• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konteks Sosial dalam Teks al-Barzanjī: Pendekatan Linguistik Sistemik Fungsional Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konteks Sosial dalam Teks al-Barzanjī: Pendekatan Linguistik Sistemik Fungsional Chapter III V"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

22

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yaitu metode untuk menyelidiki objek penelitian yang tidak dapat dihitung dengan angka-angka atau yang bersifat eksak, melainkan berupa teks dengan mengungkap makna terdalam yang di dalam teks tersebut (Raco, 2000: 60). Dalam penelitian metode kualitatif-deskriptif ini dimaksudkan untuk menyajikan wacana bahasa Arab yang ada dalam kitab al-Barzanjī, yang berupa teks bahasa Arab.

Menurut Bogdan dan Taylor (Moelong, 2003) metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara utuh. Jadi, tidak boleh mengisolasikan individu. Alasan penggunaan pendekatan kualitatif adalah karena dalam penelitian data yang dihasilkan berupa data deskriptif yang diperoleh dari data-data berupa tulisan, klausa, frase melalui dokumen yang berasal dari sumber atau informasi yang diteliti dan dapat di percaya.

(2)

23 Dalam penelitian ini, pendekatan kualitatif menggunakan juga metode wawancara kepada informan untuk mengetahui sejauh mana mereka menyanyikan lantunan syair al-Barzanjī dan mendapatkan makna kata yang digunakan dalam teks tersebut.

3.2Data dan Sumber Data

Sumber data yang dimaksudkan dalam penelitian ini ada dua, sumber data primer dan data skunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari sumber dan data skunder adalah data yang dikumpul dari data yang pernah dikumpulkan orang lain, maka dalam penelitian ini sumber primer adalah teks

al-Barzanjī karya Muhammad al-Barzanjī al-Kurdi, yaitu “Qia al-Maulid al-Nabī allah Allāh ‘Alaih wa Sallam” dan sumber data sekunder, yaitu literatur yang berkaitan dengan penelitian dan hasil wawancara dengan narasumber yang dijadikan sebagai pelengkap dari data primer yang menjadi sumber utama.

3.3Teknik Pengumpulan Data

(3)

24 Dalam penelitian ini, teknik wawancara juga dilakukan untuk mendapatkan inrormasi lebih mendalam dari informan tentang teks syair

al-Barzanjī dengan maksud agar memperoleh data yang di uji kebenarannya,

wawancara ini dilakukan dengan tanya jawab untuk mendapatkan data dengan jalan berkomunikasi secara langsung dengan informan. Dalam menetapkan informan, lima syarat yang harus dimilikinya yaitu 1) informan pelantun

al-Barzanjī mengetahui budaya miliknya sendiri. 2) keterlibatan langsung. 3) memiliki waktu yang cukup. 4) suasana budaya dan 5) non-analitik. Selain itu alat perekam juga digunakan yang mendokumentasikan suasana budaya Stabat. Kemudian, peneliti juga menganalisis bagian dari teks tertulis ketika dan setelah dilapangan, tujuannya adalah untuk mengkonfirmasikan teks dan menjiwai teks agar dapat dimaknai konteks sosialnya.

3.4Teknik Analisis Data

(4)

25 display, yaitu menarasikan semua data yang didapatkan dan setelah itu akan ditarik kesimpulan berdasarkan hasil data yang telah dikumpulkan.

3.5Keabsahan Data

Keabsahan data dilakukan dengan metode trianggulasi yaitu lamanya penelitian dan trianggulasi sumber. Penelitian dilakukan dari bulan Maret sampai dengan September 2014. Trianggulasi sumber dilakukan dengan wawancara terhadap 3 informan yaitu: 1. Ibu Halimatun Sakdiah, 2. Tamaniah dan 3. Chairul.

(5)

26

BAB IV

KONTEKS SITUASI, KONTEKS BUDAYA DAN KONTEKS IDEOLOGI

DIEN TEKS AL-BARJANZ

4.1 Analisis Konteks Situasi al-Barzanj

Analisis al-Barzanjī dalam konteks situasi dipahami dan diinterpretasikan dalam tiga dimensi yaitu pelibat (tenor), medan (field) dan sarana (mode).

4.1.1Medan Wacana

Medan wacana (field of discourse) merujuk pada topik yang sedang terjadi di dalam teks, tindakan sosial yang sedang berlangsung yang dibicarakan oleh para pelibat dalam teks. Dari definisi ini dapat diambil kesimpulan bahwa medan sangat berpengaruh untuk dapat memahami topik yang sedang dibicarakan dalam al-Barzanjī. Medan wacana yang dimaksud adalah kehidupan Muhammad Saw. dari awal yaitu mulai dari silsilah keturunan Muhammad sampai akhirnya beliau menjadi Rasul.

Untuk menentukan apa yang dibicarakan melalui leksikal dalam teks ini, terdapat tujuh topik dalam medan aktivitas Nabi Muhammad. Medan wacana dalam al-Barzanjī adalah Riwayat Muhammad Saw., dimana secara ringkas penulis al-Barzanjī (aku) ceritakan dalam al-Barzanjī bahwa beliau lahir dari silsilah keturunan orang-orang yang baik yang dipeliharakan Allah dari perbuatan zina pada masa jahiliyah itu, saat beliau masih dalam kandungan ayahnya ‘Abd

Allāh wafat di Madinah dan setelah beliau lahir beliau mempunyai dua orang ibu

(6)

27 kakeknya pun wafat dan beliau di asuh oleh pamannya Abū alib. Saat beliau

remaja Abū alib membawa beliau untuk berdagang ke Syam (sekarang Syria), disebabkan pamannya khawatir akan beliau dari perlakuan para Yahudi di Syam maka saat beliau berusia 25 tahun dia dibawa pamannya ke Baṣrah (sekarang Irak), di sana awal mulanya beliau bertemu dengan Khadijah dan memperdagangkan barang-barang Khadijah karena simpatiknya Khadijah akan perilakunya yang jujur dan amanah, maka Khadijah bersedia menikah dengannya. Pada saat beliau berusia 40 tahun, dia pun menjadi Rasul di mana kejadian itu terjadi saat beliau beribadah di Gua Hira selama beberapa malam. Dari kejadian itu orang yang pertama kali beriman kepadanya dari kalangan laki-laki dewasa adalah Abū Bakar teman beliau di dalam Gua Hira, dari kalangan remaja adalah

(7)

28 mereka pulang, maka Islam muncul di Madinah. Melihat hal tersebut Suku Quraisy merasa takut kalau sahabat-sahabat mereka mengikut beliau nantinya. Oleh karena itu, orang-orang Quraisy berencana untuk membunuh beliau, tetapi Allah melindungi beliau dengan berhijrah, maka tinggallah beliau di Gua Tsur selama tiga hari bersama Abū Bakar dan setelah itu beliau juga mengalami kejadian yang baik di Qudaid dan orang-orang Anṣar pun menjemput beliau dan singgah di Quba untuk membangun mesjidnya atas dasar ketakwaan.

4.1.1.1Taksonomi Item Leksikal

Secara bahasawi, untuk melihat medan wacana dalam al-Barzanjī ditentukan dari partisipan, proses dan sirkumtan wacana dalam al-Barzanjī secara fungsi eksperiensial. Partisipan ini melibatkan partisipan manusia dan bukan manusia. Partisipan Allah Swt. adalah partisipan sebagai Zat yang Mulia dan Maha Pemurah, Pengasih, Penguasa kebutuhan seluruh alam semesta. Partisipan manusia dalam al-Barzanjī adalah Muhammad sebagai pusat partisipan dalam

al-Barzanjī karena keseluruhan teks menjelaskan tentang Muhammad. Selain itu, menguraikan silsilah keluarganya. Item leksikal partisipan dalam medan wacana melingkupi:

1. Leksis Allah Swt. adalah Zat Pemurah, Penyayang, Pengasih, Pengampun, Maha Esa, Maha kuasa, Maha atas Segala sesuatu;

2. Leksis Muhammad Saw., beliau, al-amanah (terpercaya), al-iddiq

(benar), tabligh (penyampai), faanah (terpercaya); 3. Leksis Siti Khadijah, al-kubrā (besar), al-tairah (suci); 4. Abū alib, paman Nabi, pelindung Muhammad.

(8)
(9)

30 Taksonomi item leksikal proses dalam medan wacana melingkupi:

Taksonomi Item Leksikal Proses

Proses Relasional Proses Verbal Proses Material Proses Mental

(10)

31 dalam dialog dan hubungan ikatan sosial yang signifikan dimana mereka terlibat (Sinar 2003).

Berikut Pelibat dideskripsikan, yaitu menunjuk pada orang-orang yang mengambil bagian pada sifat para pelibat, kedudukan yang peranan mereka: jenis-jenis hubungan peranan apa yang terdapat diantara para pelibat, termasuk hubungan-hubungan tetap dan sementara, baik jenis peranan tuturan yang mereka lakukan dalam percakapan maupun rangkaian keseluruhan hubungan-hubungan yang secara kelompok mempunyai arti penting yang melibatkan mereka. (Halliday dan Hasan dalam Tou, 1992). Dari penjelasan pelibat di atas dapat diambil kesimpulan atas pelibat pada al-Barzanjī, pelibat merupakan orang-orang yang terlibat dalam interaksi monolog dan dialog dalam meriwayatkan kisah Muhammad. Fungsi ujar (speech function) terdiri atas pernyataan, pertanyaan, perintah dan tawaran. Pernyataan Allah Swt. kepada Muhammad Saw., orang tua

Muhammad (‘Abd Allāh dan Sitī Aminah), isteri Muhammad (Sitī Khadijah),

kakek (‘Abd al-Muṭalib), pamannya (Abū alib), ibu susunya (Tsuaibat al-Aslamiyah dan Halīmat al-Sya‘diyah), teman berniaga (Maisyarah), dan orang-orang yang pertama kali masuk Islam (Abū Bakar, ‘Alī bin Abī alib, Zaid bin Harisah, Bilal bin Rabah, Ummu ’Aiman, Ḥamzah bin ‘Abd al-Muṭalib, Abbas

bin ‘Abd al-Muṭalib, ‘Abd Allāh bin ‘Abd Asad, Ubay bin Ka’ab).

(11)

32 dimensi ini direalisasikan pada tingkat klausa atau yang di bawahnya dalam variasi intonasi, ritme, kadar ujaran. Dimensi kekuasaan direalisasikan terutama dalam hal pilihan linguistik pada tingkat klausa di untuk melihat sejajar atau tidak sejajarnya pelibat secara timbal-balik (resiprokal atau tidak) dalam memilih sistem bahasa. (Sinar 2003).

Pelibat wacana dalam al-Barzanjī adalah para kerabat, istri dan sahabat Muhammad, yang selalu ada bersama Muhammad saat orang-orang Quraisy berusaha untuk menyakiti beliau. Dalam al-Barzanjī ini struktur peran atau partisipan yang terlibat secara kemanusiaan yang direalisasikan dalam interaksi sosial, Muhammad sebagai manusia yang dimuliakan, dapat menjaga dirinya dari perbuatan tercela dan menjadikan beliau sebagai teladan. Secara internal pelibat wacana dikarakterisasikan dalam empat dimensi:

(1) Status direalisaikan dalam penataan tingkat social bahasa pelibat melalui aksi yang terdiri atas pernyataan, pertanyaan, perintah dan tawaran.

Dalam al-Barzanjī Muhammad memiliki status sosial yang baik, baik itu dari segi keturunan, harta, dan pekerjaan, hanya saja tingkat pendidikan yang kurang baik. Oleh sebab itu, beliau tidak bisa baca dan tulis, namun karena keistimewaan yang diberikan Allah kepada beliau hal itu tidak menjadi penghalang untuk beliau memiliki pribadi yang mulia.

(12)

33 dan morfem. Jadi, kontak dalam al-Barzanjī sangatlah baik sebab pada

al-Barzanjī sudah terdapat sistem leksikogrammatikal.

(3) Afeksi adalah perasaan atau emosi yang timbul terhadap orang lain dan dapat diukur dengan suka, benci, saying dan cinta dan sistem ini direalisasikan pada tingkat klausa atau yang dibawahnya di dalam sistem leksikogrammatikal dan fonologi dalam variasi intonasi, ritme, dan kadar ujaran. Dari dimensi afeksi al-Barzanjī ini adalah positif karena Muhammad mempunyai sifat dan budi pekerti yang luhur yang dapat menjadi teladan bagi semua ummat manusia.

(4) Kekuasaan, yakni direalisasikan terutama dalam hal pilihan linguistik pada stratum wacana dan tingkat klausa didalam system leksikogrammatika, untuk melihat sejajar atau tidak sejajarnya pelibat secara timbal balik dalam memilih sistem. Adapun di dalam al-Barzanjī ini struktur peran atau partisipan yang terlibat secara kekuasaan direalisasikan dalam suasana interaksi social dimana antara partisipan adalah tidak sejajar yaitu diantara Muhammad yang adalah seorang Rasul (utusan Allah) dengan para sahabat beliau. Dalam al-Barzanjī ini secara pertuturan Muhammad disebut sebagai beliau, di mana Muhammad sebagai pemimpin ummat menentukan aksi dan mengendalikan peran tanpa ada kekuasaan yang mengkonduksikannya. Dari kekuasaan diperoleh “aksi” yaitu tindakan ucapan untuk meminta atau memberi informasi atau barang, jasa yang mencakup:

(13)

34 3. Perintah atau Command (C)

4. Tawaran atau Offer (O)

Pernyataan (monolog) Pertanyaan (dialog) Perintah Tawaran

Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Aku mulai membacakan dengan nama Zat Yang Mahatinggi. Dengan memohon limpahan keberkahan atas apa yang Allah berikan dan karuniakan kepadanya (Nabi Muhammad SAW). Aku memuji dengan pujian yang sumbernya selalu membuatku menikmati.

Dengan mengendarai rasa syukur yang indah.

Aku pohonkan shalawat dan salam (rahmat dan kesejahteraan) atas cahaya yang disifati dengan kedahuluan (atas makhluk lain) dan keawalan (atas seluruh makhluk). Yang berpindah-pindah pada orang-orang yang mulia. Aku memohon kepada Allah karunia keridhaan yang khusus bagi keluarga beliau yang suci. Dan umumnya bagi para sahabat, para pengikut, dan orang yang dicintainya. Dan aku meminta tolong kepada-Nya agar mendapat petunjuk untuk menempuh jalan yang jelas dan terang. Dan terpelihara dari kesesatan di tempat-tempat dan jalan-jalan kesalahan.

Setelah itu aku berkata: Dia adalah junjungan kita, Nabi Muhammad bin Abdullah bin Abdil Muththalib. Namanya (nama Abdul Muthalib) adalah Syaibatul Hamdi, dan perilaku-perilakunya yang luhur itu terpuji. Ia putra Hasyim, yang

nama sebenarnya ‘Amr, putra Abdi

Manaf, yang nama sebenarnya Mughirah, yang keluhuran itu dicitrakan kepadanya karena kemuliaan nasabnya. Ia putra Qushay, yang nama sebenarnya

Mujammi’. Disebut Qushaiy

karena jauhnya (ia pergi) ke negeri

Qudha‘ah yang jauh. Sampai Allah Ta‘ala mengembalikannya ke tanah

haram (suci) dan terhormat, lalu Dia memeliharanya dengan suatu pemeliharaan yang sesungguhnya. Ia putra Kilab, nama sebenarnya

Hakim, putra Murrah, putra Ka‘ab,

putra Luayy, putra Fihr, yang nama sebenarnya Quraisy. Dan kepadanya dinasabkan semua suku Quraisy. Orang yang di atasnya adalah dari Kabilah Kinanah, sebagaimana pendapat banyak orang. Ia (Fihr) adalah putra Malik, putra Nadhr, putra Kinanah, putra Khuzaimah, putra Mudrikah, putra Ilyas. Dan Ilyas ini adalah orang

1. Ibunya di dalam tidur (mimpi) didatangi dan terpuji), karena ia akan

dipuji.” Nya. Pohon dan batu sujud kepadanya, padahal keduanya tidak sujud kecuali kepada nabi yang selalu kembali kepada Allah. 5. Pendeta Buhaira ….Dan

ia berkata, “Aku yakin,

beliau adalah pemimpin seluruh alam, utusan Allah, dan nabi-Nya. Pohon dan batu sujud kepadanya, padahal yang telah diratai oleh cahaya.

7. Sang pendeta berkata,

“Tidaklah singgah di

pohon ini kecuali seorang nabi yang mempunyai sifat yang bersih dan seorang rasul (utusan) yang telah dikhususkan dan diberi keutamaan oleh Allah

Ta`ala.”

8. Kemudian pendeta itu berkata kepada

Pendeta itu lalu berkata kepada Maisarah

“janganlah kamu

berpisah darinya, dan bersemayamlah kamu dengan niat yang benar dan maksud yang baik, karena ia termasuk orang yang dimuliakan dan dipilih oleh Allah

(14)

35

pertama yang mengorbankan unta ke tanah haram (Baitul Haram). Dan di tulang punggungnya, terdengar Nabi SAW menyebut dan memenuhi panggilan Allah Ta‘ala. Ia (Ilyas) adalah putra Mudhar bin

Nizar bin Ma‘ad bin Adnan. Ia

putra Kilab, nama sebenarnya

Hakim, putra Murrah, putra Ka‘ab,

putra Luayy, putra Fihr, yang nama sebenarnya Quraisy. Dan kepadanya dinasabkan semua suku Quraisy. Orang yang di atasnya adalah dari Kabilah Kinanah, sebagaimana pendapat banyak orang. Ia (Fihr) adalah putra Malik, putra Nadhr, putra Kinanah, putra Khuzaimah, putra Mudrikah, putra Ilyas. Dan Ilyas ini adalah orang pertama yang mengorbankan unta ke tanah haram (Baitul Haram). Dan di tulang punggungnya, terdengar Nabi SAW menyebut dan

memenuhi panggilan Allah Ta‘ala.

Ia (Ilyas) adalah putra Mudhar bin

Nizar bin Ma‘ad bin Adnan. Inilah

kalung yang butiran-butiran mutiaranya terangkai oleh sunnah yang tinggi. Untuk menyebutkan orang-orang di atasnya (di atas Adnan) sampai kepada Al-Khalil,

Nabi Ibrahim, Syari‘ (yakni Nabi)

menahan dan enggan menyebutnya. Dan tidak diragukan lagi, menurut orang-orang yang memiliki ilmu nasab, nasab Adnan sampai kepada Dzabih (orang yang akan disembelih), yakni Ismail. Alangkah agungnya nasab itu dari untaian permatayang bintangnya gemerlapan. Bagaimana tidak, sedangkan tuan yang paling mulia (Nabi Muhammad SAW) adalah pusatnya yang terpilih. Itulah nasab yang diyakini ketinggiannya karena kebersihannya. Bintang Jauza‘ (Aries) telah merangkai bintang-bintangnya.

Alangkah indahnya untaian kesempurnaan dan kemegahan, sedangkan engkau padanya merupakan permata tunggal yang terpelihara.

Alangkah mulianya keturunan yang

disucikan oleh Allah Ta‘ala dari

perzinaan Jahiliyyah. Zain Al-Iraqi menuturkan dan meriwayatkannya di dalam karangannya yangbagus. Tuhan memelihara nenek moyangnya yang mulia (dari perbuatan nista) karena memuliakan Muhammad, yaitu untuk menjaga namanya. Mereka meninggalkan perzinaan, maka cacat perzinaan itu tidak menimpa mereka, dari Adam sampai ayah-ibu beliau. Mereka adalah para pemimpin yang cahaya kenabian berjalan di garisgaris dahi mereka yang cemerlang. Dan jelaslah cahayanya (Nabi Muhammad) di dahi datuknya, Abdul Muththalib,

tanda kemerah-merahan yang menunjukkan tanda yang tersembunyi

(samar)?”

9. Maisarah menjawab,

“Ya.”

10. Pendeta itu lalu berkata kepada Maisarah,

“Janganlah kamu

berpisah darinya, dan bersamanyalah kamu dengan niat yang benar dan maksud yang baik, karena ia termasuk orang yang dimuliakan dan dipilih oleh Allah Ta`ala dengan

kenabian!”

11. Dan ia mengatakan,

“Dia (Muhammad),

demi Allah, mempunyai berita yang besar yang perjalanannya itu

19. Abu Thalib meminang dan memujinya setelah memuji Allah dengan pujian yang tinggi. Dan

ia mengatakan, “Dia

(Muhammad), demi Allah, mempunyai berita yang besar yang perjalanannya itu

terpuji.”

20. Wanita itu mengizinkan dan berkata,

“Seandainya pada

kambing itu ada susunya, niscaya kami mendapatkannya.” 21. Padahal, tidak ada

kambing perah di rumah ini yang dapat

meneteskan air susu?”

(15)

36

dan anaknya, Abdullah.

Ketika Allah Ta‘ala menghendaki

untuk menampakkan hakikatnya yang terpuji, dan memunculkannya sebagai jasmani dan ruhani dalam bentuk dan pengertiannya, Dia memindahkannya ke tempat menetapnya di kandungan Aminah Az-Zuhriyyah, dan Zat Yang Mahadekat dan Maha Memperkenankan,

mengkhususkannya (Aminah) menjadi ibu makhluk pilihan-Nya. Diserukan di langit dan di bumi bahwa ia (Aminah)

mengandungnya. Dan berembuslah angin sepoi-sepoi basah di pagi hari. Setelah lama gersang, bumi dipakaikan sutra tebal dari tumbuh-tumbuhan. Buah-buah menjadi masak, dan pohon-pohon mendekati orang yang akan memetiknya. Setiap binatang suku Quraisy mengucapkan dengan bahasa Arab yang fasih bahwa beliau sedang dikandung. Singgasanasinggasana raja dan berhala menjadi tersungkur pada muka dan mulutnya. Binatang-binatang liar bumi Timur dan Barat serta binatang laut saling bertemu. Seluruh alam merasakan kesenangan. Jin memberitakan dekatnya masanya (masa kelahiran beliau), sedangkan juru tenung menjadi binasa dan para pendeta menjadi takut. Setiap orang pandai dan waspada, membicarakan beritanya dan himpunan

kebaikannya yang membingungkan (alam).

Ketika genap beliau dikandung dua bulan menurut pendapat yang diriwayatkan dan termasyhur, ayahnya, Abdullah, wafat di Madinah Al-Munawwarah. Ia ketika itu telah singgah pada

pamanpamannya dari Bani ‘Adiy

yang termasuk kelompok Najjar. Ia tinggal di tempat mereka selama satu bulan karena sakit parah. Ketika genap beliau dikandung sembilan bulan Qamariyah menurut pendapat yang kuat, datanglah masa hilangnya haus. Pada malam kelahirannya, Asiyah dan Maryam datang kepada ibunya bersama sekelompok perempuan dari Hadhiratul Qudsiyyah. Lalu Aminah merasakan sakitnya orang yang mau melahirkan, kemudian ia melahirkan beliau dengan cahayanya yang cemerlang. Wajahmu bagaikan matahari yang menyinari, yang karenanya malam menjadi terang benderang. Malam kelahiran beliau membawa kegembiraan dan kemegahan bagi agama, tetapi dalam pandangan orang-orang kafir tidak disukai dan merupakan wabah atas mereka.

“Seorang laki-laki penuh berkah, demikian dan demikian tubuhnya, melewati tempat tinggal

kita.”

23. Ia berkata, “Ini adalah orang Quraisy”. 24. Orang yang

menyifatinya berkata,

“Aku tidak melihat

sebelum dan sesudahnya orang yang seperti dia. Dan tidak ada pula manusia yang melihat

sepertinya.”

(16)

37

Yaitu, saat putri Wahab memperoleh kemegahan dengan melahirkannya yang tidak diperoleh wanita-wanita lain. Aminah membawa kepada kaumnya, orang yang lebih utama daripada yang dikandung sebelumnya oleh Maryam yang perawan.

Terus-menerus kabar gembira memberitakan bahwa insan pilihan telah dilahirkan dan benarlah kegembiraan itu. Demikianlah, para imam yang memiliki riwayat dan pemikiran, memandang baik untuk berdiri ketika menyebutkan kelahirannya yang mulia. Maka kebaikanlah yang didapatkan orang yang penghormatannya terhadap Nabi SAW sampai ke puncak harapan dan tujuan.

Beliau lahir dengan meletakkan kedua tangannya di atas tanah dengan mengangkat kepalanya ke langit yang tinggi. Dengan mengangkatnya itu beliau mengisyaratkan kepemimpinannya (atas makhluk) dan ketinggian (akhlaq)-nya. Beliau juga mengisyaratkan ketinggian derajatnya atas seluruh manusia. Dan sesungguhnya beliau adalah orang yang dicintai dan baik naluri dan perangainya.

Ibunya memanggil Abdul Muththalib yang ketika itu sedang thawaf pada bangunan itu

(Ka‘bah). Lalu ia datang segera dan

memandangnya, dan ia memperoleh kegembiraan yang dicita-citakannya. Abdul Muththalib lalu memasukkannya

ke Ka‘bah yang cemerlang dan

mulai berdoa dengan niat yang tulus (ikhlas). Ia bersyukur kepada

Allah Ta‘ala atas apa yang telah

dianugerahkan dan diberikan kepadanya.

Beliau dilahirkan dalam keadaan bersih, telah dikhitan, dan dipotong pusatnya dengan tangan

(kekuasaan) Tuhannya. Harum, berminyak rambut, dan sepasang matanya telah bercelak dengan celak dari Tuhan. Dan ada pendapat yang mengatakan, kakeknya mengkhitankannya setelah tujuh malam. Ia selenggarakan walimah, memberi makan orang, dan memberi nama kepadanya Muhammad dan ia muliakan kedudukannya.Ketika beliau lahir, tampaklah beberapa hal yang luar biasa dan hal-hal ghaib yang asing sebagai irhash (hal-hal luar biasa yang Allah berikan kepada seorang nabi dan rasul sebelum diangkat) bagi kenabiannya dan pemberitahuan bahwa beliau adalah orang yang

dipilih oleh Allah Ta‘ala.

(17)

38

ditolak darinya (dari langit) para jin dan setan. Bintang-bintang yang bersinar itu merajam setiap setan yang naik. Bintang-bintang yang cemerlang menunduk kepada beliau. Lembah dan bukit di Makkah tersinari dengan cahayanya. Bersama beliau keluarlah cahaya yang menerangi istana-istana kaisar di Syam (Syiria). Maka orang yang rumah dan tempat tinggalnya di Makkah melihatnya. Dan menjadi retak istana kaisar di Madain yang bangunannya ditinggikan dan dibangun oleh Anusyarwan. Empat belas menara yang tinggi roboh. Kerajaan Kisra binasa karena terkejut dengan apa yang menimpanya dan sampai kepadanya. Padam pula api yang disembah di Kerajaan Persi karena munculnya cahaya yang menerangi dan sinar wajahnya. Dan surutlah Danau Sawah yang terletak di antara Hamadzan dan Qum di

negeri ‘Ajam (negeri non-Arab), keringlah sumber-sumber air itu pada waktu tercegahnya tetesan yang banyak mengalir. Dan meluaplah Lembah Samawah, dan itu menjadi keberuntungan terhadap tanah dan padang pasir. Sebelumnya di tempat itu tidak ada air untuk orang yang haus tenggorokannya, dan ia muliakan kedudukannya.Kelahiran beliau adalah di tempat yang dikenal dengan Irash di Makkah. Dan negeri yang pohonnya tidak ditebang dan pohon-pohon perdunya tidak dipotong. Ada perbedaan pendapat mengenai tahun kelahirannya, bulan dan harinya. Tetapi pendapat yang kuat menyebutkan, kelahiran itu menjelang fajar hari Senin tanggal

dua belas bulan Rabi‘ul Awwal

tahun Gajah, kala itu Allah mencegah gajah untuk sampai ke

(18)

39

yang mengatakan, ia tetap mengikuti agama kaumnya, orang-orang Jahiliyyah. Tapi ada pula yang mengatakan, ia masuk Islam. Ibnu Mundah menyebutkan adanya perbedaan pendapat itu. Kemudian beliau disusui oleh Halimah

As-Sa‘diyah. Dulunya setiap kaum

menolak dan enggan menyusukan bayinya kepadanya karena miskinnya. Lalu kehidupannya menjadi lebih baik setelah sempit malam sebelumnya (artinya, dalam waktu sekejap setelah menyusui beliau, keadaannya sangat berubah). Susunya penuh dengan air susu. Bagian kanan

payudaranya untuk menyusui Nabi Muhammad, dan susu yang lain untuk menyusui saudaranya (saudara sepersusuan). Maka Halimah menjadi kaya setelah sebelumnya kurus dan miskin. Unta dan kambingnya yang kurus menjadi gemuk. Dan hilanglah semua bencana dan musibah darinya. Kebahagiaan menyulam kerudung kehidupannya. Beliau tumbuh dalam sehari seperti pertumbuhan anak kecil dalam sebulan dengan perhatian Tuhan. Beliau telah berdiri di atas kedua telapak kakinya pada usia tiga bulan, berjalan pada usia lima bulan, dan kekuatannya telah kuat pada usia Sembilan bulan, dan fasih ucapannya. Lalu malaikat membelah dadanya yang mulia ketika beliau tinggal dengan Halimah. Kedua malaikat itu mengeluarkan gumpalan darah dari dada itu. Keduanya menghilangkan bagian setan (bagian yang dapat dimasuki setan) dan keduanya mencucinya dengan salju, lalu memenuhinya dengan hikmah dan maknamakna keimanan. Kemudian keduanya menjahitnya kembali dan mengecapnya dengan cap kenabian. Setelah itu mereka menimbangnya. Ternyata beliau mengungguli seribu orang dari umatnya, umat pilihan. Beliau tumbuh dengan sifat-sifat yang paling sempurna sejak kanak-kanaknya. Kemudian Halimah mengembalikannya kepada ibunya meskipun merasa berat dengan pengembalian itu. Itu ia lakukan karena takut beliau mengalami malapetaka yang

(19)

40

yang banyak. Beliau bentangkan kebajikan dan kedermawanan untuknya dari selendangnya yang mulia. Menurut pendapat yang shahih, Halimah telah masuk Islam bersama suaminya dan anak-cucunya. Dan sekelompok perawi terpercaya memasukkan keduanya ke dalam golongan sahabat. Ketika beliau mencapai usia empat tahun, ibunya berangkat dengannya ke Madinah. Kemudian ia kembali

lalu wafat di Abwa’ atau Syi‘bul

Hajun. Lalu beliau dibawa oleh pengasuhnya, Ummu Aiman Al-Habasyiah, yang nantinya beliau nikahkan dengan Zaid bin Haritsah, maula (bekas budak) beliau. Ummu Aiman memasukkan beliau ke tempat kakeknya, Abdul Muthalib. Beliau, yang enggan mengadu, tidak pernah mengadu lapar dan haus di waktu kanak-kanak. Sering kali beliau pergi di waktu pagi lalu beliau minum (sebagai pengganti makan) air zamzam, sehingga membuatnya kenyang dan segar. Ketika kematian menjemput penanggungan itu dengan kemauan keras dan penuh semangat. Abu Thalib mendahulukan beliau dibandingkan dirinya dan anak-anaknya, dan ia juga mendidiknya. Saat beliau mencapai umur dua belas tahun, pamannya membawanya pergi ke negeri Syam.

Di antara kedua bahunya terdapat cap kenabian yang telah diratai oleh cahaya. Pendeta itu menyuruh pamannya untuk

mengembalikannya ke Makkah, karena mengkhawatirkan beliau dari perlakuan para pemeluk agama Yahudi. Maka Abu Thalib membawa pulang beliau dari Syam yang suci tidak melalui Bashrah. Ketika mencapai usia dua puluh lima tahun, beliau berpergian ke Bashrah untuk memperdagangkan barang-barang Khadijah, seorang wanita yang tertutup (karena selalu di rumah). Beliau ditemani budak laki-laki Khadijah, Maisarah, untuk membantu beliau.

(20)

41

matahari. Maisarah

memberitahukan kepada Khadijah bahwasanya ia pun melihat hal itu dalam seluruh perjalanannya. Ia juga memberitahukan apa yang dikatakan oleh pendeta itu dan pesan yang disampaikannya. Allah melipatgandakan keuntungan dalam perdagangan itu dan mengembangkannya. Jelaslah bagi Khadijah mengenai apa yang telah dilihat dan didengarnya bahwa

beliau adalah utusan Allah Ta‘ala

kepada manusia, yang telah

ditentukan oleh Allah Ta‘ala dekat

kepada-Nya dan dipilih-Nya. Maka Khadijah meminangnya untuk dirinya agar ia dapat menghirup harum-haruman yang menyegarkan dari keimanan kepadanya. Maka Khadijah meminangnya untuk dirinya agar ia dapat menghirup harum-haruman yang menyegarkan dari keimanan kepadanya. Lalu beliau

memberitahukan kepada pamannya mengenai apa yang disampaikan oleh wanita yang baik dan taqwa itu. Mereka senang kepada Khadijah karena keutamaan, agama, kecantikan, harta benda, kebangsawanan, dan asal keturunannya. Masing-masing orang dari kaum itu

menginginkannya. Abu Thalib meminang dan memujinya setelah memuji Allah dengan pujian yang tinggi.

Lalu ayah Khadijah mengawinkan dengan beliau. Tapi ada yang mengatakan pamannya, ada pula yang mengatakan saudaranya. Kebahagiaannya yang azali telah ditentukan. Dan ia melahirkan semua putra-putri Nabi SAW, kecuali putra beliau yang beliau namakan Ibrahim. Ketika beliau mencapai umur tiga puluh lima tahun, suku Quraisy membangun

kembali Ka‘bah karena keretakan

dindingnya disebabkan oleh banjir Makkah.

Mereka bersengketa mengenai pengangkatan Hajar Aswad. Masing-masing berharap mengangkatnya. Besarlah pembicaraan dan omongan mereka, dan mereka saling bersumpah untuk berperang karena kuatnya kefanatikan itu. Kemudian mereka saling mengajak untuk insaf dan menyerahkan urusan mereka kepada orang yang mempunyai pendapat yang benar dan halus. Mereka memutuskan, hal itu diserahkan kepada orang yang pertama masuk dari pintu Sadanah Syaibiyah. Ternyata Nabi SAW yang pertama kali masuk.

Maka mereka mengatakan, “Ini

(21)

42

meridhainya.” Maka mereka memberitakan bahwa mereka ridha kepadanya untuk menjadi pengambil keputusan dalam hal yang mendesak ini.

Lalu beliau meletakkan Hajar Aswad itu di selembar kain, kemudian beliau memerintahkan semua kabilah untuk

mengangkatnya. Lalu mereka mengangkat ke tempatnya pada sendi bangunan itu. Beliau meletakkannya dengan tangannya yang mulia di tempatnya. Ketika genap empat puluh tahun usia beliau, menurut pendapat yang paling diterima oleh orang-orang

yang memiliki ilmu, Allah Ta‘ala

mengutusnya sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan kapada seluruh alam. Lalu beliau meratai mereka dengan rahmat. Itu dimulai dengan mimpi yang baik dan jelas sampai sempurna enam bulan. Beliau hanya melihat ada seperti sinar subuh datang memancarkan sinarnya.

Dimulainya impian itu sebagai latihan bagi kekuatan manusia agar tidak terkejut dengan kehadiran malaikat yang mengabarkan

kenabiannya sehingga beliau tidak kuat. Beliau disenangkan untuk bersunyi diri. Beliau beribadah di Gua Hira selama beberapa malam, sampai datang kebenaran yang jelas dan sempurna kepadanya. Itu terjadi pada hari Senin tanggal tujuh belas, bulan yang

mengandung Lailatul Qadr (bulan Ramadhan).

Terdapat perbedaan pendapat mengenai itu. Yaitu dua puluh tujuh, dua puluh empat, atau dua puluh delapan, bulan kelahirannya, yang padanya muncul wajah yang ba

Lalu beliau meletakkan Hajar Aswad itu di selembar kain, kemudian beliau memerintahkan semua kabilah untuk

mengangkatnya. Lalu mereka mengangkat ke tempatnya pada sendi bangunan itu. Beliau meletakkannya dengan tangannya yang mulia di tempatnya. Ketika beliau mencapai umur tiga puluh lima tahun, suku Quraisy

membangun kembali Ka‘bah

(22)

43

kepada orang yang mempunyai pendapat yang benar dan halus. Mereka memutuskan, hal itu diserahkan kepada orang yang pertama masuk dari pintu Sadanah Syaibiyah. Ternyata Nabi SAW yang pertama kali masuk. Maka mereka memberitakan bahwa mereka ridha kepadanya untuk menjadi pengambil keputusan dalam hal yang mendesak ini. Lalu beliau meletakkan Hajar Aswad itu di selembar kain, kemudian beliau memerintahkan semua kabilah untuk

mengangkatnya. Lalu mereka mengangkat ke tempatnya pada sendi bangunan itu. Beliau meletakkannya dengan tangannya yang mulia di tempatnya. Maka malaikat mendekapnya ketiga kalinya agar beliau menghadap kepada apa yang akan disampaikan kepadanya dengan tekad bulat. Beliau menghadap dan menerima dengan sungguh-sungguh.

Kemudian wahyu terputus selama tiga tahun atau tiga puluh bulan, agar beliau rindu kepada embusanembusan yang harum. Lalu diturunkan kepada beliau surah Al-Muddatstsir. Kemudian Jibril datang kepadanya dan memanggilnya. Bagi kenabiannya, didahulukannya ucapan Iqra’ bismi ra bbika (Bacalah dengan nama Tuhanmu) merupakan bukti bahwa surah itu adalah yang terdahulu dan kedahuluan atas risalahnya dengan kabar gembira bagi orang yang diserunya.

Orang yang pertama beriman kepadanya dari kalangan laki-laki dewasa adalah Abu Bakar, teman di dalam gua dan orang yang membenarkannya. Dari kalangan remaja adalah Ali. Dari kalangan wanita adalah Khadijah, yang telah diteguhkan dan dijaga hatinya oleh Allah. Dari kalangan bekas budak adalah Zaid bin Haritsah. Dan dari kalangan hamba sahaya adalah Bilal, yang disiksa Umayah karena ia beriman kepada Allah. Dan tuannya yang kemudian, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq, memberinya kenikmatan berupa kebebasan. Kemudian masuk Islam pulalah

(23)

44

terangterangan menyeru makhluk kepada Allah. Dan difardhukan atasnya dua rakaat di pagi hari dan dua rakaat di sore hari. Kemudian dinasakh dengan diwajibkannya shalat lima waktu pada malam Isranya.

Dan kaumnya tidak menjauhinya sehingga beliau mencela berhala mereka dan beliau memerintahkan untuk menolak selain Tuhan, Yang Maha Esa.

Maka mereka berani memusuhi dan menyakiti beliau. Beratlah cobaan atas muslimin, sehingga mereka pada tahun kelima (dari kenabian) hijrah ke Najasyiyah (Ethiopia). Namun pamannya, Abu Thalib, sangat menyayanginya. Maka masing-masing orang dari kaum itu takut dan menjaganya.

Diwajibkan atasnya melakukan ibadah di sebagian waktu malam. Abu Thalib meninggal dunia pada pertengahan bulan Syawwal tahun kesepuluh dari kenabian. Karena kematiannya itu, makin besarlah musibah itu baginya. Tiga hari kemudian Khadijah menyusulnya, maka sangat kuatlah cobaan atas kaum muslimin, seperti kencangnya ikat pinggang. Suku Quraisy menimpakan kepada beliau setiap hal yang

menyakitkan. Lalu beliau pergi ke Thaif, mengajak Tsaqif (Bani Tsaqif), namun mereka tidak memenuhinya dengan baik. Mereka memanas-manasi orang-orang bodoh dan hamba sahaya sehingga mereka memakinya dengan kata-kata kotor. Juga melemparinya dengan batu, sehingga darah menetes hingga melumuri kedua sandalnya.

Kemudian beliau kembali ke Makkah dengan sedih, lalu malaikat penjaga gunung meminta kepadanya untuk mengizinkannya menghancurkan penghuninya yang fanatik. Kemudian beliau dijalankan di malam hari dengan ruh dan tubuhnya dalam keadaan jaga dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dan serambinya

yang suci. Dan beliau dimi‘rajkan

(24)

45

yang kelima beliau bertemu Harun, yang dicintai di kalangan umat Bani Israil. Di langit keenam beliau melihat Musa, yang telah diajak

berbicara oleh Allah Ta‘ala dan ia

bermunajat kepada-Nya. Dan di langit yang ketujuh beliau melihat Ibrahim, yang telah datang kepada Tuhannya dengan hati yang bersih dan maksud yang baik. Dan Tuhan telah memelihara dan

menyelamatkannya dari api Namrudz.Kemudian beliau dinaikkan, diangkat ke Sidratul Muntaha sampai beliau mendengar deritan qalam (pena) mengenai urusan-urusan yang ditetapkan. Sampai ke maqam keterbukaan tirai dan beliau didekatkan oleh Allah pada-Nya. Dan Dia hilangkan baginya tirai cahaya-cahaya keagungan. Allah perlihatkan kepadanya dengan kedua mata kepalanya apa yang Dia perlihatkan dari hadirat ketuhanan.

Dan Dia hamparkan baginya hamparan pengambilan dalil. Allah memfardhukan atasnya dan atas umatnya lima puluh kali shalat. Kemudian awan anugerah itu muncul sehingga dikembalikan kepada shalat lima waktu. Lima waktu itu mendapat pahala lima puluh kali shalat sebagaimana Dia kehendaki dan tetapkan pada azali. Kemudian beliau kembali malam itu juga, lalu Ash-Shiddiq membenarkan Isra-nya itu. Begitu juga setiap yang mempunyai akal dan pemikiran. Tetapi suku Quraisy mendustakannya dan menjadi murtadlah orang yang disesatkan oleh setan dan digelincirkannya.

Kemudian pada musim haji beliau sampaikan kepada kabilah-kabilah bahwa beliau adalah rasulullah, utusan Allah. Lalu berimanlah enam orang dari golongan Anshar yang Allah khususkan mereka dengan keridhaan-Nya. Suku Quraisy takut beliau segera menyusul sahabat-sahabatnya. Maka mereka berunding untuk membunuhnya, namun Allah memelihara dan

(25)

46

keluar pada malam Senin. Beliau naik sebaik-baiknya kendaraan (unta). Suraqah mengejarnya, lalu beliau berdoa dan memohon kepada Allah. Maka kaki-kaki binatang yang dinaiki Suraqah itu masuk ke dalam tanah yang keras dan kuat.

Dan Suraqah memohon ampun kepada beliau, maka beliau pun mengampuni.

Di Qudaid, beliau melewati tempat

tinggal Ummu Ma‘bad, seorang wanita Khuza‘ah. Beliau ingin

membeli daging atau susu darinya, namun tidak ada lagi. Lalu beliau melihat kambing di rumahnya telah ditinggalkan dari penggembalaan karena telah payah. Beliau meminta izin kepadanya untuk memerah kambing itu. Kemudian beliau mengusap susu kambing itu dan berdoa kepada Allah, Tuhannya. Maka kambing

itu mengalirkan susu, lalu beliau memerah dan memberi minum serta menyegarkan setiap orang dari kaum itu. Lalu beliau memerah, memenuhi bejana, dan meninggalkannya pada wanita itu. Tak lama kemudian datanglah Abu

Ma‘bad, sang suami, dan ia melihat

susu itu. Hal itu benar-benar membuatnya sangat heran.Dan ia bersumpah dengan sebenarnya bahwa, seandainya iamelihatnya, niscaya ia akan beriman, mengikuti, dan mendekatinya. Beliau tiba di Madinah pada hari

Senin tanggal 12 bulan Rabi‘ul

Awwal, dan bersinarlah penjuru-penjuru kota ini yang suci. Orang-orang Anshar menjemput beliau,

lalu beliau singgah di Quba’ dan

membangun masjidnya atas dasar ketaqwaan.

(26)

47

menjabat tangan orang dengan tangannya yang mulia, orang itu mendapati bau semerbak darinya sepanjang hari. Bila beliau meletakkan tangannya di atas kepala anak-anak, diketahuilah sentuhannya pada anak itu di tengah anak-anak lainnya (Bila anak yang telah disentuh kepalanya itu kembali bermain dengan kawan-kawannya, dapat diketahui mana anak yang baru diusap kepalanya karena harumnya). Wajah beliau yang mulia cemerlang seperti cemerlangnya bulan di malam purnama. Beliau seorang yang sangat pemalu dan rendah hati. Beliau mengesol sendiri sandalnya, menambal pakaiannya, dan memerah kambingnya. Beliau melayani keluarganya dengan perilaku yang baik. Beliau mencintai orang-orang fakir miskin dan duduk bersama mereka, menjenguk orang-orang sakit di antara mereka, mengiringi jenazah mereka, tidak menghina orang fakir dan tidak

membiarkannya fakir. Beliau menerima alasan, dan tidak menghadapi seseorang dengan sesuatu yang tidak disukai. Beliau berjalan dengan janda-janda dan hamba sahaya. Beliau tidak takut kepada raja-raja, dan beliau marah

karena Allah Ta‘ala dan ridha

karena keridhaan-Nya. Beliau mengendarai unta, kuda, baghal (peranakan kuda dan keledai), dan keledai yang dihadiahkan oleh sebagian raja kepadanya. Beliau ikatkan batu di perutnya karena lapar, padahal beliau telah diberi kunci-kunci perbendaharaan bumi. Gunung-gunung merayunya untuk menjadi emas baginya, namun beliau menolaknya. Beliau menyedikitkan hal-hal yang berkaitan dengan dunia. Beliau memulai salam kepada orang yang bertemu dengannya.

Beliau panjangkan shalat dan

beliau pendekkan khutbah Jum’at.

Beliau simpati kepada orang-orang mulia, beliau hormati orang-orang utama. Beliau bergurau tetapi tidak mengatakan kecuali yang benar

yang disukai oleh Allah Ta‘ala.

(27)

48 pribadi yang disampaikan. Teks ini juga kaya akan “eufemisme”, yaitu ungkapan yang halus tidak bersifat langsung. Modalitas dan epitet yang terdapat pada teks

al-Barzanjī adalah alangkah, sesungguhnya, aku berharap, tidak pernah,

sebenarnya, aku yakin, sering kali, selalu, benarlah. Teks yang mengandung eufemisme yakni kalung yang butiran-butiran mutiaranya terangkai oleh sunnah yang tinggi, sesungguhnya cucuku ini mempunyai kedudukan yang tinggi.

4.1.3 Sarana Wacana

Sarana adalah jenis peran yang dimainkan bahasa di dalam interaksi sosial penciptaan teks, yakni organisasi simbolik teks, jenis sarana lisan atau tertulis (resmi atau tidak resmi), fungsinya atau saluran penuturan atau penulisan atau gabungan keduanya. Sarana wacana-dalam-teks terdiri atas (1) saluran, dan (2) medium. Saluran berhubungan dengan bagaimana cara sarana diperoleh yaitu dengan dua cara visual dan bukan-visual (Sinar, 2012).

(28)

-49

Barzanjī diantara pembaca al-Barzanjī dan para pendengar sedangkan sarana umpan balik tertunda pada al-Barzanjī berlangsung apabila al-Barzanjī dibacakan oleh pembaca bukan penulis al-Barzanjī itu sendiri kepada para pendengar. Dengan kata lain al-Barzanjī suatu kombinasi antara teks lisan dan tulisan, yaitu ditulis untuk dibacakan sebagai syair pada acara-acara perayaan tertentu dalam islam, seperti pada acara perkawinan, khitanan dan maulidan. Dari dimensi sarana jarak lisan bentuknya adalah monolog atau komunikasi satu arah. Dimana komunikasi satu arah ini mengakibatkan maklum balas tidak langsung atau delayed feedback karena tidak terdapat interupsi ataupun tanggapan dari partisipan yang hadir.

Konteks sosial berada pada tingkat semiotic konotatif bahasa, yang terdiri dari konteks situasi, konteks budaya dan ideologi, oleh sebab itu jika mengkaji bahasa yang difokuskan pada teks seperti al-Barzanjī harus memperhatikan lingkungan sosialnya yaitu konteks (situasi register), konteks budaya (genre), dan konteks ideologi (Sinar 2003). Adapun konteks situasi pada al-Barzanjī ini adalah situasi yang menjelaskan tentang riwayat kehidupan Muhammad dengan menggunakan varibel register yakni medan wacana (field), pelibat wacana (tenor) dan sarana wacana (mode).

4.2 Analisis Konteks Budaya al-Barzanj

4.2. Pengantar

(29)

50 teks yang mempunyai struktur skematika (Martin, et.al, 1987) yaitu tahapan atau sub fase dari mulai awal teks sampai akhir teks berhenti.

Struktur fase bermakna keterorganisasian genre-dalam-teks yang terjadi secara bertahap dan berfase. Setiap jenis genre mempunyai struktur skematika genre tersendiri yang dapat berbeda atau bervariasi pada setiap jenis wacana. Pada penulisan ini struktur skematika genre dalam teks al-Barzanjī berbentuk narasi (narrative genre) yaitu tulisan kreatif dan imaginatif yang tujuannya untuk memberikan kesenangan dan mendapatkan perhatian pendengar al-Barzanjī terhadap cerita yang dinarasikan. Selain itu, narasi al-Barzanjī juga mempunyai nilai pengajaran dan memberi informasi serta merupakan wujud refleksi penutur terhadap pengalaman-pengalamannya.

Dalam penelitian ini digunakan istilah struktur fase al-Barzanjī karena terdapat subfase salam pembuka, orientasi, abstrak, komplikasi, resolusi, penegasan, penilaian dan koda. Salam pembuka merupakan fungsi mikro yang digunakan dalam al-Barzanjī bertujuan partisipan untuk menciptakan keharmonisan hubungan dan menjaga ikatan sosial antara penutur atau pendengar. Abstrak merupakan ringkasan penutur untuk setiap bagian-bagian dalam genre

al-Barzanjī. Komplikasi merupakan kejadian yang berlangsung tidak lancer dan tidak diharapkan sehingga timbul masalah pada tingkat maksimal. Resolusi adalah penyelesaian terhadap komplikasi yang timbul dalam genre al-Barzanjī.

(30)

51 penutur. Penilaian merupakan aksi yang berlangsung dengan suspense setelah adanya resolusi dan koda merupakan ungkapan penutup dalam al-Barzanjī menyatakan akhir cerita. Salam penutup merupakan jenis fungsi mikroyang digunakan dalam analisis fase al-Barzanjī merujuk pada jenis sub-fase yang bertujuan menjaga jalinan hubungan sosial yang harmonis antara penutur dan pendengar. Penjelasan merupakan jenis fungsi mikro yang digunakan dalam analisis fase al-Barzanjī merujuk pada jenis sub-fase yang bertujuan mengklarifikasi dan memperkuat idea, konsep, pandangan atau fakta tertentu dengan cara menjelaskan sampai idea tersebut dipahami dan diterima. Penjelasan dapat dilakukan dengan mengembangkan, mengelaborasi, memperluas dan menambah informasi.

Dalam konteks budaya wacana al-Barzanjī, struktur fase cukup bervariasi meskipun struktur dasarnya adalah perspahaman, penstrukturan wacana, substansi, kesimpulan dan evaluasi. Analisis genre al-Barzanjī ini terdiri atas lima fase dan sepuluh sub-fase. Fase 1 merupakan persepahaman, fase II penstrukturan wacana, fase III merupakan substansi, fase IV merupakan simpulan, dan fase V merupakan evaluasi. Di dalam fase tersebut terdapat 10 sub-fase. Sub-fase tersebut adalah 1 salam pembuka, 2 orientasi, 3 komplikasi, 4 penjelasan, 5 resolusi, 6 perintah, 7 penegasan, 8 penilaian, 9 koda, 10 salam penutup.

4.2.2 Struktur Fase Teks al-Barzanj

4.2.2.1 Persepahaman dan Salam Pembuka pada al-Barzanjī

ِِسٖسيا ٔها ِِٔطٔب

ٰ

(31)

52

ِ١ًَٖٝٔعِيا ٔتاٖريا ِِٔضأب َ٤َ٬َِٔإِا ُ٨ٔدَتِبَأ

`

َِٙ٫َِٚأَٚ َُ٘ياََْأ اََ ٢ًََع ٔتاَنَسَبِيا َضَِٝف ا٘زٔدَتِطَُ

`

ْ١َػٔ٥اَض ُُٙدٔزاَََٛ ٕدَُِشٔب َِٞٓٔٓثُأَٚ

ِ١َٖٖٝٔٓ

`

ِٙاَٜاَطََ ٌَُِٔٝٔذِيا ٔسِهٗػيا ََٔٔ اّٝٔطَتَُُِ

`

ِ١ٖٝٔيَٖٚ٭ِاَٚ ّٔٗدَكٖتيأب ٔفُِٛؾَُِِٛيا ٔزِٛٗٓيا ٢ًََع ًَُِٓٔضُأَٚ ًَِٞٓٔؾُأَٚ

`

ٌٔٓٔكََٓتُُِيَا

ِٙاَبٔذِياَٚ ٔ١َُِٜٔسَهِيا ٔزَسُػِيا ٞٔف

`

ت َها ُحَُِٔٓتِضَأَٚ

`

ِ١َٖٜٔٛبٖٓيا َ٠َسٖٔاٖطيا َ٠َسِتٔعِيا ٗـُدَٜ اّْاَِٛقٔز ٢َياَعَ

`

َ١َباَشٖؿيا ُِٗعََٜٚ

َِٙ٫اَٚ َََِٔٚ َعاَبِتَ٭ِاَٚ

`

ِ١ًَٖٝٔذِيا ٔ١َشٔقاَِٛيا ٌُٔبٗطيا ٔىًُُِٛطٔي ّ١َٜاَدٖٔ ِٜٔ٘ٔدِذَتِضَأَٚ

`

ٔطَطٔخ ِٞٔف ٔ١َٜاََٛػِيا ََٔٔ اّعِفٔسَٚ

ِٙاَطُخَٚ ٔ٤اَطَدِيا

`

ِ١ٖٜٔسَكِبَع اّْاَطٔس اّدُِٚسُب َٟٓٔٔٛبٖٓيا ٔدٔيَُِِٛيا ٔ١ٖؿٔق َِٔٔ ُسُػَِْأَٚ

`

اّدِكٔع ٔفِٜٔسٖػيا ٔبَطٖٓيا ََٔٔ أُّظاَْ

َِٙ٬ُشٔب ُعَٔاَطَُِيا ٢ًَٖشُت

`

ِ١َٖٜٔٛكِيا ٔ٘ٔتُٖٛقَٚ ٢َياَعَت ٔها ٍَِٔٛشٔب ُِٔٝٔعَتِضَأَٚ

`

ٔهأب ٖ٫ٔإ َ٠ُٖٛق َ٫َٚ ٍََِٛس َ٫ ُْٖ٘ٔإَف

[Bismi allāh al-raḥmani al-raḥimi, abtadi’u al-imlā’a bism al-zāti al

-‘aliyyah, mustadirram faiḍa al-barkāti ‘alā mā anā lahu wa aulāh, wa

ussanī biḥamdin mawāridu sā’ikhatun haniyyah, mumtaṭiyyā min al-syukri al-jamīli muṭayāh. Wa uṣallī wa usallimu ‘alā al-nūr al-mawṣūfi bi al -taqaddami wa al-a wwaliyah al-mutanaqili fī al-karīmah wa al-jibāh wa

astamniḥu Allāh ta ‘alā riḍwānan yakhuṣṣu al-‘itrata al-ṭahirah al

-nabawiyyah waya‘ummu al-ṣahābata wa al-’atbā‘ wa min wālāh wa

astajdīyah hidāyatan lisulūki al-subuli al-wāḍiḥati al-jaliyyah wa ḥifḍan min al-khawāniyah fī khiṭaṭi wa khuṭāhu wa ansyuru min qiṣṣati al

-maulidi al-nabawī burūdān ḥisānān ‘abqariyyah nāẓimān min al-nasabi

al-syarīfi ‘iqdān tuḥalli al-masāmi‘u biḥulāhu wa asta‘īnu bihauli Allāh

Ta‘ālā wa quwwatihi al- qawiyyah fa‘innahu lā ḥaula wa lā quwwata illā

(32)

53

Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Aku mulai membacakan dengan nama Dzat Yang Mahatinggi. Dengan memohon limpahan keberkahan atas apa yang Allah berikan dan karuniakan kepadanya (Nabi Muhammad SAW). Aku memuji dengan pujian yang sumbernya selalu membuatku menikmati.

Dengan mengendarai rasa syukur yang indah. Aku pohonkan shalawat dan salam (rahmat dan kesejahteraan) atas cahaya yang disifati dengan kedahuluan (atas makhluk lain) dan keawalan (atas seluruh makhluk). Yang berpindah-pindah pada orang-orang yang mulia.

Aku memohon kepada Allah karunia keridhaan yang khusus bagi keluarga beliau yang suci. Dan umumnya bagi para sahabat, para pengikut, dan orang yang dicintainya. Dan aku meminta tolong kepada-Nya agar mendapat petunjuk untuk menempuh jalan yang jelas dan terang. Dan terpelihara dari kesesatan di tempat-tempat dan jalan-jalan kesalahan.

Persepahaman

Salam Pembuka

Bagan 1: Puji-pujian kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW

Bagan di atas merupakan persepahaman dan salam pembuka, dimana perspahaman ini digunakan dalam analisis fase al-Barzanjī untuk merujuk pada sebuah fase fungsi makro yang bertujuan memberikan atau menyambut salam pembuka / penutup, sapaan hormat atau pernyataan maaf untuk menciptakan dan menjaga keharmonisan hubungan diantara penutur dan pendengar. Sedangkan salam pembuka merupakan sub-fase mikro dari persepahaman makro tersebut. Persepahaman yang di maksud dalam al-Barzanjī yakni:

Berawal dari kata “abtadi’u al-imlā’a” yang artinya aku mulai

membacakan. Sedangkan sub-fase salam pembuka merupakan jenis fungsi mikro yang digunakan dalam analisis teks al-Barzanjī yang bertujuan partisispan untuk menciptakan keharmonisan hubungan dan menjaga ikatan sosial anatara penutur dan pendengar al-Barzanjī, adapun yang merupakan salam pembuka tersebut diungkapkan sebagai berikut:

Diawali dengan kata “umtaṭiyyā min al-syukri” yang artinya sambil

menaiki kenderaan syukur.

(33)

54

mujammi‘ū summiya biquṣiyyī litaqāṣīhi fī bilādi quḍā‘ata al-quṣiyyah ilā

an a‘āduhu Allāhu Ta‘ālā ilā al-ḥarami al-muḥtarami faḥamā ḥimāh ibn

kilābin wamuhu ḥakīmu ibn murrata ibn ka‘bin ibn lu’ai ibn khālibi ibn fihrin wasmuhu quraisyun wā’ilaihi tunsabu al-buṭūnu al-qurasyiyyah wa

mā fawquhu kinānī kamā janaḥa ilahi al-kasyīru wartaḍāh ibn māliki ibn al-naḍri ibn kinānah ibn khuzaimata ibn mudrikah ibn ilyāsa wa huwa

awwalu man ahdā al-budna ilā al-rihābi al-ḥuramiyyah wa sumi‘a fī

ṣulfahi al-Nabiyyu ṣalla Allāhu ‘alaihi wa sallam zakara Allāh Ta‘ālā ibn

muḍara ibn nizāri ibn mu‘addi ibn ‘adnāna].

Setelah itu aku berkata: Dia adalah junjungan kita, Nabi Muhammad bin Abdullah bin Abdil Muththalib. Namanya (nama Abdul Muthalib) adalah Syaibatul Hamdi, dan perilaku-perilakunya yang luhur itu terpuji. Ia putra Hasyim, yang nama sebenarnya Amr, putra Abdi Manaf, yang nama sebenarnya Mughirah, yang keluhuran itu dicitrakan kepadanya karena kemuliaan nasabnya. Ia putra Qushay, yang nama sebenarnya Mujammi. Disebut Qushaiy karena jauhnya (ia pergi) ke negeriQudha ahyang jauh. Sampai Allah Ta alamengembalikannya ke tanah haram (suci) dan terhormat, lalu Dia memeliharanya dengan suatu pemeliharaan yang sesungguhnya.

Ia putra Kilab, nama sebenarnya Hakim, putra Murrah, putraKa ab, putra Luayy, putra Fihr, yang nama sebenarnya Quraisy. Dan kepadanya dinasabkan semua suku Quraisy. Orang yang di atasnya adalah dari Kabilah Kinanah, sebagaimana pendapat banyak orang. Ia (Fihr) adalah putra Malik, putra Nadhr, putra Kinanah, putra Khuzaimah, putra Mudrikah, putra Ilyas. Dan Ilyas ini adalah orang pertama yang mengorbankan unta ke tanah haram (Baitul Haram). Dan di tulang punggungnya, terdengar Nabi SAW menyebut dan memenuhi panggilan Allah

Ta ala. Ia (Ilyas) adalah putra Mudhar bin Nizar bin Ma adbin Adnan. Ia putra Kilab, nama sebenarnya Hakim, putra Murrah, putraKa ab, putra Luayy, putra Fihr, yang nama sebenarnya Quraisy. Dan kepadanya dinasabkan semua suku Quraisy. Orang yang di atasnya adalah dari Kabilah Kinanah, sebagaimana pendapat banyak orang. Ia (Fihr) adalah putra Malik, putra Nadhr, putra Kinanah, putra Khuzaimah, putra Mudrikah, putra Ilyas. Dan Ilyas ini adalah orang pertama yang

mengorbankan unta ke tanah haram (Baitul Haram). Dan di tulang punggungnya, terdengar Nabi SAW menyebut dan memenuhi panggilan Allah Ta ala. Ia (Ilyas) adalah putra Mudhar bin Nizar bin Ma adbin Adnan.

Penstrukturan Wacana

(34)

55 Bagan di atas menjelaskan penstrukturan wacana dan orientasi, dimana penstrukturan wacana merupakan fase al-Barzanjī untuk merujuk pada sebuah fase makro yang bertujuan untuk membina, mengantisipasi dan memberi struktur al-Barzanjī, sedangkan orientasi merupakan sub-fase mikro dari fase makro. Penstrukturan wacana dalam al-Barzanjī yakni seperti pada kata “wa ba‘du, fa’aqūlu” yang artinya setelah itu aku berkata. Sampai kepada selesainya nama -nama dari keturunan Muhammad tersebut disebutkan.

Sedangkan orientasi yang dimaksud dalam al-Barzanjī yakni diawali

dengan kalimat “ibn kilābin” yang artinya dia anak Kilab sampai kepada penjelasan kepada ‘Ilyas yakni orang yang pertama kali menyembelih qurban di Tanah Haram dimana ketika itu Muhammad yang membacakan zikir Allah. 4.2.1.3 Penegasan tentang Keturunan Muhammad

َٙٚ

ٰ

ِ١ٖٖٝٔٓطيا ٔ١ٖٓٗطيا ُٕآََب َُٙدٔ٥اَسَف ِتَُٖعَْ ْؤًِض اَذ

`

ِٙاَبَأَٚ ُعٔزاٖػيا َُِ٘ٓع َوَطََِأ َِِٖٝٔاَسِبٔإ ًٌَِٔٝٔدِيا ٢َئإ ُُ٘عِفَزَٚ

`

ِ١ٖٝٔبَطٖٓيا ًُُِّٔٛعِيا َٟٔٚذ َدِٓٔع ٕبَِٜز َ٬ٔب ُٕاَِْدَعَٚ

`

ِٙاََُتََُِٓٚ ُُ٘تَبِطْٔ ٌَِٝٔعاَُِضٔإ ٔحِٝٔبٖريا ٢َئإ

`

ٕدِكٔع َِٔٔ ٔ٘ٔب ِِٔعِعَأَف

ِ١ٖٜٓٔزٗديا ُُ٘بٔناََٛن ِتَكٖيَأَت

`

ِٙاَكَتُُِِٓيا ُُ٘تَطٔضاَٚ ًََِٖضَٚ ًََِٔ٘ٝع ُها ٢ًَٖؾ َُّسِنَ٭ِا ُدٖٓٔٝطياَٚ َ٫ َفَِٝنَٚ

`

[ wa haza silkun naḍamat farā’idahu banānu al-sunnati al-saniyyatu wa

ra‘uhu ilā al-khalīlin ibrāhīma amsaka ‘anhu al-syāri‘u wa abāh wa

‘adnānu bilā raibin ‘inda ẓawī al-‘ulūmi al-nasabiyyah ilā al-zabīḥi

ismā‘īla nisbatuhu wa muntamāhu fa a‘ẓim bihi min ‘aqdin ta’aluqat kawākibuhu al-zurriyah wa kaifa lā wa al-sayyidu al-akramu ṣallā Allāh

(35)

56 Inilah kalung yang butiran-butiran mutiaranya

terangkai oleh sunnah yang tinggi. Untuk menyebutkan orang-orang di atasnya (di atas Adnan) sampai kepada Al-Khalil, Nabi Ibrahim,

Syari yakni Nabi) menahan dan enggan

menyebutnya. Dan tidak diragukan lagi, menurut orang-orang yang memiliki ilmu nasab, nasab Adnan sampai kepada Dzabih (orang yang akan disembelih), yakni Ismail.

Penegasan

Bagan 2: Silsilah Nabi Muhammad SAW

Bagan di atas mendiskrisikan tentang penegasan yang terdapat di dalam

al-Barzanjī, dimana penegasan merupakan jenis fungsi mikro yang digunakan dalam

analisis teks al-Barzanjī yang bertujuan menggarisbawahi, mengulangi informasi, konsep atau ide yang penting dan penutur. Adapun ungkapan penegasan tersebut terdapat dalam kalimat “wa ha za silkun naamat” yang artinya dan inilah untaian silsilah keturunan, yakni penegasan bahwa hingga disinilah silsilah keturunan Nabi Muhammad, dimana dari Adnan adalah keturunan Nabi Isma‘il putera Nabi Ibrahim.

4.2.1.4 Penstruktur Wacana dan penilaian Kemuliaan Nasab Muhammad

1. Alangkahagungnyanasab itu dari untaian permatayang bintangnya gemerlapan. Bagaimana tidak, sedangkan tuan yang paling mulia (Nabi Muhammad SAW) adalah pusatnya yang terpilih. Itulah nasab yang diyakini ketinggiannya karena kebersihannya. Bintang Jauza Aries telah merangkai bintang-bintangnya.

2. Alangkahindahnyauntaian kesempurnaan dan kemegahan, sedangkan engkau padanya merupakan permata tunggal yang terpelihara.

3. Alangkahmulianyaketurunan yang disucikan oleh Allah

Ta aladari perzinaan Jahiliyyah. Zain Al-Iraqi menuturkan dan meriwayatkannya di dalam karangannya yangbagus. Tuhan memelihara nenek moyangnya yang mulia (dari perbuatan nista) karena memuliakan Muhammad, yaitu untuk menjaga namanya. Mereka meninggalkan perzinaan, maka cacat perzinaan itu tidak menimpa mereka, dari Adam sampai ayah-ibu beliau. Mereka adalah para pemimpin yang cahaya kenabian berjalan di garisgaris dahi mereka yang cemerlang. Dan jelaslah cahayanya (Nabi Muhammad) di dahi datuknya, Abdul Muththalib, dan anaknya, Abdullah.

Penstrukturan Wacana

Penilaian

(36)

57 Bagan di atas mendiskripsikan tentang penstrukturan wacana dan penilaian pada kemuliaan nasab Muhammad dalam al-Barzanjī. penilaian yang di maksud adalah bahwa keturunan Nabi Muhammad adalah berasal dari keturunan yang mulia, dimana Allah memelihara kemuliaan nasab itu dari perzinahan yang banyak dilakukan masyarakat jahiliyyah pada masa itu.

4.2.1.5 Orientasi dan Penjelasan tentang Keagungan Allah

ِ١ٖٜٔدَُٖشُُِيا ٔ٘ٔتَكِٝٔكَس َشاَسِبٔإ َٞياَعَت ُها َداَزَأ اَُٖيَٚ

[Wa lammā ‘arāda Allāh Ta‘ālā ibrāja ḥaqīqatihi al-Muammadiyah, wa iẓhārahu jismān wa rūhān biṣūratihi wa ma‘nāh, naqalahu ilā maqarihi min ṣadafati minata al-Zuhriyyah, wa khuṣahā al-qarību al-mujību bi’an

jinnu bi’iḍlāli jamanihi wantahakati al-kahānutu warahibati al

-jahbāniyyah, walahija bikhabirihi kullu ḥibrin khabīrin wa fī ḥulā ḥusnihi

(37)

58 Ketika Allah Ta alamenghendaki untuk menampakkan hakikatnya

yang terpuji, dan memunculkannya sebagai jasmani dan ruhani dalam bentuk dan pengertiannya, Dia memindahkannya ke tempat menetapnya di kandungan Aminah Az-Zuhriyyah, dan Dzat Yang Mahadekat dan Maha Memperkenankan, mengkhususkannya (Aminah) menjadi ibu makhluk pilihan-Nya. Diserukan di langit dan di bumi bahwa ia (Aminah) mengandungnya. Dan berembuslah angin sepoi-sepoi basah di pagi hari. Setelah lama gersang, bumi dipakaikan sutra tebal dari tumbuh-tumbuhan. Buah-buah menjadi masak, dan pohon-pohon mendekati orang yang akan

memetiknya. Setiap binatang suku Quraisy mengucapkan dengan bahasa Arab yang fasih bahwa beliau sedang dikandung. Singgasanasinggasana raja dan berhala menjadi tersungkur pada muka dan mulutnya. Binatang-binatang liar bumi Timur dan Barat serta binatang laut saling bertemu. Seluruh alam merasakan kesenangan. Jin memberitakan dekatnya masanya (masa kelahiran beliau), sedangkan juru tenung menjadi binasa dan para pendeta menjadi takut. Setiap orang pandai dan waspada, membicarakan beritanya dan himpunan kebaikannya yang membingungkan (alam).

Orientasi

Penjelasan

Bagan 5: Keagungan Allah SWT

Bagan di atas menjelaskan orientasi dan penjelasan pada keagungan Allah Swt, yang terdapat di dalam al-Barzanjī. Orientasi yang dimaksud adalah jenis fungsi mikro yang digunakan dalam analisis al-Barzanjī yang bertujuan untuk memperkenalkan dan mengumumkan apa yang ingin disampaikan dalam teks

al-Barzanjī tersebut. Ungkapan yang menunjukkan orientasi dalam al-Barzanjī yang mengenai keagungan Allah tersebut adalah “Wa lammā ‘arāda Allāh Ta‘ālā” yang artinya dan ketika Allah berkehendak. Kehendak Allah yang dimaksud di sini adalah menciptakan Nabi Muhammad sebagai pemimpin seluruh alam, di mana alam dan isinya merasa gembira karena kehadiran beliau.

(38)

59 dimaksud dalam al-Barzanjī mengenai keagungan Allah yakni ketika Allah meniupkan ruh dikandungannya Aminah yang beliau diistimewakan oleh Allah untuk menjadi ibu seorang Nabi yakni Muhammad yang mana banyak terdapat keistimewaan-keistimewaan pada saat Aminah mengandung Nabi Muhammad. 4.2.1.6 Interaksi, Abstrak dan Orientasi tentang Kelahiran Muhammad

ِ١ٖٜٔسَبِيا ٔسَِٝخَٚ ََُِٔٝٔياَعِيا ٔدَٓٔٝطٔب ٔتًََُِس ِدَق ٔؤْٖإ اََٗي ٌَِٝٔكَف ّٔآََُِيا ٞٔف َُُ٘ٗأ ِتَٝٔتُأَٚ

*

َُْٖ٘أٔي اّدَُٖشَُ ٔ٘ٔتِعَقَٚ اَذٔإ َُِٔ٘ٝٓٔضَٚ

ِٙاَبِكُع ُدَُِشُتَض

*

ِ١ٖٝٔقِسَُِيا ٍٔاَِٛقَاِيا ٔزُِِٛٗػََ ٢ًََع ٕٔاَسَِٗغ ًَُِٔ٘ٔس َِٔٔ َِٖت اَُٖيَٚ

*

ُُِٙٛبَأ ٔ٠َزَُُِٖٛٓيا ٔ١َِٜٓٔدَُِيأب َٞٓٔفُُٛت

ِها ُدِبَع

*

ِ١ٖٜٔزاٖذٖٓيا ٔ١َفٔ٥اٖطيا ََٔٔ ٕٟٓٔدَع َِٞٔٓب ٔ٘ٔياَِٛخَأٔب َشاَتِدا ٔدَق َٕاَنَٚ

*

َُِْٕٛاَعُٜ اُِّٝٔكَض اّسَِٗغ ِِِٔٗٝٔف َحَهَََٚ

ِٙاَِٛهَغَٚ َُُِ٘كُض

*

ِ١ٖٜٔسََُق ٕسُِٗغَأ ُ١َعِطٔت ٔحٔداٖسيا ًََٞع ًَُِٔ٘ٔس َِٔٔ َِٖت اَُٖيَٚ

*

ِٙاَدَؾ َُِ٘ٓع ًََٞٔذَِٜٓ َِٕأ ٕٔاََٖصًٔي َٕآَٚ

*

ِ١ٖٝٔضِدُكِيا ٔ٠َسِٝٔعَشِيا ََٔٔ ٕ٠َِٛطْٔ ِٞٔف َُِِٜسَََٚ ُ١َٝٔضآ ٔٙٔدٔيََِٛ َ١ًََِٝي َُُٖ٘أ َسَكَس

*

ها ًَٖٞؾ ُِ٘تَدَيََٛف ُضاَدَُِيا اََٖرَخَأَٚ

ِٙآََض ُأَيِأًََتَٜ اّزُِْٛ ًََِٖضَٚ ًََِٔ٘ٝعُ

*

ُ ِ٧ٔكَُ َوَِٓٔ ٔظُِٖػياَن اَ٘ٝشََُٚ

*

ُ٤اٖسَغ ْ١ًََِٝي َُِ٘ٓع ِتَسَفِضَأ

ِـٜٓٔدًٔي َٕاَن ِٟٔرٖيا ٔدٔيَُِِٛيا ُ١ًََِٝي

*

ُ٤أَٖدِشاَٚ ََِٔ٘ٔٛٝٔب ْزُِٚسُض ٔٔـ

ٔبَِٖٚ ُ١َِٓبا ٔ٘ٔعِقَٛٔب ِتَياَْ ََِّٜٛ

*

ُ٤اَطٓٔٓيا ًََُِ٘ٓت َِِي اََ ٕزاَدَف َِٔٔ

أَُٖ ٌََكِفَأٔب اََََِٗٛق ِتَتَأَٚ

*

ُ٤اَزِرَعِيا َُِِٜسََ ٌُِبَق ِتًَََُس

[Wa’utiyat ummuhu fī al-manāmi faqīla lahā innaki qad ḥamalati bisayyidi al-‘ālamīna wa khairi al-bariyyah, wasammihi izā waḍu‘tihi

Muḥammadan li’annahu satuḥmadu ‘uqbāh, wa lammā tamma min ḥamlihi syahrāni ‘alā musyhūri al-aqwāli al-murḍiyyah, tuwufī bi al

-hamadīnah al-munawwarah būhu ‘Abdu Allāh, wa kāna qadijtāza

bi’akhwālihi banī ‘adī mina al-ṭā’ifatuh al-najāriyyah, wa makatsa fīhīm

(39)

60 yanzalī ‘anhu ṣadāh, ḥaḍara ummuhu lailata maulidihi siyatu wa maryamu fī niswatin mina al-ḥaḍīrati al-qudsiyyah, wa akhazahā al

-mukhāḍu fawaladathu ṣalla Allāh ‘alaihi wa sallam nūran yatalā asanāh. Wa muḥayyan kāsysyamsi minka muḍīyu ‘asfarat ‘anhu lailata kharrā’u,

lailatu al-maulidi al-lazī kāna liddīni surūrun biyūmihi wāizdihā’u yama

nālat biwaḍ‘ihi ibntu wahab min fakhārin mā lam tanalhu al-nisā’u

wa’atat qawmahā bi’afḍala mimā ḥamalar qablu maryamu al-‘azrā’u]

Ibunya di dalam tidur (mimpi) didatangi dan dikatakan kepadanya, Sesungguhnya kamu mengandung pemimpin seluruh alam dan sebaik-baik manusia. Apabila kamu melahirkannya, namailah ia Muhammad (artinya orang yang terpuji), karena ia akan dipuji.

Ketika genap beliau dikandung dua bulan menurut pendapat yang diriwayatkan dan termasyhur, ayahnya, Abdullah, wafat di Madinah Al-Munawwarah. Ia ketika itu telah singgah pada pamanpamannya dari Bani Adiy yang termasuk kelompok Najjar. Ia tinggal di tempat mereka selama satu bulan karena sakit parah. Ketika genap beliau dikandung sembilan bulan Qamariyah menurut pendapat yang kuat, datanglah masa hilangnya haus.

Pada malam kelahirannya, Asiyah dan Maryam datang kepada ibunya bersama sekelompok perempuan dari Hadhiratul Qudsiyyah. Lalu Aminah merasakan sakitnya orang yang mau melahirkan, kemudian ia melahirkan beliau dengan cahayanya yang cemerlang.

Wajahmu bagaikan matahari yang menyinari, yang karenanya malam menjadi terang benderang. Malam kelahiran beliau membawa kegembiraan dan kemegahan bagi agama, tetapi dalam pandangan orang-orang kafir tidak disukai dan merupakan wabah atas mereka. Yaitu, saat putri Wahab memperoleh kemegahan dengan melahirkannya yang tidak diperoleh wanita-wanita lain. Aminah membawa kepada kaumnya, orang yang lebih utama daripada yang dikandung sebelumnya oleh Maryam yang perawan.

Abstrak

Abstrak

Bagan 6: Kelahiran Muhammad

Interaksi

Orientasi

(40)

61 seorang pemimpin bagi seluruh alam, dan dia adalah sebaik-baik manusia, dan apabila dia lahir namailah dia dengan Muhammad.

Selain interaksi terdapat juga abstrak yakni kalimat atau kata awal yang menyatakan ringkasan keseluruhan cerita. Adapun kalimat yang menunjukkan

abstrak yaitu “wa lammā tamma min ḥamlihi ‘alā syahranī ‘alā masyhur al-qa wal

al-marwiyah” yang artinya ketika genap beliau dalam kandungan dua bulan menurut pendapat yang diriwayatkan dan termasyhur. Dengan ringkasan cerita bahwa saat Muhammad berusia dua bulan dalam kandungan ayahnya ‘Abd Allāh pun wafat karena sakit. Pada saat usia kandungan Aminah mencapai sembilan bulan datanglah Aisyah dan Maryam bersama sekelompok perempuan dari

Haḍīrati al-Qudsiyyah untuk melihat kelahiran Muhammad.

Setelah itu masih didalam al-Barzanjī tentang kelahiran Muhammad juga terdapat orientasi didalamnya, dimana orientasi itu dapat dilihat pada kalimat

sebagai berikut “Wa muḥayyan kāsysyamsi minka muḍīyu” yang artinya

kelahirannya bagaikan matahari yang menyinari. Maksudnya adalah ketika Muhammad lahir malam menjadi terang benderang.

4.2.1.7 Substansi dan Penjelasan tentang Kemuliaan pada hari Kelahiran Muhammad

ِ١ًَٖٝٔعِيا ٔ٤اَُٖطيا َٞئإ َُ٘ضِأَز اّعٔفاَز ٔضِزَاِيا ًََٞع َِٜٔ٘دَٜ اّعٔقاَٚ ًََِٖضَٚ ًََِٔ٘ٝعُ ها ًَٖٞؾ َشَسَبَٚ

*

َٞئا ٔعِفٖسيا َؤيَرٔب اََُِّٝٔٛ

ِٙاًَُعَٚ ٔٙٔدَدُِٛض

*

ِ١ٖٜٔسَبِيا ٔسٔ٥اَض ًََٞع ٔٙٔزِدَق ٔ١َعِفٔز َٞئإ اّسِٝٔػََُٚ

*

ِٙاَٜاَذَضَٚ ُُ٘عاَبٔط ِتَُٓطَس ِٟٔرٖيا ُبِٝٔبَشِيا َُْٖ٘أٔب

*

ِ١َٖٝٔٓبِيا َوِٝٔتاَٗٔب ُفُِٛطَٜ ََُٖٛٚ ٔبًٖٔطُُِيا َدِبَع َُُ٘ٗأ ِتَعَدَٚ

*

ِٙآََُ ٔزُِٚسٗطيا ََٔٔ َؼًََبَٚ َِٔ٘ٝئإ َسَعََْٚ اّعٔسِطَُ ٌََبِقَأَف

*

ِ١ٖٝٓٔٓيا ٔفًُُِٛدٔب ُِٛعِدَٜ َّاَقَٚ َ٤اٖسَػِيا َ١َبِعَهِيا ًََُ٘خِدَأَٚ

*

ِٙاَطِعَأَٚ ًََِٔ٘ٝع ٔ٘ٔب ََٖٔ اََ ًََٞع َٞياَعَت َها ُسُهِػََٜٚ

*

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan analisis data pada tahap ini adalah menarik kesimpulan dan verifikasi.Analisis yang dilakukan selama pengumpulan data dan sesudah pengumpulan data digunakan untuk

Dalam penelitian ditentukan ukuran kapasitas MTR, kapasitas tambahan LVR dan rectifier , ukuran kapasitor bank, analisis aliran daya, distorsi harmonik dan kondisi

Langkah-langkah yang dilakukan Utsman bin Affan menjadi khalifah, diantaranya: adalah dengan mengirimkan surat kepada gubernur, panglima perang,

“Sebelum model jilbab yang sekarang , dulu anak- anak setiap jam saya pasti memakai jilbab walaupun setelah itu dilepas. Bahkan kalau ada yang tidak pakai jilbab

Upaya yang dilakukan adalah dengan meningkatkan kapasitas suplai MTR menjadi 230 MVA , penambahan LVR dan rectifier dengan suplai arus sebesar 45 kA dan

Dalam kegiatan pembelajaran, bagi peserta didik yang sudah mencapai kompetensi yang ditentukan yaitu menghayati nilai-nilai perjuangan Sunan Muria, Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati,

Penelitian yang akan dilaksanakan ini berjudul ” Efektifitas Dance Movement Therapy Terhadap Penurunan Tingkat Stres Mahasiswa Matrikulasi Penyambutan Mahasiswa Baru

Antera cabai yang digunakan berasal dari galur mutan cabai merah keriting yaitu.. Kr20, Kr40 dan Kr0 sebagai kontrol yang berumur 30-40 hari dari saat tanaman