• Tidak ada hasil yang ditemukan

Selaginelaceae Polypodiaceae

5.6. Analisis Korelasi

Berdasarkan pengukuran faktor fisik lingkungan yang telah dilakukan pada setiap bukit penelitian dan dikorelasikan dengan indeks keanekaragaman (H’), maka diperoleh nilai indeks korelasi seperti pada Tabel 5.10.

Tabel 5.10. Nilai Analisis Korelasi Pearson dengan Metode Komputerisasi SPSS Ver. 11.00

Korelasi Pearson

Suhu Udara

pH Tanah Kelembaban Intensitas Cahaya

Suhu Tanah

H’ 0,230 0,423 -0,118 -0,076 -0,153

Keterangan:

Nilai + = Arah korelasi searah Nilai - = Arah korelasi berlawanan Tanda * = Berpengaruh nyata

Dari Tabel 5.10, dapat dilihat bahwa uji analisis korelasi Pearson antara beberapa faktor fisik kimia lingkungan terhadap keanekaragaman (H’) di mana dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa faktor fisika kimia lingkungan tidak berpengaruh nyata terhadap keanekaragaman Paku-pakuan.

Suhu udara, dan pH tanah berkorelasi positip berarti semakin tinggi nilai suatu faktor fisika kimia maka akan diikuti naiknya atau semakin tingginya keanekaragaman Paku-pakuan, sedangkan kelembaban, intensitas cahaya dan suhu tanah berkorelasi negatif, berarti naiknya nilai faktor fisika kimia justru akan menyebabkan turunnya keanekaragaman Paku-pakuan.

Deskripsi Jenis Paku-pakuan

1. Angiopteris angustifolia Presl

Habit: terestrial. Rhizome: tegak dan sangat kuat. Daun (ental): menyirip ganda,

berbentuk jorong dengan tepi rata, ujung meruncing, pangkal meruncing, tangkai ental keras, berwarna hijau. Sori: terletak di sepanjang tepi ental bagian bawah berkelompok dan berbentuk memanjang.

Spesimen : DR 17, 5 Maret 2008 (MEDA USU)

Distribusi : Sumatera Utara dan Malaya.

Habitat : Teresterial. Terdapat di daerah terbuka, pada lokasi penelitian ditemukan pada ketinggian 1200 – 1300 m dpl.

2. Athyrium dilatatum (Bl.) milde

Habit: Terestrial. Batang: tumbuh tegak. Ental: tipis dan kaku, menyirip yang

tersusun oleh anak daun yang panjang, ujung ental anak daun tidak memisah dan tidak bergerigi, warna hijau, pangkal tangkai entalnya bersisi, berwarna coklat. Sori: terletak di sepanjang pertulangan anak daun.

Spesimen : DR 20, 5 Maret 2008 (MEDA USU)

Distribusi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara (Sastrapeadja, 1985).

Habitat : Terdapat pada daerah dataran tinggi. Pada lokasi penelitian terdapat pada ketinggian 1300 – 1500 m dpl.

3. Athyrium sp

Habit: teresterial. Ental: menyirip, tunggal dengan anak daun runcing, tepi beringgit,

tangkai ental berbulu halus. Sori: terdapat di sepanjang pertulangan anak daun yang menyirip.

Spesimen : DR 26, 5 Maret 2008 (MEDA USU)

Distribusi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara (Sastrapradja, 1985).

Habitat : Biasanya terdapat pada dataran tinggi. Pada lokasi penelitian terdapat pada ketinggian 1300 – 1400 m dpl.

4. Asplenium pellucidum Lam

Habit: epifit. Ental: menyirip, tunggal dengan anak daun runcing, tepi beringgit,

tangkai ental berbulu halus. Sori: terdapat di sepanjang pertulangan anak daun yane menyirip dengan selaputi oleh indusia.

Spesimen : DR 24, 5 Maret 2008 (MEDA USU)

Distribusi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara (Sastrapradja, 1985).

Habitat : Tumbuh pada pohon, batu dan terkadang teresterial, terdapat pada dataran tinggi, terutama daerah perbukitan. Pada lokasi penelitian terdapat pada ketinggian 1300 – 1400 m dpl.

5. Asplenium Phyllitidis Don

Habit: epifit. Ental: tunggal yang tersusun pada batang yang sangat pendek,

melingkar pada batang, ujung meruncing, tepi rata, permukaan berombak dan mengkilat. Sori: tersusun sepanjang pertulangan daun, rapat dengan indusia yang tipis seperti selaput.

Spesimen : DR 16, 5 Maret 2008 (MEDA USU)

Distribusi : Sumatera Utara dan Malaya.

Habitat : Biasanya melekat pada batang pohon atau pada batuan dan terkadang terdapat yang teresterial, terdapat pada daerah dataran rendah sampai dataran tinggi. Pada lokasi penelitian terdapat pada ketinggian 1300 – 1400 m dpl.

6. Christella siamensis (Tagawa & Iwatsuki) Holtt

Habit: terestrial. Ental: menyirip ganda dengan anak daun bertoreh, tidak bertangkai,

helain ental letaknya berpasangan. Sori: bulat tersusun di tepi pada helaian anak daun yang bertoreh dalam, warna spora hitam.

Spesimen : DR 10, 5 Maret 2008 (MEDA USU)

Distribusi : Sumatera Utara, Thailand dan Malaya.

Habitat : Terdapat pada daerah daerah dataran tinggi. Pada lokasi penelitian terdapat pada ketinggian 1400 – 1500 m dpl.

7. Cyatea borneensis Copel

Habit: terestrial atau epifit. Ental: menyirip ganda dua dengan anak daun meruncing,

bertoreh hampir mencapai tulang daun, berwarna hijau pucat, tangkai ental pendek, bersisik dan berduri. Sori: berbaris dua dan tersusun di sepanjang anak tulang daun.

Spesimen : DR 08, 5 Maret 2008 (MEDA USU)

Distribusi : Sumatera Utara, dan Malaya.

Habitat : Terdapat pada daerah pegunungan sedang. Pada lokasi penelitian terdapat pada ketinggian 1300 – 1400 m dpl.

8. Cyclosorus interuptus (Willd) Ching

Habit: terestrial. Rhizom: menjalar pendek. Ental: menyirip ganda dua dengan anak

daun berbagi berwarna hijau, tangkai ental pendek. Sori: berbentuk bulat membatasi pinggiran pertulangan anak daun.

Spesimen : DR 25, 5 Maret 2008 (MEDA USU)

Distribusi : Sumatera Utara, dan Malaya.

Habitat : Biasanya terdapat pada daerah dengan kadar air yang banyak. Pada lokasi penelitian terdapat pada ketinggian 1300 – 1400 m dpl.

9. Colysis macrophylla (Bl.) Presl

Habit: epifit dan terestrial. Ental: tunggal dengan pertulangan daun menyirip, ujung

runcing, tangkai ental panjang. Sori: bulat dan tersusun jarang di bagian bawah permukaan daun.

Spesimen : DR 21, 5 Maret 2008 (MEDA USU)

Distribusi : Sumatera Utara, dan Malaya.

Habitat : Memanjat pada pohon atau dekat dengan aliran air. Pada lokasi penelitian terdapat pada ketinggian 1300 – 1400 m dpl.

10. Davalia sp

Habit: terestrial dan epifit. Batang: keras, berwarna coklat kehijauan. Ental:

menyirip, berbentuk delta, berwarna hijau kilat, rhizome berwarna coklat tua, bersisik. Sori: bulat, berwarna hijau terletak pada ujung percabangan, berwarna hijau kekuningan.

Spesimen : DR 11, 5 Maret 2008 (MEDA USU)

Distribusi : Sumatera Utara, dan Malaya.

Habitat : Biasanya melekat pada pohon dan batuan, tetapi juga ditemukan menjalar pada permukaan tanah. Pada lokasi penelitian ditemukan pada ketinggian 1300 – 1400 m dpl.

11. Dicranopteris curranii Copel

Habit: terestrial. Batang: keras, berwarna hijau terang. Ental: menjari, bercabang

dua, dengan anak daun berbagi tipis, warna hijau terang, anak daun tersusun rapat.

Sori: bulat dan tersusun di sepanjang tulang daun, dan tidak memiliki indusia. Spesimen : DR 04, 5 Maret 2008 (MEDA USU)

Distribusi : Sumatera Utara, dan Malaya.

Habitat : Jenis ini suka terdapat di daerah dengan naungan cahaya yang sedikit, terdapat mulai dataran rendah sampai pegunungan. Pada lokasi penelitian terdapat pada ketinggian 1300 – 1600 m dpl.

12. Didymochlaena truncatula Sw. J. Sm

Habit: terestrial. Batang: pendek, tumbuh tegak. Ental: menyirip ganda. Sori:

terletak dekat tepi helaian anak daun, terlihat seperti benjolan jika dilihat dari permukaan atas.

Spesimen : DR 12, 5 Maret 2008 (MEDA USU)

Distribusi : Sumatera Utara, dan Malaya.

Habitat : Terdapat pada daerah berbatu dan daerah pegunungan. Pada lokasi penelitian ditemukan pada ketinggian 1400 – 1500 m dpl.

13. Dipteris conjugata Reinw

Habit: terestrial. Rimpang: panjang, menjalar dan permukaannya berambut kasar. Ental: menyirip ganda dua, membentuk lekukan seperti kipas, tepi bercuping dalam,

ujung memita, warna hijau terang. Sori: berbentuk bulat, menyebar menutupi permukaan bawah daun.

Spesimen : DR 07, 5 Maret 2008 (MEDA USU)

Distribusi : Sumatera, Jawa dan Sulawesi (Sastrapradja, 1985).

Habitat : Biasanya terdapat pada daerah pegunungan yang berbatu. Pada lokasi penelitian terdapat pada ketinggian 1300 – 1500 m dpl.

14. Dryopteris polita Rosenst

Habit: terestrial. Ental: menyirip ganda dengan anak daun yang bertoreh dalam,

berwarna hijau. Sori: terletak dekat tepi helaian anak daun yang sudah tua, sedangkan pada daun yang masih muda steril.

Spesimen : DR 6, 5 Maret 2008 (MEDAUSU)

Distribusi : Sumatera, Jawa dan Sulawesi (Sastrapradja, 1985).

Habitat : Biasanya terdapat pada dataran tinggi. Pada lokasi penelitian terdapat pada ketinggian 1300 – 1400 m dpl.

15. Diplazium pallidum Bl

Habit: terestrial. Ental: menyirip tunggal dengan anak daun yang berbentuk lanset,

tepi bergerigi, kasap, anak daun melengkung ke atas, berwarna hijau tua, tangkai pada bagian pangkal ental bersisik. Sori: terletak di sepanjang percabangan pertama pertulangan daun yang dikotom dengan indusia seperti selaput.

Spesimen : DR 18, 5 Maret 2008 (MEDA USU)

Distribusi : Sumatera, Jawa dan Sulawesi (Sastrapradja, 1985).

Habitat : Terdapat pada dataran tinggi. Pada lokasi penelitian terdapat pada ketinggian 1400 – 1500 m dpl.

16. Diplazium riparium Holtt

Habit: terestrial. Ental: menyirip tunggal dengan anak daun yang berbentuk lanset,

kasap, ujung meruncing, tangkai coklat muda dan pangkal ental bersisik. Sori: terletak di sepanjang percabangan pertama pada pertulangan daun yang menggarpu.

Spesimen : DR 19, 6 Maret 2008 (MEDA USU)

Distribusi : Sumatera, Jawa dan Sulawesi (Sastrapradja, 1985).

Habitat : Umumnya terdapat pada hutan dataran rendah, tetapi terkadang juga ditemukan pada daerah pegunungan. Pada lokasi penelitian ditemukan pada ketinggian 1300 – 1400 m dpl.

17. Lastreopsis wurunuran (Domin)

Habit: terestrial pada batuan. Ental: menyirip, berbentuk delta, berwarna hijau kilat, rhizome berwarna coklat tua, tangkai daun berbulu halus berwarna hijau. Sori: bulat, berwarna hijau terletak dekat pertulangan daun, berwarna hijau kekuningan.

Spesimen : DR 15, 6 Maret 2008 (MEDA USU)

Distribusi : Sumatera, Jawa dan Sulawesi (Sastrapradja, 1985).

Habitat : Ditemukan mulai dataran rendah sampai puncak gunung.

Pada lokasi penelitian ditemukan pada ketinggian 1300 – 1400 m dpl.

18. Leptochilus sp

Habit: epifit dan terestrial. Ental: menyirip tunggal yang berbentuk lanset, ujung

runcing, tangkai coklat tua dan pangkal ental bersisik. Sori: tersebar di permukaan bawah daun pada pertulangannya.

Spesimen : DR 23, 6 Maret 2008 (MEDA USU)

Distribusi : Sumatera, Jawa dan Sulawesi (Sastrapradja, 1985).

Habitat : Umumnya terdapat pada hutan dataran rendah, tetapi terkadang juga ditemukan pada daerah pegunungan. Pada lokasi penelitian ditemukan pada ketinggian 1300 – 1400 m dpl.

19. Microsorum heterocarpum (Bl.) Ching

Habit: Terestrial dan epifit. Ental: tunggal, ental berbentuk lanset, kasap, ujung

runcing, tangkai coklat muda dan pangkal ental bersisik. Sori: terletak di bawah permukaan ental, berbentuk bulat, berwarna coklat, tersebar.

Spesimen : DR 14, 6 Maret 2008 (MEDA USU)

Distribusi : Sumatera, Jawa dan Sulawesi (Sastrapradja, 1985).

Habitat : Terdapat pada hutan dataran rendah dan juga ditemukan pada daerah pegunungan. Pada lokasi penelitian ditemukan pada ketinggian 1300 – 1400 m dpl.

20. Nephrolepis dicksonioides Christ

Habit: terestrial atau epifit. Ental: menyirip tunggal, daun fertile bergerigi, bentuk

daun steril lebih lebar dari daun fertile, tangkai bersisik coklat. Sori: terletak di pinggir dengan jarak setengah dari jarak tulang daun, menempati ujung-ujung lekukan daun.

Spesimen : DR 02, 6 Maret 2008 (MEDA USU)

Distribusi : Sumatera, Jawa dan Sulawesi (Sastrapradja, 1985).

Habitat : Biasa dijumpai pada hutan sekunder. Pada lokasi penelitian ditemukan pada ketinggian 1300 – 1400 m dpl.

21. Oleandra pistillaris (Sw.) C. Chr

Habit: epifit. Batang: tegak, kaku dan bercabang, pada ujung ranting tumbuh

sekelompok ental yang berjumlah antara 4-10 helai. Ental: menyirip dengan anak daun berbentuk lanset, tipis dan kuat, permukaan halus, ental fertile mempunyai ukuran yang lebih sempit dari pada ental steril. Sori: berbentuk bulat, tersusun sejajar dan hampir rapat dengan ibu tulang daun, sori diseliputi oleh indusia.

Spesimen : DR 01, 5 Maret 2008 (MEDA USU)

Distribusi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Maluku dan Sulawesi (Sastrapradja, 1985).

Habitat : Biasanya hidup berumpun, terdapat pada hutan pegunungan.

Pada lokasi penelitian ditemukan pada ketinggian 1300 – 1400 m dpl.

22. Phymatopteris triloba (Houtt) Pichi. Serm

Habit: epifit. Ental: terdiri dari dua jenis daun, yaitu daun steril dan fertile, daun

steril menyirip beranak daun tiga, bersatu pada bagian pangkal, daun fertile menyirip beranak daun bertoreh dalam. Sori: bulat terletak rapat di sepanjang tepi pada bagian helaian anak daun

Spesimen : DR 09, 6 Maret 2008 (MEDA USU)

Distribusi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Maluku dan Sulawesi (Sastrapradja, 1985).

Habitat : Biasanya epifit pada pohon dan batu di daerah pegunungan. Pada lokasi penelitian terdapat pada ketinggian 1400 – 1500 m dpl.

23. Phenomeris sinensis (L) Maxon

Habit: terestrial. Rimpang: menjalar, bersisik dan berwarna coklat. Ental: panjang ±

30 cm, tersusun oleh anak-anak daun yang menyirip, bentuk helaian anak daun seperti kipas, tepi bergerigi, bagian bawah permukaan anak daun buram dan tipis.

Sori: memanjang, tumbuh pada daun yang sporofil (subur).

Spesimen : DR 5, 5 Maret 2008 (MEDA USU)

Distribusi : Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Afrika, dan daerah asia lainnya (Sastrapradja, 1985).

Habitat : Melekat pada batu dan terdapat juga di permukaan tanah. Pada lokasi penelitian terdapat pada ketinggian 1300 – 1500 m dpl.

24. Phymatosorus longissima (BL.) Pichi. Serm

Habit: epifit. Ental: daun tunggal bertoreh sangat dalam sehingga terlihat seperti

menyirip. Sori: bulat, sepanjang tulang ental pada bagian helaian ental, berwarna merah bata.

Spesimen : DR 22, 6 Maret 2008 (MEDA USU)

Distribusi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Maluku dan Sulawesi (Sastrapradja, 1985).

Habitat : Biasanya epifit pada pohon dan batu di daerah pegunungan. Pada lokasi penelitian terdapat pada ketinggian 1400 – 1500 m dpl.

25. Selaginella willdenowii (Desv) Backer

Habit: terestrial. Ental: menyirip tunggal dengan anak daun berbentuk lonjong,

banyak membentuk percabangan yang dikotom, berwarna hijau, terkadang juga berwarna hijau kemerahan, tangkai ental bersisik halus. Sori: terdapat pada ujung ental yang tumpul.

Spesimen : DR 03, 5 Maret 2008 (MEDA USU)

Distribusi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Maluku dan Sulawesi (Sastrapradja, 1985).

Habitat : Biasanya epifit pada pohon dan batu di daerah pegunungan. Pada lokasi penelitian terdapat pada ketinggian 1300 – 1500 m dpl.

26. Selaginella sp2

Habit: terestrial. Ental: menyirip tunggal dengan anak daun berbentuk lonjong,

banyak membentuk percabangan yang dikotom, berwarna hijau, ujung ental meruncing. Sori: terdapat pada ujung ental yang meruncing.

Spesimen : DR 13, 5 Maret 2008 (MEDA USU)

Distribusi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Maluku dan Sulawesi (Sastrapradja, 1985).

Habitat : Biasanya epifit pada pohon dan batu di daerah pegunungan.

Pada lokasi penelitian terdapat pada ketinggian 1300 – 1500 m dpl.

27. Selaginella sp3

Habit: terestrial. Ental: menyirip tunggal dengan anak daun berbentuk lonjong,

banyak membentuk percabangan yang dikotom, berwarna hijau, ujung ental runcing.

Sori: terdapat pada ujung ental yang runcing.

Spesimen : DR 27, 6 Maret 2008 (MEDA USU)

Distribusi : Sumatera, Jawa, Kalimantan, Maluku dan Sulawesi (Sastrapradja, 1985).

Habitat : Biasanya epifit pada pohon dan batu di daerah pegunungan. Pada lokasi penelitian terdapat pada ketinggian 1300 – 1400 m dpl.

BAB VI

Dokumen terkait