• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.8 Penelitian-penelitian terdahulu

Hasil penelitian Tirani Sakuntala Devi (2007) terhadap pertumbuhan Sektor-Sektor ekonomi Perekonomian Kawasan Timur Indonesia, dengan menggunakan analisis Shift Share, menunjukkan bahwa pada kurun waktu 1994-1996 sektor Listrik, gas dan Air Bersih memiliki laju pertumbuhan yang paling cepat dan sektor Jasa-jasa merupakan sektor yang paling lambat laju

pertumbuhannya. Sektor perekonomian yang memiliki daya saing yang paling tinggi adalah sektor pertambangan dan penggalian. Sementara yang sangat tidak bisa bersaing adalah sektor industri pengolahan. Pada tahun 2000-2002, sektor yang memiliki tingkat pertumbuhan yang paling tinggi adalah sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sedangkan sektor pertambangan dan galian menjadi sektor yang paling lambat laju pertumbuhannya.Pada tahun 2000-2002, sektor pertambangan dan penggalian tetap menjadi sektor dengan daya saing tertinggi, sedangkan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor yang sangat tidak bisa bersaing dengan sektor wilayah lain.

Rini (2006) dalam penelitiannya terhadap pertumbuhan sektor-sektor perekonomian 30 provinsi di Indonesia menggunakan model analisis Shift

Share menunjukkan bahwa terjadi pergeseran pertumbuhan pada tahun 1998

dan 2003 pada beberapa provinsi terkait dengan pemekaran provinsi yang terjadi di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi sebagai proses pemulihan ekonomi masa ini menunjukkan pertumbuhan yang positif. Kontribusi pertumbuhan ekonomi nasional pada masa itu meningkat sebesar 21 persen. Provinsi dengan kontribusi pertumbuhan ekonomi terbesar adalah provinsi Nusa Tenggara Barat sedangkan kontribusi pertumbuhan terkecil adalah Provinsi Maluku. Berdasarkan nilai pertumbuhan wilayah yang digambarkan pada pertumbuhan nasional menunjukkan bahwa kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat memberikan pengaruh terhadap kebijakan pemerintah daerah. Pemerintah daerah DKI Jakarta merupakan daerah yang kebijakannya mampu mempengaruhi pertumbuhan sektoralnya, sedangkan provinsi Maluku Utara

merupakan provinsi yang kebijakannya kurang mampu mempengaruhi pertumbuhan sektoralnya. Secara sektoral, sektor yang mengalami pertumbuhan kontribusi terbesar adalah sektor Listrik, gas dan air bersih, sedangkan sektor bangunann merupakan sektor yang mempunyai kontribusi pertumbuhan terkecil. Provinsi Banten merupakan provinsi dengan pertumbuhan yang cepat dan provinsi Papua merupakan provinsi dengan pertumbuhan yang lamban. Daya saing provinis di dominasi oleh Provinsi Jawa Barat, sedangkan Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi yang tidak mampu berdaya saing dengan baik.

Pertumbuhan wilayah yang terjadi di 30 Provinsi menunjukkan bahwa secara sektoral, sektor industri pengolahan merupakan sektor yang mempunyai nilai pertumbuhan nasional terbesar sehingga mampu mempengaruhi setiap kebijakan yang dikeluarkan pemerintah khususnya di Provinsi Jawa Timur, sedangkan sektor listrik, gas dan air bersih pada Provinsi Maluku Utara merupakan sektor yang mempunyai nilai pertumbuhan nasional terkecil. Berdasakan nilai pergeseran bersih terdapat 16 provinsi yang termasuk dalam kelompok provinsi yang pertumbuhannya progresif dan 14 provinsi lainnya termasuk dalam provinsi dengan pertumbuhan yang lamban. Profil pertumbuhan perekonomian menunjukkan bahwa provinsi yang mempunyai daya saing paling baik dan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi paling cepat adalah Provinsi Jawa Barat, sedangkan Provinsi Maluku merupakan provinsi yang mempunyai pertumbuhan paling lamban dengan daya saing sektor yang kurang baik.

Bahri (2005) dalam penelitiannya terhadap sektor-sektor sumber pertumbuhan perekonomian Kota Bekasi yang menggunakan metode analisis basis wilayah (LQ), menyatakan bahwa ada beberapa sektor yang mampu menjadi sektor basis secara kontinu pada tahun 2000-2002 berdasarkan indikator pendapatan. Sektor tersebut adalah sektor industri pengolahan, sektor bangunan dan konstuksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor jasa-jasa tidak mampu menjadi sektor basis tahun 2000-2002.

Bustam (2005) dalam identifikasi dan kontribusi subsektor perikanan terhadap PDRB Provinsi Nusa Tenggara Barat, berdasarkan hasil analisis LQ menunjukkan bahwa subsektor perikanan merupakan subsektor dengan LQ tertinggi kelima dari semua semua subsektor PDRB, yaitu dengan LQ 2,09. Sementara terhadap sektor pertanian, subsektor ini berada pada urutan ketiga setelah subsektor pertanian tanaman pangan dan subsektor peternakan. Sementara itu, hasil analisis Shift Share Klasik menunjukkan Subsektor perikanan memiliki pertumbuhan sebesar Rp15,25 Milyar dan berada diurutan kedua setelah subsektor peternakan. Sementara hasil Analisis Shiftshare modifikasi Estaban Marquilas menunjukkan subsektor perikanan tidak memiliki spesialisasi maupun keunggulan kompetitif.

Setiawan (2004) dalam analisis pertumbuhan ekonomi kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Utara, dengan alat analisis Shift Share memperlihatkan adanya peningkatan perekonomian Provinsi Sumatera Utara

yang tumbuh sebesar 38 persen. Analisis komponen pertumbuhan memperlihatkan bahwa pada kurun waktu 19993-1997 untuk komponen pertumbuhan nasional Kota Medan merupakan daerah yang mempunyai pertumbuhan nasional yang paling besar, sedangkan yang paling kecil adalah Kota Sibolga. Hal ini berarti pada tahun 1993-1997 Kota Medan merupakan daerah yang memberikan kontribusi paling besar dalam pembentukan PDRB Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan laju pertumbuhan ekonomi yang paling lambat adalah Kabupaten Langkat. Daerah yang mempunyai daya saing paling baik adalah Kota Sibolga dan yang paling buruk adalah Kabupaten Langkat. Dilihat dari pertumbuhan wilayah, yang paling maju adalah Kota Sibolga dan yang paling lambat adalah Kabupaten Langkat.

Hidayat (2004), dalam mengidentifikasi sektor basis dan non basis di Kabupaten Purbalingga tahun 1996-2003, dari hasil analisis menemukan bahwa laju pertumbuhan adalah positif. Berdasarkan perhitungan LQ, yang merupakan sektor basis bagi Kabupaten Purbalingga tahun 1996-2003 adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor konstruksi, sektor perdagangan serta sektor lainnya, sedangkan untuk mengetahui pergeseran sektor digunakan Shift Share diperoleh hasil selama periode penelitian sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, listrik, gas dan air bersih, konstruksi, perdagangan, komunikasi dan jasa-jasa nilai Differential

Shift positif artinya sektor tersebut di Kabupaten Purbalingga tahun 1995-2003

Dokumen terkait