• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagan 26: Sifat-sifat Nabi Muhammad SAW

4.3 Analisis Konteks Ideologi Dien

Ideologi adalah pemahaman atau kepercayaan nilai yang di anut atau di pakai bersama oleh masyarakat misalnya ideologi Pancasila, Marxisme, dan lainnya. Ideologi juga menjadi suatu konsep sosial yang menentukan nilai yang terdapat dalam masyarakat. Dengan kata lain, ideologi dikontrol oleh suatu kekuasaan dari kelompok yang mendominasi masyarakat dalam arti positif. Dikatakan positif karena ideologi merupakan seperangkat nilai ini menjadi cara- cara masyarakat mengatur dan menjustifikasi kehidupan mereka sebagai

95 representasi diri mereka dalam huungan dengan kondisi keberadaan mereka dalam masyarakat (Sinar 2003).

Adapun pengertian ideologi menurut beberapa ahli seperti Kress (1993) mengatakan ideologi dapat tercipta dengan adanya pengaruh kekuasaan terhadap sejarah politik, sistem masyarakat, nilai, sastra dan budaya membentuk pandangan

masyarakat sehingga meyakini suatu “konsep”, sedangkan Hasan (1996: 133) melihat ideologi sebagai sesuatu yang hidup melalui tindakan kebiasaan sehari- hari kelompok pelaku sosial baik berwujud veral maupun non-verbal yang jauh dari pikiran sadar mereka akan hal itu. Namun, dalam ideologi al-Barzanjī yang digunakan adalah ideologi dien (Sinar, 2002) atau dalam KBBI diistilahkan

sebagai “din” Muhammad sebagai pembawa ajaran Islam bertujuan untuk

memperbaiki akhlak manusia dari kejahiliyahan, dimana kejahiliyahan yang dimaksud adalah kebodohan masyarakat pada masa itu dengan melakukan perbuatan yang keji dan mungkar. Sebagai utusan Allah, Muhammad Saw. memperbaiki akhlak manusia dari masyarakat jahiliyyah terhadap Islam pada awalnya masyarakat jahiliyyah sangat menentang ajaran islam ini. Akan tetapi, dengan sikap bijaksana dan lemah lembut Muhammad memberikan pengajaran tentang Islam kepada mereka akhirnya sebahagian dari mereka mengikuti Muhammad Saw. dengan beriman kepada Allah. Jadi, ideologi dien menunjukkan sikap yang positif dalam menghantarkan perubahan kepada yang lebih baik lagi.

Dalam konteks dien terdapat praktek sosial, pegangan dan pemikiran Muhammad Saw. dalam meyakinkan masyarakat pada masanya dalam hal ini membentuk sebuah ajaran menghasilkan suatu proposisi. Di sini dien diterima secara rela oleh masyarakat itu. Selain itu, dien di sini menunjukkan suatu

96 fenomena yang universal dan bersifat logika. Menurut Fairclough (2003) bahwa hal demikian merupakan ideologi masyarakat, yang ciri sosial masyarakat memberikan legitimasi kepada pengamalnya.

Praktek sosial seperti ini membentuk sebuah komunitas menghasilkan interaksi masyarakat dalam komunitas tersebut. Fairclough menegaskan sebagai salah satu elemen dalam struktur social, manusia harus mengikuti ketentuan- ketentuan yang telah ditetapkan dalam komunitas masyarakat agar dapat diterima di dalam masyarakat tersebut, “they are able to act on agama yang dimiliki oleh masyarakat pada masa itu adalah ideologi yang disampaikan oleh Muhammad, yang di dalam ideologi dien tersebut terdapat aturan-aturan hidup yang positif yang dapat membawa manusia dalam kebaikan.

97

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Setelah menganalisis konteks sosial genre al-Barzanjī, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

5.1.1Konteks situasi dalam teks al-Barzanjī

- Medan wacana yang terdapat dalam al-Barzanjī adalah puji-pujian kepada Allah Swt., sislsilah keturunan Nabi Muhammad, kemuliaan nasab Muhammad, keagungan Allah Swt, kelahiran Muhammad, kemuliaan pada hari kelahiran Muhammad, kehormatan terhadap Nabi Muhammad, tempat dan waktu kelahiran Muhammad, ibu-ibu susu Nabi Muhammad, kemuliaan Muhammad, Masa kanak-kanak Muhammad, masa baligh Muhammad, Muhammad berniaga, Muhammad dipinang Khadijah, Muhammad mengangkat Hajar al-Aswad, kehadiran malaikat yang mengkhabarkan kenabiannya, kaum kafir memusuhi Nabi Muhammad,

peristiwa isra’ mi’raj, Nabi Muhammad menaiki buraq ke langit dan sifat-

sifat Nabi Muhammad.

- Pelibat wacana dalam al-Barzanjī yaitu:

Pertama Allah Swt. sebagai pencipta langit dan bumi beserta isinya termasuk Nabi Muhammad Saw., yang kedua Muhammad Saw., kemudian ayahnya ‘Abd Allāh, ibunya Aminah, ibu susunya Tsuaibat al-Aslamiyah, ibu susunya Halīmatun al-Sa‘diah, kakeknya ‘Abd al-Muṭalib, pamannya Abū Talib, seorang pendeta, Maisarah yaitu budak laki-laki Khadijah teman Muhammad membawa barang dagangan Khadijah, orang-orang

98 Yahudi, sahabat-sahabat Muhammad yakni Abū bakar, ‘Alī bin Abī Talib, Zaid bin Harisah, Bilal, Sa’d, Sa’id, Talḥah, Ibn ‘Auf dan putra bibinya Shafiyyah. Kemudian, lagi ada malaikat Jibril sebagai pembawa wahyu dari Allah Swt., Bani Tsaqif yang tidak mau mengikut Muhammad, suku Quraisy yang menentang Muhammad menyiarkan Islam, kaum Anṣar yang mau mengikut terhadap Muhammad, Ummu Ma’bad dan Abū Ma’bad, yakni suami istri yang mau mengikut Nabi Muhammad untuk beriman kepada Allah.

Secara internal pelibat wacana dalam teks al-Barzanjī dikarakterisasikan menjadi 4 (empat) dimensi yakni:

- Muhammad memiliki status sosial yang baik, dari segi keturunan, harta, dan pekerjaan, hanya saja tingkat pendidikan yang kurang baik karena beliau tidak bisa baca dan tulis. Namun, keistimewaan yang diberikan Allah kepadanya tidak menjadi penghalang untuk beliau memiliki pribadi yang mulia.

- Kontak dalam teks al-Barzanjī berupa sistem leksikogrammatikal. - Afeksi bersifat positif karena Muhammad mempunyai sifat dan budi

pekerti yang luhur menjadi teladan bagi semua umat manusia.

- Kekuasaan dalam al-Barzanjī ini berupa struktur peran atau partisipan yang direalisasikan dalam suasana interaksi sosial.

- Sarana wacana dalam al-Barzanjī interaksi lisan yang mengisahkan cerita dengan sarana monolog dan dialog. Monolog yakni hanya penutur yang menyampaikan cerita tanpa ada interupsi dari para pendengar. Sedangkan

99 dialog yakni intaraksi yang terjadi di antara dua orang atau lebih yang terdapat dalam teks al-Barzanjī.

5.1.2Konteks budaya dalam al-Barzanjī terdiri atas beberapa fase dan sub-fase yakni;

- Perspahaman ^ salam pembuka

- Penstrukturan wacana^orientasi^penegasan^penilaiian^penjelasan

Di dalam penstrukturan terdapat pola 1 dan 2, yakni pola pertama penstrukturan wacana^orientasi^penjelasan^interaksi^penegasan dan yang kedua penstruukturan wacana^abstrak^orientasi^koda.

- Dalam substansi juga terdapat pola 1 dan 2. Pola pertama Substansi^Interaksi^Abstrak^Orientasi^Penjelasan^Koda^Penilaian. Pola kedua Substansi^Penegasan^Penilaian.

5.1.3Konteks ideologi yang terdapat dalam al-Barzanjī adalah ideologi agama yang disampaikan oleh Nabi Muhammad, dimana di dalam ideologi agama tersebut terdapat aturan hidup yang positif yang dapat membawa manusia dalam kebaikan.

5.2Saran

Berdasarkan pemaparan yang telah dikemukan penulis penting memberikan beberapa saran berkaitan dengan temuan penelitian ini.

5.2.1Kepada peneliti selanjutnya untuk dapat melanjutkan penelitian ini dari aspek lainnya. sebenarnya al-Barzanjī sebagai sebuah kajian tidak hanya terbatas pada teks, tetapi lebih luas dari pada itu juga dapat dikaji dari beberapa aspek seperti sosiolinguistik, antropolinguistik, ekolinguistik .

100 5.2.2Kepada Pemerintah untuk menjaga tradisi yang ada di masyarakat, khususnya dalam masyarakat Islam yang dikenal luas dalam tradisi berBarzanjī bahwa teks tersebut sangat dalam dan tinggi makna yang terkandung di dalamnya, maka tentunya upaya yang sungguh dari pemerintah merupakan upaya untuk menjaga dan melestrikan tradisi dan warisan yang ada di dalam masyarakat.

Dokumen terkait