• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.5. Analisis Korelasi Antara Faktor Fisik dan Keanekaragaman Jenis

Berdasarkan pengukuran faktor fisik lingkungan yang telah dilakukan pada setiap lokasi penelitian, dan dikorelasikan dengan Indeks Keaneka-ragaman (H’), maka diperoleh nilai Indeks Korelasi seperti pada Tabel 5.

Tabel 5. Analisis Korelasi Faktor Fisik Kimia dengan Keanekaragaman dengan Metode Komputerisasi SPSS Ver. 16.00

Korelasi Kelembaban

Udara Suhu Udara Suhu Tanah

Intensitas

Cahaya pH

H’ 0,826 - 0,676 0,522 - 0,400 -0,576

Keterangan:

Nilai + = Arah Korelasi Searah Nilai - = Arah Korelasi Berlawanan Tanda ** = Berpengarauh sangat nyata

Dari Tabel 5. dapat dilihat bahwa hasil uji analisa korelasi Pearson antara beberapa faktor fisik kimia lingkungan berbeda tingkat korelasi dan arah korelasinya

dengan indeks Keanekaragaman (H’). Nilai positif (+) menunjukkan semakin besar nilai faktor fisik kimia maka nilai indeks keanekaragaman akan semakin besar pula, begitu juga sebaliknya, sedangkan nilai negatif (-) menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik antara nilai faktor fisik lingkungan dengan nilai H’, artinya semakin besar nilai faktor fisik kimia lingkungan maka nilai H’ akan semakin kecil, begitu juga sebaliknya, jika semakin kecil nilai faktor fisik kimia maka nilai H’ akan semakin besar.

Berdasarkan hasil analisis korelasi Pearson pada Tabel 6, korelasi antara keanekaragaman, suhu tanah dan kelembaban memiliki korelasi yang searah, sedangkan korelasi dengan suhu udara, intensitas cahaya dan pH memiliki korelasi yang berlawanan arah. Menurut Huaturuk (2009), koefisien korelasi dapat dibagi menjadi:

Tabel 6. Nilai Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,00 Sangat Kuat

Berdasarkan tabel nilai koefisien korelasi di atas hubungan keanekaragaman dengan suhu tanah dengan nilai 0,522 memiliki tingkat hubungan sedang, untuk kelembaban udara dengan nilai 0,826 memiliki tingkat hubungan sangat kuat. Kelembaban udara berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik tumbuhan.

4.6. Jenis-jenis Tumbuhan Bawah yang Dimanfaatkan Sebagai Tanaman Obat Hasil penelitian ini menemukan 110 jenis dan 47 famili tumbuhan bawah pada 3 lokasi penelitian di Taman Nasional Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang. Dari jenis-jenis tersebut ada beberapa jenis yang digunakan sebagai tanaman obat oleh masyarakat di sekitar lokasi Penelitian terdiri dari 24 jenis dan 17 famili . Jenis-jenis tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.

TABEL 7: NILAI GUNA, NILAI GUNA RELATIF TUMBUHAN BAWAH YANG BERPOTENSI  

       SEBAGAI TANAMAN OBAT DI BUKIT LAWANG 

Total Nilai Guna

No. Nama Jenis Nama Lokal

(UVis) UVs

1. Piper sp 2. Sirih hutan 4062 12.60

2. Globba sp. Lempuyang 3917 12.00

3. Urena lobata Sicapa gunung 3723 12.00

4. Didymocarpus sp. Penerangan 3382 10.47

5. Melastoma melabthricum Nungkey 1089 6.72

6. Korthalsia sp. Rotan 780 4.82

7. Amomum sp. Tepus 1342 4.15

8. Blechnum finlaysoniatum Pakis batu 715 4.14

9. Elatostema strigosum Keladi-keladian 1169 3.62

10. Selaginella doedeleini Cakar ayam 1123 3.48

11. Rinorea hirtella MILD BR Gagatan nipe 525 3.31

12. Pternandra sp. Serungkas 527 3.29

13. Hedyotis congesta WALL Banggur 997 3.09

14. Rinorea lanceolata WALL Pesel 986 3.05

15. Bauhinia scendens Daun kupu-kupu 964 2.98

16. Didymocarpus crinita JACK Bazar-bazar 960 2.97

17. Diplazium tomentosum Pakis kapur 960 2.97

18. Begonia isoptera Bunga asam 961 2.88

20. Piper sp2. kerto 873 2.70

21. Michrania michranta Jala 848 2.63

22. Costus sp. Cekuram 775 2.40

23. Laptortea srimulans MIQ Sempil pilen 661 2.05

24. Pilea sp. Sampo bergeh 92 0.28

Dari Tabel 7. tumbuhan bawah yang berpotensi sebagai tanaman obat di sekitar Taman Nasional Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang nilai guna tertinggi yaitu jenis sirih hutan (Piper sp.) dengan nilai 12,60 diikuti dengan jenis lempuyang (Globba sp) dengan nilai 12,10. Dari data ini disimpulkan sirih hutan (Piper sp.) dan lempuyang (Globba sp.) masih dianggap penting dan sering dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar Bukit Lawang untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit, misalnya: membersihkan mata, anti septik, memperkuat gigi, dan lain-lain. Sedangkan lempuyang sering dipakai untuk bahan campuran untuk membuat jamu yang digunakan untuk obat masuk angin, pusing, menambah nafsu makan, dan lain- lain.

Data nilai guna terendah pada jenis Pilea sp. (Sampo bergeh) dengan nilai 0.28 dan Laptortea srimulans MIQ (Sempil pilen) dengan nilai 2,05. Dari data ini dapat diambil kesimpulan bahwa untuk jenis Sampo bergeh dan Sempil pien sangat jarang digunakan oleh masyarakat. Menurut hasil wawancara hal ini disebabkan masyarakat sekitar Bukit Lawang sudah kurang mengenal khasiat kedua tanaman tersebut.

Tabel 8. Jenis-jenis Tumbuhan Bawah yang Dimanfaatkan Sebagai Tanaman Obat dan Kandungan Metabolit Sekunder

No. Nama Jenis Nama Lokal Kandungan Metabolit Sekunder

1. Piper sp 2. Sirih hutan Alkaloid dan minyak atsiri (Kusdianti et. al., 2008)

2. Curculigo latifolia Singkot Flavonoid, tanin (Darah et. al., 2006) 3. Elatostema strigosum Keladi-keladian Flavonoid (Darah et. al., 2006) 4. Amomum sp. Tepus Flavonoid (Widowati at. al., 1995) 5. Selaginella doedeleini Cakar ayam Alkaloid, saponin dan phytosterol

(Sumarsono, 2008)

6. Korthalsia sp. Rotan Flavonoid, tanin (Darah et. al., 2006) 7. Begonia isoptera Bunga asam Rutin (Kusdianti et. al., 2008) 8. Diplazium tomentosum Pakis kapur Flavonoid,tanin (Widowati at. al.,

1995) 9. Bauhinia scendens Daun kupu-

kupu

Steroid (Rustaman at. al., 2006) 10. Globba sp. Lempuyang Flavonoid (Widowati at. al., 1995).

(Lemmen et. Al., 2003) 11. Urena lobata Sicapa gunung Steroid (Oneagbe et. al., 2010) 12. Blechnum finlaysoniatum Pakis batu Flavonoid, fenol (Widowati at. al.,

1995)

13. Rinorea hirtella MILD BR Gagatan nipe Steroid (Rustaman at. al., 2006) 14. Costus sp. Cekuram Alkaloid, flavonoid, saponin, tanin

dan polifenol (Dalimarta, 1999) 15. Pilea sp. Sampo bergeh Flavonoid, saponin (Darah et. al.,

2006)

16. Melastoma melabthricum Nungkey Flavonoid, steroid (Simanjuntak, 2008)

17. Didymocarpus crinita JACK Bazar-bazar Alkaloid (Kusdianti et. al., 2008) 18. Pternandra sp. Serungkas Flavonoid,tanin (Widowati at. al.,

1995)

19. Hedyotis congesta WALL Banggur Flavonoid (Widowati at. al., 1995) 20. Laptortea srimulans MIQ Sempil pilen Flavonoid, fenolik (Darah et. al.,

2006)

21. Rinorea lanceolata WALL Pesel Steroid (Rustaman at. al., 2006) 22. Michrania michranta Jala Flavonoid (Widowati at. al., 1995) 23. Piper sp2. kerto Alkaloid dan minyak atsiri (Kusdianti

et. al., 2008)

24. Didymocarpus sp. Penerangan Alkaloid (Kusdianti et. al., 2008)

Dari Tabel 8. jenis tanaman obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar Bukit Lawang secara umum banyak mengandung flavanoid. Flavonoid

berperan untuk menghalangi terjadinya tahapan inisiasi penyempitan pembuluh darah atau atrosklerosis. Pada akhirnya dapat mengurangi risiko serangan jantung koroner dan stroke. Flavonoid tertentu merupakan komponen aktif tumbuhan yang digunakan secara tradisional untuk mengobati gangguan fungsi hati, silimirin dari Silybum marianum digunakan untuk melindungi membran sel hati dan menghambat sintesis prostaglandin, penghambatan reaksi hidroglisis pada mikosom. Dalam makanan flavonoid dapat menurunkan agregasi platelet dan mengurangi pembekuan darah. Pada kulit, flavonoid menghambat pendarahan (Annaria, 2010).

Dokumen terkait