• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kompos dan Pupuk Kandang ayam

Dilakukan analisis kompos dan pupuk kandang ayam yaitu %KA, pH H2

6. Aplikasi Perlakuan

O, %C, %N, rasio C/N, dan P-Total.

Aplikasi bahan organik kompos T.diversifolia dan pupuk kandang ayam serta pupuk SP-36 sesuai dengan dosis perlakuan. Bahan organik berupa kompos T.diversifolia dan pupuk kandang ayam dimasukkan ke dalam polybag sesuai

perlakuan dan diaduk merata hingga homogen. Setelah itu diinkubasi selama 3 minggu. Pupuk SP-36 di masukkan kedalam polybag setelah 2 minggu berjalannya inkubasi bahan organik. Dan di lakukan analisis meliputi pH H2

7. Penanaman dan Pemeliharaan

O, P-potensial dan Aldd.

Penanaman dilakukan 1 hari setelah perlakuan bahan organik dan pupuk.

Penanaman dilakukan dengan menanam benih jagung sebanyak 2 benih/polybag.

Pemupukan dasar diberikan berupa pupuk Urea sebanyak 125 kg/ha (0,5 g/polybag) dan pupuk KCl sebanyak 75 kg/ha(0,3 g/polybag). setelah berumur 2 minggudilakukan penjarangan dengan hanya meninggalkan satu tanaman yang paling baik. Tanaman ditanam selama 7 minggu atau hingga akhir masa vegetatif.Penyiraman dilakukan setiap hari sampai mencapai kondisi kapasitas lapang.

8. Pemanenan

Pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur 6-7 minggu. Bagian tajukdipotong dan bagian akar diambil lalu dibersihkan dan dikeringkan untukselanjutnya diovenkan guna mendapatkan berat konstan. Dihitung berat keringtajuk dan berat kering akarnya setelah diovenkan.

9. Parameter Pengamatan

Peubah amatan yang di ukur meliputi : Tanah (setelah 3 minggu inkubasi)

1. pH H2

2. P-Potensial metode Ekstrak HCl 25%

O metode Elektrometri (1:2,5)

3. Al-dd metode Titrasi

Tanaman (pada akhir vegetatif 6-7 minggu setelah tanam) 1. Serapan P (g) tanaman Jagung (Zea maysL.) 2. Diameter Batang (cm)

3. Bobot Kering Akar (g) 4. Bobot Kering Tajuk (g)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Adapun analisis kimia tanah yang dilakukan adalah pH, Aldd, dan P-potensial, sedangkan pada tanaman analisis yang dilakukan meliputi serapan P, diameter batang, berat kering akar serta berat kering tajuk yang dilakukan setelah panen.

pH Tanah

Hasil sidik ragam seperti pada Lampiran 7 memperlihatkan bahwaaplikasi bahan organikdan pupuk SP-36 berpengaruh nyata terhadap pH tanah, sedangkan interaksi pupuk SP-36 dengan bahan organik tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan pH tanah.

Hasil uji beda rataan pengaruh aplikasi bahan organik dan pupuk SP-36 terhadap pH tanah disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Uji Beda Rataan Aplikasi Bahan Organikdengan Pupuk SP-36 terhadap pH Tanah

B0 B1 B2 B3 B4 B5 Rataan

P0 4.62 6.14 5.94 5.97 6.03 5.91 5.77b

P1 4.77 6.14 6.13 6.15 6.04 6.05 5.88a

P2 4.76 6.05 6.02 6.04 5.96 6.07 5.82ab

P3 4.86 6.00 5.99 6.10 6.11 6.00 5.84ab

Rataan 4.75b 6.08a 6.02a 6.06a 6.03a 6.01a

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata(5%)menurut uji DMRT

Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa aplikasi bahan organik dapat meningkatkan pH dengan nilai tertinggi pada taraf B1 (100% T.

diversifolia) sebesar 6,08 yang tidak berbeda nyata dengan taraf B2 (75% T.

diversifolia + 25% pupuk kandang ayam) sebesar 6,02 dengan kriteria agak

masam (Lampiran 5), B3(50% T. diversifolia + 50% pupuk kandang ayam) sebesar 6,06, B4(25% T. diversifolia + 75% pupuk kandang ayam) sebesar 6,03, dan B5(100% pupuk kandang ayam) sebesar 6,01, sedangkan nilai pH yang

...ppm...

terendah pada taraf B0

Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa aplikasi pupuk SP-36 dapat meningkatkan pH dengan nilai tertinggi pada taraf P

(kontrol) sebesar 4,75 dengan kriteria masam (Lampiran 5).

1 (50 kg P2O5/ha) sebesar 5,88 dengan kriteria agak masam (Lampiran 5), namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan P2 (100 kg P2O5/ha) sebesar 5,82 dan P3 (150 kg P2O5/ha) sebesar 5,84, sedangkan nilai pH yang terendah pada taraf P0

Aldd

(kontrol) sebesar 5,77 dengan kriteria agak masam (Lampiran 5).

Hasil sidik ragam seperti pada Lampiran 9 memperlihatkan bahwa aplikasi bahan organik, aplikasi pupuk SP-36, dan interaksi bahan organik dengan pupuk SP-36 berpengaruh nyata terhadap penurunan Aldd tanah.

Hasil uji beda rataan pengaruh aplikasi bahan organik dan pupuk SP-36 terhadap Alddtanah disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Uji beda rataan aplikasi bahan organikdengan pupuk SP-36 terhadap Aldd tanah

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata(5%) menurut uji DMRT

Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa interaksi bahan organik dengan pupuk SP-36 dapat menurunkan Aldd dengan nilai terendah pada kombinasi perlakuan B1P0 (100% T.diversifolia dan 0 kg P2O5/ha), B1P1

(100% T. diversifolia dan 50 kg P2O5/ha), B1P2 (100% T. diversifolia dan 100 kg

...%...

P2O5/ha), B2P3 (75% T. diversifolia + 25% pupuk kandang ayam dan 150 kg P2O5/ha), B3P1 (50% T. diversifolia + 50% pupuk kandang ayam dan 50 kg P2O5/ha), B4P2 (25% T.diversifolia + 75% pupuk kandang ayam dan 100 kg P2O5/ha), B4P3 (25% T.diversifolia + 75% pupuk kandang ayam dan 150 kg P2O5/ha) dan B5P1 (100% pupuk kandang ayam dan 50 kg P2O5/ha) sebesar 0,030 ppm, sedangkan nilai Aldd tertinggi pada taraf B0P0

P-Potensial

(kontrol) sebesar 0,247 ppm.

Hasil sidik ragam seperti pada Lampiran 11 memperlihatkan bahwa aplikasi bahan organik, aplikasi pupuk SP-36 dan interaksi bahan organik dengan pupuk SP-36 berpengaruh nyata terhadap P-potensial tanah.

Hasil uji beda rataan pengaruh aplikasi bahan organik dan pupuk SP-36 terhadap P-potensial tanah disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Uji beda rataan aplikasi bahan organikdengan pupuk S36 terhadap P-potensial tanah

B0 B1 B2 B3 B4 B5

P0 0.009f 0.011f 0.011f 0.013f 0.014ef 0.019def P1 0.019cdef 0.015ef 0.025bcde 0.015ef 0.016ef 0.014ef P2 0.014ef 0.016def 0.022bcde 0.029bc 0.023bcde 0.024bcde P3 0.026bcde 0.063a 0.026bcd 0.058a 0.023bcd 0.033b

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata(5%) menurut uji DMRT

Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa interaksi bahan organik dengan pupuk SP-36 dapat meningkatkan P-potensial dengan nilai tertinggi pada kombinasi perlakuan B1P3 (100% T.diversifolia dan 150 kg P2O5/ha) sebesar 0,063 % namun tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan B3P3 (50% T.diversifolia + 50% pupuk kandang ayam dan 150 kg P2O5/ha) sebesar 0,058 %, sedangkan nilai P-potensial terendah pada kombinasi

...mg/tanaman...

perlakuan B0P0 (kontrol) sebesar 0,009 % namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan B1P0(100% T.diversifolia dan 0 kg P2O5/ha) sebesar 0,011 %, B2P0 (75% T.diversifolia + 25% pupuk kandang ayam dan 0 kg P2O5/ha) sebesar 0,011

% dan B3P0 (50% T.diversifolia + 50% pupuk kandang ayam dan 0 kg P2O5

Serapan P Tanaman

/ha) sebesar 0,013 %.

Hasil sidik ragam seperti pada Lampiran 13 memperlihatkan bahwa aplikasi bahan organik dan interaksibahan organik dengan pupuk SP-36 berpengaruh nyata terhadap serapan P, sedangkanaplikasi pupuk SP-36 tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan serapan P.

Hasil uji beda rataan pengaruh aplikasi bahan organik dan pupuk SP-36 terhadap serapan P tanaman disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Uji beda rataan aplikasi bahan organikdengan pupuk SP-36 terhadap serapan P tanaman

B0 B1 B2 B3 B4 B5

P0 350.87hi 1225.97efg 824.91ghi 2060.43abcd 2119.4abc 2219.40ab P1 355.19hi 1421.38bcdefg 1052.49efghi 1105.63efgh 1279.43defg 1676.53bcdef P2 255.28i 1004.06fghi 1088.65efgh 1336.21cdefg 1459.52bcdefg 1793.76abcdef P3 300.40hi 1879.75abcde 969.36fghi 2522.42a 1366.82cdefg 1459.36bcdefg

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata(5%) menurut uji DMRT

Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa interaksi bahan organik dengan pupuk SP-36 nyata meningkatkan serapan P dengan nilai tertinggi pada kombinasi B3P3 (50% T.diversifolia + 50% pupuk kandang ayam dan 150 kg P2O5/ha) sebesar 2522,42 mg/tanaman yang berbeda nyata dengan semua kombinasi perlakuan lainnya, sedangkan nilai serapan P terendah pada kombinasi B0P2 (0% T. diversifolia + 0% pupuk kandang ayam dan 100 kg P2O5/ha) sebesar 255,28 mg/tanaman.

...mm...

Diameter Batang

Hasil sidik ragam seperti pada Lampiran 15 memperlihatkan bahwa aplikasi bahan organik berpengaruh nyata terhadap diameter batang, sedangkanaplikasi pupuk SP-36 dan interaksi pupuk SP-36 dengan bahan organik tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan diameter batang.

Hasil uji beda rataan pengaruh aplikasi bahan organik dan pupuk SP-36 terhadap diameter batang disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Uji beda rataan aplikasi bahan organikdengan pupuk SP-36 terhadap diameter batang

B0 B1 B2 B3 B4 B5 Rataan

P0 4.69 6.58 8.48 10.18 9.95 9.30 8.20

P1 5.44 7.26 7.96 8.26 8.62 9.37 7.82

P2 5.46 6.96 8.10 8.28 8.76 9.02 7.76

P3 5.64 7.48 8.77 9.76 7.98 9.58 8.20

Rataan 5.31d 7.07c 8.33b 9.12ab 8.83ab 9.32a

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata(5%) menurut uji DMRT

Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 6 menunjukkan bahwa aplikasi bahan organik nyata meningkatkan diameter batang tanaman dengan nilai tertinggi pada taraf B5 (100% pupuk kandang ayam) sebesar 9,32 mm, namun tidak berbeda nyata dengan taraf B3 (50% T.diversifolia + 50% pupuk kandang ayam) sebesar 9,12 mm dan B4 (25% T.diversifolia + 75% pupuk kandang ayam) sebesar 8,83 mm, sedangkan nilai diameter batang terendah pada taraf B0

Bobot Kering Akar

(kontrol) sebesar 5,31 mm yang berbeda nyata dengan semua taraf lainnya.

Hasil sidik ragam seperti pada Lampiran 17 memperlihatkan bahwa aplikasi bahan organik, aplikasi pupuk SP-36 dan interaksi pupuk SP-36 dengan bahan organik berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar.

...g...

Hasil uji beda rataan pengaruh aplikasi bahan organik dan pupuk SP-36 terhadap bobot kering akar disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Uji beda rataan aplikasi bahan organikdengan pupuk SP-36 terhadap bobot kering akar

B0 B1 B2 B3 B4 B5

P0 0.68 h 1.52h 4.30fgh 11.93bc 13.21b 18.37a P1 1.31h 6.29defg 4.75fgh 9.99bcd 6.58defg 9.77bcd P2 3.28gh 4.94efgh 17.58a 12.09bc 10.50bcd 6.37defg P3 2.30gh 8.42cdef 7.96cdef 19.57a 8.58bcdef 9.52bcde

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata(5%) menurut uji DMRT

Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 7 menunjukkan bahwa interaksi bahan organik dengan pupuk SP-36 nyata meningkatkan bobot kering akar dengan nilai tertinggi pada kombinasi perlakuan B3P3 (50% T. diversifolia + 50% pupuk kandang ayam dan 150 kg P2O5/ha) sebesar 19,57 g, namun tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan B5P0 (100% pupuk kandang ayam dan 0 kg P2O5/ha) sebesar 18,37 g dan perlakuan B2P2 (75% T.diversifolia + 25% pupuk kandang ayam dan 100 kg P2O5/ha) sebesar 17,58 g, sedangkan nilai bobot kering akar terendah pada kombinasi perlakuan B0P0 (kontrol) sebesar 0,68 g namun tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan B0P1 (0% T.diversifolia + 0%

pupuk kandang ayam dan 50 kg P2O5/ha) sebesar 1,31 g dan perlakuan B1P0

(100% T. diversifolia dan 0 kg P2O5 Bobot Kering Tajuk

/ha) sebesar 1,52 g.

Hasil sidik ragam seperti pada Lampiran 19 memperlihatkan bahwa aplikasi bahan organik, aplikasi pupuk SP-36 dan interaksi pupuk SP-36 dengan bahan organik berpengaruh nyata terhadap bobot kaering tajuk.

Hasil uji beda rataan pengaruh aplikasi bahan organik dan pupuk SP-36 terhadap bobot kering tajuk disajikan pada Tabel 8.

...g...

Tabel 8. Uji beda rataan aplikasi bahan organikdengan pupuk SP-36 terhadap bobot kering tajuk

B0 B1 B2 B3 B4 B5

P0 7.74k 25.07fgh 20.63hij 33.48cde 38.04bc 42.09ab P1 8.41k 29.39ef 18.99ij 27.07fg 31.59de 38.15bc P2 7.49k 23.63gh 18.52j 35.51cd 33.67cde 35.51cd P3 7.49k 34.70cd 23.15ghi 46.22a 33.75cde 36.64c

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata(5%) menurut uji DMRT

Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 8 menunjukkan bahwa interaksi bahan organik dengan pupuk SP-36 nyata meningkatkan bobot kering tajuk tanaman dengan nilai tertinggi pada kombinasi perlakuan B3P3 (50%

T.diversifolia + 50% pupuk kandang ayam dan 150 kg P2O5/ha) sebesar 46,22 g yang berbeda nyata dengan semua kombinasi perlakuan lainnya, sedangkan nilai bobot kering tajuk terendah pada kombinasi perlakuan B0P0 (kontrol) sebesar 7,74 g yang tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan B0P1 (0%

T.diversifolia + 0% pupuk kandang ayam dan 50 kg P2O5/ha) sebesar 8,41 g, B0P2 (0% T.diversifolia + 0% pupuk kandang ayam dan 100 kg P2O5/ha) sebesar 7,49 g dan B0P3 (0% T.diversifolia + 0% pupuk kandang ayam dan 150 kg P2O5/ha) sebesar 7,49 g.

Pembahasan pH Tanah

Peningkatan pH tanah dipengaruhi oleh rendahnya pH pada tanah Ultisol Labuhan Batu Selatan yakni berkisar 4,76, yang meningkat menjadi 6,08

dengan pemberian bahan organik 100% T.diversifolia, sehingga pemberian bahan organik tersebut yang akan menghasilkan humus dapat mengikat hidrogen yang bermuatan positif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Novizan (2004) yang menyatakan bahwa beberapa manfaatpupuk organik adalah dapat menyediakan unsur hara makro dan mikro serta mengandung asam humat (humus) yang mampu meningkatkan pH padatanahmasam.

Pemberian pupuk P dapat meningkatkan pH pada tanah Ultisol Labuhan Batu Selatan sebesar 5,88 hal ini disebabkan adanya unsur Ca di dalam pupuk P (SP-36) yang dapat mengurangi ion H+ pada larutan tanah. Menurut BSN (2005) yang menyatakan bahwa pupuk SP-36 mengandung unsur hara fosfor dan Ca berupa mono kalsium fosfat, Ca(H2PO4). Hal ini sesuai dengan literatur Kaya (2012), bahwa pengaruh pupuk P terhadap peningkatan pH tanah karena adanya pelepasan sejumlah OH- ke dalam larutan akibat adsorpsi sebagian anion fosfat (H2PO4

-) oleh oksida-hidrat Al dan Fe sehingga pH tanah meningkat. Selain itu ion Ca2+ dalam pupuk tersebut akan menggantikan ion H+ dan Al3+ pada kompleks adsorpsi, maka konsentrasi ion H+ dalam larutan berkurang dan konsentrasi ion OH-

Aldd

naik.

Penurunan Aldd pada tanah Ultisol berpengaruh dengan pemupukan P dan pemberian bahan organik (kompos T.diversifolia dan pupuk kandang ayam) dari 0,25 ppm menjadi 0,03 ppm dimana bahan organik tersebut yang telah terdekomposisi akan menghasilkan asam asam organik yang dapat mengikat Al di dalam tanah sehingga Al akan menurun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Siregar (2016) bahwa pemberian bahan organik yang telah terdekomposisi di dalam tanah akan menghasilkan asam-asam organik melalui proses mineralisasi bahan organik yang akan membentuk senyawa khelat dengan Al bebas dalam tanah, sehingga Al yang dapat dipertukarkan menurun dan terdapat hubungan antara Al-dd terhadap pH tanah, yaitu dengan penurunan Al-dd maka akan meningkatkan pH. Hal ini disebabkan Al3+

P-Potensial

merupakan logam yang dapat mengikat P dan membuat pH menjadi masam. Berdasarkan hasil penelitian Sari (2013) yang menyatakan bahwa Al-dd pada perlakuan yang hanya ditambah pupuk P juga mengalami penurunan dibanding sebelum perlakuan karena Al menjerap P membentuk ikatan Al-P sehingga Al-dd tanah menjadi menurun.

Peningkatan P-potensial di akibatkan oleh pemberian bahan organik serta pemupukan P dari 0,009% menjadi 0,063% pada kombinasi perlakuan B1P3 (100% T. diversifolia dan 150 kg P2O5/ha) namun tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan B3P3 (50% T.diversifolia + 50% pupuk kandang ayam dan 150 kg P2O5/ha) sebesar 0,058%, dimana bahan organik dapat menyumbangkan unsur hara P ke dalam tanah dan menghasilkan asam asam organik untuk melepaskan P yang terfiksasi oleh logam logam Al dan Fe sehingga berpotensi untuk tersedia bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ardjasa (1994)

bahwa bahan organik di dalam tanah dapat mempengaruhi P didalam tanah melalui dekomposisinya yang menghasilkan asam organik dan CO2. Asam organik akan menghasilkan anion organik. Anion organik mempunyai sifat dapat mengikat ion Al dalam larutan tanah. Dengan demikian konsentrasi ion Al yang bebas dalam larutan akan berkurang sehingga diharapkan P potensial akan lebih banyak. Selain pupuk SP-36, T.diversifolia dan pupuk kandang ayam juga menyumbang unsur hara P ke dalam tanah. Menurut BSN (2005) Pupuk SP-36 adalah pupuk fosfat buatan berbentuk butiran (granular) yang dibuat dari batuan fosfat dengan campuran asam fosfat dengan asam sulfat yang mengandung 36% P dalam bentuk P2O5

Serapan P

. T.diversifolia dengan kandungan P sebesar 0,64% dan pupuk kandang ayam sebesar 1,13% juga menyumbangkan unsur hara P ke dalam tanah.

Peningkatan serapan P tanaman berpengaruh nyata dalam pemberian bahan organik T.diversifolia dan pupuk kandang ayam serta pemupukan P dari 350,87 mg/tanaman menjadi 2522,42 mg/tanaman pada kombinasi perlakuan B3P3(50%

T.diversifolia + 50% pupuk kandang ayam dan 150 kg P2O5/ha). Hal ini sejalan dengan peningkatan P-potensial sebesar 0,058% yang berpengaruh nyata pada kombinasi perlakuan B3P3

Diameter Batang

yang berpotensi lebih banyak tersedia untuk di serap oleh tanaman. Menurut Hakim (2005) , serapan P sangat tergantung pada kontak akar dengan P dalam larutan tanah. Sebaran akar di dalam tanah sangat penting dalam meningkatkan serapan P dan bobot kering tanaman. Dan pengambilan P oleh akar tanaman jagung dipengaruhi oleh sifat akar dan sifat tanah dalam menyediakan P.

Pemberian bahan organik pada perlakuan B5 (100% pupuk kandang ayam)

dalam peningkatan diameter batang masing – masing sebesar 9,32 mm dan 9,12 mm, dibandingkan dengan tanpa di beri bahan organik B0

Berat Kering Akar dan Berat Kering Tajuk

(kontrol) sebesar 5,31 mm. Hal ini disebabkan unsur hara N yang di sumbangkan oleh bahan organik sesuaidengan Harjadi (1996) yang menyatakanbahwa unsur nitrogen diperlukan tanamanuntuk merangsang pertumbuhan tanamanterutama batang, cabang, dan daun. Unsur nitrogen memacu daun yang berperan sebagaiindikator pertumbuhan tanaman dalamproses fotosintesis. Meratanya cahaya yang dapat diterima oleh daun menyebabkanmeningkatnya proses asimilasi yangterjadi sehingga hasil asimilasi yang diakumulasiakan lebih banyak, dimana asimilattersebut akan digunakan sebagai energy pertumbuhan tanaman untuk membentukorgan vegetatif seperti diameter tanaman.

Bertambahnya bobot kering akar berpengaruh nyata terhadap pemberian bahan organik dan pemupukan P dari 0,68 g menjadi 19,57 g pada kombinasi perlakuan B3P3 (50% T.diversifolia + 50% pupuk kandang ayam dan 150 kg P2O5/ha). Begitu juga pada pertambahan bobot kering tajuk berpengaruh nyata terhadap pemberian bahan organik dan pemupukan P dari 7,74 g menjadi 46,22 g pada kombinasi perlakuan B3P3 (50% T.diversifolia + 50% pupuk kandang ayam dan 150 kg P2O5/ha). Hal ini berkaitan erat dengan unsur hara P yang berpotensi didalam tanah yang kemudian dimanfaatkan oleh tanaman sehingga mempengaruhipertambahan berat kering akar tanaman. Menurut Winarso (2005) fungsi penting P dalam tanaman yaitu dalam proses fotosintesis, respirasi, transfer danpenyimpanan energi, pembelahan dan pembesaran sel serta proses-proses didalam tanaman lainnya dan membantu mempercepat perkembangan

danperpanjangan akar dan perkecembahan. P dapat merangsang pertumbuhan akar,yang selanjutnya berpengaruh pada pertumbuhan bagian di ujung-ujung tanaman.

KESIMPULAN Kesimpulan

1. Pemberian Tithonia diversifolia dan pupuk kandang ayam nyata menurunkan Aldd, meningkatkan pH, P- Potensial dan Serapan P serta pertumbuhan tanaman jagung pada Tanah Ultisol Labuhan Batu Selatan.

2. Pemupukan P (S36) nyata menurunkan Aldd, meningkatkan pH, dan P-Potensial serta pertumbuhan tanaman jagung pada Tanah Ultisol Labuhan Batu Selatan.

3. Interaksi pemberian Tithonia diversifolia dan pupuk kandang ayam dengan pemupukan P nyata menurunkan Aldd, meningkatkan P-Potensial dan Serapan P serta pertumbuhan tanaman jagung pada Tanah Ultisol Labuhan Batu Selatan dengan kombinasi perlakuan yang terbaik yaitu B3P3 (50%

Tithonia diversifolia + 50% pupuk kandang ayam dan 150 kg P2O5

Saran

/ha).

Untuk meningkatkan P-potensial tanah dan serapan P tanaman serta pertumbuhan tanaman Jagung pada Tanah Ultisol Labuhan Batu Selatan, disarankan menggunakan pupuk SP-36 dengan dosis 150 kg P2O5/ha serta 10 ton/ha kompos Tithonia diversifolia dan 10 ton/ha pupuk kandang ayam.

DAFTAR PUSTAKA

Ardjasa, W. S. 1994. Peningkatan Produktivitas Lahan Kering Marginal melalui Pemupukan Fosfat Alam dan Bahan Organik Berlanjut pada Pola : Padi Gogo Kedelai – Kacang Tunggak. Prosiding Seminar Nasional.

Pengembangan Wilayah Lahan Kering Bagian I. Lembaga Penelitian Universitas Lampung, Lampung.

Badan Standardisasi Nasional. 2005. Pupuk SP-36. SNI 02-3769-2005.

Baligar, V.C., N.K. Fageria, and Z.L. H.E. 2001. Nutrient Use Efficiency in Plants. Communication in Soil Plant Analysis, 32 : 7, 921 - 950.

Bondansari dan B. Susilo. 2011. Pengaruh Zeolit dan Pupuk Kandang terhadap Beberapa Sifat Fisik Tanah Ultisol dan Entisols pada Pertanaman Kedelai (Glycine max L.). Jurnal Agronomika. Vol 11 No 2. ISSN 1411-8297.

Damanik, MMB., Hasibuan, B.E., Fauzi, Sarifuddin, Hanum, H., 2010.

Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan.

Damanik, M. M. B., B. E., Hasibuan, Fauzi, Sarifuddin, dan H. Hanum. 2011.

Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan.

Damanik. V., L. Musa dan P. Marbun. 2013. Pengaruh Pemberian Kompos Kulit Durian dan Kompos Kulit Kakao pada Ultisol terhadap Beberapa Aspek Kimia Kesuburan tanah. Jurnal Online Agroekoteknologi. Vol 2 No 1 Hlm 455-461. ISSN 2337-6597

Firmansyah. M. A. 2011. Peraturan Tentang Pupuk, Klasifikasi Pupuk Alternatif dan Peranan Pupuk Organik dalam Peningkatan Produksi Pertanian.

Dinas Pertanian dan Perternakan Provinsi Kalimantan Tengah. Palangka Raya.

Hakim, Thursan. 2005. Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara.

Hakim, N., Agustian. dan Hermansyah. 2008. Pemanfaatan Agen Hayati dalam Budidaya dan Pengomposan Titonia Sebagai Pupuk Alternatif dan Pengendali Erosi pada Ultisol. Laporan Penelitian Tanah I PascaSarjana.

PPS Unand. Padang

Hartatik, W. 2007. Thithonia diversifolia Sumber Pupuk Hijau. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol. 29, No. 5. Bogor.

Hutagaol, H.H. 2003 Efek Interaksi Perlakuan Kapur Dolomit dan Kompos Kulit Durian terhadap pH, P-tersedia, KTK, dan Al-dd pada Tanah Masam.

Kasno. A. 2009. Respon Tanaman Jagung terhadap Pemupukan Fosfor pada Typic Dystrudepts. Balai Penelitian Tanah, Puslitbang Tanah dan Agroklimat, Jl. Ir. H. Juanda 98, Bogor. ISSN 0852-257X

.

Mallarino, A. 2000. Soil Testing and Available Phosphorus. IntegradeCrop Management News. Iowa State University.

Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif, Cetakan Pertama. AgroMedia Pustaka, Jakarta.

Novriani. 2010. Alternatif Pengelolaan Unsur Hara P (Fosfor) Pada Budidaya Jagung.Dosen Tetap Prodi Agroteknologi FP Universi. AgronobiS, Vol.

2, No. 3, Hal; 42 – 49. ISSN: 1979 – 8245X

Pangaribuan. M. 2012. Pengaruh Pupuk SP-36 Kompos Tithonia diversifolia Dan Vermikompos Terhadap Pertumbuhan dan Serapan P Tanaman Jagung (Zea mays L.) serta P-tersedia Pada Ultisol Simalingkar. Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. USU. Medan.

Prasetyo. B. H. dan D. A. Suriadikarta. 2006. Karakteristik dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol Untuk Pengembangan Lahan Kering di Indonesia. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdeaya Lahan Pertanian. Bogor.

Prahasta. 2009. Agribisnis Jagung. Pustaka Grafika. Bandung.

fosfor pada Ultisol Mancang. Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. USU.

Medan.

Purnamayani, R., dan Ratmini, S. 2002. Efek Kotoran Ayam dan Fosfat Alam Terhadap Sifat Kimia Tanah Inceptisol Jawa Barat. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Sumatera Selatan.

Purwani, J. 2012. Pemanfaatan Tithonia Diversifolia (Hamsley) A Gray Untuk Perbaikan Tanah dan Produksi Tanaman. Balai Penelitian Tanah.

Purwono dan R. Hartono. 2007. Bertanam Jagung Unggul. Swadaya. Jakarta.

Rachman. I.A., S. Djuniwati dan K. Idris. 2008. Pengaruh Bahan Organik dan Pupuk NPK terhadap Serapan Hara dan Produksi Jagung di Inceptisol Ternate. Jurnal Tanah dan Lingkungan. Vol 10 No 1. ISSN 1410-7333.

Rosmarkam., A. dan Yuwono. N.W.2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Simanungkalit, R.D.M., D.A. Suriadikarta., R. Saraswati., D. Setyorini., dan W.

Hartatik. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian, Bogor.

Subowo. G. 2010. Strategi Efisiensi Penggunaan Bahan Organik untuk Kesuburan dan Produktivitas Tanah melalui Pemberdayaan Sumberdaya Hayati Tanah. Jurnal Sumberdaya Lahan. Vol 4 No 1. ISSN 1907-0799.

Sudaryono., 2009. Tingkat Kesuburan Tanah Ultisol Pada Lahan Pertambangan Batubara Sangatta, Kalimantan Timur. J. Tek. Ling 10 (3)

Sukmawati. 2011. Jerapan P pada Andisol yang Berkembang Dari Tuff Vulkan Beberapa Gunung Api di Jawa Tengah dengan Pemberian Asam Humat Dan Asam Silikat. Media Litbang Sulteng IV (1) : 30 – 36.

Sutejo, M. M. 2002. Pupuk Dan Cara Penggunaan. Jakarta : Rineka Cipta.

Syafruddin. 2002. Tolok ukur dan konsentrasi Al untuk penapisan tanaman jagung terhadap ketenggangan Al. Berita Puslitbangtan 24: 3-4.

Tambunan. A. S., Fauzi dan H. Guchi. 2014. Efisiensi Pemupukan P terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung (Zea Mays L.) pada Tanah Andisol dan Ultisol. Jurnal Online Agroekoteknologi. Vol 2 No 2 Hlm 414-426. ISSN 2337-6597.

Tan, K. H. 2007. Soil In The Humid Tropics and monsoon Region of Indonesia.

The University of Georgia Athens, Georgia.

Tan, K. H. 2010. Principles of Soil Chemistry Fourth Edition. CRC Press Tailor and Francis Group. Boca Raton. London. New York. 362 p.

Wahyudi, I. 2009. Serapan N Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Akibat Pemberian Pupuk Guano Dan Pupuk Hijau Lamtoro Pada Ultisol Wanga. Jurnal Agroland. ISSN : 0854 – 641X . 16 (4) : 265 – 272.

Widowati. L. R. dan D. Setyorini. Takaran Pupuk P Untuk Tanaman Jagung pada Tanah Berkesuburan Kimia Sedang. Bogor

Wulandari, V. 2011. Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Rosella (Hibiscus Sabdariffa L) di Tanah Ultisol. Fakultas Pertanian. Universitas Andalas. Padang.

Yetti, H., Nelvia, dan A. Pratama. 2012. Pengaruh Pemberian Berbagai Macam Kompos pada Lahan Ultisol terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Manis (Zea mays Saccharata Sturt). J. Agrotek. Trop. 1 (2): 31-37 Yulnafatmawita., R, A, Naldo dan A, Rasyidin. 2012.Analisis Sifat Fisika Ultisol

iga Tahun SetelahPemberian Bahan Organik Segar di Daerah Tropis Basah Sumbar. Fakultas Pertanian. Universitas Andalas. Padang.

iga Tahun SetelahPemberian Bahan Organik Segar di Daerah Tropis Basah Sumbar. Fakultas Pertanian. Universitas Andalas. Padang.

Dokumen terkait