• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN

5.2 Analisis Konteks

Defenisi konteks dalam bab ini maksudnya yang dapat menunjukkan keberadaan masyarakat yang terwujud dalam tradisi Ahoi yang berkaitan dengan alam. Misalnya : manusia,makanan, tumbuhan, hewan, benda dan air.36 Hal tersebutlah yang dapat menyertai

Tradisi Ahoi dan mempunyai makna yang fungsional di dalam pelaksanaan Tradisi Ahoi

tersebut.

Adapun konteks Tradisi Ahoi yaitu berupa :

1.Makanan dan Jenis Tumbuhan

Pada Tradisi ini si tuan rumah menyediakan makanan kepada para tamu undangan seperti lemang, emping serta tumbuhan yang terdiri dari tangkai padi dan padi.

Lemang :

Menurut pandangan informan bernama ibu zakaria, makanan ini biasanya ada di berbagai acara baik itu di pesta pernikahan, sunatan, dan lain-lain. Lemang terbuat dari beras ketan yang dimasak dalam seruas bambu setelah sebelumnya digulung dengan selembar daun pisang. Menurut beliau lemang ini karena terbuat dari beras ketan yang berati mempererat hubungan masyarakat, bambu menunjukkan ke kompakan masyarakat yang ada disana dan warna daun pisang yang hijau yang menunjukkan sifat ke religian masyrakat yang ada di daerah tersebut. Makanan ini sering disajikan pada saat Tradisi Ahoi dilaksanakan karena cara pembuatannya mudah dan praktis. Lemang juga disukai oleh semua kalangan baik itu muda dan tua. 37

36

Prof. Wan Syaifuddin, M.A , Ph.D dalam tulisan (ManteraDan Upacara Ritual Masyarakat Melayu Pesisir Timur Di Sumatera Utara :Kajian Tentang Fungsi dan Nilai-nilai Budaya)

37

Emping

Menurut pandangan informan bernama Fatimah, makanan ini biasanya ada di acara pesta panen padi atau bisa juga disebut dengan Ahoi Padi. Masyarakat disana biasanya membuat emping padi pulut yang terbuat dari beras ketan atau padi yang setengah tua kemudian padi itu disanggrai hingga pecah mirip seperti popcorn. Menurut beliau emping ini menandakan bahwa hasil panen padi mereka sangat bagus sehingga menghasilkan beras- beras yang berkualitas baik. Makanan ini juga sama-sama terbuat dari beras ketan yang artinya dapat mempererat hubungan sesama manusia, hal tersebut yang membuat masyarakat di sana suka tolong menolong seperti yang sering dilakukan pada TradisiAhoi tersebut.38

Padi

Menurut pandangan informan bernama Jumiran, setiap musim panen tiba padi yang telah diproses dan dibuang kulitnya. Itulah yang dikenal dengan sebutan beras, masyarakat disana juga membuat makanan dari padi yang setengah tua yang disebut dengan emping padi. Makanan ini lah yang selalu dihidangkan ketika musim panen tiba. Menurut beliau warna padi yang sudah siap panen atau warnanya kuning kecoklat-coklatan artinya warna khas masyarakat Melayu, warna putih pada padi yang sudah dibuang kulitnya artinya bersih dan suci, warna hijau dari tangkai padi artinya menunjukkan sifat ke religian masyarakat yang ada di daerah tersebut. Hal tersebutlah yang menandakan bahwa masyarakat di sana memiliki sifat yang religius dan memiliki hati yang bersih.39

38

Ibu Fatimah, , 2015, 60 tahun , di rumahnya, Desa Tanjung ibus langkat, 10 April. 39

Alat-alat yang dipakai untuk mengirik padi

Peralatan yang dipakai dalam kegiatan mengirik padi menurut informan yang penulis wawancarai adalah sebagai berikut :

1. Tikar

Menurut pandangan informan bernama warjiman tikar digunakan sebagai wadah untuk meletakkan tangkai padi agar padi mudah untuk dikumpulkan. Menurut beliau benda ini juga merupakan suatu bentuk kreativitas masyarakat disana karena mereka sendiri yang membuatnya dan juga bagian dari alam yang ada di sekitar mereka. Hal tersebutlah yang menunjukkan bahwa masyarakat di sana sangat kreatif dan mampu menjual ataupun mempromosikan hasil-hasil kerajinan tangan mereka yang bisa mengangkat nama daerah yang ada disana.40

2. Tampi

Menurut pandangan informan bernama Anto tampi dipergunakan untuk memindahkan bulir-bulir padi yang sudah terlepas dari tangkainya ke dalam karung atau goni. Menurut beliau benda ini juga sama seperti tikar sama-sama bagian kreativitas masyarakat yang disana karena hasil kerajinan tangan mereka sendiri yang membuatnya dan berasal dari alam yang ada di sekitar mereka. Hal tersebutlah yang menunjukkan bahwa masyarakat disana sangat kreatif dan bisa mempromosikan hasil kreativitas meraka yang bisa menggangkat nama daerah yang ada di sana,41

40

Bapak warjiman, 2015, 70 tahun, di rumah, Desa Tanjung Ibus ,12 April. 41

3. Lesung

Menurut pandangan informan bernama itok lesung merupakan alat yang digunakan para pemudi yang mengemping untuk menumbuk padi yang akan dijadikan emping. Menurut beliau benda ini terbuat dari kayu yang berbentuk seperti perahu berukuran kecil dengan panjang sekitar 2 meter, lebar o,5 meter dan kedalaman sekitar 40 cm. Lesung terbuat dari kayu yang kuat menunjukkan bahwa masyarakat disana kuat dalam segi agama, kebersamaan, tolong menolong seperti yang dilakukan pada Tradisi Ahoi.42

4. Kompor dan alat masak

Menurut pandangan informan bernama Anto, alat ini digunakan untuk menggonseng emping agar emping dapat dikonsumsi oleh para pengerik dan pengemping. Menurut beliau benda-benda ini merupakan hal yang penting di dalam suatu kebutuhan masyarakat sama hal nya seperti hubungan bermasyarakat yang saling membutuhkan satu sama lain.43

Adapun fungsi dan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam pantun Ahoi sebagai berikut :

a. Fungsi pengungkapan Emosional

Ahoi ini dinyanyikan sebagai ungkapan syukur atas hasil panen yang melimpah dan dengan melimpahnya hasil panen mereka dapat berbagi kebahagiaan dengan cara mengirik dan menikmati hasil secara bersama-sama. Hal tersebut dapat dilihat dari salah satu teks yang dinyanyikan dari Ahoi, yaitu :

Ambil upih tampungkan hujan, Daun ubi di ikat ikat,

42

Bapakitok, 2015, 67 tahun, di ruamh, Desa Tanjung Ibus, 18 April 43

E...wak ahoooiii....ahooooiii.. Terima kasih kepada Tuhan Tahun ini bisa berzakat E...wak ahooiii....ahooooiii...

Lirik yang dituliskan di atas dapat diartikan para pengerik dan pengemping bernyanyi untuk menyenangkan hati walaupun badan letih. Karena bagi mereka, jika hati gembira maka segala pekerjaan yang dikerjakan pasti akan terasa menjadi lebih ringan.

b. Fungsi Komunikasi

Ahoi merupakan salah satu sarana komunikasi di antara masyarakat Melayu Langkat di Secanggang pada waktu itu. Komunikasi tersebut salah satunya adalah komunikasi di antara pemuda dan pemudi selama kegiatan mengirik berlangsung. Berikut teks yang isinya sebagai komunikasi antara pemuda dan pemudi dalam kegiatan mengirik padi :

Kalau tuan mempunyai sapi Enak dimasak denganlah rebung E...wak ahooooiii... ahoooiii Hati-hati menghembus apai Jangan sampai terbakar hidung E....wak ahooooiii....ahoooiii....

Teks di atas mengandung makna bahwa si pemuda menyatakan agar para wanita yang sedang mengemping hati-hati ketika menghembus api untuk menggonseng padi, agar jangan sampai hidung mereka jangan menjadi hitam karena terkena asap. Kemudian teks tersebut di balas para wanita sebagai berikut :

Kami memang punya rebung Tidak dimasak dengan daging sapi

E...wak...ahooooiii....ahoooooiii. Biarlah terbakar hidung

Asal sampai hajat di hati

E....wak....ahooooiii...ahooooiii.

Teks tersebut mengandung makna bahwa para wanita menyatakan bahwa mereka tidak memiliki masalah jika hidung mereka sampai menghitam karena terkena asap pembakaran. Mereka sudah sangat senang apabila maksud dan tujuan mereka kepada para pengirik tersampaikan.

Dari dua teks di atas kita dapat melihat bahwa ada hubungan komunikasi di antara para pengirik dan pengemping.

c. Fungsi yang berkaitan dengan norma-norma sosial

Ahoi merupakan salah satu nyanyian yang memiliki fungsi sebagai sarana untuk mensosialisasikan norma-norma sosial yang terkandung di dalam kebudayan Melayu. Hal tersebutt dapat dilihat dari contoh teks nyanyian berikut :

Asal atap darilah rumbia Lalu semat denganlah bemban E...wak...ahoooiii...ahoooiiii. E...wak...ahooiii...ahooooiiiii Akal tetap jadikan panglima Biarkan nafsu jadi tawanan E...wak...ahoooiiiii...ahoooiii.

Teks tersebut mengandung makna bahwa sebagai seorang Melayu yang baik hendaklah kita menjadikan akal sehat atau logika sebagai acuan dalam melaksanakan segala

sesuatunya, dan hendaklah kita mengesampingkan keinginan nafsu kita. Karena, jika manusia bertindak hanya berdasarkan nafsu belaka maka hanya kehancuranlah yang akan di dapat.

d. Fungsi kesinambungan kebudayaan

Fungsi ahoi dalam proses ini mengarah kepada bagaimana nyanyian Ahoi memiliki peran sebagai salah satu sarana untuk menjaga kesinambungan kebudayaan Melayu. Hal ini dapat dilihat dari teks nyanyian berikut :

Pohon duku kayu nya keras Pohon langsat buahnya lima, E....wak...ahoooiiii...ahooiii Jika Melayu sudahlah bungkas

Maka terangkat lah marwah nya bangsa E...wak..ahoooiii...ahoooiii.

Marilah gelar menggelar tikar Untuk tempat mengirik padi E...wak...ahoooiii..ahoooiii. Biarlah zaman terus berputar Takkan Melayu hilang di bumi E...wak...ahoooiiii..ahoooiii.

Teks pertama menceritakan tentang keberadaan kebudayaan Melayu ditengah kehidupan masyarakat. Ada keinginan untuk mengangkat kebudayaan Melayu menjadi sebuah kebudayaan yang memiliki marwah yang tinggi. Hal itu dapat berarti pula ada keinginan untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan Melayu sehingga menjadi lebih baik untuk ke depannya.

Teks kedua terdapat pesan dan keinginan agar kebudayaan Melayu dapat bertahan di tengah perkembangan kebudayaan dunia.

e.Fungsi pengintegrasian Masyrakat

Ahoi sebagai salah satu sarana pemersatu bangsa dapat terlihat dari kebersamaan masyarakat Desa Tanjung Ibus, Kecamatan Secanggang dalam mengirik padi. Kegiatan mengirik padi tidak akan bisa dikerjakan oleh satu orang saja, melainkan harus dilakukan secara beramai-ramai dengan sistem gotong-royong. Dengan mengirik sambil bernyanyi, para pengirik menjadi lebih bersemangat dan menimbulkan kekompakan dalam mengirik sehingga pekerjaan dapat selesai pada waktu yang diharapkan. Dalam hal ini tidak ada jarak di anatara sesama anggota masyarakat.

Dokumen terkait