• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.2. Metode Penelitian

3.2.1. Tahap Pengumpulan Data

3.2.2.2. Analisis Kondisi Fisik

Kondisi fisik area studi yang terdiri atas aksessibilitas, lebar pedestrian, disain paving, bahan perkerasan, street furniture, vegetasi dan elemen fisik lainnya dianalisis secara deskriptif dengan menjelaskan secara faktual kondisi- kondisi yang ada pada saat ini. Kondisi faktual yang ditemukan di lapang akan dibandingkan kesesuaiannya dengan standar-standar dimensi ruang dan ilmu Arsitektur Lanskap.

Hal ini sangat penting, untuk melihat sejauh mana kondisi fisik yang telah terbangun saat ini memberikan dampak dan kesan yang nyaman bagi penggunanya. Fasilitas atau struktur bangunan yang dibuat tersebut harus mengikuti standar-standar dimensi manusia penggunanya. Kenyamanan fisik ini sering dikaitkan dengan konsep “ergonomis”, yaitu objek atau stuktur yang dibangun secara dimensional dan strukturalnya mengikuti lekuk tubuh manusia

penggunanya. Hal ini dimaksudkan agar objek atau struktur yang dibangun dapat optimal dan nyaman untuk digunakan oleh penggunanya.

3.2.2.3. Analisis Visual/Scenic Beauty Estimation (SBE)

Aspek bio-fisik yaitu visual, dianalisis dengan SBE. Metode SBE terdiri dari tiga langkah utama, yaitu penentuan titik pemotretan, presentasi foto dan analisis data hasil survey (Daniel dan Booster, 1976). Secara lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Penentuan Titik dan Pemotretan

Proses menentukan titik dan pemotretan dimulai dengan survey lapang terlebih dahulu. Penentuan titik ini dilakukan di sepanjang jalur pedestrian pada Jalan M. H. Thamrin (sisi timur dan barat sejak Air Mancur Bank Indonesia hingga Jembatan Dukuh Atas) dan Jalan Jenderal Sudirman (sisi timur dan barat sejak Jembatan Dukuh Atas hingga Tugu Api Tak Kunjung Padam). Jarak antara titik satu dengan yang lain adalah 200 meter. Menurut Dharmawadhani (1997), titik pandang 200 meter merupakan jangkauan relatif mata normal untuk melihat pemandangan hingga batas titik maksimum (tidak terlihat) terhadap objek dalam lanskap. Setelah penentuan titik pemotretan selesai baru dilakukan pemotretan. Tujuan pemotretan adalah untuk mendokumentasikan pemandangan lanskap pedestrian kawasan jalan M. H. Thamrin-Jend. Sudirman yang nantinya akan dinilai oleh publik.

Pada tiap titik dilakukan pemotretan sebanyak dua kali, yaitu arah Utara dan Selatan dengan pengambilan foto dalam bentuk panorama. Tinggi pemotretan adalah setinggi mata manusia (150 cm) dan sejajar dengan arah pandangan normal. Foto lanskap hasil dokumentasi lapang sebanyak 128 foto, yang kemudian dilakukan seleksi oleh pakar (komisi pembimbing) dihasilkan sebanyak 50 foto. Foto-foto ini yang kemudian dijadikan sebagai bahan presentasi kuesioner kualitas visual. Dalam tahap ini alat dan bahan yang digunakan adalah kamera digital, kompas dan tripod kamera.

2. Presentasi Foto

Terhadap foto yang terseleksi terlebih dahulu dilakukan editing untuk mengurangi bias akibat pengaruh cuaca, sehingga diharapkan foto yang

dipresentasikan pada responden memiliki kualitas gambar yang sama. Selanjutnya foto dipresentasikan dengan menggunakan LCD Projector.

Presentasi foto merupakan tahap penilaian lanskap oleh responden. Jumlah total responden adalah 59 orang, yang diambil dengan teknik purposive sampling, yaitu mahasiswa Arsitektur Lanskap dari Institut Pertanian Bogor (45 orang) dan Universitas Trisakti (14 orang). Menurut Daniel dan Booster (1976), mahasiswa adalah bagian dari masyarakat yang dianggap peduli dan kritis terhadap lingkungan sekitarnya.

Sebelum dilakukan presentasi foto, terlebih dahulu responden diberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian, cara mengisi kuisioner, cara melihat dan menilai foto. Setiap foto disajikan dengan waktu ± 8 detik. Responden menilai setiap foto dengan cara memberi bobot dari skala 1 sampai 10 pada kuisioner (Daniel dan Booster, 1976). Presentasi 2 foto pertama merupakan foto contoh, sebagai gambaran mengenai ruang pedestrian kawasan jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta. Sebelum memasuki pemutaran foto utama, responden diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti. Setelah seluruh foto dipresentasikan, tahap terakhir dari presentasi foto ini adalah pengisian biodata responden dan komentar bebas mengenai ruang pedestrian tersebut.

3. Analisis Data

Data yang diperoleh diolah secara statistik untuk mendapatkan nilai SBE pada setiap titik pemotretan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan nilai z, dengan rumus sebagai berikut :

Zij = (Rij – Rj)/Sj

Keterangan :

Zij : standar nilai Z untuk penilaian ke-i dari pengamatan ke-j

Rj : rata-rata dari seluruh penilaian pengamat ke-j

Rij : nilai ke-i dari pengamat ke-j

Sj : standar deviasi dari seluruh pengamat ke-j

Perhitungan nilai Z pada kasus ini dilakukan secara tabulasi untuk setiap pemandangan lanskap. Nilai Z total untuk setiap titik pemotretan merupakan hasil rata-rata nilai Z dua pemandangan. Nilai Z yang dihasilkan digunakan sebagai standar penilaian untuk menduga keindahan pemandangan (Nilai SBE). Nilai SBE diperoleh dengan rumus :

SBEx = (ZLX – ZLS) x 100

Keterangan :

SBEx : nilai SBE pemandangan ke-x

ZLX : nilai rata-rata Z pemandangan ke-x

ZLS : nilai rata-rata Z pemandangan yang digunakan sebagai standar.

Setelah diperoleh nilai SBE, dilakukan analisis secara deskriptif untuk mengevaluasi setiap pemandangan.

3.2.2.4. Analisis Chi-Square (Persepsi dan Preferensi )

Aspek sosial, yaitu persepsi dan preferensi pengguna (user), dianalisis dengan Chi-Square dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu dengan memilih responden yang sering atau pernah berinteraksi dengan lokasi penelitian, sebagai pengguna (user) ruang pedestrian pada tapak. Jumlah kuisioner yang disebarkan sebanyak 250 eksemplar kepada responden yang dipilih secara acak pada titik-titik tempat pengambilan sampel yang telah ditentukan (pusat- pusat aktivitas, halte dan kantor). Dari jumlah tersebut, sebanyak 215 kuisioner (86%) yang dikembalikan. Sedangkan validitas data dari 215 kuisioner tersebut berkisar antara 76,7% - 100%.

Selain mengajukan kuisioner, juga dilakukan wawancara secara langsung (indepedent interview) dengan responden untuk memperoleh informasi yang lebih detil berkaitan dengan ruang pedestrian pada tapak (misalnya kondisi, bentuk dan fasilitas-fasilitas penunjang kenyamanan yang diinginkan). Penyebaran kuisioner dilakukan pada hari kerja dan hari libur dengan waktu pada pagi, siang dan sore hari.

2. Analisa Data

Data persepsi dan preferensi pengguna (user) terhadap kenyamanan ruang pedestrian pada tapak dipersentasekan terhadap jumlah masing-masing pilihan dalam kuisioner atau bersifat independen karena responden dapat menjawab dengan lebih dari satu pilihan jawaban. Kemudian data yang diperoleh dianalisa dengan uji Chi-Square.

Menurut Santoso (2002), uji Chi-Square dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan diantara dua variabel tertentu atau tidak. Uji ini dilakukan dengan Statistical Product and Service Solution (SPSS) dengan α = 0,05. Menurut Suharjo dan Siswadi (1999), dari uji ini diketahui nilai uji Pearson chi- square. Bila nilai uji Pearson chi-square > 0,05 maka antar kategori yang diuji tidak saling terikat (bebas), dapat diartikan bahwa besarnya frekuensi (nilai) profil pada satu kategori tidak dipengaruhi oleh profil pada kategori lainnya. Sedang bila nilai uji Pearson chi-square < 0,05 maka antar kategori yang diuji saling terkait, dapat diartikan bahwa besarnya frekuensi (nilai) profil pada satu kategori dipengaruhi oleh profil pada kategori yang lainnya. Rumus analisis uji Chi-Square yang digunakan adalah sebagai berikut (Johnson and D.W. Wichern, 1988):

X2=

(

)

ij Eij

Eij

Oij

2 Keterangan : X2 = Chi-Square

Oij = jumlah pilihan jawaban pada kolom i sampai baris j

Eij = nilai harapan pada kolom i dan baris j

Dokumen terkait