai berikut: 1) Pelaksanaan pembelajaran sudah berlangsung sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Guru sudah berhasil melakukan perbaikan pada pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus II sesuai dengan rencana perbaikan yang telah disusun pada kegiatan refleksi siklus I. Hal tersebut diketahui dari adanya peningkatan skor hasil observasi guru, hampir semua indikator dalam setiap aspek yang diamati sudah mengalami peningkatan. 2) Siswa lebih tertarik dan antusias mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Children Learning in Sciense terlihat dari respon positif siswa yang mulai tumbuh selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran, siswa mulai berani menyampaikan pendapat dan menanggapi jawaban, diketahui diantara indikator penilaian aktivitas siswa terlihat bahwa indikator nomor 10 yaitu siswa juga sudah berani menyampaikan tanggapan sudah dilakukan oleh siswa dengan sangat baik dengan memperoleh skor 4. 3) Siswa dapat membandingkan konsep awal dengan konsep ilmiah terlihat dari adanya peningkatan perolehan skor pada indikator nomor 11 yaitu siswa membandingkan gagasan awal dengan teori ilmiah pada buku teks.
Dapat disimpulkan bahwa permasalahan-permasalahan yang muncul pada pelaksanaan tindakan siklus I sudah dapat diatasi dengan baik melalui upaya-upaya yang telah direncanakan pada kegiatan refleksi siklus I yang kemudian diterapkan oleh guru kolaborator pada pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus II, diantaranya:
a. Penerapan pembelajaran Children Learning in Sciense sudah terbiasa dilaksanakan oleh siswa dengan arahan guru, sehingga pada awal-awal proses pembelajaran berlangsung siswa tidak kebingungan dan merasa canggung di dalam proses pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran sesuai yang direncanakan.
b. Siswa yang dapat bekerjasama secara optimal dalam kegiatan diskusi. Sehingga kegiatan bertukar gagasan belum berjalan dengan kondusif dengan bimbingan guru terbukti dengan hasil perolehan skor aktivitas siswa indikator nomor 9 yang telah mencapai maksimal.
c. Siswa berani dalam menyampaikan gagasan atau pendapat dengan motivasi yang diberikan guru terbukti dengan perolehan skor aktivitas siswa indikator nomor 10 yang telah mencapai maksimal.
4.2 Analisis Komparatif
Pada sub judul analisis komparatif ini, akan menguraikan tentang perbandingan hasil belajar, ketuntasan belajar dan proses belajar IPA siswa kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II sehingga dapat diketahui peningkatan hasil belajar, ketuntasan belajar dan proses belajar IPA yang diperoleh siswa kondisi awal/sebelum pelaksanaan tindakan dan setelah pelaksanaan tindakan yaitu pada pra siklus, siklus I dan siklus II. Penigkatan ketuntasan belajar IPA ditunjukkan pada tabel 4.16 berikut:
Tabel 4.16
Perbandingan Ketuntasan Belajar IPA Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
No. Ketuntasan
Belajar Nilai
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
1. Tuntas ≥ 65 15 45,45 27 81,81 33 100
2. Belum Tuntas < 65 18 54,55 6 18,19 0 0
Jumlah 33 100 33 100 33 100
Nilai Rata-rata 61,09 76,36 85,75
Setelah pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus II jumlah siswa yang memperoleh nilai mencapai KKM ≥ 65 yaitu sebanyak 33 siswa dengan besar persentase 100%, nilai rata-rata hasil belajar IPA siklus II mencapai 85,75. Dari hasil belajar IPA dan ketuntasan belajar siswa siklus II tersebut dapat diketahui bahwa indikator keberhasilan tindakan penelitian menggunakan model pembelajaran Children Learning in Sciense yang telah ditentukan oleh peneliti sudah tercapai (ketuntasan belajar siswa ≥ 90%). Perbandingan ketuntasan belajar kondisi awal, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada diagram 4.20 berikut:
Gambar 4.20
Diagram Perbandingan Ketuntasan Belajar IPA Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Tabel 4.17
Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar IPA Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Hasil Tindakan Pra Siklus Siklus I Siklus II
Rata-rata Hasil
Belajar IPA 61,09 76,36 85,75
Berdassarkan tabel 4.17 tentang perbandingan rata-rata hasil belajar, diketahui pada pelaksanaan tindakan siklus I nilai rata-rata siswa mencapai 76,36 mengalami peningkatan dari kondisi awal nilai rata-rata yang diperoleh siswa hanya 61,09. Dari perolehan data hasil tindakan penelitian tersebut dapat dinyatakan bahwa tindakan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I sudah menunjukkan peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA, hasil yang diperoleh sudah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu minimal 7 nilai dari KKM ≥ 65, namun masih diupayakan perbaikan agar hasil perolehan rata-rata hasil belajar semakin meningkat.
Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II, diketahui bahwa hasil belajar IPA semakin menunjukkan peningkatan yang signifikan, nilai rata-rata hasil belajar IPA yang diperoleh siswa 85,75. Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti minimal 7 nilai dari KKM ≥ 65. Untuk memperjelas peningkatan rata-rata nilai hasil belajar siklus I dan siklus II dapat diketahui melalui diagram 4.21 sebagai berikut:
Gambar 4.21
Diagram Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar IPA Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II