• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Analisis Kualitas Pembelajaran Organisasi

Berdasarkan Tabel 4, kualitas pembelajaran organisasi secara keseluruhan berada pada penilaian yang baik (73,02 persen), yang direpresentasikan dari jawaban sangat setuju 20,21 persen dan jawaban setuju 52,81 persen.

Tabel 4. Kualitas Pembelajaran Organisasi Pernyataan

Jumlah dan Persentase

Jumlah

SS S KS TS

Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen

Adanya kebutuhan pengetahuan 63 39,38% 72 45,00% 20 12,50% 5 3,12% 160 Adanya akes terhadap pengetahuan 25 13,03% 98 51,04% 40 20,83% 29 15,10% 192 Adanya pengetahuan prasyarat 38 23,75% 83 51,88% 29 18,12% 10 6,25% 160 Adanya kemampuan untuk menyerap pengetahuan 32 20,00% 100 62,50% 23 14,38% 5 3,12% 160 Adanya peluang untuk menerapkan pembelajaran 36 12,50% 154 53,47% 60 20,83% 38 13,20% 288 Total 194 20,21% 507 52,81% 172 17,92% 87 9,06% 960

Keterangan: SS:Sangat Setuju, S:Setuju, KS:Kurang Setuju, TS:Tidak Setuju

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan karyawan memberikan penilaian yang baik terhadap kualitas pembelajaran organisasi PT DaFa Teknoagro Mandiri. Mengacu rentang skor menurut Munir (2008),

perusahaan telah memiliki dasar yang baik untuk menjadi organisasi pembelajar.

Menurut Senge yang dikutip Munir (2008), satu-satunya sumber keunggulan bersaing adalah kemampuan organisasi untuk belajar dan bereaksi lebih cepat terhadap pasar yang dinamis dibanding reaksi pesaing. Jadi di masa depan, hanya akan ada dua organisasi, yaitu organisasi terbelakang yang lambat laun akan punah (bangkrut atau di akuisisi) dan organisasi pembelajar. Pearn yang dikutip Munir (2008) menegaskan bahwa yang membedakan antara surviving dan adapting organizations atau organisasi pembelajar dengan yang lainnya adalah kemampuannya untuk menangkap pembelajaran yang relevan dengan kebutuhannya. Untuk melengkapi karakteristik organisasi pembelajar, Garrat yang dikutip Munir (2008) menyatakan bahwa organisasi pembelajar harus memiliki tiga karakteristik, yaitu:

1. Organisasi pembelajar mendorong orang-orang di semua level untuk belajar secara reguler dan keras dari pekerjaannya

2. Organisasi pembelajar memiliki sistem untuk menangkap pembelajaran dan memanfaatkannya pada hal atau tempat yang membutuhkan

3. Organisasi pembelajar menghargai pembelajaran dan mampu secara terus menerus melakukan transformasi dirinya sebagai hasil pembelajaran tersebut.

Saat ini PT DaFa Teknoagro Mandiri baru memiliki satu karakteristik organisasi pembelajar menurut Garrat yang dikutip oleh Munir (2008), yaitu organisasi pembelajar memiliki sistem untuk menangkap pembelajaran dan memanfaatkannya pada hal atau tempat yang membutuhkan. Meskipun saat ini sistem yang dimaksud belum diterapkan secara formal, perusahaan telah memanfaatkan sebagian pembelajaran karyawannya untuk peningkatan kinerja perusahaan, seperti penggunaan media yang lebih baik untuk menghasilkan bibit-bibit unggul yang terus diupayakan oleh unit kerja penelitian dan pengembangan. Diharapkan PT DaFa Teknoagro Mandiri harus terus berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran organisasinya agar perusahaan dapat memenuhi karakteristik sebagai organisasi pembelajar.

4.4. Analisis Hubungan antara Kualitas Pembelajaran Organisasi dan Kesiapan Penerapan Manajemen Pengetahuan serta Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Karyawan terhadap Kesiapan Penerapan Manajemen Pengetahuan

Kualitas pembelajaran organisasi dipengaruhi oleh lima faktor pembelajaran individu, yaitu adanya kebutuhan pengetahuan, adanya akses terhadap pengetahuan, adanya pengetahuan prasyarat, adanya kemampuan untuk menyerap pengetahuan, dan adanya peluang untuk menerapkan pembelajaran. Dari hasil perhitungan menggunakan analisis korelasi rank spearman menunjukkan bahwa nilai korelasi spearman antara kualitas pembelajaran organisasi (X) dan kesiapan penerapan manajemen pengetahuan (Y) adalah 0,897. Menurut Umar (2005), jika nilai korelasi > 0, telah terjadi hubungan yang linier positif, yaitu semakin berkualitas pembelajaran organisasi maka semakin siap organisasi tersebut menerapkan manajemen pengetahuan. Berdasarkan Sarwono (2007), dapat disimpulkan bahwa hubungan antara kualitas pembelajaran organisasi dan kesiapan penerapan manajemen pengetahuan memiliki keeratan yang sangat kuat. Nilai signifikansi adalah sebesar 0,000 < 0,01 (terdapat keterangan pada SPSS bahwa digunakan nilai signifikansi 0,01). Jadi, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima sehingga terdapat hubungan linier antara

kualitas pembelajaran organisasi dan kesiapan penerapan manajemen pengetahuan pada PT DaFa Teknoagro Mandiri.

Gambar 11. Model Diagam Jalur Hasil Penelitian Persamaan struktural untuk diagram jalur tersebut adalah:

Y = 0,14X1 + 0,524 X2 + 0,14 X3 + 0,273 X4 + 0,262 X5 + €

Hasil perhitungan menunjukkan besarnya angka F hitung lebih besar dari F0,05(5,26) atau 25,114 > 2,59 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Selain

itu diperoleh angka R square sebesar 0,828 atau 82,8% yang memiliki arti bahwa besarnya keragaman peubah Y yang mampu diterangkan oleh peubah X adalah sebesar 82,8% dengan 17,2% dipengaruhi oleh faktor lain diluar penelitian ini. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya kebutuhan pengetahuan, adanya akses terhadap pengetahuan, adanya pengetahuan prasyarat, adanya kemampuan untuk menyerap pengetahuan, dan adanya peluang untuk menerapkan pembelajaran secara gabungan berpengaruh terhadap kesiapan penerapan manajemen pengetahuan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling mempengaruhi pembelajaran karyawan PT DaFa Teknoagro Mandiri secara signifikan terhadap kesiapan penerapan manajemen pengetahuan adalah adanya akses terhadap pengetahuan.

Penelitian ini juga menghasilkan perhitungan analisis korelasi antara adanya kebutuhan pengetahuan, adanya akses terhadap pengetahuan, adanya pengetahuan prasyarat, adanya kemampuan untuk menyerap pengetahuan,

dan adanya peluang untuk menerapkan pembelajaran seperti yang terlihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Korelasi Antara Peubah Independen (X)

No. Korelasi Antara Peubah Independen (X) Angka Korelasi 1. Korelasi antara adanya kebutuhan pengetahuan (X1) dan adanya

akses terhadap pengetahuan (X2)

0,165 2. Korelasi antara adanya kebutuhan pengetahuan (X1) dan adanya

pengetahuan prasyarat (X3) 0,695

3. Korelasi antara adanya kebutuhan pengetahuan (X1) dan adanya

kemampuan untuk menyerap pengetahuan (X4) 0,707

4. Korelasi antara adanya kebutuhan pengetahuan (X1) dan adanya peluang untuk menerapkan pembelajaran (X5)

0,410 5. Korelasi antara adanya akses terhadap pengetahuan (X2) dan

adanya pengetahuan prasyarat (X3)

0,399 6. Korelasi antara adanya akses terhadap pengetahuan (X2) dan

adanya kemampuan untuk menyerap pengetahuan (X4)

0,334 7. Korelasi antara adanya akses terhadap pengetahuan (X2) dan

adanya peluang untuk menerapkan pembelajaran (X5) 0,787

8. Korelasi antara adanya pengetahuan prasyarat (X3) dan adanya

kemampuan untuk menyerap pengetahuan (X4) 0,608

9. Korelasi antara adanya pengetahuan prasyarat (X3) dan adanya peluang untuk menerapkan pembelajaran (X5)

0,543 10. Korelasi antara adanya kemampuan untuk menyerap pengetahuan

(X4) dan adanya peluang untuk menerapkan pembelajaran (X5)

0,513 Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Korelasi antara adanya kebutuhan pengetahuan (X1) dan adanya akses

terhadap pengetahuan (X2). Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka

korelasi antara peubah adanya kebutuhan pengetahuan dan adanya akses terhadap pengetahuan sebesar 0,165. Menurut Umar (2005), jika nilai korelasi > 0, telah terjadi hubungan yang linier positif dan berdasarkan Sarwono (2007) sifat korelasi antara dua peubah memiliki keeratan yang sangat lemah.

2. Korelasi antara adanya kebutuhan pengetahuan (X1) dan adanya

pengetahuan prasyarat (X3). Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka

korelasi antara peubah adanya kebutuhan pengetahuan dan adanya pengetahuan prasyarat sebesar 0,695. Menurut Umar (2005), jika nilai korelasi > 0, telah terjadi hubungan yang linier positif dan berdasarkan

Sarwono (2007) sifat korelasi antara dua peubah memiliki keeratan yang kuat.

3. Korelasi antara adanya kebutuhan pengetahuan (X1) dan adanya

kemampuan untuk menyerap pengetahuan (X4). Berdasarkan perhitungan,

diperoleh angka korelasi antara peubah adanya kebutuhan pengetahuan dan adanya kemampuan untuk menyerap pengetahuan sebesar 0,707. Menurut Umar (2005), jika nilai korelasi > 0, telah terjadi hubungan yang linier positif dan berdasarkan Sarwono (2007) sifat korelasi antara dua peubah memiliki keeratan yang kuat.

4. Korelasi antara adanya kebutuhan pengetahuan (X1) dan adanya peluang

untuk menerapkan pembelajaran (X5). Berdasarkan perhitungan,

diperoleh angka korelasi antara peubah adanya kebutuhan pengetahuan dan adanya peluang untuk menerapkan pembelajaran sebesar 0,410. Menurut Umar (2005), jika nilai korelasi > 0, telah terjadi hubungan yang linier positif dan berdasarkan Sarwono (2007) sifat korelasi antara dua peubah memiliki keeratan yang cukup kuat.

5. Korelasi antara adanya akses terhadap pengetahuan (X2) dan adanya

pengetahuan prasyarat (X3). Berdasarkan perhitungan, diperoleh angka

korelasi antara peubah adanya akses terhadap pengetahuan dan adanya pengetahuan prasyarat sebesar 0,399. Menurut Umar (2005), jika nilai korelasi > 0, telah terjadi hubungan yang linier positif dan berdasarkan Sarwono (2007) sifat korelasi antara dua peubah memiliki keeratan yang cukup kuat.

6. Korelasi antara adanya akses terhadap pengetahuan (X2) dan adanya

kemampuan untuk menyerap pengetahuan (X4). Berdasarkan perhitungan,

diperoleh angka korelasi antara peubah adanya akses terhadap pengetahuan dan adanya kemampuan untuk menyerap pengetahuan sebesar 0,334. Menurut Umar (2005), jika nilai korelasi > 0, telah terjadi hubungan yang linier positif dan berdasarkan Sarwono (2007) sifat korelasi antara dua peubah memiliki keeratan yang cukup kuat.

7. Korelasi antara adanya akses terhadap pengetahuan (X2) dan adanya

diperoleh angka korelasi antara peubah adanya akses terhadap pengetahuan dan adanya peluang untuk menerapkan pembelajaran sebesar 0,787. Menurut Umar (2005), jika nilai korelasi > 0, telah terjadi hubungan yang linier positif dan berdasarkan Sarwono (2007) sifat korelasi antara dua peubah memiliki keeratan yang sangat kuat.

8. Korelasi antara adanya pengetahuan prasyarat (X3) dan adanya

kemampuan untuk menyerap pengetahuan (X4). Berdasarkan perhitungan,

diperoleh angka korelasi antara peubah adanya pengetahuan prasyarat dan adanya kemampuan untuk menyerap pengetahuan sebesar 0,608. Menurut Umar (2005), jika nilai korelasi > 0, telah terjadi hubungan yang linier positif dan berdasarkan Sarwono (2007) sifat korelasi antara dua peubah memiliki keeratan yang kuat.

9. Korelasi antara adanya pengetahuan prasyarat (X3) dan adanya peluang

untuk menerapkan pembelajaran (X5). Berdasarkan perhitungan,

diperoleh angka korelasi antara peubah adanya pengetahuan prasyarat dan adanya peluang untuk menerapkan pembelajaran sebesar 0,543. Menurut Umar (2005), jika nilai korelasi > 0, telah terjadi hubungan yang linier positif dan berdasarkan Sarwono (2007) sifat korelasi antara dua peubah memiliki keeratan yang kuat.

10. Korelasi antara adanya kemampuan untuk menyerap pengetahuan (X4)

dan adanya peluang untuk menerapkan pembelajaran (X5). Berdasarkan

perhitungan, diperoleh angka korelasi antara peubah adanya adanya kemampuan untuk menyerap pengetahuan dan adanya peluang untuk menerapkan pembelajaran sebesar 0,513. Menurut Umar (2005), jika nilai korelasi > 0, telah terjadi hubungan yang linier positif dan berdasarkan Sarwono (2007) sifat korelasi antara dua peubah memiliki keeratan yang kuat.

Dapat disimpulkan bahwa korelasi antara semua peubah bebas (X) bersifat linier positif. Korelasi antara adanya akses terhadap pengetahuan (X2) dan adanya peluang untuk menerapkan pembelajaran (X5) merupakan

korelasi yang paling kuat diantara yang lainnya dengan angka korelasi sebesar 0,787 yang berarti memiliki keeratan yang sangat kuat.

Dokumen terkait