• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Akhir PENYUSUNAN MASTERPLAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Akhir PENYUSUNAN MASTERPLAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

PENYUSUNAN MASTERPLAN

PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH

(2)

KATA PENGANTAR

Laporan ini merupakan laporan akhir studi Penyusunan Masterplan Pembangunan

Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara yang dilakukan oleh Lembaga

Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FEUI) bekerjasama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Kalimantan Utara.

Atas nama Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM-FEUI) beserta seluruh stafnya, kami mengucapkan terima kasih kepada Bappeda Provinsi Kalimantan Utara yang telah mempercayakan studi ini kepada kami.

Akhirnya, perlu kami sampaikan bahwa pemikiran-pemikiran serta pendapat-pendapat yang dikemukakan di dalam penelitian ini merupakan pemikiran kolektif Lembaga dan tidak mencerminkan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang mempercayakan studi ini kepada kami.

Jakarta, Desember 2014 Kepala LPEM FEUI

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR GAMBAR ... v BAB 1. PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Tujuan Penelitian ... 4 1.3. Lingkup Penelitian ... 5 1.4. Metodologi Penelitian... 5 1.4.1. Pendekatan Kuantiatif ... 6 1.4.2. Pendekatan Kualitatif ... 6 1.4.3. Pola Analisis ... 6

BAB 2. ISU-ISU STRATEGIS PROVINSI KALIMANTAN UTARA ... 8

2.1. Daya Saing Perekonomian ... 8

2.1.1. Aspek Ekonomi Internasional ... 8

2.1.2. Aspek Ekonomi Domestik ... 9

2.1.3. Kawasan Perbatasan ... 10

2.2. Jumlah Penduduk dan Tenaga Kerja ... 10

2.3. Kontribusi Sektoral Ekonomi Provinsi ... 14

2.3.1. Pendapatan Regional Bruto Provinsi ... 14

2.3.2. Inflasi ... 17

2.3.3. Subsektor Tanaman Pangan ... 18

2.3.4. Subsektor Perikanan... 19

2.3.5. Subsektor Perkebunan ... 21

2.3.6. Peran masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Kalimaantan Utara berdasarkan RPJP Provinsi Kalimantan Timur 2005-2025 ... 22

2.4. Infrastruktur Daerah yang Terbatas ... 23

2.4.1. Fasilitas Kesehatan ... 23

2.4.2. Fasilitas Pendidikan ... 24

2.4.3. Listrik ... 25

2.4.4. Jembatan ... 26

(4)

3.3.1. Faktor Eksternal dalam model ... 29

3.3.2. Spesifikasi Model ... 31

3.3.3. Metode Estimasi Model ... 31

3.3.4. Validasi Model ... 33

3.4. Hasil Proyeksi Perekonomian Provinsi Kalimantan Utara ... 33

3.4.1. Proyeksi PDRB Provinsi Kalimantan Utara ... 33

3.4.2. Proyeksi Sektor Pertanian (S1) ... 34

3.4.4. Sektor Industri Pengolahan ... 41

3.4.5. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih ... 42

3.4.6. Sektor Konstruksi ... 44

3.4.7. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ... 45

3.4.8. Sektor Transportasi dan Komunikasi ... 46

3.4.9. Sektor Jasa Keuangan dan Perusahaan... 47

3.4.10. Sektor Jasa Lainnya dan Pemerintahan ... 48

3.5. Penutup ... 49

BAB 4. ARAHAN UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI BERDASARKAN ASPEK SPASIAL ... 51

4.1. Analisis Kondisi Perekonomian Provinsi ... 51

4.1.1.

Peranan Sektor Primer yang dominan dan terbatasnya infrastruktur pendukung ... 51

4.1.2.

Kondisi geografis yang pembatas ... 53

4.1.3.

Infrastruktur ekonomi yang tidak mendukung ... 53

4.1.4.

Peran Kabupaten/Kota ... 54

4.1.5.

Potensi fungsi hutan yang sangat besar ... 54

4.2. Arah Pengembangan Perekonomian ... 55

4.2.1.

Kota Tarakan Sebagai Pusat Kegiatan Ekonomi ... 56

4.2.2.

Kota Tanjung Selor Sebagai Pusat Pemerintahan Berstatus Kota ... 58

4.2.3.

Daerah Perbatasan Kawasan Pedalaman Sebagai Garis pertahanan yang Memiliki Ketahanan Ekonomi yang Cukup Kuat ... 58

4.2.4.

Kawasan Pedalaman Sebagai Basis Produksi Pertambangan, Perkebunan dan Kehutanan Serta Penguatan Ketahanan Pangan ... 60

4.2.5.

Kawasan Pesisir Sebagai Basis Produksi Pertambangan, Pertanian, dan Perikanan, Serta Perdagangan... 62

4.2.6.

Kawasan Konservasi Bernilai Ekonomi Tinggi ... 64

BAB 5. STRATEGI PENGEMBANGAN PEREKONOMIAN ... 66

5.1. Strategi Pengembangan Perekonomian ... 66

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kepadatan Penduduk Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2012 . 11 Tabel 2.2 PDRB Provinsi Kalimantan Utara Menurut Harga Konstan

2000, 2010-2012 (dalam Miliar Rupiah) ... 14 Tabel 2.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Utara

Tahun 2010 – 2012 ... 15 Table 2.4 Kontribusi Sektor Ekonomi dalam PDRB Kabupaten/Kota

dan Provinsi Kalimantan Utara (%) ADHK 2000, 2012 ... 15 Tabel 2.5 Sektor Utama Pembentuk PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi

Kaltara, 2012 ... 17 Tabel 2.6 Tingkat Inflasi Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010 – 2012 .. 18 Tabel 2.7 Luas Panen Padi Sawah di Provinsi Kalimantan Utara (ha),

2009-2012 ... 19 Tabel 2.8 Jumlah Rumah Tangga Perikanan Laut Provinsi Kalimantan

Utara, 2009-2012 ... 19 Tabel 2.9 Jumlah Kapal Motor di Provinsi Kalimantan Utara,

2009-2012 ... 20 Tabel 2.10 Jumlah Rumah Tangga Perikanan Tambak Provinsi

Kalimantan Utara, 2009-2012 ... 20 Tabel 2.11 Jumlah Rumah Tangga Perikanan Kolam di Provinsi

Kalimantan Utara, 2009-2012 ... 21 Table 2.12 Luas Tanam Perkebunan di Provinsi Kalimantan Utara (ha),

2009-2011 ... 21 Tabel 2.13 Panjang Jalan menurut kategori di Provinsi Kalimantan

Utara (km), 2009-2012 ... 27 Tabel 3.1 Spesifikasi Model Proyeksi ... 32 Tabel 3.2 Penjelasan Variabel Model Proyeksi Provinsi Kalimantan

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian ... 7 Gambar 2.1 Jumlah Penduduk Provinsi Kalimantan Utara, 2010-2012 ... 11 Gambar 2.2 Jumlah Angkatan Kerja Provinsi Kalimantan Utara, 2012 ... 13 Gambar 2.3 Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Utara,

2012 ... 13 Gambar 2.4 Jumlah Rumah Sakit, Puskesmas, dan Dokter Umum di

Provinsi Kalimantan Utara, 2012 ... 24 Gambar 2.5 Jumlah Perpustakaan dan IPM Provinsi Kalimantan Utara,

2012 ... 25 Gambar 2.6 Kapasitas Produksi dan Total Listrik Terjula di Provinsi

Kalimantan Utara, 2012 ... 26 Gambar 2.7 Jumlah dan Panjang Jembatan di Provinsi Kalimantan

Utara, 2012 ... 27 Gambar 3.1 Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Perekonomian

Daerah Provinsi Kalimantan Utara ... 30 Gambar 3.2 Proyeksi PDRB Provinsi Kalimantan Utara 2013-2025

berdasar harga konstan 2000 (dalam Milyar Rupiah) ... 34 Gambar 3.3 Proyeksi PDRB Sektor Pertanian 2013-2025 berdasar

harga konstan 2000 (Milyar Rupiah) ... 35 Gambar 3.4 Proyeksi PDRB Subsektor Perikanan 2013-2025 berdasar

harga konstan 2000 (dalam Milyar Rupiah) ... 36 Gambar 3.5 Proyeksi PDRB Subsektor Perkebunan 2013-2025 Berdasar

Harga Konstan 2000 (dalam Milyar Rupiah) ... 37 Gambar 3.6 Proyeksi PDRB Subsektor Pertanian Bahan Makanan

2013-2025 berdasar Harga Konstan 2000 (dalam Milyar Rupiah) .. 38 Gambar 3.7 Proyeksi PDRB Subsektor Peternakan 2013-2025 berdasar

Harga Konstan 2000 (dalam Milyar Rupiah) ... 40 Gambar 3.8 Proyeksi PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian

2013-2025 berdasar Harga Konstan 2000 (dalam Milyar

Rupiah) ... 41 Gambar 3.9 Proyeksi PDRB Sektor Industri Pengolahan 2013-2025

berdasar Harga Konstan 2000 (dalam Milyar Rupiah) ... 42 Gambar 3.10 Proyeksi PDRB Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih

2013-2025 berdasar Harga Konstan 2000 (dalam Milyar Rupiah) .. 44 Gambar 3.11 Proyeksi PDRB Sektor Konstruksi 2013-2025 berdasar

Harga Konstan 2000 (dalam Milyar Rupiah) ... 45 Gambar 3.12 Proyeksi PDRB Sektor Perdagangan, Hotel dan

Restoran2013-2025 berdasar Harga Konstan 2000 (dalam

Milyar Rupiah)... 46 Gambar 3.13 Proyeksi PDRB Sektor Transportasi dan Komunikasi

(7)

Gambar 3.14 Proyeksi PDRB Sektor Jasa Keuangan dan Perusahaan 2013-2025 berdasar Harga Konstan 2000 (dalam Milyar

Rupiah) ... 48 Gambar 3.15 Proyeksi PDRB Sektor Jasa Lainnya dan Pemerintahan

2013-2025 berdasar Harga Konstan 2000 (dalam Milyar

Rupiah) ... 49 Gambar 4.1 Dimensi Spasial, Sektoral, dan Temporal ... 55 Gambar 4.2 Analisis Dimensi Spasial dan Dimensi Sektoral ... 56

(8)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kalimantan Utara (Kaltara) merupakan provinsi termuda di Indonesia yang resmi

disahkan menjadi provinsi dalam rapat paripurna DPR pada tanggal 25 Oktober 2012 berdasarkan Undang-Undang No 20 Tahun 2012. Kementerian Dalam Negeri menetapkan 11 daerah otonomi baru yang terdiri atas satu provinsi dan 10 kabupaten, termasuk Kaltara pada hari Senin, 22 April 2013.

Sebagai provinsi termuda di Indonesia, Kaltara harus segera menata diri untuk membangun perekonomiannya secara kompetitif dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi seringkali dikonotasikan dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tetapi pertumbuhan ekonomi yang tinggi tanpa diikuti oleh distribusi pendapatan yang merata, berkurangnya kemiskinan dan pengangguran; justru akan menimbulkan masalah sosial baru.Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut dibutuhkan suatu perencanaan pembangunan ekonomi daerah yang terarah, terukur, dan efektif sesuai dengan kondisi, permasalahan, potensi dan kebutuhan daerah.

Untuk memahami faktor-faktor yang berperan dalam pertumbuhan ekonomi, perhitungan output yang dihasilkan oleh suatu daerah umumnya dilakukan berdafasarkan tiga pendekatan utama, yaitu produksi, pengeluaran, dan penerimaan. Output dari suatu perekonomian merupakan hasil dari interaksi faktor-faktor produksi. Dalam teori ekonomi produksi klasik, faktor produksi utama terdiri dari tenaga kerja dan modal (capital). Sementara modal seringkali diklasifikasikan sebagai

natural capital (potensi sumberdaya alam), social capital (modal social), dan man-made capital (modal buatan manusia, seperti sarana dan prasarana/infrastruktur).

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi penting dalam pembangunan ekonomi. Oleh karena itu pengetahuan tentang profil demografi

(9)

provinsi Kaltara menjadi penting untuk diketahui seiring dengan pengembangan ekonomi ke depan.Sebagai contoh, ketersedian tenaga kerja di daerah dipengaruhi oleh laju pertumbuhan penduduk dan migrasi. Rendahnya supply tenaga kerja yang diiringi oleh permintaan tenaga kerja yang tinggi dapat dipenuhi misalnya oleh tenaga kerja pendatang (migrasi). Transmigrasi untuk daerah perbatasan juga bisa dipertimbangkan untuk memenuhi permintaan tenaga kerja. Selain memperoleh faktor produksi tenaga kerja, transmigrasi juga mampu menjaga kedaulatan negara (aspek pertahanan). Disamping itu struktur usia penduduk juga menentukan kemampuan untuk menopang ekonomi daerah. Struktur usia produktif yang dominan cenderung menuntut lapangan pekerjaan yang lebih banyak tersedia, sehingga misalnya aktivitas ekonomi padat karya perlu didorong. Oleh sebab itu profil demografi daerah turut berperan dalam proses perencanaan pembangunan ekonomi daerah.

Sementara itu, Dokumen MP3EI menyatakan bahwa koridor Kalimantan memiliki tema Pusat Produksi dan Pengolahan Bahan Energi dan Mineral. Hal ini disebabkan provinsi-provinsi di Pulau Kalimantan memiliki sumberdaya energi dan mineral yang melimpah, seperti migas, batubara, dll. Dengan demikian provinsi-provinsi di Kalimantan, termasuk Kaltara, memiliki natural capital melimpah yang dapat menjadi sektor ekonomi yang dapat diandalkan. Hal ini sesuai dengan teori Rostow yang menyatakan bahwa leading sector (sektor andalan) awal perekonomian suatu negara/wilayahbertumpu pada sektor ektraktif (yaitu sektor primer, seperti pertanian dan pertambangan). Tetapi perlu diperhatikan bahwa sumberdaya alam yang tidak terbarukan (seperti batubara dan migas) ketersediaannya terbatas, sehingga tidak dapat diandalkan sebagai motor pembangunan dalam jangka panjang (unsustainable). Oleh karena itu, proses perencanaan pembangunan ekonomi Kaltara ke depan perlu memperhatikan transisi dari sektor yang

unsustainable ke arah yang lebih sustainable (misalnya seperti pertanian, perikanan,

dan industri) dengan melakukan pemetaan kondisi sektor-sektor perekonomian saat ini.

(10)

sehingga mereka dapat bekerjasama dalam proses pembangunan. Disamping itu jika penduduk percaya bahwa program pemerintah bertujuan untuk menyejahterakan rakyat, maka mereka akan mendukung program pemerintah. Oleh sebab itu pemetaan sosial tentang kondisi kemasyarakatan di Kaltara juga perlu dilakukan sebagai dasar informasi bagi rekayasa sosial dalam proses pembangunan ekonomi bila diperlukan.

Man-made capital juga tidak kalah pentingnya dalam proses pembangunan. Man-made capital dapat berupa buatan manusia yang bersifat software maupun hardware. Dari sisi software, beberapa studi menunjukkan bahwa kemampuan

membuat sistem birokrasi yang efisien dan perizinan yang wajar dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. Hal ini disebabkan birokrasi dan perizinan yang bersahabat dapat menarik investasi yang lebih besar ke daerah. Sementara dari sisi

hardware, dukungan infrastruktur dipercaya dapat mempercepat proses

pertumbuhan ekonomi menjadi lebih tinggi, seperti pembangunan sistem transportasi, penyediaan listrik, dll. Misalnya transportasi dari Tarakan ke Tanjung Selor perlu dipikirkan. Hal ini disebabkan bandara utama di Kalimantan terletak di Tarakan, sementara pusat pemerintahan berada di Tanjung Selor. Keduanya dipisahkan oleh laut. Disamping itu pembangunan sistem transportasi di daerah dapat menurunkan biaya logistik, sehingga komoditi yang dihasilkan memiliki daya saing dalam perdagangan regional, nasional, maupun internasional. Disamping itu pembukaan infrastruktur jalan di daerah perbatasan juga dapat mendukung aspek keamanan (aspek pertahanan).Agar memperoleh perhatian pemerintah pusat, kawasan Tanjung Selor harus diusulkan sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) dalam Tata Ruang Nasional. Oleh karena itu pemetaan kondisi saat ini tentang aspek-aspek man-made capital di Kaltara perlu dilakukan untuk menjadi dasar perencanaan aktivitas ekonomi yang direncanakan di masa depan.

Kondisi saat ini dari aspek ekonomi, sosial, dan pemerintahan di Kabupaten/Kota umumnya telah terekam dalam data yang tercatat di publikasi Kabupaten/Kota dalam Angka yang diterbitkan oleh BPS di daerah. Tetapi analisis dan evaluasi secara komprehensif khusus tentang data-data tersebut bagi perencanaan pembangunan ekonomi di Kaltara belum dilakukan. Apalagi sebagai provinsi baru, data-data historis Kabupaten/Kota di Kaltara masih tercatat dalam data provinsi induk, Kaltim.

(11)

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, suatu penelitian tentang penyusunan masterplan pembangunan ekonomi daerah provinsi Kaltara perlu dilakukan. Masterplan pembangunan ekonomi daerah ini berisi analisis, evaluasi kajian, arah pembangunan, arah program/kegiatan pembangunan ekonomi yang meliputi seluruh sektor ekonomi, dan kemungkinan program unggulan tiap-tiap kabupaten/kota, serta pembentukan kawasan ekonomi khusus yang dapat mempercepat pembangunan provinsi yang terintegrasi antara Kabupaten/Kota guna memberikan daya ungkit bagi pembangunan sektor ekonomi provinsi Kaltara.Dokumen ini akan menjadi rujukan bagi penyusunan dokumen-dokumen perencanaan daerah lainnya, seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), dll.Disamping itu masterplanpembangunan ekonomi ini merupakan dokumen perencanaan yang bersifat strategis maupun spasial yang berfungsi sebagai rencana induk, sebagai pedoman perencanaan yang lebih operasional bagi pemerintah provinsi Kaltara.

1.2. TUJUAN PENELITIAN

Secara umum tujuan penelitian ini adalah menentukan arah kebijakan, strategi, dan program bidang pembangunan ekonomi, serta rencana aksi daerah di tingkat kabupaten/kota dalam upaya mempercepat pembangunan ekonomi Provinsi Kalimantan Utara. Dokumen perencanaan yang dihasilkan dapat dipergunakan sebagai acuan pembangunan dalam upaya mendorong pembangunan ekonomi Provinsi Kalimantan Utara.

Sementara sasaran spesifik yang ingin dicapai dari penyusunan master plan pembangunan ekonomi daerah Provinsi Kalimantan Utara ini adalah :

a. Tersusunnya arah dan kebijakan penataan potensi perekonomian Provinsi Kalimantan Utara secara kualitatif dan kuantitatif dalam upaya mendorong pembangunan ekonomi daerahdi Provinsi Kaltara selama periode tahun 2014 – 2025.

b. Tersusunnya program pembangunan ekonomi daerah provinsi Kalimantan Utara selama periode tahun 2014 – 2025.

(12)

1.3. LINGKUP PENELITIAN

Ruang lingkup kajian penyusunan masterplan pembangunan ekonomi daerah ini adalah:

a. Melakukan identifikasi atas peraturan perundangan yang terkait dengan pembangunan ekonomi daerah Provinsi Kalimantan Utara, baik perda maupun perturan yang lebih tinggi.

b. Melakukan identifikasi isu dan permasalahan pembangunan ekonomi.

c. Melakukan inventarisasi program dan kegiatan pembangunan ekonomi daerah yang telah ada baik di kabupaten/kota yang terkait dengan pembangunan ekonomi provisni secara umum.

d. Melakukan kajian kebijkan dan strategi pembangunan ekonomi daerah yang mendorong percepatan pembangunan ekonomi daerah .

e. Melakukan kajian program dan rencana aksi yang dibutuhkan dalam mendorong percepatan pembangunan ekonomi daerah.

f. Melakukan penyusunan kebijakan, strategi, program dan rencana aksi pembangunan ekonomi daerah untuk mempercpat pembangunan provinsi Kalimantan Utara.

g. Melakukan diskusi dengan para stakeholders (pemerintah, masyarakat, pelaku usaha) dalam rangka penetapan kebijakan, strategi, program dan rencana aksi pembangunan ekonomi daerah dalam mempercepat pembangunan ekonomi Provinsi Kalimantan Utara.

1.4. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan; studi empiris (kuantitatif) dengan menggunakan data sekunder dan survey untuk memperoleh data primer (kualitatif). Pendekatan kuantitatif dilakukan melalui penggunaan data sekunder yang tersedia di masing-masing Kabupaten/kota. Publikasi BPS berupa kabupaten/kota dalam angka untuk beberapa tahun penerbitan akan menjadi sumber utama data sekunder, disamping sumber-sumber data yang tersedia di masing-masing SKPD. Analisis deskriptif sederhana dan model proyeksi digunakan dalam pendekatan kuantitatif.

Sementara pendekatan kualitatif dilakukan untuk memperoleh data primer dengan menggunakan studi literatur, pengamatan, wawancara mendalam (indepth

(13)

Oleh karena itu, penelitian ini melakukan kunjungan lapangan ke masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara. Selanjutnya, masing-masing pendekatan disajikan pada bagian di bawah ini.

1.4.1. Pendekatan Kuantiatif

Analisis data empiris dibagi menjadi tiga, yaitu (i) analisis data deskriptif, (ii) analisis proporsi, dan (iii) analisis runtun waktu (proyeksi). Analisis data desktiptif memberi analisis atas data sekunder yang tersedia, misalkan kecenderungan pertumbuhan, nilai maksimum, nilai minimum, dan tabulasi silang apabila diperlukan.

Sedangkan analisis proporsi bertujuan untuk melihat kekuatan perekonomian daerah. Indikator yangdihitung adalah kontribusi sektoral terhadap PDRB.Sementara snalisis runtun waktu dilakukan untuk membuat suatu proyeksi atas variabel penting yang menjadi indikator pertumbuhan ekonomi, seperti PDRB. Teknik yang digunakan adalah model regresi dengan menggunakan data sekunder yang bersifat runtun waktu (time series).

1.4.2. Pendekatan Kualitatif

Survey ke kabupaten/kota dilakukan untuk memperoleh data primer yang melengkapi analisis data sekunder di atas. Pengumpulan data primer dilakukan melalui (i) pengamatan; (ii) indepth interview (wawancara mendalam) dengan menggunakan kuesioner terstruktur, dan (iii) focus group discussion (FGD).

Wawancara mendalam dilakukan secara terpisah pada stakeholder di daerah, seperti SKPD, LSM, tokoh agama, pemimpin informal masyarakat, dll. Tujuan wawancara mendalam adalah untuk memperoleh gambaran tentang kondisi ekonomi dan sosial serta aspirasi mereka terkait pembangunan ekonomi daerah ke depan. Hasil wawancara tersebut dirangkum dalam suatu temuan awal yang kemudian dipresentasikan dalam forum FGD untuk memperoleh kelemahan, kekuatan, dan konsensus terhadap aspek-aspek terkait perencanaan pembangunan ekonomi ke depan.

(14)

a. Proses penetapan lokasi potensi ekonomi yang ditetapkan berdasarkan :

 Rencana penataan ruang (analisis kualitatif)

 Analisis penyebaran kegiatan kab/kota (analisis kuantitatif dan kualitatif)

 Analisis kemudahan pencapaian antar bagian wilayah (analisis kualitatif)

 Analisis tingkat aksesibilitas ekonomi (analisis kualitatif)

 Analisis pola distribusi penduduk (analisis kuantiatif)

b. Proses penentuan jenis-jenis potensi ekonomi yang akan dikelola, yang ditetapkan berdasarkan :

 Analisis dominasi suatu potensi sektor ekonomi (analisis kuantiatif dan kualitatif)

 Analisis terhadap prospek pembangunan ke depan (analisis kuantiatif dan kualitatif)

c. Perumusan rencana pembangunan ekonomi

 Identifikasi dan karateristik wilayah perencanaan

 Rencana pengembangan kedepan

 Fungsi-fungsi kawasan pada daerah sekitar untuk pengembangan ekonomi

 Jenis-jenis potensi yang akan dikelola

Secara skematis, kerangka pikir penelitian seperti di atas disajikan pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1

(15)

BAB2

ISU-ISU STRATEGIS PROVINSI KALIMANTAN UTARA

Pembangunan ekonomi regional Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan ekonomi nasional. Dengan demikian isu strategis pembangunan ekonomi Kaltara pada dasarnya terkait pula dengan isu strategis pembangunan ekonomi makro nasional. Bab ini menguraikan gambaran singkat tentang isu strategis pembangunan ekonomi Kaltara, antara lain dilihat aspek ekonomi internasional, khususnya dalam rangka implementasi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) atau Asean Economic Commuity (AEC). Hal ini tidaklah berlebihan mengingat Provinsi Kaltara merupakan daerah perbatasan terdepan Indonesia dengan Negara tetangga Malaysia. Bagian berikutnya adalah yang terkait dengan aspek ekononi domestik, tentang posisi Pulau Kalimantan dalam pertumbuhan ekonomi nasional, dan tentang isu ketimpangan atau kesenjangan antarawilayah di Indonesia. Bagian akhir dari Bab 2 ini adalah tentang kondisi eksisting dari aspek penduduk dan perekonomian sektoral Kaltara sebagai basis analisis.

2.1. DAYA SAING PEREKONOMIAN 2.1.1. Aspek Ekonomi Internasional

Aspek ekonomi internasional yang terkait dengan pembangunan ekonomi Kaltara adalah sehubungan dengan implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan dimulai tanggal 31 Desember 2015. Dengan MEA 2015, ASEAN akan menjadi pasar tunggal dan satu kesatuan basis produksi, sehingga akan terjadi aliran bebas barang, jasa, investasi, modal, dan tenaga kerja terampil di antara negara ASEAN. Bagi Kaltara, hal ini tentunya merupakan peluang sekaligus tantangan yang perlu disikapi secara cermat dan terintegrasi.

(16)

jangka menengah dan panjang untuk mempersiapkan sumber daya manusia, sekaligus pengembangan ekonomi yang sesuai dengan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia dari Kaltara sendiri.

Dalam draft RPJM 2015-2019 telah dikemukakan bahwa, dalam konteks nasional, peningkatan daya saing perekonomian Indonesia antara lain memerlukan peningkatan infrastruktur dan ketersediaan energi, peningkatan iklim investasi dan iklim usaha, serta tata kelola birokrasi yang lebih efisien. Bagi Provinsi Kaltara, peningkatan daya saing perekonomian menjadi sangat relevan mengingat hal tersebut perlu didukung oleh kebijakan pemerintah daerah yang kondusif, yang tidak menciptakan rente ekonomi maupun ekonomi biaya tinggi. Secara nasional, peningkatan infrastruktur akan dititikberatkan pada upaya untuk meningkatkan konektivitas nasional, sehingga integrasi domestik ini akan meningkatkan efisiensi ekonomi dan kelancaran arus barang dan jasa antar wilayah di Indonesia.

2.1.2. Aspek Ekonomi Domestik

Secara nasional isu strategis yang muncul adalah persoalan disparitas pembangunan antar daerah. Ketimpangan atau kesenjangan pembangunan antarwilayah di Indonesia masih merupakan tantangan yang harus diselesai dalam pembangunan ke depan. Selama 30 tahun (1982-2012) kontribusi PDRB Kawasan Barat Indonesia (KBI), yang mencakup wilayah Sumatera, Jawa, dan Bali sangat dominan, yaitu sekitar 80 persen dari PDB, sedangkan peran Kawasan Timur Indonesia (KTI) termasuk Kalimantan baru sekitar 20 persen.

Kesenjangan pembangunan antarwilayah dalam jangka panjang bisa memberikan dampak pada kehidupan sosial masyarakat. Kesenjangan antarwilayah juga dapat dilihat dari masih terdapatnya 122 kabupaten yang merupakan daerah tertinggal. Di samping itu juga terdapat kesenjangan antara wilayah desa dan kota. Kesenjangan pembangunan antara desa-kota maupun antara kota-kota perlu ditangani secara serius untuk mencegah terjadinya urbanisasi, yang pada gilirannya akan memberikan beban dan masalah sosial di wilayah perkotaan.

Pembangunan ekonomi Provinsi Kaltara menjadi relevan pula untuk mengurangi mengurangi kesenjangan intra-wilayah mengingat masih terbatasnya akses infrastruktur ke berbagai kabupaten dan kecamatan, khususnya di daerah perbatasan. Upaya-upaya pembangunan yang lebih berpihak kepada kawasan yang

(17)

tertinggal menjadi suatu keharusan untuk menangani tantangan ketimpangan dan kesenjangan pembangunan antar dan intra-wilayah.

2.1.3. Kawasan Perbatasan

Secara geografis Indonesia masih menghadapi masalah perbatasan dengan negara tetangga. Kawasan perbatasan darat tersebar di lima provinsi, termasuk Kalimantan Utara, di samping Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Papua, dan Nusa Tenggara Timur. Garis batas antara RI-Malaysia di Pulau Kalimantan terbentang sepanjang 2.004 km. Bagian terbesar berada di wilayah Kalimantan Utara. Provinsi Kaltara juga termasuk dalam 11 provinsi yang tercakup dalam daerah perbatasan laut.

Dalam draft RPJM 2015-2019 dikatakan bahwa arah kebijakan Pengembangan Kawasan Perbatasan di Wilayah Pulau Kalimantan difokuskan untuk meningkatkan peran sebagai halaman depan negara yang maju dan berdaulat dengan Negara Malaysia di perbatasan darat dan laut.

Fokus Pengembangan Kawasan Perbatasan di Wilayah Pulau Kalimantan diarahkan pengembangan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN). Untuk Kalimantan Utara, Kawasan Perbatasan yang dimaksud adalah: PKSN Simanggaris, PKSN Long Midang dan PKSN Nunukan, serta mempercepat pembangunan di Kecamatan Lokasi Prioritas (Lokpri)

2.2. JUMLAH PENDUDUK DAN TENAGA KERJA

Jumlah penduduk total di Provinsi Kalimantan Utara pada tahun 2012 mencapai 571.551 jiwa (Gambar 2.1). Penduduk terbanyak berada di Kota Tarakan yang mencapai 210.504 jiwa yang diikuti oleh Kabupaten Nunukan (154. 308 jiwa), Bulungan (121.323 jiwa), Malinau (68.337 jiwa) dan terakhir Tana Tidung (17.079 jiwa).

Laju pertumbuhan penduduk di Kota Tarakan rata-rata mencapai 3.9% per tahun pada periode 2010-2012. Tingginya laju pertumbuhan penduduk kota Tarakan menggambarkan tingkat imigrasi yang tinggi dipicu oleh tumbuhnya kegiatan ekonomi di Kota tersebut. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi akan memicu

(18)

Sumber: Kabupaten/Kota dalam Angka di Provinsi Kaltara, berbagai tahun penerbitan.

Gambar 2.1

Jumlah Penduduk Provinsi Kalimantan Utara, 2010-2012

Rata-rata laju pertumbuhan penduduk yang tinggi berikutnya ditunjukkan oleh Kabupaten Nunukan dan Malinau yang mencapai 3.1% per tahun. Laju pertumbuhan ini dipicu oleh aktivitas ekonomi di perbatasan, dimana para pencari kerja ke Malaysia cenderung berkumpul di Kabupaten yang berada di perbatasan.

Luas wilayah yang terbatas dengan jumlah penduduk yang tinggi menyebabkan kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kota Tarakan, yaitu mencapai 836 jiwa/km2 (Tabel 2.1). Kepadatan penduduk yang tinggi membawa implikasi pada tingginya tekanan ekonomi dan sosial, serta kemampuan daya dukung lingkungan yang semakin rentan.

Tabel 2.1

Kepadatan Penduduk Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2012

No. Kabupaten Luas Wilayah (Km2) Jumlah Penduduk (Jiwa) (Jiwa/km2) Kepadatan

1 Kabupaten Malinau 39.785,9 68.337 2

2 Kabupaten Bulungan 13.108,3 121.323 9

3 Kabupaten Nunukan 13.655,5 154.308 11

4 Kabupaten Tana Tidung 3308,4 17.079 5

5 Kota Tarakan 251,81 210.504 836

Provinsi Kalimantan Utara 70.109,9 571.551 8

(19)

Sementara Kabupaten lain di Provinsi Kalimantan Utara memiliki kepadatan penduduk per km2 yang rendah, yang berakibat pada rendahnya skala ekonomi bagi kegiatan ekonomi dan pelayanan sosial (inefisiensi). Oleh sebab itu suatu peningkatan aktivitas ekonomi di suatu Kabupaten lain tentu akan menarik tenaga kerja untuk datang, sehingga jumlah penduduk Kabupaten tersebut akan meningkat dan mendorong terjadinya skala ekonomi yang lebih besar dari sisi ekonomi dan pelayanan sosial.

Jumlah angkatan kerja di Provinsi Kalimantan Utara mencapai 259.776 jiwa (Gambar 2.2). Jumlah ini merupakan sumber daya manusia yang dimiliki oleh Provinsi Kalimantan Utara. Total angkatan kerja Kota Tarakan mencapai 93.800 jiwa atau sekitar 36% dari total angkatan kerja Provinsi Kalimantan Utara. Sedangkan Kabupaten Nunukan memiliki angkatan kerja sebanyak 71.635 jiwa (28%), Kabupaten Bulungan sebanyak 54.016 jiwa (21%), Kabupaten Malinau sebanyak 33.099 jiwa (13%), dan Kabupaten Tana Tidung sebanyak 7.226 (3%).

Dari sisi angka pengangguran, tingkat pengangguran terbuka (TPT) Provinsi Kalimantan Utara pada tahun 2012 adalah 9,52% atau sekitar 24.721 jiwa (Gambar

2.3). Kabupaten Nunukan merupakan kabupaten yang berada di posisi teratas

dengan tingkat pengangguran terbuka sebesar 11,83% (8.474 jiwa). Sementara itu, empat kabupaten lainnya memiliki tingkat pengangguran terbuka yang cenderung sama. Kabupaten Malinau berada di posisi kedua dengan tingkat pengangguran terbuka sebesar 9,23% (3.055 jiwa), Kabupaten Bulungan 8,9% (4.807 jiwa), Kabupaten Tana Tidung 8,8% (636 jiwa), dan Kota Tarakan 8,26% (7.748).

(20)

Sumber: Provinsi Dalam Angka 2013

Gambar 2.2

Jumlah Angkatan Kerja Provinsi Kalimantan Utara, 2012

Sumber: Provinsi Dalam Angka 2013

Gambar 2.3

(21)

2.3. KONTRIBUSI SEKTORAL EKONOMI PROVINSI

2.3.1. Pendapatan Regional Bruto Provinsi

Pendapatan Regional Brutto Daerah (PDRB) Provinsi Kalimantan Utara berdasarkan kontribusi lapangan usaha terhadap PDRB Kabupaten/Kota pembentuknya selama tahun 2010-2013 disajikan pada Tabel 2.2. Tabel tersebut menunjukkan bahwa kontribusi PDRB Provinsi Kaltara berturut-turut dari yang terbesar hingga terkecil terdiri dari Kota Tarakan, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, dan terakhir Kabupaten Tana Tidung. Kondisi ini tidak lepas dari peran Kota Tarakan sebagai hub ekonomi di Kalimantan Utara dengan sektor migas, jasa dan perdagangan yang dominan selama ini. Sementara rendahnya kontribusi Kabupaten Tana Tidung terhada PDRB Provinsi disebabkan luas wilayah dan jumlah penduduk yang terbatas.

Tabel 2.2

PDRB Provinsi Kalimantan Utara Menurut Harga Konstan 2000, 2010-2012 (dalam Miliar Rupiah)

No Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 pertumbuhan rata-rata (%)* 1 Bulungan 1,098 1,164 1,273 1,340 6.88 2 Malinau 694 776 870 936 10.51 3 Nunukan 1,429 1,526 1,646 1,710 6.18 4 Tana Tidung 191 205 220 233 12.08 5 Tarakan 2,647 2,848 3,042 3,226 6.82 Total 6,059 6,519 7,051 7,445 7.13

Sumber: Kabupaten/Kota dalam Angka di Provinsi Kaltara, berbagai tahun penerbitan. Keterangan: *rata-rata 3 tahun terakhir

Walaupun demikian, laju pertumbuhan tertinggi di Provinsi Kalimantan Utara dialami oleh Kabupaten Malinau (Tabel 2.3). Hal ini disebabkan Kabupaten Malinau merupakan kabupaten dimana potensi ekonominya belum sepenuhnya tergali, sehingga aktivitas pembangunan ekonominya cenderung belum mengalami kendala yang berarti.

(22)

Tabel 2.3

Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010 - 2012

Tahun

Laju Pertumbuhan (dalam %) Kabupaten Malinau Kabupaten Bulungan Kabupaten Nunukan Kabupaten Tana Tidung Kota Tarakan 2009 8,95 4,66 3,93 4,03 4,63 2010 14,27 5,63 5,63 4,26 7,93 2011 11,89 6,06 6,74 5,20 7,63 2012 12,05 9,38 7,13 4,64 6,82

Sumber: Provinsi Dalam Angka, 2010-2013

Sementara itu kontribusi lapangan usaha dalam PDRB Kabupaten/Kota dan Provinsi Kaltara pada tahun 2012 disajikan pata Tabel 2.4. Data tersebut memperlihatkan bahwa sektor Pertambangan dan Penggalian mendominasi kontribusi lapangan usaha di empat Kabupaten, yaitu masing-masing Bulungan (48,07%), Malinau (43,23%), Nunukan (42,27%), dan Tana Tidung (51,19%).

Table 2.4

Kontribusi Sektor Ekonomi dalam PDRB Kabupaten/Kota dan Provinsi Kalimantan Utara (%) ADHK 2000, 2012

Sektor Bulungan Malinau Nunukan Tana Tidung Tarakan Kaltara

PERTANIAN 19.56 5.32 20.93 23.42 9.28 13.69

Bahan Makanan 5.49 2.37 4.68 8.38 1.65 3.28

Perkebunan 1.32 0.23 8.25 3.94 0.03 2.28

Peternakan 4.05 1.29 3.49 3.59 1.58 2.47

Perikanan 8.70 1.44 4.50 7.51 6.02 5.65

PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 48.07 43.23 42.27 51.19 4.11 26.25

INDUSTRI PENGOLAHAN 0.16 0.10 0.55 0.19 10.01 4.73

LISTRIK, AIR DAN GAS 1.05 0.60 0.80 1.60 2.16 1.46

BANGUNAN/KONSTRUKSI 0.52 24.21 9.19 0.84 3.75 6.70

PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 15.64 18.63 15.93 12.88 41.93 27.94 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 8.31 2.97 3.54 2.73 12.53 8.37 KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA

PERUSAHAAN 0.46 0.48 0.27 0.25 10.27 4.88

JASA JASA 6.24 4.46 6.53 6.89 5.94 5.99

Pemerintahan Umum 5.92 4.31 6.33 6.56 4.58 5.24

Swasta 0.32 0.15 0.21 0.33 1.37 0.75

PDRB 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Sumber: Kabupaten/kota dalam Angka, tahun 2013

Pola kontribusi lapangan usaha di Kabupaten-kabupaten tersebut sejalan dengan tahapan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, dimana pada tahap awal pertumbuhan akan didominasi oleh sektor ekstraktif. Sektor ekstraktif bercirikan pada aktivitas di sektor primer, yaitu sektor pertambangan dan penggalian dan pertanian

(23)

secara umum.

Tetapi perlu digarisbawahi bahwa sektor pertambangan dan penggalian masuk dalam kategori sektor yang bertumpu pada sumberdaya alam tidak terbarukan, sehingga kontribusinya tidak akan bertahan lama sesuai dengan ketersediaan sumberdaya jenis ini yang semakin berkurang. Sementara sektor pertanian sebagai kontributor ketiga lapangan usaha terbesar di provinsi Kalimantan Utara memiliki potensi untuk dikelola secara berkelanjutan, bila pola pemanfaatannya memperhatikan daya regenerasi sumberdaya pertanian.

Sementara itu, polakontribusi lapangan usaha yang berbeda ditunjukkan oleh struktur perekonomian Kota Tarakan.Struktur ekonomi kota Tarakan bercirikan perkembangan tahap ekonomi yang lebih lanjut dan modern dimana kontribusi sektor jasa sangat dominan. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran menyumbang 41,93% dari PDRB Kota Tarakan. Hal ini tidak lepas dari peran kota Tarakan sebelumnya sebagai penghasil minyak dan gas dengan sektor jasa yang mendukung.

Di tingkat provinsi, secara umum sektor perdagangan, hotel dan restoran di Provinsi Kaltara merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar, yaitu 27,94%. Hal ini sebenarnya lebih disebabkan oleh bias kontribusi absolut sektor tersebut yang cukup besar di Kota Tarakan. Kemudian sektor dominan berikutnya yang membentuk PDRB Provinsi adalah sektor Pertambangan dan penggalian (26,25%), yang mencerminkan dominannya sektor ini di 4 Kabupaten di Provinsi Kalimantan Utara.

Berdasarkan kontribusi lapangan usaha pembentuknya, beberapa kabupaten memiliki banyak kemiripan. Akibatnya, suatu strategi besar pembangunan ekonomi perlu dirumuskan berdasarkan karakteristik unik masing-masing daerah dengan mensinergikan seluruh potensi Kabupaten/Kota di Kalimantan Utara. Tabel 2.5 menampilkan ringkasan kontribusi lapangan usaha yang dominan di Kabupaten/Kota di Provinsi Kaltara.

(24)

Tabel 2.5

Sektor Utama Pembentuk PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Kaltara, 2012

No Kabupaten/Kota Sektor Utama

1 Bulungan Pertambangan dan Penggalian

Pertanian

Perdagangan, hotel, dan restoran 2 Malinau Pertambangan dan Penggalian

Bangunan

Perdagangan, hotel, dan restoran 3 Nunukan Pertambangan dan Penggalian

Pertanian

Perdagangan, hotel, dan restoran 4 Tana Tidung Pertambangan dan Penggalian

Pertanian

Perdagangan, hotel, dan restoran 5 Tarakan Perdagangan, hotel, dan restoran Pengangkutan dan Komunikasi

Manufaktur

Sumber: Kabupaten/Kota dalam Angka di Provinsi Kaltara, 2013.

2.3.2. Inflasi

Kabupaten Malinau merupakan wilayah yang memiliki tingkat inflasi tertinggi di Provinsi Kalimantan Utara, seperti ditunjukkan oleh Tabel 2.6. Tingkat inflasi kedua tertinggi dicatat oleh Kabupaten Nunukan. Tingginya tingkat inflasi di kedua kabupaten tersebut (dihitung dengan menggunakan Deflator PDRB) mungkin lebih dipicu oleh pembangunan infrastruktur, yang sebagian materialnya harus didatangkan dari daerah lain. Masih terbatasnya akses jalan di kedua kabupaten tersebut juga akan berpengaruh terhadap peningkatan biaya transportasi. Perlu dicatat bahwa kedua kabupaten ini merupakan kabupaten yang memiliki wilayah yang berbatasan dengan Malaysia.

Sementara itu, Kabupaten Bulungan mencatat tingkat inflasi terendah, jauh di bawah keempat kabupaten dan kota lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa daya serap perekonomian Kabupaten Bulungan cukup stabil dan tidak bersifat inflationary. Ditinjau dari sisi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malinau juga merupakan kabupaten dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi di Provinsi Kalimantan Utara, seperti ditunjukkan oleh Tabel 2.3. di atas. Artinya, perekonomian Kabupaten Malinau bertumbuh dengan cukup cepat, namun dibarengi pula dengan tingkat

(25)

inflasi yang relatif tinggi.

Tabel2.6

Tingkat Inflasi Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2010 - 2012

No. Kabupaten 2010 2011 2012

1 Kabupaten Malinau 13.2% 15.9% -7.4%

2 Kabupaten Bulungan 2.3% 0.1% 1.4%

3 Kabupaten Nunukan 9.6% 13.6% 8.3%

4 Kabupaten Tana Tidung 4.7% 7.0% 4.9%

5 Kota Tarakan 6.7% 7.5% 7.0%

Provinsi Kalimantan Utara 7.4% 9.0% 4.4%

Sumber: Provinsi Dalam Angka 2013

Walaupun masih di bawah Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, dan Kota Tarakan, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bulungan cukup stabil dan tidak memicu inflasi. Hal ini biasanya terjadi pada daerah-daerah yang masih memiliki excess

capacity pada sumber daya perekonomian, sehingga perekonomian masih dapat

bertumbuh stabil tanpa mengakibatkan tekanan yang berarti pada harga. Sementara itu, secara umum pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tana Tidung relatif lebih rendah dibandingkan dengan keempat kabupaten/kota lainnya. Hal ini dapat disebabkankapasitas ekonomi yang terbatas akibat luas wilayah yang kecil. Sektor pertambangan, diikuti oleh sektor pertanian, masih menjadi penggerak utama perekonomian kabupaten tersebut.

2.3.3. Subsektor Tanaman Pangan

Sub sektor tanaman pangan terdiri dari berbagai jenis komoditi. Tetapi komoditi yang paling dominan dan banyak dibudidayakandi Provinsi Kaltara adalah padi, karena padi merupakan bahan pangan pokok. Luas panen padi sawah dan ladang di Provinsi Kaltara menurut Kabupaten/kota selama periode tahun 2009-2012 disajikan pada

Tabel 2.7.

Laju pertumbuhan luas panen padi sawah di Provinsi Kalimantan Utara selama periode di atas mencapai 8,42% per tahun. Luas panen padi sawah terbesar terdapat di Kabupaten Bulungan dan diikuti oleh Kabupaten Nunukan serta Malinau. Dalam

(26)

Tabel 2.7

Luas Panen Padi Sawah di Provinsi Kalimantan Utara (ha), 2009-2012

Tahun Bulungan Malinau Nunukan Tarakan Kaltara

2008 6,601 2,422 7,785 28 16,836

2009 8,670 2,354 8,486 36 19,546

2010 9,656 3,011 7,512 31 20,210

2011 8,786 2,398 7,898 49 19,131

2012 12,642 2,479 7,692 50 22,863

Sumber: Kabupaten/Kota dalam Angka di Provinsi Kaltara, 2013.

Luas panen padi sawah mengalami fluktuasi pada beberapa tahun, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten. Pada tahun tertentu terjadi kenaikan luas panen, tetapi juga sebaliknya. Hal ini setidaknya dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, adanya unsur resiko dan ketidakpastian yang seringkali meliputi sektor pertanian. Contohnya adalah iklim dan serangan hama yang tidak dapat diprediksi, dll. Kedua, kurangnya konsistensi dukungan terhadap sektor pertanian. Beberapa wilayah produksi pertanian di Kabupaten tidak memperoleh dukungan yang konsisten dalam hal input produksi yang dibutuhkan rumah tangga petani. Disamping itu proses edukasi bercocok tanam yang baik kurang banyak diberikan.

2.3.4. Subsektor Perikanan

Hampir semua Kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara (kecuali Kabupaten Malinau) memiliki garis pantai yang dapat memberi lahan penghidupan bagi penduduk provinsi. Tabel 2.8 menyajikan jumlah rumah tangga perikanan laut di Provinsi Kalimantan Utara pada tahun 2009-2012.

Tabel 2.8

Jumlah Rumah Tangga Perikanan Laut Provinsi Kalimantan Utara, 2009-2012

Tahun Bulungan Nunukan Tana Tidung Tarakan Kaltara

2009 1,410 1,772 - 1,541 4,723

2010 811 1,679 - 1,800 4,290

2011 1,092 1,679 829 1,810 5,410

2012 1,465 1,679 166 1,810 5,120

Sumber: Kabupaten/Kota dalam Angka di Provinsi Kaltara, 2013.

Jumlah rumah tangga terbesar yang bertumpu pada perikanan laut dijumpai di Kota Tarakan, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Bulungan. Umumnya sentra

(27)

penjualan dan distribusi perikanan hasil laut dijumpai di kota Tarakan, sehingga tidak mengherankan apabila jumlah rumah tangga perikanan terbesar berada di Tarakan. Hal ini didukung oleh besarnya jumlah kapal motor yang terdapat di Kota Tarakan (Tabel 2.9). Kota Tarakan memiliki armada kapal motor terbesar dibandingkan Kbaupaten lain di Provinsi Kalimantan Utara.

Tabel 2.9

Jumlah Kapal Motor di Provinsi Kalimantan Utara, 2009-2012

Tahun Bulungan Nunukan Tarakan Tana Tidung Kaltara

2009 461 180 681 - 1,322

2010 318 269 990 - 1,577

2011 568 270 1,084 47 1,969

2012 363 269 1,004 26 1,662

Sumber: Kabupaten/Kota dalam Angka di Provinsi Kaltara, 2013.

Walaupun demikian, beberapa komoditi perikanan dikumpulkan pula dari Kabupaten sekitar. Contohnya, komoditi udang dan bandeng dipasok dari Kabupaten Bulungan dan Tana Tidung yang memiliki jumlah rumah tangga perikanan tambak yang cukup besar di kawasan pantai Provinsi Kaltara. Kedua kabupaten itu memiliki kondisi alam yang sesuai dengan budidaya tambak. Data jumlah rumah tangga perikanan tambak di Provinsi Kalimantan Utara selama periode 2009-2012 terdapat pada Tabel 2.10.

Tabel 2.10

Jumlah Rumah Tangga Perikanan Tambak Provinsi Kalimantan Utara, 2009-2012

Tahun Bulungan Nunukan Tana Tidung Tarakan Kaltara

2009 2,527 298 - 180 3,005

2010 2,040 347 1,225 175 3,787

2011 7,665 347 1,225 375 9,612

2012 2,558 261 1,225 211 4,255

Sumber: Kabupaten/Kota dalam Angka di Provinsi Kaltara, 2013.

(28)

Tabel 2.11

Jumlah Rumah Tangga Perikanan Kolam di Provinsi Kalimantan Utara, 2009-2012

Tahun Bulungan Nunukan Tarakan Malinau Kaltara

2009 576 345 100 1,896 2,917

2010 561 345 100 2,033 3,039

2011 1,713 682 300 2,113 4,808

2012 571 643 300 2,113 3,627

Sumber: Kabupaten/Kota dalam Angka di Provinsi Kaltara, 2013.

2.3.5. Subsektor Perkebunan

Sektor primer di Provinsi Kalimantan Utara memiliki peringkat ketiga dalam memberi kontribusi terhadap PDRB Provinsi. Selain subsektor tanaman pangan dan perikanan, subsektor perkebunan juga memiliki peran penting dalam Provinsi Kalimantan Utara. Kontribusi subsektor perkebunan terhadap PDRB Kalimantan Utara mencapai 2,28% (Tabel 2.3). Di tingkat Kabupaten, kontribusi subsektor perkebunan terbesar dijumpai di Kabupaten Nunukan (8,25%) dan Tana Tidung (3,94%).

Jenis tanaman perkebunan yang banyak diusahakan di Kalimantan Utara berturut-turut adalah Kelapa Sawit, Coklat, Kopi, Kelapa, dan Karet (Table 2.12). Pengusahaan perkebunan dapat berupa perkebunan rakyat atau swasta besar. Permasalahan muncul pada saat pengusahaan perkebunan dikelola oleh swasta, karena perkebunan swasta hanya memberi multiplier effectkecil bagi daerah. Perkebunan rakyat dianggap dapat memberi manfaat yang lebih besar bagi daerah, tetapi umumnya terbentur pada masalah permodalan.

Table 2.12

Luas Tanam Perkebunan di Provinsi Kalimantan Utara (ha), 2009-2011

Tahun Karet Kelapa Kopi Coklat Kelapa Sawit

2009 655 4,805 5,870 17,359 68,551

2010 862 2,820 3,333 16,612 99,972

2011 941 2,798 3,437 14,244 111,027

2012 1,787 2,663 2,975 11,645 137,389

(29)

2.3.6. Peran masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Kalimaantan Utara berdasarkan RPJP Provinsi Kalimantan Timur 2005-2025

Bila mengacu pada RPJP Provinsi Kalimantan Timur tahun 2005-2025 sebagai provinsi induk Kaltara, arah pengembangan wilayah setiap kabupaten/kota yang saat ini menjadi bagian dari provinsi Kalimantan Utara adalah sebagai berikut:

Kabupaten Bulungan diarahkan menjadi (i) wilayah pengembangan pertanian

agribisnis berbasis kehutanan, perkebunan dan pertanian, perikanan; (ii) pengembangan transportasi yang dapat meningkatkan aksesibilitas ke seluruh wilayah bagian utara; (iii) peningkatan transportasi udara; (iv) peningkatan transportasi laut dengan pemanfaatan kawasan pesisir; (v) pengembangan perdagangan dan jasa; (vi) industri pengolahan; (vii) pengembangan pariwisata; dan (viii) pertambangan.

Kabupaten Malinau diarahkan menjadi (i) wilayah pengembangan pertanian

ke arah agribisnis berbasis kehutanan, perkebunan dan pertanian, perikanan dan peternakan; (ii) peningkatan/pengembangan transportasi yang dapat meningkatkan aksesibilitas dengan wilayah sekitarnya terutama menuju Tarakan, Bulungan, Nunukan, dan Kutai Barat; (iii) pelabuhan penyeberangan yang dapat meningkatkan pelayanan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan (ASDP); (iv) peningkatan transportasi udara; (v) pengembangan perdagangan dan jasa; (vi) industri pengolahan; (vii) pengembangan pertambangan; (viii) pengembangan pariwisata; (ix) pengembangan kawasan perbatasan; (x) pengembangan hutan konservasi; (xi) pengembangan SDM kea rah yang lebih kompetitif.

Kabupaten Nunukan diarahkan menjadi (i) pusat agribisnis berbasis

kehutanan, perkebunan, pertanian dan perikanan; (ii) pusat pengembangan transportasi udara yang dapat meningkatkan aksesibilitas dengan wilayah sekitarnya; (iii) perbaikan kualitas SDM dan penambahan dan penyebaran SDM proporsional berdasarkan tingkat kebutuhan dansumberdaya wilayah; (iv) penguatan modal dan kemudahan akses dana pada masyarakat yang bergerak pada sektor produksi dan terutama UKM; (v) pelabuhan penyeberangan yang dapat meningkatkan pelayanan

(30)

migas; (ix) pengembangan pariwisata; dan (x) perdagangan jasa dan industry melalui pengelolaan kawasan khusus.

Kabupaten Tana Tidung diarahkan menjadi (i) wilayah agroindustri dan

agribisnis tanaman pangan dan perkebunan; (ii) pertambangan; (iii) dan pengembangan kawasan transmigrasi yang didukung dengan tersedianya prasarana dan sarana transportasi darat dan laut secara maksimal

Kota Tarakan diarahkan menjadi (i) wilayah pelayanan umum pemerintahan;

perdagangan dan jasa, industry; (ii) pengembangan transportasi udara nasional dan lokal; (iii) pengembangan pelabuhan laut; (iv) pendidikan; (v) kesehatan; (vi) pengembangan ekonomi; (vii) perlindungan sosial serta ketertiban dan keamanan; dan (viii) pengembangan pariwisata dan budaya.

Peran yang diberikan pada Kabupaten/kota di atas sesuai dengan kontribusi sektoral ekonomi masing-masing kabupaten/kota terhadap perekonomian provinsi Kaltara. Secara umum porsi sektor pertanian dalam arti luas (tanaman pangan, perikanan, perkebunan, kehutanan, dan pengolahan hasil pertanian) memperoleh peran yang besar di seluruh kabupaten di provinsi Kaltara ke depan. Sementara Kota Tarakan diarahkan menjadi pusat perdagangan, jasa dan industri. Pola ini juga harus diperhatikan dalam penyusunan masterplan pembangunan daerah Provinsi Kalimantan Utara.

2.4. INFRASTRUKTUR DAERAH YANG TERBATAS

Kondisi infrastruktur di Provinsi Kalimantan Utara dapat dikatakan masih memiliki berberapa persoalan. Rendahnya kapasitas listrik dan infrastruktur kesehatan memberikan tantangan bagi pemerintah Provinsi Kalimantan Utara untuk terus melakukan pembangunan di wilayahnya. Demikian pula terkait infrastruktur pendidikan. Peningkatan fasilitas pendidikan di wilayah Kalimantan Utara perlu terus dilakukan guna menaikkan Indeks Pembangunan Manusia wilayah tersebut.

2.4.1. Fasilitas Kesehatan

Dari sisi infrastruktur kesehatan, rata-rata kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Utara memiliki 1 rumah sakit dan sekitar 10 puskesmas (Gambar 2.4). Kota Tarakan memiliki 3 rumah sakit dan 7 puskesmas dan Kabupaten Malinau memiliki 2 rumah

(31)

sakit dan 13 puskesmas. Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Nunukan masing-masing memiliki 1 rumah sakit dan 12 puskesmas. Sedangkan Kabupaten Tana Tidung tidak memiliki satu pun rumah sakit dan hanya memiliki 3 puskesmas.

Sumber: Kabupaten/Kota dalam Angka di Provinsi Kaltara, 2013.

Gambar 2.4

Jumlah Rumah Sakit, Puskesmas, dan Dokter Umum di Provinsi Kalimantan Utara, 2012

2.4.2. Fasilitas Pendidikan

Dari sisi infrastruktur pendidikan secara umum, masing-masing kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Utara memiliki perpustakaan dalam jumlah yang cukup bervariasi (Gambar 2.5). Kabupaten Bulungan memiliki 121 perpustakaan dan Kota Tarakan memiliki 91 perpustakaan. Sedangkan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau dan Kabupaten Tana Tidung memiliki masing-masing 48, 37, dan 27 unit. Jumlah perpustakaan di ketiga wilayah tersebut agak timpang dengan banyaknya perpustakaan yang dimiliki oleh Kabupaten Bulungan dan Kota Tarakan.

Meskipun demikian, hal tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) masing-masing wilayah. IPM kelima wilayah tersebut di tahun 2012 cenderung berada pada tingkatan yang sama (Gambar 2.5). Kota Tarakan memiliki IPM tertinggi, yaitu 77,76. Selanjutnya berturut-turut adalah Kabupaten

(32)

Sumber: Kabupaten/Kota dalam Angka di Provinsi Kaltara, 2013.

Gambar 2.5

Jumlah Perpustakaan dan IPM Provinsi Kalimantan Utara, 2012

2.4.3. Listrik

Berdasarkan data kapasitas produksi dan total listrik yang terjual, tampak bahwa masing-masing kabupaten dan kota memiliki kebutuhan listrik yang berbeda (Gambar 2.6). Kota Tarakan memiliki kapasitas produksi dan listrik terjual yang sangat tinggi bila dibandingkan kabupaten lainnya. Pada tahun 2012, total listrik terjual di Kota Tarakan mencapai 167.028 Mwh. Sedangkan di Kabupatan Bulungan dan Nunukan, total listrik terjual masing-masing hanya mencapai 46.386 MWh dan 46.817 MWh. Sementara kebutuhan listrik di Kabupaten Malinau dan Tana Tidung bisa dikatakan lebih rendah lagi. Total listrik terjual di Kabupaten Malinau hanya mencapai 27.346 MWh sedangkan di Kabupaten Tana Tidung hanya mencapai 2.940 MWh.

Besarnya kapasitas produksi dan total listrik terjual tidak menjamin bahwa kebutuhan pelanggan dapat semuanya dipenuhi. Hal ini terutama terjadi di Kota Tarakan dimana terjadi pemadaman bergilir disebabkan kapasitas produksi tidak dapat memenuhi permintaan listrik masyarakat. Padahal listrik sangat diperlukan oleh aktivitas di bidang industri, rumahtangga, dan lain-lain. Kapasitas produksi listrik yang terbatas dapat menjadi pembatas pertumbuhan ekonomi yang diharapkan.

(33)

Sumber: Kabupaten/Kota dalam Angka di Provinsi Kaltara, 2013.

Gambar 2.6

Kapasitas Produksi dan Total Listrik Terjula di Provinsi Kalimantan Utara, 2012

Disamping itu, data tersebut memang belum memberikan gambaran yang cukup. Terdapat beberapa hal mendasar yang perlu diperhatikan secara cermat.

Pertama, total listrik terjual tidak akan melebihi kapasitas produksi listrik di wilayah

tersebut. Sehingga bisa saja kebutuhan listrik yang sesungguhnya di wilayah tersebut lebih tinggi. Namun karena kapasitas produksi listrik yang terbatas, total listrik yang terjual hanya sebesar angka tersebut. Kedua, kegiatan perekonomian di empat kabupaten di Provinsi Kalimantan Utara (Bulungan, Malinau, Nunukan dan Tana Tidung) didominasi oleh pertambangan dan penggalian. Sektor tersebut memiliki kebutuhan listrik yang tinggi. Mengingat terbatasnya kapasitas produksi listrik di masing-masing wilayah, kemungkinan tambang-tambang yang ada di wilayah tersebut menggunakan pembangkit tenaga listrik sendiri. Akibatnya, data yang dijabarkan di atas tidak menunjukkan tingkat konsumsi listrik yang sesungguhnya di masing-masing wilayah.

2.4.4. Jembatan

(34)

Sumber: Kabupaten/Kota dalam Angka di Provinsi Kaltara, 2013.

Gambar 2.7

Jumlah dan Panjang Jembatan di Provinsi Kalimantan Utara, 2012

2.4.5. Jalan

Transportasi darat memiliki arti penting terkait biaya produksi maupun pemasaran suatu komoditi. Panjang jalan dapat menggambarkan keterhubungan suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Semakin panjang infrastruktur jalan, maka semakin terbuka suatu wilayah sehingga dapat menurunkan biaya logistik dan dapat menyebabkan rendahnya tingkat inflasi.

Panjang jalan di Provinsi Kalimantan Utara ditampilkan pada Tabel 2.13. Data menunjukkan bahwa jalan negara dan jalan provinsi selama tahun 2009 hingga 2012 tidak mengalami penambahan. Sementara jalan kabupaten/kota mengalami penurunan. Infrastruktur jalan yang relatif stagnan menghalangi potensi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari daerah.

Tabel 2.13

Panjang Jalan menurut kategori di Provinsi Kalimantan Utara (km), 2009-2012

Tahun Jalan Negara Jalan Provinsi Jalan Kab/kota Total

2009 67.40 134.00 1,485.39 1,686.79

2010 625.07 134.00 2,516.09 3,275.16

2011 624.48 134.00 1,831.07 2,589.55

2012 624.48 134.00 932.78 1,691.26

(35)

BAB3

PROYEKSI PEREKONOMIAN

PROVINSI KALIMANTAN UTARA

Dalam membuat proyeksi ekonomi ada beberapa prasyarat yang dibutuhkan, antara lain data yang memadai, model yang sesuai dengan fenomena riil yang akan diproyeksikan dan hasil perhitungan yang memenuhi kaidah akademik. Bab ini menguraikan permasalahan data, yang dipecah ke dalam ketersediaan data dan penyusunan database, diikuti dengan metodologi pengembangan model proyeksi ekonomi Kalimantan Utara. Adapun hasil perhitungan proyeksi dan analisisnya akan dibahas dalam bab selanjutnya.

3.1. KETERSEDIAAN DATA

Data merupakan instrumen utama dalam pembuatan proyeksi ekonomi. Studi ini menggunakan data dari berbagai sumber, terutama yang bersumber dari BPS Kalimantan Timur dan BPS Pusat.

Model proyeksi yang digunakan dalam studi ini menggunakan data time series sepanjang 24 tahun pengamatan, yaitu tahun 1989-2012. Sumber data utama yang digunakan adalah publikasi statistik Daerah Dalam Angka Kalimantan Timur (1989-2012). Selain publikasi Daerah Dalam Angka Kalimantan Timur, digunakan juga beberapa publikasi pendukung lainnya seperti PDRB Kabupaten/Kota Kalimantan Timur Menurut Lapangan Usaha. Secara rinci, berikut ini adalah daftar publikasi statistik yang menjadi sumber data utama dalam penyusunan database:

1. Publikasi Statistik Daerah Dalam Angka (DDA) Kalimantan Timur berjudul ”Kalimantan Timur Dalam Angka” yang diterbitkan oleh BPS Kalimantan Timur tahun 1989-2012. Total publikasi sebanyak 24 buku.

2. Publikasi Statistik “Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota–Menurut

Lapangan Usaha” yang diterbitkan oleh BPS Kalimantan Timur tahun 1989-2012.

(36)

3.2. PENYUSUNAN DATABASE

Data yang bersumber dari berbagai publikasi statistik yang telah disebutkan selanjutnya disusun menjadi sebuah database untuk melakukan proyeksi ekonomi Kalimantan Utara. Terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam penyusunan

database untuk proyeksi.

Berdasarkan sejarah, wilayah yang menjadi Provinsi Kalimantan Utara saat ini merupakan wilayah Kabupaten Bulungan di masa lalu. Sehingga data Provinsi Kalimantan Utara didapatkan berdasarkan data 4 Kabupaten dan 1 Kota yaitu Bulungan, Nunukan, Kota Tarakan, Malinau dan Tana Tidung. Data Kabupaten Nunukan dan Kota Tarakan telah tersedia sejak tahun 1997, sedangkan data Kabupaten Malinau tersedia sejak tahun 1998, dan Tana Tidung sejak tahun 2007.

3.3. MODEL PROYEKSI

Model ekonomi adalah suatu persamaan kuantitatif yang dibangun berdasarkan teori dan observasi untuk menangkap fenomena ekonomi aktual. Dengan demikian model harus bisa merepresentasikan perilaku ekonomi sesungguhnya.

Model yang digunakan untuk penyusunan Proyeksi PDRB Provinsi Kalimantan Utara ini adalah model persamaan simultan. Model dibangun berdasarkan kerangka teori ekonomi dan kajian empiris yang relevan, dengan memperhatikan faktor-faktor eksternal yang diduga berpengaruh terhadap variabel yang diestimasi. Hasil proyeksi diharapkan mampu menunjukkan kinerja perekonomian daerah yang sesungguhnya, dan mampu memproyeksikan kinerja ekonomi untuk lima tahun ke depan.

3.3.1. Faktor Eksternal dalam model

Di era globalisasi seperti saat ini kegiatan ekonomi suatu daerah seperti provinsi tidak hanya dipengaruhi oleh kebijakan ekonomi daerahnya sendiri, tetapi juga akan dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti kabupaten yang berdekatan, provinsi, nasional, kawasan regional, dan internasional (Gambar 3.1). Oleh karena itu model yang bisa menangkap perilaku ekonomi di Provinsi Kalimantan Utara sebaiknya memasukkan semua faktor yang mempengaruhinya. Jika model sudah dapat menangkap fenomena ekonomi yang sesungguhnya dengan baik maka model tersebut bisa digunakan untuk proyeksi ke masa yang akan datang.

(37)

Gambar 3.1

Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Perekonomian Daerah Provinsi Kalimantan Utara

Model kinerja ekonomi daerah disusun agar dapat menangkap hubungan antar sektor dalam hal pengaruhnya terhadap pertumbuhan PDRB, tingkat kemiskinan, dan inflasi. Sektor yang dimaksud yaitu sektor pertanian, sektor petambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor transportasi dan telekomunikasi, sektor jasa keuangan, sektor jasa pemerintahan dan lainnya.

Dalam proses perhitungan PDRB Provinsi Kalimantan Utara digunakan pendekatan produksi. Pendekatan ini diambil karena data yang tersedia adalah data menurut sektor ekonomi. Dalam menggunakan pendekatan produksi, PDRB dihitung berdasarkan unit-unit produksi yang dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha (sektor). Sembilan sektor tersebut adalah:

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian

3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Konstruksi

(38)

3.3.2. Spesifikasi Model

Hubungan logika Model Proyeksi Ekonomi Provinsi Kalimantan Utara menggambarkan hubungan struktural di setiap sektor ekonomi yang terdiri dari 9 sektor, serta keterkaitan antar sektor itu sendiri dalam membentuk total pendapatan regional yang digambarkan oleh PDRB. Secara umum Model Proyeksi Ekonomi Daerah Provinsi Kalimantan Utara dibangun dari persamaan struktural atau perilaku serta persamaan identitas yang saling berhubungan. Spesifikasi model proyeksi terkait variabel terikat, variabel bebas, serta jenis persamaan penduga terdapat pada

Tabel 3.1.

Secara umum, model proyeksi mengutamakan pendekatan dari sisi supply, yaitu output (nilai tambah) suatu sektor merupakan fungsi dari input-input produksi yang relevan. Hal ini menyesuaikan dengan kerangka analisis yang dikembangkan pada Bab 1. Tetapi jika pendekatan supply sulit untuk dilakukan dan menghasilkan validitas model yang rendah, maka model proyeksi dapat menggunakan pendekatan demand (permintaan).

3.3.3. Metode Estimasi Model

Model persamaan simultan pada umumnya diduga dengan metode OLS (Ordinary

Least Squares) atau sering disebut sebagai ILS (Indirec Least Squares), 2SLS (Two-Stage Least Squares), atau juga 3SLS (Three-Stage Least Squares). Jenis-jenis metode

estimasi ini baik digunakan jika data yang digunakan dalam bentuk time series atau

cross section. Data yang digunakan dalam model kinerja ekonomi daerah Provinsi

Kalimantan Utara ini adalah dalam bentuk time series (deret waktu). Oleh sebab itu metode estimasi yang digunakan adalah 2SLS (Two-Stage Least Squares).

(39)

Tabel 3.1

Spesifikasi Model Proyeksi

No Variabel Terikat Variabel Bebas Jenis Persamaan

1 Pertanian Subsektor tanaman tanaman bahan

makanan, peternakan, perikanan,

perkebunan

identitas

Tanaman bahan makanan Luas padi sawah dan ladang Perilaku

Angkatan kerja sektor pertanian

Perikanan Luas kegiatan budidaya ikan perilaku

Rumah tangga perikanan laut dan darat Armada tangkap perikanan laut

Perkebunan Luas tanam perkebunan per komoditas

Angkatan kerja sektor pertanian

Peternakan populasi ternak (sapi, kambing, babi,

kuda, ayam, itik)

perilaku Angkatan kerja sektor pertanian

2 Pertambangan dan penggalian Harga batubara dunia perilaku

Harga minyak dunia Nilai tukar

Angkatan kerja sektor pertambangan

3 Industri pengolahan Angkatan kerja perilaku

Nilai investasi industri kecil Unit usaha kecil

Listrik terjual (industri)

4 Listrik, gas, dan air bersih Jumlah penduduk provinsi perilaku

PDRB provinsi tarif listrik regional

5 Konstruksi PDRB sektor pertanian - jasa keuangan perilaku

PDRB sektor jasa pemerintah Jumlah penduduk provinsi

6 Perdagangan, hotel dan restoran Panjang jalan perilaku

Panjang jembatan Angkatan kerja

7 Transportasi dan komunikasi PDRB sektor perdagangan perilaku

Jumlah penduduk provinsi PDRB total provinsi

8 Jasa keuangan Jumlah penduduk provinsi perilaku

PDRB sektor perdagangan PDRB sektor pemerintahan PDRB total provinsi

9 Jasa pemerintahan dan jasa lain tahun tren

10 PDRB Provinsi Sektor pertanian; pertambangan dan

penggalian; industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih; konstruksi; perdagangan, hotel dan restoran; transportasi dan komunikasi; jasa keuangan; jasa pemerintahan dan

(40)

3.3.4. Validasi Model

Setelah melakukan identifikasi dan estimasi model, langkah selanjutnya adalah validasi model, yaitu melakukan evaluasi apakah model sudah valid dan bisa digunakan untuk proyeksi. Adapun proses validasi yang dilakukan meliputi:

a. Kriteria ekonomi, yaitu menilai model dari sisi hubungan ekonomi berdasarkan teori apakah memiliki makna atau tidak. Penilaian ini secara mudah dapat dilakukan dengan melihat tanda koefisien dari setiap variabel independen.

b. Kriteria statistik, yaitu penilaian terhadap model dari sisi kebaikan uji statistik diantaranya: uji koefisien variabel secara parsial, uji keseluruhan model, dan determinasi.

c. Kriteria ekonometrik, yaitu penilaian terhadap model dari sisi pemenuhan asumsi klasik agar terhindar dari masalah: heteroskedatik, multikolinier, dan autokorelasi.

Berdasarkan hasil evaluasi, ketiga kriteria di atas sudah terpenuhi sehingga model dapat dikatakan valid dan dapat digunakan untuk proyeksi.

Proyeksi dilakukan selama 12 tahun mulai tahun 2013 hingga 2025. Skenario yang digunakan adalah skenario baseline dimana pergerakan berbagai faktor eksternal di tingkat daerah, nasional, dan global diasumsikan sesuai dengan Business

As Usual (BAU).

3.4. HASIL PROYEKSI PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

3.4.1. Proyeksi PDRB Provinsi Kalimantan Utara

Persamaan penduga proyeksi PDRB Provinsi merupakan persamaan identitas, dimana PDRB Provinsi didefinisikan sebagai penjumlahan nilai tambah semua sektor dalam perekonomian (sektor 1 sampai dengan 9). Model yang dikembangkan mampu mengikuti pergerakan data historis sebelumnya sehingga kehandalan model dapat dipertanggungjawabkan (Gambar 3.2).

Hasil proyeksi menunjukkan peningkatan PDRB Provinsi Kaltara sejak tahun 2013 hingga 2025 rata-rata sebesar 6,74% per tahun. Pada tahun 2025, PDRB Provinsi Kaltara diproyeksikan akan mencapai nilai sekitar Rp 15 triliun, atau sekitar 3 kali PDRB tahun 2012. Hasil perhitungan ini didasarkan pada proyeksi yang konservatif (business as usual).

(41)

Sumber: Hasil Perhitungan LPEM-FEUI, 2014

Gambar 3.2

Proyeksi PDRB Provinsi Kalimantan Utara 2013-2025 berdasar harga konstan 2000 (dalam Milyar Rupiah)

3.4.2. Proyeksi Sektor Pertanian (S1)

Model proyeksi sektor pertanian merupakan persamaan identitas yang terdiri dari penjumlahan sub-sektor yang berada dalam sektor pertanian, yaitu subsektor perikanan, perkebunan, tanaman bahan makanan, dan peternakan. Model penduga secara sederhana dinotasikan sebagai berikut:

S1 = S1_IKAN + S1_KEBUN + S1_MKNN + S1_TERNAK

dimana, S1 adalah PDRB sektor pertanian, S1_IKAN adalah PDRB subsektor perikanan, S1_KEBUN adalah PDRB subsektor perkebunan, S1_MKNN adalah PDRB subsektor tanaman bahan makanan, S1_TERNAK adaah PDRB subsektor peternakan. Hasil model estimasi menunjukkan bahwa sektor pertanian akan tumbuh sebesar 7,70% per tahun selama periode 2013-2025. Jika dianalisis lebih rinci, laju pertumbuhan sektor pertanian yang cukup tinggi ini disumbang oleh laju pertumbuhan subsektor perkebunan dan perikanan.

(42)

Sumber: Hasil Perhitungan LPEM-FEUI, 2014

Gambar 3.3

Proyeksi PDRB Sektor Pertanian 2013-2025 berdasar harga konstan 2000 (Milyar Rupiah)

3.4.2.1. Proyeksi Subsektor Perikanan

Model proyeksi sektor perikanan merupakan persamaan perilaku yang didekati dari sisi supply. Model penduga secara sederhana dinotasikan sebagai berikut:

LOG(S1_IKAN) = a10 + a11*LOG(RMT_IKAN)+ a12*LOG(AK_S1)+ a13*DCR97 +

a14*DCR98 + e1

dimana, S1_IKAN adalah PDRB subsektor perikanan, RMT_IKAN adalah jumlah rumah tangga di sektor perikanan, AK_1 adalah angkatan kerja di sektor pertanian, DCR97 dan DCR 98 masing-masing adalah dummy crisis tahun 1997 dan 1998.

Model ini secara umum dapat menggambarkan bahwa faktor input di sektor perikanan, seperti jumlah rumah tangga dan besar angkatan kerja di sektor pertanian, memiliki pengaruh positif terhadap PDRB subsektor perikanan. Peningkatan dalam kedua variabel ini dapat menjadi kebijakan penting bagi pengembangan sektor perikanan. Disamping itu, fluktuasi yang tajam pada kurva proyeksi PDRB sub sektor perikanan pada tahun 1997 dan 1998 juga dapat dijelaskan oleh variabel dummy yang digunakan.

Gambar

Gambar 1.1   Kerangka Pikir Penelitian ....................................................................

Referensi

Dokumen terkait

memiliki daerah persebaran paling terbatas dibandingkan jenis-jenis pandan lainnya, merupakan jenis pandan liar yang hanya ditemukan di satu kawasan pesisir di Kabupaten Malang,

Waralaba atau franchise merupakan suatu bentuk perjanjian, yang lainnya memberikan hak dan kewenangan khusus kepada pihak penerima waralaba, yang dapat terwujud dalam

(1) Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 angka 1 mempunyai tugas memimpin, membina dan mengkoordinasikan serta mengendalikan dan mengevaluasi kegiatan penyusunan

Dewan juri OFI terdiri dari dosen farmasi yang kompeten dari PT (Perguruan Tinggi) anggota APTFI (Asosiasi Perguruan Tinggi Farmasi se-Indonesia) serta praktisi

Dr.dr.Amira Permatasari Tarigan,MKed(Paru),Sp.P(K) sebagai Ketua Program Studi Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FK USU/ SMF Paru RSUP H Adam Malik Medan,

Bagi kajian ini, rumah tradisional negeri Johor telah dipilih berdasarkan kepada isu yang timbul sejak kebelakangan ini terutama sekali yang berkaitan dengan seni bina asli

[4.22] Menimbang bahwa pertimbangan di paragraf [4.21] merupakan pertimbangan pada sengketa informasi dengan pokok permohonan informasi serupa yang termuat dalam Putusan

Di harapkan agar rumah sakit dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan kebidanan khususnya pada kasus ibu bersalin dengan preeklamsi berat yaitu