• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERUSAKAN LINGKUNGAN

3.2. Rancangan Penelitian

3.2.3. Pengolahan Data

3.2.3.2. Analisis Komponen Utama

Analisis Komponen Utama merupakan suatu cara untuk mengidentifikasi pola data dan mengekspresikan data yang ada dengan suatu cara mengidentifikasi kesamaan dan perbedaan. Setelah didapat pola dan data yang telah dikecilkan sehingga didapat data yang optimal tanpa mengurangi informasi yang ada. Merupakan suatu teknik mereduksi data multivariat (banyak data) yang mencari untuk mengubah (mentransformasi) suatu matrik data awal/asli menjadi suatu set kombinasi linear yang lebih sedikit akan tetapi menyerap sebagian besar jumlah varian dari data awal dengan tujuan menjelaskan sebanyak mungkin jumlah varian data asli dengan sedikit mungkin komponen utama yang disebut faktor. Banyaknya faktor (komponen) yang bisa diekstrak dari data awal/asli ialah sebanyak variabel yang ada.

Analisis Komponen Utama yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kehidupan berwawasan

lingkungan dilihat dari faktor pendukung pada tingkat ketersediaan RTH, tingkat pengolahan sampah dengan 3R, dan tingkat partisipasi masyarakat.

Data yang ada akan dianalisis dan diolah sesuai dengan karakteristik rumah tangga dimana dapat mempengaruhi penggunaan konsep ecoliving dengan penilaian yang ada di dalam kuisioner. Karakteristik rumah tangga dibagi kedalam sembilan bagian yaitu jenis kelamin, umur, pendidikan, marital, jumlah anggota keluarga, status kepemilikan rumah, luas halaman, pekerjaan, dan pendapatan. Setiap karakter dibagi ke dalam sub bagian sesuai dengan kriteria dari karakter tersebut. Untuk karakter jenis kelamin dibagi menjadi dua, yakni laki-laki dan perempuan; umur dibagi menjadi tiga bagian, yakni remaja (<35 tahun), dewasa 35-45 tahun, tua (>45 tahun); pendidikan dibagi menjadi tiga, yakni pendidikan rendah (>SMA), sedang (SMA-D3), tinggi (>D3); marital dibagi menjadi tiga, yakni belum menikah, menikah, janda/duda; jumlah anggota keluarga dibagi menjadi tiga bagian, yakni sedikit (<5 jiwa), sedang (5 jiwa), banyak (> 5jiwa); status kepemilikan rumah dibagi menjadi tiga, yakni milik sendiri, sewa.kontrak, milik orang tua; pekerjaan dibagi menjadi empat, yakni belum bekerja, pensiunan, bekerja, ibu rumah tangga, dan pendapatan dibagi menjadi tiga, yakni rendah (< Rp.500.000,-), sedang (Rp. 500.000,- - Rp. 1.000.000,-), tinggi (> Rp. 1.000.000,-).

Penilaian yang ada akan membuktikan tingkat keberlanjutan masyarakat dalam menggunakan dan menerapkan ecoliving serta menentukan tingkat atau tingkatan sistem pengelolaan lingkungan bebasis ecoliving yang terjadi di Desa Jambangan. Tingkat ini melihat dari keterkaitan tingkat ketersediaan RTH, pengelolaan sampah dan partisispasi masyarakat.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Lingkungan Desa Jambangan

Desa Jambangan merupakan salah satu desa yang berhasil menciptakan kebersihan lingkungan Kota Surabaya dengan berbagai kegiatan. Adapun kegiatan yang telah dilakukan adalah program sanitasi, penghijauan, pemilahan sampah, dan kaderisasi yang telah berlangsung selama enam tahun dimulai tahun 2001 sampai sekarang yang didukung oleh Pemkot Surabaya, LSM Tunas Hijau, dan PT Unilever yang sering disebut dengan program peduli lingkungan (Green and Clean). Sebelum adanya program ini Desa Jambangan terlihat kurang baik dari segi kebersihan yang rendah, sanitasi yang rendah, polusi meningkat, pencemaran meningkat, gersang/kurang tersedianya RTH, dan pola kehidupan yang rendah (membuang sampah tidak pada tempatnya, menggunakan barang yang tidak ramah lingkungan).

Program ini berjalan dengan baik dilihat dari kemampuan masyarakat dalam menciptakan kualitas lingkungan yang bersih seiring dengan kesehatan dan pola hidup masyarakat yang kian baik. Kemampuan desa ini untuk maju terutama menjaga lingkungan agar tetap sehat sangatlah jelas terlihat terutama pada hal pengolahan sampah rumah tangga, penghijauan/ketersedian Ruang Terbuka Hijau yang cukup, pencemaran terhadap air berkurang, udara lebih terasa segar.

4.2. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat yang berjalan diantaranya melakukan pemilahan sampah disetiap rumah yang tergolong dua bagian yaitu organik dan anorganik. Sejalan dengan gerakan 3R, kampanye dan penyuluhan kepada masyarakat sudah dilakukan dengan tujuan agar masyarakat mau mengurangi sampahnya, menggunakan kembali barang-barang yang masih bisa dimanfaatkan, dan mendaur ulang sampahnya. Sampah basah (organik) bisa dimanfaatkan untuk dijadikan kompos, sedangkan sampah kering (anorganik) dapat berupa kertas, plastik, logam, kaca, dan sebagainya dapat dijadikan bahan baku industri daur ulang.

Bentuk peranserta masyarakat yang sudah berjalan adalah memilah sampah yang dihasilkan menjadi dua bagian yaitu organik dan anorganik. Sampah anorganik dibagi dalam beberapa kelompok yaitu sampah yang dapat dijual, digunakan kembali, dan sampah yang dapat didaur ulang. Biasanya sampah yang laku dijual dapat menghasilkan Rp. 30.000 – Rp. 50.000 per bulan yang berasal dari sampah berbahan plastik, kardus, botol kaca/plastik, gelas aqua, duplek, kaca, kertas, dan sebagainya. Sampah yang dapat digunakan kembali berasal dari gelas aqua, kayu-kayu triplek/duplek, sedotan, balok-balok kayu, dan sebagainya. Ikut serta dalam penyuluhan, rapat-rapat/pertemuan-pertemuan mengenai pengelolaan lingkungan, pengkaderan lingkungan, kemudian juga berusaha menyediakan ruang-ruang hijau yang bermanfaat bagi keseimbangan lingkungan.

Kesadaran masyarakat ini juga terlihat dalam hal meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan. Pembentukkan kader-kader lingkungan yang dapat memberi arahan kepada masyarakat sekitar juga dilakukan oleh PT Unilever agar terciptanya lingkungan yang asri. Pengkaderan ini disponsori oleh seorang penyelamat lingkungan yang sampai saat ini telah menghasilkan 57 kader lingkungan yang terdiri dari 10 laki-laki dan 47 perempuan, ini dikarenakan banyak ibu rumah tangga yang berkecimpung langsung dalam program pengelolaan lingkungan. Arahan dan berbagai program telah dilaksanakan dalam pembentukkan kader ini terutama untuk menggunakan konsep 3R, penghijauan, pengomposan, dan kekeluargaan antar warga.

Hubungan antara karakteristik rumah tangga dengan komponen faktor tingkat partisipasi masyarakat berdasarkan chi square menghasilkan hubungan yang nyata dan tidak nyata (Tabel 1). Pada karakteristik jenis kelamin perempuan lebih mendominasi (71,8%) dibandingkan laki-laki (12,5%) ini dikarenakan perempuan lebih banyak berada di lingkungan rumah sehingga lebih sering melakukan kegiatan di dalam masyarakat. Segi umur, yang berumur antara 35-45 tahun lebih banyak (37,5%) mengikuti kegiatan dibandingkan dengan umur kurang dari 35 th (18,7%) dan lebih dari 45 thn (28,1%). Tingkat pendidikan yang ada di Desa Jambangan sangatlah bervariasi dan pendidikan SMA-D3 lebih mendominasi (43,7%)

keikutsertaan dalam mengelola lingkungan sedangkan pendidikan SD-SMP berkategori sedang (37,5%) dan rendah Sarjana/Pascasarjana.

Status masyarakat yang telah menikah lebih tinggi (75%) dibandingkan yang belum menikah (0%) ataupun janda/duda (9,4%). Berdasarkana anggota keluarga yng ada partisipasi masyarakat lebih mengarah baik pada keluarga yang mempunyai sedikit anggota keluarga atau < dari 5 jiwa (56,3%) dibanding dengan yang 5 jiwa (12,5%) atau > dari 5 jiwa (15,6%) ini dikarenakan informasi yang diterima dan dilakukan oleh anggota keluarga lebih baik bagi keluarga kecil agar tetap fokus pada konsep ecoliving dapat berjalan dengan baik. Partisipasi ini juga dipengaruhi oleh status kepemilikan rumah yang apabila milik sendiri lebih sering diperhatikan (59,4%) dibandingkan sewa/kontrak (9,4%) ataupun rumah orang tua (15,6 %). Luas halaman terhitung lebih banyak yang < dari 5m2 ini karena rumah yang ada berkisar dari 120m2 – 240m2 dimana kebutuhan akan RTH cukup terdapat 1 pohon pelindung, perdu, semak hias, serta penutup tanah/rumput dengan jumlah yang cukup, sedangkan yang 5-10m2 (21,8%) dan >10m2 (6,3%) hanya sedikit dari pemukiman tersebut. Dalam hal pekerjaan, ibu rumah tangga (56,3%) terlihat lebih aktif dalam berpartisipasi dibandingkan dengan pensiunan (6,3%), bekerja (21,8%) ini dikarenakan kegiatan mereka lebih sering berada di sekitar perumahan. Pendapatan berpengaruh besar terhadap perilaku masyarakat untuk berpatisipasi dalam pengelolaan lingkungan ini, pendapatan < Rp. 500.000,- (37,5%) lebih besar dibandingkan responden yang berpenghasilan Rp. 500.000,- - Rp.1.000.000,- (28,1%) dan > Rp. 1.000.000,- (18,7%) ini dikarenakan banyak masyarakat yang hanya berpendidikan rendah tetapi tidak menutup kemungkinan menghasilkan yang lebih dengan dilihat selang antara ketiga pendapatan tersebut tidak terlalu jauh, ini mencerminkan bahwa perekonomian masyarakat tersebut baik.

Tabel 1 Hubungan Karakteristik Rumah Tangga Berdasarkan Faktor Pendukung Tingkat Partisipasi Masyarakat

No. Variabel Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Perencanaan dan pengembilan keputusan Pengembangan SDM Pengembangan kegiatan 1 Jenis Kelamin √ X √ 2 Umur √ X √ 3 Pendidikan X 4 Marital √ X X

5 Jumlah Jiwa dalam

Keluarga √ X X 6 Status Kepemilikan Rumah 7 Luas Halaman √ X √ 8 Pekerjaan 9 Pendapatan X X X X Keterangan : √ : ada hubungan X : tidak ada hubungan

4.2.1. Tingkat Partisipasi dalam Pengelolaan Lingkungan 1. Perencanaan dan pengambilan keputusan

Sebanyak 77% responden sering ikut serta dalam pertemuan-pertemuan yag diadakan, 7% responden jarang menghadiri pertemuan-pertemuan, dan 16% tidak pernah menghadiri pertemuan-pertemuan yang diadakan. Ini terlihat bahwa keinginan masyarakat dalam merencanakan dan memberi keputusan tentang hal pengelolaan lingkungan sangat tinggi tetapi tetap harus ada dukungan dari Pemerintah. Keterlibatan dan peran aktif secara langsung merupakan cara partisipasi tertinggi dan bisa dianggap mengarah ke tingkat yang baik (Moningka, 2000).

Gambar 8 Partisipasi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan 2. Pelaksanaan

Sebagian besar (44%) responden melakukan pengelolaan sampah dengan satu program yaitu salah satu dari teknik pemilahan sampah menjadi organik dan anorganik, mengolah sampah mejadi kompos, membuat kerjainan tangan dari sampah, membuat barang lain dari sampah, menjual ke pemulung, menanam tanaman di rumah. Sebanyak 22% reponden melakukan dua program sedangkan sebanyak 34% responden mengelola sampah yang ada memilih menerapkan lebih dari tiga program. Ini menyatakan bahwa responden cenderung melakukan satu program hanya untuk melaksanakan partisipasi tidak langsung, sedangkan responden yang memilih lebih dari dua program dipengaruhi oleh faktor ekonomi dimana barang yang dapat digunakan lagi akan menghasilkan nilai ekonomi yang dapat membantu kehidupan responden. Secara umum pelaksanaan pengelolaan sampah sudah berjalan dengan baik dan terlihat keberlanjutan dalam pelaksanaannya. Tidak Pernah 16% Jarang 7% Sering 77%

Gambar 9 Partisipasi dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan 3. Pengembangan Sumberdaya Manusia

Sebagian besar responden bersedia mengembangkan dirinya menjadi kader (81%) karena mereka mendapat keuntungan yang tidak mereka dapatkan dibangku sekolah seperti layaknya berorganisasi. Lebih percaya diri, lebih pandai mengenai pengeolaan lingkungan, lebih luwes bergaul, pengembangan sikap sebagai warga yang disiplin adalah beberapa keuntungan yang didapat dari responden akibat keikutsertaan dalam kader lingkungan.

Gambar 10 Partisipasi dalam pengembangan SDM 1 program 44% 2 program 22% > 2 program 34% Tidak Bersedia 19% Bersedia 81%

Dokumen terkait