• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. ARAHAN UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI

4.1. Analisis Kondisi Perekonomian Provinsi

Beberapa variabel makro yang terdapat dalam model proyeksi ekonomi sebelumnya dapat menjadi acuan penting bagi upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dan terarah di Provinsi Kalimantan Utara. Sememtara itu beberapa hal penting yang menjadi perhatian kondisi perekonomian saat ini diantaranya dibahas pada bagian di bawah ini.

4.1.1. Peranan Sektor Primer yang dominan dan terbatasnya infrastruktur pendukung

Perekonomian Provinsi Kalimantan Utara hingga saat ini masih sangat ditunjang oleh sektor primer, yaitu sektor pertanian (termasuk sub sektor perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan) dan sektor pertambangan dan penggalian, terutama sektor migas dan batubara. Di antara kedua sektor ini, sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor yang lebih dominan. Namun, kedua sektor ini belum ditunjang oleh sektor industri pengolahan. Ini ditunjukkan oleh kontribusi sektor industri pengolahan yang masih sangat kecil.

Fakta di atas memilikibeberapa implikasi.Pertama, kegiatan sektor pertambangan hanya terbatas pada eksploitasi sumber daya alam tanpa adanya

forward linkage(kaitan ke sektor hilir) yaitu ke sektor industri. Artinya, produk sektor

pertambangan akan langsung dikirimkan ke luar wilayah dalam bentuk tak terolah. Apa akibatnya? Umumnya sektor pertambangan cenderung bersifat enclave activity, sektor tersebut dapat meningkatkan PDRB tetapi tidak memberikan kontribusi yang berarti terhadap penyerapan tenaga kerja, apalagi tenaga kerja lokal. Pola demikian terlihat pada berbagai pengusahaan pertambangan di Indonesia. Karena sebagian besar produknya dikirim ke luar, maka nilai tambah yang diperoleh oleh daerah akan lebih kecil dibandingkan apabila terjadi pengolahan lebih lanjut di wilayah yang bersangkutan atau sekitarnya. Ditinjau dari sisi dampak terhadap APBD, sektor

pertambangan akan memberikan kontribusi terhadap penerimaan daerah melalui bagi hasil pajak atas penerimaan sumber daya alam. Namun, pemerintah daerah harus memperhitungkan pula biaya yang harus dibayar, yaitu berupa risiko kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengusahaan pertambangan serta deplesi sumber daya alam. Untuk sumber daya alam yang bersifat non-renewable, seperti migas dan batubara, pemerintah daerah harus mencermati tingkat deplesinya agar tidak terjadi eksploitasi yang berlebihan yang akan merugikan daerah sendiri.

Kedua, pengusahaan sektor pertanian dengan sub-sektornya (pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan) pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam pengusahaan oleh rakyat dan pengusahaan oleh perusahaan. Seperti halnya pengusahaan pertambangan, pengusahaan sektor pertanian di Provinsi Kalimantan Utara belum mengarah pada penciptaan forward

linkage ke sektor industri. Pada pengusahaan oleh rakyat, sebagian besar produk

pertanian tanaman pangan, peternakan, dan perikanan, serta sebagian perkebunan dan kehutanan, akan langsung diserap dalam bentuk konsumsi oleh masyarakat di wilayah yang bersangkutan (self-sufficient). Namun, karena jumlah penduduk relatif sangat kecil dan daya belinya juga masih relatif terbatas, maka sebagian besar hasil produksi tidak akan terserap sebagai konsumsi di wilayah kabupaten yang bersangkutan. Karena hanya sebagian kecil yang terserap, sebagian sisanya akan diperdagangkan ke pasar terdekat. Pada umumnya, perdagangan akan dilakukan melalui jalan darat maupun laut. Namun, Provinsi Kalimantan Utara juga masih menghadapi kendala terbatasnya jalur jalan darat yang belum dapat dikembangkan secara masif karena terbatasnya jumlah penduduk sehingga pembukaan jalan darat akan menghadapi kendala diseconomies of scale. Pengiriman lewat jalur sungai juga terkendala pasang surut sungai serta kapasitas angkutan. Umumnya pengusahaan produk-produk sektor pertanian oleh rakyat bersifat tak terolah atau dilakukan pengolahan secara tradisional dan sederhana (semi olah), sehingga juga tidak mampu bertahan lama. Akibatnya, harganya jatuh. Sementara itu untuk pengusahaan perkebunan dan kehutanan skala besar, perusahaan akan cenderung mengirimkannya keluar daerah karena pembangunan pabrik pengolahan dalam jangka pendek akan terkendala oleh ketidakcukupan pasokan tenaga kerja serta jalur

4.1.2. Kondisi geografis yang pembatas

Pengembangan perekonomian Kalimantan Utara menghadapi kendala rentang hutan yang luas, sehingga pemukiman akan mengelompok pada daerah dataran datar yang berkarateristik perkotaan yang telah terjangkau oleh jalur transportasi darat dan kantung-kantung pemukiman perdesaan secara sporadis yang bersifat self-sufficient pada sempadan sungai yang menggunakan sungai sebagai jalur transportasi utama. Karena kondisi yang demikian maka keterhubungan yang belum dapat dilakukan melalui jalan darat dan air, dilakukan melalui udara dalam bentuk air strip. Apa dampaknya bagi perekonomian? Harga produk olahan dan manufaktur akan cenderung mahal apabila didatangkan dari luar wilayah karena diseconomies of scale jalur transportasi dan pasokan energi. Kondisi demikian terjadi terutama pada daerah perdesaan. Pada daerah perkotaan, peningkatan economies of scale jalur transportasi dan pasokan energi menyebabkan harga produk olahan dan manufaktur cenderung lebih murah. Khusus pada daerah perbatasan, harga produk olahan dan manufaktur yang mahal apabila didatangkan dari luar wilayah karena alasan diseconomies of scale jalur transportasi dan pasokan energi dihadapkan pada produk impor dari wilayah Malaysia yang lebih murah karena adanya tingkat economies of scale yang lebih baik pada kedua aspek tersebut. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila penduduk daerah perbatasan akan lebih memilih untuk memperoleh produk-produk jadi dari Malaysia.

4.1.3. Infrastruktur ekonomi yang tidak mendukung

Perekonomian Provinsi Kalimantan Utara juga dihadapkan pada kendala pasokan energi karena disparitas yang tinggi antara sisi permintaan dan penawaran energi. Pada pengusahaan pertambangan batu bara, daerah hanya memperoleh penerimaan pajak. Karena pengolahan batu bara berada di luar wilayah Provinsi Kalimantan Utara, daerah tidak memperoleh manfaat pada sisi pasokan energi yang bersumber pada batu bara. Hal yang sama terjadi pada pengusahaan migas. Kalaupun ada pengolahan di wilayah Provinsi Kalimantan Utara, diseconomies of scale pada transportasi darat akibat belum tersambungnya jalur jalan darat di sebagian besar wilayah serta harga minyak dunia yang lebih tinggi di pasar dunia, mengakibatkan daerah harus mendatangkan pasokan BBM dari luar yang penyalurannya juga sekali lagi terkendala oleh diseconomies of scale pada transportasi darat. Karena terbatasnya pasokan, sementara permintaan masih lebih tinggi karena BBM juga dibutuhkan pada

sisi produksi untuk menggerakkan generator serta pengangkutan hasil sektor pertanian, otomatis akan muncul kelebihan permintaan yang mengakibatkan harga BBM naik ke batas willingness to pay. Ini menjelaskan mengapa harga BBM dan produk jadi menjadi lebih mahal di daerah perdesaan.

4.1.4. Peran Kabupaten/Kota

Kota Tarakan, yang sebelumnya merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bulungan, merupakan hub perdagangan dan industri di wilayah Provinsi Kalimantan Utara karena memiliki Bandara Juwata dan Pelabuhan Tarakan yang merupakan dua akses penting keterhubungan wilayah. Saat ini Kota Tarakan telah menyiapkan rencana pengembangan Bandara Juwata menjadi bandara internasional. Sementara pengembangan Pelabuhan Tarakan sebagai pelabuhan peti kemas dan pelabuhan internasional juga terus dilakukan. Status Kota Tarakan sebagai PKN juga menjadikannya sebagai pusat perekonomian Provinsi Kalimantan Utara. Bagaimana dengan posisi Kota Tanjung Selor? Kota Tanjung Selor yang terletak di Kabupaten Bulungan juga memiliki bandara Tanjung Harapan untuk penerbangan antar wilayah dan Pelabuhan Tanjung Selor. Posisinya sebagai PKW otomatis tidak menjadikannya sebagai pusat perekonomian, namun lebih sebagai pusat pemerintahan. Pola demikian juga terjadi pada hubungan antara Kota Batam dan Kabupaten Karimun, antara Balik Papan dan Samarinda. Oleh karena itu, dalam jangka pendek Kota Tanjung Selor akan menjadi support city sebagai pusat pemerintahan, sementara pada jangka menengah dapat dikembangkan untuk menampung spillover kegiatan ekonomi di Kota Tarakan yang semakin congested, yaitu sebagai perluasan wilayah pemukiman dan relokasi serta perluasan wilayah industri. Dalam jangka panjang Tanjung Selor akan menjadi Kota Tanjung Selor yang berdiri sendiri, seperti halnya Kota Samarinda, Kota Balikpapan, dan Kota Bontang di Provinsi Kalimantan Timur.

4.1.5. Potensi fungsi hutan yang sangat besar

Provinsi Kalimantan Utara juga memiliki kawasan konservasi yang masuk dalam Heart

of Borneo. Kawasan konservasi ini membawa implikasi bagi perekonomian daerah.

melalui mekanisme REDD (Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation), seperti yang telah dilakukan oleh Provinsi Kalimantan Tengah dengan Norwegia.

Dokumen terkait