• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berisi tentang analisis pendahuluan serta analisis hipotesis. Bab V Penutup

14 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Prestasi Aqidah Akhlak

1. Pengertian Prestasi Aqidah Akhlak a. Prestasi

Pengertian prestasi yang didefinisikan W.J.S. Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa prestasi berasal dari kata

prestatie yang artinya apa yang dihasilkan atau dilakukan (Poerwadaminta, 1985:107). Menurut Singgih D. Gunarsa prestasi adalah suatu hasil atau nilai yang ingin dicapai anak dari keaktifan selama mengikuti proses belajar mengajardalam kurun waktu tertentu setelah diadakan evaluasi (Gunarsa, 1977:21).

Prestasi adalah hasil yang dicapai melebihi ketentuan. Prestasi adalah suatu hasil dari apa yang telah diusahakan dengan menggunakan daya atau kekuatan (Sulastri, 2008:51). Dalam kaitannya dengan penelitian ini, prestasi aqidah akhlak yang merupakan salah satu bagian dari jenis pendidikan agama dalam struktur mata pelajaran di Madrasah Tsanawiyah.

Adapun prestasi dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, yaitu kecerdasan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa

15

pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan sekitarnya dan sebagainya.

Secara rinci, Muhibbin Syah (1995:137-139) memberi pendapat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar peserta didik di sekolah, secara garis besar dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu: 1) Faktor internal (faktor dari dalam diri peserta didik). Yang termasuk

faktor-faktor internal antara lain adalah: (a) Faktor fisiologis

Keadaan fisik yang sehat dan segar memberikan hasil belajar yang baik. Tetapi keadaan fisik yang kurang baik akan berpengaruh pada siswa dalam keadaan belajarnya.

(b) Faktor psikologis antara lain:

(1) Intelegensia, Intellegenc Question (IQ) seseorang.

(2) Perhatian, yang searah dengan baik akan menghasilkan pemahaman dan kemampuan yang mantap.

(3) Minat. (4) Motivasi. (5) Bakat.

2) Faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik), yang termasuk faktor-faktor iniantara lain yaitu:

(a) Faktor sosial, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkunganmasyarakat.

16

(b) Faktor non sosial, yang meliputi keadaan dan letak gedung sekolah, keadaan danletak rumah tempat tinggal keluarga, alat-alat dan sumber belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.

(c) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

b. Aqidah

Aqidah adalah kepercayaan atau keyakinan. Menurut Muhammad Daud Ali (1998:199), yang dimaksud aqidah dalam bahasa Arab (dalam bahasa Indonesia ditulis akidah), menurut etimologi adalah ikatan, sangkutan, disebut demikian karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau gantungan segala sesuatu, dalam pengertian tehnis artinya adalah iman atau keyakinan. Aqidah adalah keyakinan yang tersimpul kokoh dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung suatu perjanjian (Atha, 1993:8). Atau dengan kata lain aqidah adalah membahas masalah keimanan. Dalam aqidah ini merupakan pangkal atau pokok dalam menentukan keimanan seseorang.

c. Akhlak

Akhlak berarti budi pekerti dan kelakuan. Menurut Yunahar Ilyas (2007:1), “secara etimologi (lughatan) akhlak (Bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari khuluk yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah

17

laku atau tabiat”. Kata akhlak jika diurai secara bahasa berasal dari rangkaian huruf-huruf kha-la-qa, jika digabung (khalaqa) berarti menciptakan, ini mengingatkan kita pada kata Al-Khaliq yaitu Allah SWT, maka kata akhlak tidak bisa dipisahkan dengan Al-Khaliq (Allah) dan mahluk (hamba), akhlak berarti sebuah perilaku yang muatannya menghubungkan antara hamba dengan Allah SWT, sang Khalik. Akhlak (moral) adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa, karakteristik-karakteristik ini membentuk kerangka psikologi seseorang dan membuatnya berperilaku sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda-beda (Mahmud, 2004:27).

Menurut sebagian ulama, akhlak adalah suatu sifat yang tertanam di dalam jiwa seseorang dan sifat tersebut akan muncul pada saat seseorang tersebut merasakan sesuatu hal tanpa merasa kesulitan karena sudah menjadi kebiasaan” (Widyastuti, 2008:2). Menurut Muhammad Daud Ali (2004:351) akhlak adalah sikap yang melahirkan perbuatan dan tingkah laku manusia, karena itu selain dengan akidah, akhlak tidak dapat diceraipisahkan dengan syari‟ah.

Dengan demikian yang dimaksud dengan prestasi aqidah akhlak akhlak adalah hasil belajar siswa pada materi aqidah akhlak.

18 2. Dasar-dasar Aqidah Akhlak

Dasar pendidikan akhlak bagi seorang muslim adalah akidah yang benar terhadap alam dan kehidupan, karena akhlak tersarikan dari akidah dan pancaran darinya, oleh karena itu jika seseorang berakhlak dengan benar niscaya akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus, begitu pula sebaliknya, jika akidahnya salah dan melenceng maka akhlaknya pun akan tidak benar.

Adapun dasar-dasar aqidah akhlak terdapat dalam Al Qur‟an dan hadits. Diantaranya dalam firman Allah dalam surat Taha ayat 112:

























Artinya : “Dan barang siapa mengerjakan kebajikan sedang dia (dalam

keadaan) beriman, maka dia tidak khawatir akan perlakuan zalim (terhadapnya) dan tidak pula khawatir akan

pengurangan haknya”(QS. Taha:112)

Firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 148:























Artinya: “Maka Allah memberi mereka pahala di dunia dan pahala yang

baik di akhirat.Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan (QS. Ali Imran:148).

Kemudian firman Allah dalam surat Al Zalzalah ayat 7-8:





























Artinya: ”Maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah,

niscaya dia akan melihat balasan-Nya, Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar zarrah, niscaya dia akan melihat balasan-Nya” (QS.Al Zalzalah:7-8 ).

Selain itu, terdapat hadits yang menjelaskan bagaimana pentingnya akhlak, sehingga Nabi Muhammad SAW orang yang paling baik adalah orang yang baik akhlaknya.

19

لاق امهنع للها يضر ورمع نب للها دبع نع

:

ملسو ويلع للها ىلص بينلا نكي لم

ُلْوُقَ ي َناَكَو ًاشِّحَفَ تُم َلاَو ًاشِحاَف

:

هاور ًاقَلَْخًأ ْمُكُنَسْحَأ ْمُكُراَيِخ ْنِم َّنِإ

يراخبلا

.

Artinya: “Dari Abdullah bin Amru berkata: Nabi tidak pernah berbuat keji sendiri tidak pula berbuat keji kepada orang lain. Beliau

bersabda“Sesungguhnya termasuk sebaik-baik kalian adalah

yang paling baik akhlaknya” (HR Bukhari).

لاق ونع للها يضر ءادردلا بيأ نع و

:

ملسو ويلع للها يلص للها لوسر لاق

,

ئس نمام

,

في

قللخا نسح نم لقثأ ن ازيلما

,

وحخصو ئ ترلاو دو اد وبأ وجرخأ

.

Artinya : “Tidak ada sesuatu yang lebih berat timbangan pahalanya daripada akhlak yang baik” (HR. Abu Dawud dan Turmudi, No. 1551.: 308).

3. Pentingnya Aqidah Akhlak

Akhlak dalam Islam merupakan sekumpulan prinsip dan kaidah yang mengandung perintah atau larangan dari Allah SWT. Menurut Loso (2008:81) prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah tersebut dijelaskan oleh Rasulullah SAW, dalam perkataan, perbuatan dan ketetapan-ketetapan beliau yang mempunyai kaitan dengan tasyri, dan dalam mengarungi kehidupan, setiap muslim wajib berpegang pada prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah tersebut. Allah berfirman dalam Al Qur‟an Surat Fussilat ayat 46:

























Artinya: “Barang siapa mengerjakan kebajikan maka pahalanya untuk

dirinya sendiri dan barang siapa berbuat jahat maka dosanya menjadi tanggungan dirinya sendiri dan Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba-Nya” (QS.Fussilat:46).

20

Pendidikan Aqidah dan Akhlaq adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah dan merealisasikannya dalam perilaku Akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan. Dalam kehidupan masyarakat yang majemuk dalam bidang keagamaan, pendidikan ini juga diarahkan pada peneguhan aqidah di satu sisi dan peningkatan toleransi serta saling menghormati dengan penganut agama lain dalam rangka mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa. Mata pelajaran Aqidah dan Akhlaq di Madrasah berfungsi untuk:

a. Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat;

b. Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta akhlaq mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang sebelumnya telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga;

c. Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial. d. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik

dalam keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari;

e. Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya asing yang dihadapinya sehari-hari;

f. Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan akhlaq, serta sistem dan fungsionalnya.

21

g. Pembekalan bagi peserta didik untuk mendalami aqidah dan akhlaq pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

4. Tujuan Aqidah Akhlak

Mata pelajaran Aqidah-Akhlaq bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaqnya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang aqidah dan akhlaq Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan meningkat kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Menurut Ali Abdul Halim Mahmud (2004:159), tujuan utama pendidikan akhlak dalam Islam adalah agar manusia berada dalam kebenaran dan senantiasa berada di jalan yang lurus, jalan yang telah digariskan oleh Allah SWT, yang akan menghantarkan manusia kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Akhlak juga mempunyai tujuan-tujuan lain di antaranya:

a. Mempersiapkan manusia-manusia yang beriman yang selalu beramal saleh.

b. Mempersiapkan manusia beriman dan saleh yang menjalani kehidupannya sesuai dengan ajaran Islam, melaksanakan apa yang diperintahkan agama dan menjauhi apa yang diharamkan, menikmati

22

hal-hal yang baik dan dibolehkan serta menjauhi segala sesuatu yang dilarang, keji, hina, buruk, tercela dan mungkar.

c. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang bisa berinteraksi secara baik dengan sesamanya baik dengan orang muslim maupun non muslim, mampu bergaul dengan orang-orang yang ada di sekelilingnya dengan mencari ridha Allah, yaitu dengan mengikuti ajaran-Nya dan petunjuk-petunjuk Nabi-Nya, dengan semua ini dapat tercipta kestabilan masyarakat dan kesinambungan hidup umat manusia.

d. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang mampu dan mau mengajak orang lain ke jalan Allah, melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar dan berjuang fi sabililah demi tegaknya agama Islam.

e. Mempersiapkan insan beriman dan saleh, yang mau merasa bangga dengan persaudaraannya sesama muslim dan selalu menberi hak-hak persaudaraan tersebut, mencintai dan membenci hanya karena Allah, dan sedikitpun tidak kecut oleh celaan orang hasad selama ia berada di jalan yang benar.

f. Mempersiapkan insan beriman dan saleh, yang merasa bahwa dia adalah bagian dari seluruh umat yang berasal dari berbagai daerah, suku, dan bahasa. Atau insan yang siap melaksanakan kewajiban yang harus ia penuhi demi seluruh umat Islam selama dia mampu.

g. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang merasa bangga dengan loyalitasnya kepada agama Islam dan berusaha sekuat tenaga demi tegaknya panji-panji Islam di muka bumi. Atau insan yang rela

23

mengorbankan harta, kedudukan, waktu dan jiwanya demi tegaknya syariat Allah.

5. Dimensi Akhlak

Menurut Yunahar Ilyas (2007:356) dimensi akhlak dapat dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya akhlak terhadap Allah SWT, akhlak terhadap makhluk (manusia), akhlak terhadap lingkungan hidup.

a. Akhlak terhadap Allah SWT

Beberapa akhlak terhadap Allah SWT, antara lain:

1) Mencintai Allah melebihi cinta kepada apa dan siapapun juga dengan mempergunakan firman-Nya dalam Al-Qur‟an sebagai pedoman hidup dan kehidupan.

2) Melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. 3) Mengharapkan dan berusaha memperoleh keridaan Allah

4) Mensyukuri nikmat dan karunia Allah

5) Menerima dengan ikhlas semua qada dan qadar ilahi setelah berikhtiar.

6) Memohonkan ampun hanya kepas Allah SWT. 7) Bertaubat hanya kepada Allah SWT.

8) Tawakal (berserah diri) kepada Allah b. Akhlak terhadap makhluk

1. Akhlak terhadap manusia

a) Akhlak terhadap Rasulullah SAW

1) Mencintai Rasulullah SAW secara tulus dengan mengikuti semua sunnahnya.

24

2) Menjadikan Rasulullah SAW sebagi idola, suri tauladan dalam hidup dan kehidupan.

3) Menjalankan apa yang disuruhnya, dan tidak melakukan apa yang dilarangnya.

b) Akhlak terhadap orang tua

1) Mencintai mereka melebihi cinta kepada kerabat yang lainnya. 2) Merendahkan diri kepada keduanya diirirngi kasih sayang. 3) Berkomunikasi dengan orang tua dengan khidmat.

4) Mempergunakan kata-kata lemah lembut.

5) Berbuat baik kepada ibu-bapak dengan sebaik-baiknya.

6) Mendo‟akan mereka kendatipun keduanya telah meninggal dunia.

c) Akhlak terhadap diri sendiri 1) Memelihara kesucian diri 2) Menutup aurat

3) Jujur dalam perkataan dan perbuatan 4) Ikhlas

5) Sabar 6) Rendah hati

7) Malu melakukan perbuatan jahat 8) Menjauhi dengki

9) Menjauhi dendam

25

11) Menjauhi segala perkataan dan perbuatan sia-sia d) Akhlak terhadap keluarga/kerabat

1) Saling membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga

2) Saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak 3) Berbakti kepada ibu-bapak

4) Mendidik anak-anak dengan kasih sayang

5) Memelihara hubungan silaturahim dan melanjutkan silaturhmi yang dibina orang tua yang telah meninggal dunia

e) Akhlak terhadap tetangga 1) Saling mengunjungi

2) Saling bantu ketika tetangga mengalami musibah 3) Saling memberi

4) Saling menghormati

5) Saling menghindari pertengkaran dan permusuhan f) Akhlak terhadap masyarakat

1) Memuliakan tamu

2) Menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan

3) Saling menolong dalam melakukan kebajikan

4) Menganjurkan anggota masyarakat termasuk diri sendiri berbuat baik dan mencegah diri sendiri dan orang lain melakukan perbuatan mungkar

26

5) Memberi makan fakir miskin dan berusaha melapangkan hidup dan kehidupannya

6) Bermusyawarah dalam segala urusan mengenai kepentingan bersama

7) Mentaati keputusan yang telah diambil

8) Menunaikan amanah dengan jalan melaksanakan kepercayaan yang diberikan seseorang atau masyarakat kepada kita

9) Menepati janji

2. Akhlak terhadap lingkungan hidup

a. Sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup

b. Menjaga dan memanfaatkan alam (hewan dan tumbuh-tumbuhan) dengan bijaksna

c. Sayang pada sesama makhluk hidup

B. Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Dalam bahasa Inggris disebut dengan “behavior” yang artinya kelakuan, tindak-tanduk jalan (Wijaya, Tt: 524). Perilaku juga terdiri dari dua kata “peri” dan “laku”, peri yang artinya sekeliling, dekat, melingkupi. Dan laku artinya tingkah laku, perbuatan, tindak tanduk. Moralitas dapat didefinisikan dengan berbagai cara. Namun, secara umum moralitas dapat dikatakan sebagai kapasitas untuk membedakan yang benar dan yang salah. Melihat beberapa uraian di atas nampak jelas bahwa perilaku itu

27

adalah kegiatan atau aktifitas yang melingkup seluruh aspek jasmaniah dan rohaniah yang bisa dilihat.

Para ahli psikologi membedakan dua macam tingkah laku yakni tingkah laku intelektual dan tingkah laku mekanistis. Tingkah laku intelektual adalah sejumlah perbuatan yang dikerjakan seseorang yang berhubungan dengan kehidupan jiwa dan intelektual. Ciri-ciri utamanya adalah berusaha mencapai tujuan tertentu. Sedangkan tingkah laku mekanistis atau refleks adalah respon-respon yang timbul pada manusia secara mekanistis dan tetap, seperti kedipan mata sebab terkena cahaya dan gerakan-gerakan perangsang yang kita lihat pada anak-anak, seperti menggerakkan kedua tangan, dan kaki secara terus menerus tanpa aturan. 2. Perkembangan Perilaku

Perkembangan pribadi manusia menurut Al-Qur`an, ketika menyatakan bahwa Allah adalah Maha Pencipta, Maha Penjaga dan Maha Pemelihara segala sesuatu. Al-Qur`an juga mengatakan bahwa Allah menciptakan manusia dari berbagai tahap progresif pertumbuhan dan perkembangan. Pembentukan yang dimaksud di atas adalah suatu proses tertentu terus menerus dan proses yang menuju kedepan dan tidak begitu saja dapat diulang kembali, atau secara umum diartikan sebagai serangkaian perubahan dalam susunan yang berlangsung secara teratur, progresif, jalin menjalin, dan terarah kepada kematangan dan kedewasaan. Erickson dalam Oemar Hamalik menyajikan suatu teori tentang lingkaran

28

hidup (life cycle theory), tentang tingkat-tingkat perkembangan. Dia membagi tingkat perkembangan menjadi delapan tingkat :

a. Masa bayi sebagai landasan terbentuknya kepribadian.

b. Masa permulaan masa kanak-kanak dimana terjadi kematangan otot- otot menuju kepada nilai kemandirian.

c. Masa bermain, yakni mulai berkembangnya inisiatif, imajinasi, bertambahnya komunikasi dan dorongan untuk mengetahui lingkungannya.

d. Masa adolesen dimana terjadi pengintegrasian identifikasi kekanak- kanakan dengan dorongan biologis.

e. Masa dewasa muda, perkembangan intimasi dalam dirinya dan dengan orang lain.

f. Masa kedewasaan, ditandai dengan berkembangnya generativitas, yakni minat seseorang untuk membangun dan membimbing generasi berikutnya.

g. Masa senescence, menjadi orang tua (Danim, 2009:71).

Adapun perkembangan perilaku anak yang dimaksud di sini yaitu anak pada masa puber dan remaja (antara umur 13-18). Pada masa puber ini anak banyak mengalami perubahan-perubahan fisik sangat mempengaruhi perilaku anak. Masa ini pula telah diteliti oleh Hetzer dan Bartling dikemukakan oleh Zulkifli dalam bukunya Psikologi Perkembangan dengan masa negatif yang diekspresikan sebagai berikut : a. Negatif dalam prestasi, baik jasmani maupun prestasi mental

29

b. Negatif dalam sikap sosial, baik dalam bentuk menarik diri dari masyarakat maupun dalam bentuk agresif terhadap masyarakat (Zulkifli, 2009:68).

Sedangkan pada masa remaja adalah suatu periode peralihan yaitu masa peralihan dari masa kanak-kanak kepada masa dewasa. Ini berarti anak-anak pada masa ini harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan juga harus mempelajari sikap dan pola perilaku yang baru sebagai pengganti perilaku dan sikap yang ditinggalkannya. Akibat sifat peralihan ini remaja bersikap ambivalensi, di satu pihak ingin diperlakukan seperti orang dewasa, di lain pihak segala kebutuhannya masih minta dipenuhi seperti halnya pada anak- anak.

Menurut Erik Erickson Masa remaja dapat dilihat dari tiga segi, antara lain :

a. Konsep masa remaja masa remaja merupakan masa antara permulaan pubertas dan kedewasaan yang ditandai oleh tekanan dan ketegangan, sifat yang lebih sensitif, pertentangan nilai-nilai dan harapan-harapan, dan tugas- tugas perkembangan yang khusus.

b. Keunikan para remaja Keunikan masa remaja bukan pada keremajaannya, melainkan pada individualitasnya yang berbeda-beda dalam berbagai aspek.

c. Kebutuhan para remaja (Djamarah, 2008: 143)

Para remaja mempunyai kebutuhan umum manusia, kebutuhan akan identitas, kebutuhan akan bantuan orang dewasa yang mengerti

30

kebutuhan mereka. Sehubungan dengan perubahan sikap seperti diatas, dapat dikatakan bahwa masa tersebut adalah masa menentang dimana dengan datangnya masa ini disertai dengan gejala-gejala seperti mudah kena pengaruh buruk dari teman-temannya, kegiatanya cenderung merusak keadaan, suka menggangu ketertiban umum, bertindak sesuka hatinya, melakukan perbuatan yang bertentangan dengan kebiasan, suka mencela tetapi ia sendiri belum mampu untuk berbuat lebih baik.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan perilaku

Ada tiga aliran yang sudah amat populer yang mempengaruhi perkembangan perilaku anak yaitu :

a. Aliran nativisme (pembawaan) yang dipelopori oleh Schoupenhower (Jerman) yang berpendapat bahwa anak sejak lahir telah mempunyai pembawaan yang kuat sehingga tidak dapat menerima pengaruh dari luar.

b. Aliran empirisme (pengalaman) yang dipelopori oleh John Locke (Inggris) berpendapat bahwa perkembangan individu semata-mata dimungkinkan dan ditentukan oleh faktor lingkungan. Sedangkan faktor dasar atau pembawaan tidak memainkan peran sama sekali. John Locke, seorang tokoh yang terkenal dengan teorinya “Tabula rasa”, yaitu yang menganggap bahwa anak yang dilahirkan itu bagaikan meja lilin atau kertas putih bersih, yang belum terkena coretan apapun.

31

c. Aliran konvergensi yang dipelopori oleh William Stern (Jerman) berpendapat bahwa perkembangan individu dipengaruhi oleh faktor dasar (pembawaan, bakat, keturunan) maupun lingkungan, yang keduanya memainkan peranan penting (Zulkifli, 2009:13). Oleh karena itu dalam memenuhi segala kebutuhan perilaku yaitu dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain :

1) Faktor pembawaan dan kelahiran yang cenderung memberi corak dan perilaku tertentu pada yang bersangkutan.

2) Faktor keluarga dimana lingkungan keluarga banyak berperan dalam menghiasi perilaku anak.

3) Faktor pengalaman dalam masyarakat sekitar, karena watak manusia sangat dipengaruhi oleh kecendrungan-kecendrungan dan norma- norma sosial, kebudayaan, konsep-konsep, gaya hidup, bahasa dan keyakinan yang dipeluk oleh masyarakat.

Keterangan-keterangan di atas tadi dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan perilaku itu intinya ada dua :

(a) Faktor intern yaitu faktor-faktor yang datangnya dari dalam diri anak baik keturunan, bakat, pembawaan, sangat mempengaruhi dan merubah perilaku anak. Dan jika orang tua mempunyai sifat-sifat baik fisik ataupun mental psikologis, sedikit banyak akanterwariskan kepada anak.

32

(b) Faktor ekstern yaitu faktor yang datang dari luar diri anak seperti faktor lingkungan (orang tua/keluarga, sekolah, masyarakat dan teman-teman bermain) yang juga akan mempengaruhi kepribadian dan perilaku anak.

C. Hubungan Prestasi Belajar Aqidah akhlak dengan Perilaku Siswa

Pendidikan agama sebagai usaha yang diarahkan kepada anak didik untuk membentuk anak sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang telah digariskan dalam ajaran agama Islam, bukanlah bidang studi yang dipelajari semata-mata hanya untuk pengetahuan. Pengajaran agama mendapat nilai baik di mana siswa mau menunaikan kewajiban kepada Allah SWT maupun kepada lingkungannya dan mengamalkan ajaran agama dalam perkataan atau perbuatan para siswa.

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi pembentukan perilaku adalah faktor intern. Dengan demikian dapat disusun bahwa prestasi aqidah akhlak dengan perilaku siswa ada hubungannya. Sehingga pola hubunngan antara prestasi aqidah akhlak dapat digambar dalam diagram berikut ini:

Gambar 2.1 Hubungan antara prestasi belajar dengan perilaku siswa Ket : X = Prestasi belajar aqidah akhlak

Y = Perilaku Siswa Faktor intern

33

Dari gambar tersebut, dapat dijelaskan paradigma dalam penelitian bahwa ada hubungan antara prestasi aqidah akhlak dengan perilaku siswa. Dengan demikian, semakin baik prestasi aqidah akhlak akan semakin baik juga perilaku siswa tersebut. Begitu juga sebaliknya. Jika prestasi aqidah akhlak tidak baik akan semakin tidak baik perilaku siswa tersebut.

34 BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Keadaan Umum MTs Sudirman Tempuran 1. Sejarah Berdirinya MTs Sudirman Tempuran

MTs Sudirman Tempuran adalah sebuah lembaga pendidikan

Dokumen terkait