• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan kegiatan ekonomi yang diindikasikan oleh kenaikan PDRB suatu wilayah dapat diperluas (decomposed) atas 3 komponen (Sjafrizal, 2002:10). Secara rinci ketiga komponen tersebut adalah peningkatan PDRB yang disebabkan oleh faktor luar (kebijakan nasional/provinsi) atau sering disebut dengan efek pertumbuhan ekonomi regional (Nij). Pengaruh kedua adalah pengaruh struktur pertumbuhan sektor dan subsektor, atau disebut dengan industrial mix-effect (efek bauran industri-Mij) dan terakhir adalah pengaruh keuntungan kompetitif wilayah studi (Cij).

Tabel. 4.5 Perubahan Sektoral dan Komponen yang Mempengaruhi Ekonomi Sulawesi, 2000-2007 LAPANGAN USAHA Dij (Juta Rp) Nij (juta Rp) Cij or DS (juta Rp) Mij or PS (juta Rp) 6.709.215 8.382.463 1.585.882 -3.259.130 Pertanian (100,00) (124,94) (23,64) (-48,58)

Pertambangan & penggalian 1.925.819 1.669.780 1.837.383 -1.581.344

(100,00) (86,7) (95,41) (-82,11)

Industri pengolahan 2.756.070 2.600.388 267.255 -111.572

(100,00) (94,35) (9,7) (-4,05)

Listrik, gas & air bersih 267.180 180.697 -186 86.668

(100,00) (67,63) (-0,07) (32,44)

Bangunan 2.384.801 1.572.741 131.505 680.556

(100,00) (65,95) (5,51) (28,54)

Perdagangan, hotel & restoran 4.595.739 3.238.238 597.745 759.756

(100,00) (70,46) (13,01) (16,53)

Pengangkutan & komunikasi 2.856.520 1.683.371 -2.027.529 3.200.679

(100,00) (58,93) (-70,98) (112,05)

Keuangan, persewaan & jasa persh 2.306.306 1.152.233 659.149 494.923

(100,00) (49,96) (28,58) (21,46) Jasa – jasa 3.510.337 3.215.263 378.526 -83.452 (100,00) (91,59) (10,78) (-2,38) Total PDRB Sulawesi 27.311.987 23.695.174 3.429.730 187.083 (100,00) (86,76) (12,56) (0,68) Sumber: BPS (diolah)

Keterangan: dalam tanda kurung adalah nilai persentase

Secara agregat, dari tahun 2000 hingga tahun 2007 terjadi pertambahan tingkat PDRB (output ekonomi) di Sulawesi sebesar 27,31 triliyun rupiah. Dari jumlah tersebut, sebagian besar (86,76 persen) lebih disebabkan karena efek pertumbuhan ekonomi ditingkat nasional. Tidak bisa dielakkan bahwa kondisi perekonomian daerah akan dipengaruhi oleh kinerja perekonomian nasional

bahkan perekonomian global. Sulawesi yang merupakan small open economy dalam perekonomian Indonesia sangat mudah terpengaruh oleh perkembangan ekonomi nasional. Sementara pengaruh daya saing Sulawesi terhadap perekonomian Sulawesi hanya mampu mendorong pertambahan perekonomian Sulawesi sebesar 12,56 persen. Hal ini jauh lebih rendah dibanding dengan pengaruh komponen pertumbuhan ekonomi nasional, yang menunjukkan masih rendahnya daya saing atau rendahnya kemandirian daerah. Sementara itu pengaruh dari efek bauran industri/sektoral (industrial mix growth) terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi masih sangat kecil, yakni sebesar 0,68 persen. Ini menunjukkan bahwa dampak dari struktur ekonomi nasional hanya mampu menambah pertumbuhan PDRB Sulawesi sebesar 187,08 milyar atau 0,68 persen.

Ditingkat sektoral, pertambahan output yang terjadi pada sektor pertanian selama periode analisis mencapai 6,71 triliyun rupiah. Pengaruh pertumbuhan ekonomi ditingkat nasional mampu mempengaruhi sektor pertanian hingga 124,94 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pengaruh kebijakan nasional seperti subsidi pupuk dan bibit, konsep ketahanan pangan, penetapan harga dasar dan lain-lain, terhadap sektor pertanian di Sulawesi sangat tinggi. Sementara itu, kondisi struktur ekonomi nasional pada periode ini, justru berpengaruh negatif terhadap penciptaan pertumbuhan output ekonomi di sektor pertanian pada kawasan Sulawesi. Pengaruh bauran industri di sektor ini mencapai negatif 48,58 persen, yang berarti bahwa dengan kondisi struktur ekonomi seperti ini justru merugikan karena mengurangi output ditingkat sektor pertanian sebesar 3,26

triliun rupiah. Sedangkan pengaruh komponen differential shift yang menunjukkan tingkat daya saing wilayah, mampu memberi andil terhadap pertambahan output ekonomi disektor pertanian sebesar 1,59 triliun atau sebesar 23,64 persen terhadap total output yang tercipta di sektor pertanian.

Pada sektor industri pengolahan, pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional juga sangat tinggi, yakni mencapai 94,35 persen. Ini bisa dimaklumi, karena pada kenyataannya di kawasan Sulawesi masih terbatas jumlah industri pengolahan yang berskala nasional. Selebihnya, sebagian besar industri pengolahan masih tertumpu di wilayah Jawa dan Sumatera. Efek bauran industri terhadap sektor ini mengakibatkan berkurangnya penambahan output ekonomi sebesar 1,58 triliun rupiah atau mencapai negatif 82,11 persen dari total penambahan output yang tercipta di sektor ini yang sebesar 1,93 triliun rupiah. Sementara itu, pengaruh komponen differential shift menunjukkan peranan sebesar 95,41 persen, yang mengindikasikan tingginya daya saing atau kemandirian dalam sektor ini.

Dampak dari perekonomian nasional yang cukup besar juga terjadi pada sektor jasa-jasa, dimana pengaruh eksternal (pertumbuhan perekonomian nasional) terhadap sektor ini dikawasan Sulawesi mencapai 91,59 persen. Hal ini dapat dijelaskan bahwa memang, peranan pemerintah pusat terhadap subsektor ini sangat besar, dimana hampir semua provinsi dikawasan Sulawesi sangat mengandalkan alokasi DAU dan DAK dari pemerintah pusat untuk operasional pembangunan di wilayahnya. Pengaruh bauran industri terhadap sektor ini menyebabkan berkurangnya output ekonomi yang tercipta sebesar negatif 2,38 persen, hal ini menunjukkan bahwa kondisi struktur ekonomi yang ada kurang

menguntungkan terhadap kegiatan pada sektor ini. Sedangkan pengaruh dari komponen differintial shift turut mendongkrak pertambahan output di sektor ini sebesar 10,78 persen. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.5.

4.4.2. Pergeseran Sektor-Sektor Perekonomian (Pergeseran Bersih/Net

Shift)

Pergeseran bersih (PB) diperoleh dari hasil penjumlahan antara proporsional shift dan different shift di setiap sektor perekonomian. Apabila PB>0, maka pertumbuhan sektor di Sulawesi termasuk dalam kelompok yang

progresif (maju). Sedangkan PB<0 artinya sektor perekonomian di Sulawesi

termasuk kelompok yang lamban.

Tabel 4.6. Pergeseran Bersih (net shift) Sektor Perekonomian Sulawesi

Pergeseran Bersih Sektor

Juta Rp Persentase

Pertanian, peternakan, kehutanan & perikanan - 1.673.248 - 24,94

Pertambangan & penggalian 256.039 13,30

Industri pengolahan 155.682 5,65

Listrik, gas & air bersih 86.482 32,37

Bangunan 812.060 34,05

Perdagangan, hotel & restoran 1.357.501 29,54

Pengangkutan & komunikasi 1.173.149 41,07

Keuangan, persewaan & jasa perusahaan 1.154.072 50,04

Jasa – jasa 295.074 8,41

PDRB 3.616.813 13,24

Sumber: BPS, diolah

Berdasarkan Tabel 4.6, secara agregat pergeseran bersih di Sulawesi menghasilkan nilai positif, yang turut memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan PDRB pada periode 2000-2007 di Sulawesi sebesar 3,62 Triliun

rupiah atau sebesar 13,24 persen. Hal ini juga menunjukkan bahwa secara umum, Sulawesi termasuk kedalam kelompok daerah yang progresif (maju).

Ditingkat sektoral, hampir semua sektor memiliki nilai PB > 0 kecuali satu sektor yang memiliki PB< 0 yaitu sektor pertanian. Pada sektor pertambangan, pergeseran bersihnya mampu menambah pertumbuhan output sebesar 256,04 Milyar rupiah atau sebesar 13,30 persen terhadap total pertumbuhan di sektor tersebut. Begitu juga yang terjadi di sektor industri pengolahan, sektor listrik, sektor bangunan, sektor perdagangan, sektor pengangkutan, sektor keuangan dan sektor jasa-jasa pergeseran bersihnya turut menambah pertumbuhan output ekonomi di Sulawesi. Lebih jelasnya bisa dilihat pada Tabel 4.6. Sementara pada sektor pertanian pergeseran bersihnya justru membebani tingkat pertumbuhan output sebesar minus 1,67 Triliun rupiah.

4.4.3 Analisis Kuadran PS dan DS

Dengan melihat besaran PS dan DS, maka suatu daerah/sektor dapat dikategorikan menjadi empat kelompok/kuadran. Dengan menggunakan alat analisis Shift Share, dapat dilihat dari pendekatan DS dan PS sekaligus, pada periode 2000-2007 secara agregat posisi perekonomian (PDRB) Sulawesi terletak pada Kuadran I (PS dan DS positif). Ini berarti bahwa ekonomi Sulawesi mengalami pertumbuhan yang pesat (fast growing) dan perekonomian Sulawesi secara umum memiliki daya saing yang relatif tinggi

serta arah pertumbuhan ekonomi sektor domina di Sulawesi sejalan dengan arah pertumbuhan sektor dominan ditingkat nasional.

DS (3.000.000) (2.000.000) (1.000.000) -1.000.000 2.000.000 3.000.000 4.000.000 (4.000.00 0) (3.000.00 0) (2.000.00 0) (1.000.00 0) - 1.000.00 0 2.000.00 0 3.000.00 0 4.000.00 0 PS Pertanian keuangan Pertambangan Ind. Pengolahan LGA Bangunan Perdagangan Pengangkutan Jasa2 PDRB

Kuadran III Kuadran II

Kuadran IV Kuadran I

Gambar 4.3. Proportional Shift (PS) dan Diference Shift (DS) Sektor Ekonomi di Sulawesi periode 2000-2007

Pada tingkat sektoral, terdapat tiga sektor yang menempati kuadran I (PS dan DS positif), yaitu sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan

restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Hal ini

menginterpretasikan bahwa sektor-sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan yang cepat. Sektor-sektor tersebut juga mampu bersaing dengan sektor-sektor perekonomian dari wilayah lain.

Pada kuadran II (PS positif dan DS negatif) ditempati oleh sektor listrik, gas dan air serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Ini memberikan pengertian bahwa sektor-sektor tersebut berada pada posisi tertekan tapi sedang berkembang (developing). Sektor-sektor ini dikategorikan sebagai sektor ekonomi yang memiliki laju pertumbuhan yang cepat, tetapi sektor tersebut tidak mampu bersaing dengan sektor ekonomi dari wilayah lain (daya saingnya rendah).

Sementara itu, tidak terdapat sektor ekonomi di Sulawesi yang menempati kuadran III (PS negatif dan DS negatif). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada sektor ekonomi di Sulawesi yang dikategorikan sebagai sektor yang terbelakang dan berdaya saing lemah atau dikategorikan terbelakang (depressed).

Di kuadran IV ditempati oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan dna perikanan, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan dan sektor jasa-jasa. Kelompok sektor ini mempunyai kecenderungan sebagai sektor yang tertekan tetapi berpotensi (highly

potential). Kelompok sektor ini memiliki tingkat daya saing yang tinggi tetapi

laju pertumbuhannya lambat.

Dokumen terkait