• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERNYATAAN PENILAI

DAFTAR ISI

2 METODOLOGI DAN ANALISIS KEWAJARAN RENCANA TRANSAKSI

2.2 Analisis Kualitatif Atas Rencana Transaksi

Kondisi makro ekonomi secara global masih terdapat risiko yang cukup tinggi oleh karena dampak krisis. Sedangkan secara nasional perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup stabil yaitu sebesar 6,3% pada triwulan I dan triwulan 2 pada tahun 2012. Hal ini menunjukan adanya tingkat pertumbuhan yang cukup baik pada sektor-sektor industri di Indonesia.

Fenomena populasi yang menua dan munculnya penyakit - penyakit kronis yang baru merupakan satu isu yang cukup serius yang sedang ditangani dunia secara global. Proporsi populasi penduduk sedunia yang berumur 60 tahun keatas diprediksikan akan menyentuh angka lebih dari 20% dari total penduduk. Ditambah dengan meningkatnya kesadaran diri untuk kesehatan, permintaan global untuk layanan kesehatan sedang mengalami pertumbuhan dan diprediksi tren tersebut tidak akan berubah didalam waktu yang singkat. Salah satu dari layanan kesehatan yang berperan penting adalah layanan rumah sakit.

Selain itu, tingkat kesehatan warga Jakarta saat ini dinilai sebagian kalangan masih rendah atau jauh dari harapan. Terutama warga yang tinggal di lingkungan perumahan kumuh sehingga mengakibatkan warga rentan terserang wabah penyakit. Masalah ini diperparah dengan rendahnya perilaku serta pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan. Karena itu, tampaknya, pelayanan kesehatan menjadi masalah yang krusial di Ibukota. Meski kota Jakarta tegolong kota modern, masalah kesehatan ternyata masih menjadi masalah serius yang harus dibenahi.

Laporan Pendapat Kewajaran atas Rencana Diversifikasi Usaha, Rencana Joint Venture dan Rencana Jual Beli Tanah

PT Jaya Real Property Tbk 15

2.2.1 Analisis Industri dan Lingkungan

Kondisi makro ekonomi secara global masih terdapat risiko yang cukup tinggi oleh karena dampak krisis. Sedangkan secara nasional perekonomian Indonesia masih mengalami pertumbuhan yang relatif rendah. Dari sisi tinjauan industri, industri ritel di Indonesia memiliki prospek yang bagus untuk tahun-tahun ke depan.

 Kondisi Umum Perekonomian Kondisi Ekonomi Makro Dunia

Ekonomi global di Triwulan (TW1)-12 masih lemah dan berisiko tinggi terutama akibat masih suramnya prospek pertumbuhan ekonomi di Kawasan Euro. Namun, sejumlah ekonomi negara maju khususnya AS dan Jepang secara gradual menguat kembali walaupun risiko masih tinggi. Perbaikan aktivitas perekonomian di AS telah mengurangi indikasi perlambatan secara tajam perekonomian global.

Perbaikan ekonomi Jepang didukung oleh konsumsi domestik yang tumbuh tinggi dan investasi yang meningkat sejalan dengan keberlanjutan program rekonstruksi pasca tsunami serta membaiknya rantai produksi (supply chain) pascabanjir besar di Thailand. Di tengah krisis global yang berkelanjutan, perekonomian Asia masih tumbuh solid dan bahkan meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Solidnya pertumbuhan kawasan juga terlihat pada tingkat pengangguran yang relatif rendah, kapasitas ekonomi yang masih tinggi, dan pertumbuhan kredit yang masih kuat. Selain ditopang oleh perbaikan perekonomian Jepang, peningkatan juga didorong oleh kembali positifnya pertumbuhan Thailand setelah terkontraksi dalam di TW4-11.

Hal tersebut terjadi meskipun pertumbuhan di sebagian besar negara kawasan Asia mengalami perlambatan seperti halnya yang terjadi di China dan Korea. Dengan perkembangan itu, perekonomian global selama TW1-12 diperkirakan ekspansi sebesar 3,4% yoy, sedikit lebih rendah pertumbuhan triwulan sebelumnya (3,5% yoy). Sementara itu, untuk keseluruhan tahun 2012 ekonomi dunia diperkirakan tumbuh 3,3% yoy1, turun dari 3,8% yoy realisasi di 2011.

Meski melambat, China tampaknya akan terhindar dari ancaman hard landing. Dampak krisis utang Eropa dari jalur pasar keuangan melalui dampak deleveraging diperkirakan relatif minimal bagi pembiayaan investasi China mengingat rendahnya tagihan (claim) perbankan Eropa ke perekonomian China. Penurunan ekonomi Eropa memang berdampak cukup signifikan melalui jalur perdagangan internasional yang berpengaruh pada perlambatan ekspor China dan akhirnya juga pada aktivitas konsumsi dan investasi domestik.

Kebijakan moneter dan properti ketat sebelumnya juga turut berdampak pada perlambatan ekonomi China. Namun, dengan melihat bahwa porsi ekspor China ke Eropa yang lebih rendah dibandingkan krisis 2008 dan perkiraan bahwa dampak krisis Eropa hingga saat ini masih relatif lebih ringan dibandingkan krisis global 2008, perlambatan ekspor China diperkirakan tidak sedalam krisis sebelumnya.

Selain itu, besarnya peluang bagi China untuk melonggarkan kebijakan moneter dan melakukan stimulus fiskal, ekonomi China diperkirakan hanya akan mengalami soft landing dan diperkirakan masih tumbuh di kisaran 8,0% yoy di 2012. Namun, kondisi China ini tetap perlu diwaspadai terlebih apabila krisis utang Eropa meluas ke negara Eropa lainnya seperti Spanyol, Portugal, dan Italia. Berikut adalah pertumbuhan ekonomi beberapa negara industri dan negara-negara berkembang selama lima tahun terakhir :

Laporan Pendapat Kewajaran atas Rencana Diversifikasi Usaha, Rencana Joint Venture dan Rencana Jual Beli Tanah

PT Jaya Real Property Tbk 16

Tabel 2-1: Pertumbuhan Ekonomi Negara Industri Utama Dan Beberapa Negara Di Asia

(% per tahun)

Sumber : Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (“SEKI”) Bank Indonesia, Juni 2012

Tabel di atas memperlihatkan pertumbuhan ekonomi beberapa Negara di dunia selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2011. Pada tahun 2007 China merupakan Negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi terbesar, yakni 11,2% ; diikuti dengan Negara India sebesar 9,7%. Meskipun pada tahun 2008 terjadi resesi ekonomi global yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi beberapa negara di dunia menjadi negatif, pertumbuhan ekonomi China dan India masih positif, yakni sebesar 6,8% dan 6,1%.

Aktivitas pertumbuhan perekonomian China kembali meningkat pada triwulan IV 2011 tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang tumbuh sebesar 8,9% (yoy), diikuti pertumbuhan ekonomi India sebesar 6,1%. Pada TW1-12 pertumbuhan China di awali pada angka 8.1% dan India di angka 5.3%, China dan India menjadi negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang tertinggi disebabkan meningkatnya sektor industri di kedua Negara tersebut.

Berikut adalah tingkat inflasi dari beberapa negara industri utama dan beberapa Negara di Asia :

2007 2008 2009 2010

Q4 Q4 Q4 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

Des-07 Des-08 01-Des 01-Des 01-Mar 01-Jun 01-Sep 01-Des 01-Mar 1 Negara Industri Utama - - - - - - - - -2 Amerika Serikat 2,2 -3,3 -0,5 3,1 2,2 1,6 1,5 1,6 2,4 2,2 3 Euro Area - - - - 2,4 1,7 1,4 - - -4 Jerman 2,4 -1,9 -2,2 3,8 4,7 2,9 2,7 2,0 1,2 -5 Perancis 1,7 -2,1 -0,6 1,4 2,4 1,7 1,5 1,2 0,3 -6 Italia 0,1 -3,4 -3,0 1,5 1,2 1,0 0,4 -0,4 -1,4 -7 Jepang 1,9 -4,5 -1,5 2,2 -0,1 -1,7 -0,5 -0,5 2,7 -8 Inggris 2,4 -2,7 -2,8 1,5 1,6 0,3 0,3 0,4 -0,2 -0,8 9 Kanada 1,7 -1,2 0,3 3,4 2,9 3,5 3,5 3,1 2,2 -10 Beberapa Negara Eropa Lainnya - - - - - - - - -11 Rusia 9,2 -1,3 -2,6 4,5 4,0 3,4 5,0 4,8 4,9 -12 Turki 4,2 - 5,9 9,2 11,9 9,1 - 5,2 3,2 9,1 13 Asia - - - - - - - -

-14 RRC 11,2 6,8 10,7 9,8 9,7 9,5 9,1 8,9 8,1 7,6

15 Korea Selatan 5,7 -3,3 6,3 4,7 4,2 3,5 3,6 3,3 2,8 2,4 16 Hong Kong SAR 6,9 -2,6 2,5 6,4 7,6 5,4 4,4 3,0 0,4 -17 Taiwan, Provinsi China 6,5 -7,5 9,2 7,1 6,6 4,5 3,5 1,9 0,4 -0,2 18 India 9,7 6,1 7,3 8,3 7,8 7,7 6,9 6,1 5,3 -19 Negara ASEAN-5 - - - - - - - - -20 Indonesia 5,8 5,3 5,4 6,9 6,5 6,5 6,5 6,5 6,4 6,5 21 Malaysia 7,5 0,2 4,6 4,8 5,2 4,3 5,8 5,3 4,7 -22 Filipina 6,6 3,2 1,7 6,6 4,6 3,1 3,6 3,7 6,4 -23 Singapura 6,5 -2,6 4,8 12,0 9,0 1,1 6,1 3,6 1,5 -24 Thailand 5,4 -4,1 5,9 3,8 3,2 2,7 3,7 -8,9 0,3 -25 Australia 4,0 1,1 2,7 2,7 1,2 2,0 2,6 2,5 4,3 -26 Amerika Tengah dan Selatan - - - - - - - - - -27 Argentina 9,1 4,1 2,6 9,2 9,9 9,1 9,3 7,3 5,2 -28 Brazil 6,7 0,8 5,0 5,0 4,2 3,3 2,1 1,4 0,8 -29 Mexico 3,6 -1,0 -2,0 4,4 4,8 3,5 4,7 4,0 4,6 -30 Afrika Selatan 4,9 1,9 -0,6 3,8 3,4 3,3 3,0 2,9 2,1

Laporan Pendapat Kewajaran atas Rencana Diversifikasi Usaha, Rencana Joint Venture dan Rencana Jual Beli Tanah

PT Jaya Real Property Tbk 17

Tabel 2-2: Tingkat Inflasi Negara Industri Utama dan Beberapa Negara di Asia

(% per tahun)

Sumber : SEKI Bank Indonesia, Oktober 2012

Tekanan inflasi berangsur menurun seiring dengan pelemahan permintaan domestik dan turunnya harga komoditas. Di triwulan laporan, inflasi negara-negara maju melemah dari 3,4% yoy TW4-11 menjadi 2,9% yoy pada triwulan laporan. Inflasi AS di TW2-12 turun ke level 2,8% yoy, dari 3,3% yoy di TW4-11. Seiring dengan melemahnya aktivitas ekonomi, the Fed memperkirakan ekspektasi inflasi dalam jangka panjang akan cenderung menurun. Inflasi Kawasan Euro di triwulan awal 2011 sedikit menurun tercatat turun menjadi 2,7% yoy namun masih di atas target 2,0% yoy.

Ke depan, inflasi diperkirakan terus turun seiring dengan pelemahan ekonomi domestik dan diprediksi di bawah target pada akhir 2012. Di Jepang, inflasi diperkirakan tidak berubah dari triwulan sebelumnya yaitu minus 0,3% yoy. Untuk keseluruhan 2012, inflasi negara maju diperkirakan tercatat 1,6% yoy (WEO April 2012), menurun dari 2,7% tahun sebelumnya. Di China, inflasi di Maret 2012 tercatat sebesar 3,6% yoy turun dari 4,1% yoy di Desember 2011.

Sementara itu, inflasi negara emerging asia lainnya berada di kisaran 2,3 - 4,9% yoy, kecuali Vietnam yang masih menyentuh dua digit (16% yoy). Ke depan, sejumlah risiko tekanan inflasi masih cukup

2007 2008 2009 2010

Q4 Q4 Q4 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

Des-07 Des-08 01-Des 01-Des 01-Mar 01-Jun 01-Sep 01-Des 01-Mar 01-Jun 01-Sep

1 Negara Industri Utama - - - - - - - - - - -2 Amerika Serikat 4,1 -0,0 2,8 1,4 2,7 3,6 3,9 3,0 2,7 1,7 1,7 3 Euro Area 3,1 1,6 0,9 2,2 2,7 2,7 3,0 2,7 2,7 2,4 2,6 4 Jerman 3,1 1,1 0,9 1,7 2,1 2,3 2,6 2,1 2,1 1,7 2,0 5 Perancis 2,6 1,0 0,9 1,8 2,0 2,3 2,4 2,7 2,6 2,3 2,4 6 Italia 2,8 2,4 1,1 2,1 2,5 3,0 3,6 3,7 3,8 3,6 3,4 7 Jepang 0,7 0,4 -1,7 -0,4 -0,5 -0,4 - -0,2 0,5 0,2 -0,4 8 Inggris 2,1 3,1 2,8 3,7 4,1 4,2 5,2 4,2 3,5 2,8 2,5 9 Kanada 2,4 1,2 1,3 2,4 3,3 3,1 3,2 2,3 1,9 1,2 1,2

10 Beberapa Negara Eropa Lainnya - - - - - - - - - - -11 Rusia - - - - 9,5 9,4 7,2 6,1 3,7 3,6 5,9 12 Turki 8,4 10,1 6,5 6,4 4,0 6,2 6,2 10,5 10,4 8,3 8,9 13 Asia - - - - - - - - - -

-14 RRC 6,5 1,2 1,9 4,6 5,4 6,4 6,1 4,1 3,6 3,0 2,0

15 Korea Selatan 3,6 4,1 2,8 3,5 4,7 4,2 3,8 4,2 2,6 2,2 1,2 16 Hong Kong SAR - - - - 4,4 5,6 5,8 5,7 4,9 4,3 3,7 17 Taiwan, Provinsi China 3,3 1,3 -0,3 1,2 1,4 2,0 1,4 2,0 1,3 1,7 3,4 18 India 5,5 9,7 15,0 9,5 8,8 8,6 10,1 6,5 8,7 10,2 10,3 19 Negara ASEAN-5 - - - - - - - - - - -20 Indonesia 7,4 11,1 2,8 7,0 6,7 5,5 4,6 3,8 4,0 4,5 4,6 21 Malaysia 2,3 4,5 1,0 2,1 3,0 3,5 3,4 3,0 2,1 1,7 1,4 22 Filipina 3,8 7,7 4,5 3,6 4,8 5,2 4,7 4,2 2,6 2,9 3,8 23 Singapura 3,7 5,6 -0,6 4,6 5,0 5,2 5,5 5,5 5,2 5,0 3,9 24 Thailand 3,3 0,4 3,5 3,1 3,1 4,1 4,0 3,5 3,5 2,5 2,7 25 Australia 3,0 3,7 2,1 2,7 3,3 3,6 3,5 3,1 1,6 - -26 Amerika Tengah dan Selatan - - - - - - - - - - -27 Argentina 8,5 7,2 7,7 10,9 9,7 9,7 9,9 9,5 9,8 9,9 10,0

28 Brazil 4,5 5,9 4,3 5,9 6,3 6,7 7,3 6,5 5,2 5,0 5,2

29 Mexico 3,8 6,5 3,6 4,4 3,0 3,3 3,1 3,8 3,7 3,9 4,6

30 Afrika Selatan 8,9 9,5 6,3 3,5 4,1 5,0 5,7 6,1 6,0 5,7 5,0

Laporan Pendapat Kewajaran atas Rencana Diversifikasi Usaha, Rencana Joint Venture dan Rencana Jual Beli Tanah

PT Jaya Real Property Tbk 18

besar terkait dengan gejolak politik Timur Tengah, termasuk krisis Suriah dan masalah nuklir Iran yang dapat kembali mendorong kenaikan harga minyak.

 Kondisi Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik menjelaskan pada triwulan I-2012, perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 6,3 persen jika dibandingkan dengan triwulan I-2011 (y-on-y). Pertumbuhan ini lebih rendah dari pertumbuhan triwulan I-2011 yang tumbuh 6,4 persen (y-on-y). Pada triwulan I-2012 secara q-to-q, pertumbuhan positif terjadi pada Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan, Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, dan Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan. Pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan sebesar 20,9 persen, karena adanya musim panen tanaman padi pada triwulan I-2012. Selanjutnya, Secara y-on-y, semua sektor pada triwulan I-2012 mengalami peningkatan. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran tumbuh sebesar 8,5 persen dan merupakan sumber pertumbuhan terbesar (y-on-y) pada perekonomian Indonesia triwulan I-2012.

Selanjutnya pada triwulan II 2012 diperkirakan tumbuh sebesar 6,3% (yoy). Penyumbang utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan berasal dari konsumsi rumah tangga dan investasi. Konsumsi rumah tangga tumbuh stabil didukung oleh menguatnya keyakinan konsumen dan masih baiknya penjualan eceran. Sejalan dengan konsumsi rumah tangga yang tumbuh stabil, investasi diperkirakan masih kuat. Ekspor terindikasi menurun cukup dalam pada triwulan II 2012 sejalan dengan volume perdagangan dunia dan ekspor ke negara tujuan utama yang menurun. Perkembangan tersebut direspons oleh impor yang juga tumbuh melambat pada triwulan laporan. Namun, masih kuatnya permintaan domestik di tengah perlambatan ekonomi dunia berimplikasi pada lebih tingginya pertumbuhan impor dibandingkan dengan ekspor.

Tabel 2-3: Pertumbuhan Ekonomi – Sisi Permintaan

(% Y-o-Y)

Sumber : SEKI Bank Indonesia

Kinerja sisi penawaran pada triwulan II 2012 diperkirakan masih kuat yang didorong oleh sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR), serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor industri pengolahan diperkirakan masih tumbuh tinggi didukung oleh masih kuatnya permintaan domestik dan prospek pemulihan ekspor ke depan.

Masih baiknya kinerja subsektor industri makanan dan minuman serta membaiknya industri semen seiring dengan maraknya sektor bangunan mendukung masih baiknya kinerja sektor ini. Sektor PHR diperkirakan masih tumbuh pada level yang tinggi didukung oleh aktivitas domestik yang masih kuat meski melambat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sementara itu, kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi juga masih tumbuh tinggi didukung oleh membaiknya kinerja angkutan udara dan subsektor komunikasi. Sektor bangunan diperkirakan mengalami perbaikan sejalan dengan kinerja investasi yang membaik dan perbaikan penyerapan belanja modal Pemerintah.

I II

Konsumsi Rumah Tangga 4,7 4,9 5,2 5,1

Konsumsi Pemerintah 3,2 5,9 6,9 6,4

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 8,8 10,0 12,3 11,2

Ekspor Barang dan Jasa 13,6 7,8 1,9 4,9

Impor Barang dan Jasa 13,3 8,0 10,9 9,5

PDB 6,5 6,3 6,3 6,3

Laporan Pendapat Kewajaran atas Rencana Diversifikasi Usaha, Rencana Joint Venture dan Rencana Jual Beli Tanah

PT Jaya Real Property Tbk 19

Tabel 2-4: Pertumbuhan Ekonomi – Sisi Penawaran

(% Y-o-Y)

Sumber : SEKI Bank Indonesia

Inflasi IHK Agustus 2012, meskipun meningkat akibat faktor musiman Lebaran, secara fundamental relatif masih terkendali. Laju inflasi IHK Agustus mencapai 0,95% (mtm) atau 4,58% (yoy), meningkat dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,70% (mtm) atau 4,56% (yoy). Meningkatnya tekanan inflasi pada bulan laporan terutama terjadi pada kelompok bahan makanan akibat kenaikan permintaan musiman periode Lebaran dan masih berlanjutnya kenaikan harga pangan global (jagung, gandum dan kedelai).

Selain itu, kenaikan inflasi juga didorong oleh inflasi non-pangan yang bersifat musiman seperti tarif angkutan terkait Lebaran dan biaya pendidikan khususnya perguruan tinggi karena masuknya tahun ajaran baru. Dari sisi fundamentalnya, tekanan inflasi yang dicerminkan oleh inflasi inti sejauh ini masih terjaga. Hal tersebut didukung oleh ekspektasi inflasi yang terus membaik, respons sisi penawaran yang masih memadai, serta terkelolanya pelemahan nilai tukar rupiah. Sejalan dengan itu, inflasi administered prices tetap rendah karena tidak ada kebijakan pemerintah yang berdampak pada harga barang dan jasa yang strategis.

Tabel 2-5: Perkembangan Inflasi Indonesia

(yoy)

Sumber : BPS, SEKI Bank Indonesia diolah 2012

Tekanan terhadap nilai tukar rupiah selama Agustus 2012 masih berlanjut. Pelemahan rupiah dipicu oleh perlambatan pertumbuhan ekspor di tengah impor yang masih tinggi serta kondisi perekonomian global yang masih rentan. Masih tingginya ketidakpastian terkait prospek penanganan krisis Eropa, pemulihan ekonomi AS yang masih rentan, serta moderasi pertumbuhan

I II

Pertanian 3,0 4,3 3,7 4,0

Pertambangan & Penggalian 1,4 2,8 3,1 3,0

Industri Pengolahan 6,2 5,7 5,4 5,6

Listrik, Gas & Air Bersih 4,8 5,2 5,9 5,6

Bangunan 6,7 7,2 7,3 7,3

Perdagangan, Hotel & Restoran 9,2 8,3 8,9 8,6

Pengangkutan & Komunikasi 10,7 10,3 10,1 10,2

Keuangan, Persewaan & Jasa 6,8 6,3 7,0 6,7

Jasa-Jasa 6,7 5,5 5,7 5,6 PDB 6,5 6,3 6,4 6,4 Indikator 2011 2012 2012 Bulan 2007:2006 2008:2007 2009:2008 2010:2009 2011:2010 2012:2011 Januari 6,26 7,36 9,17 3,72 7,02 3,65 Februari 6,3 7,4 8,6 3,81 6,84 3,56 Maret 6,52 8,17 7,92 3,43 6,65 3,97 April 6,29 8,96 7,31 3,91 6,16 4,5 Mei 6,01 10,38 6,04 4,16 5,98 4,45 Juni 5,77 11,03 3,65 5,05 5,54 4,53 Juli 6,06 11,9 2,71 6,22 4,61 4,56 Agustus 6,51 11,85 2,75 6,44 4,79 4,58 September 6,95 12,14 2,83 5,8 4,61 Oktober 6,88 11,17 2,57 5,67 4,42 Nopember 6,71 11,68 2,41 6,33 4,15 Desember 6,59 11,06 2,78 6,96 3,79

Laporan Pendapat Kewajaran atas Rencana Diversifikasi Usaha, Rencana Joint Venture dan Rencana Jual Beli Tanah

PT Jaya Real Property Tbk 20

ekonomi China turut memberi tekanan pada pergerakan nilai tukar rupiah yang cenderung terdepresiasi secara perlahan. Nilai tukar rupiah selama bulan laporan secara rata-rata melemah sebesar 0,63% (mtm) ke Rp9.493 per dolar AS dari Rp9.433 per dolar AS. Sementara secara point-to-point (ptp), nilai tukar melemah sebesar 0,94% menjadi Rp9.535 per dolar AS dari Rp9.445 per dolar AS. Namun pergerakan rupiah tersebut diiringi oleh volatilitas yang lebih terjaga. Hal itu tidak terlepas dari upaya Bank Indonesia yang terus mencermati perkembangan pasar valuta asing dan mengarahkan pergerakan nilai tukar rupiah agar sejalan dengan fundamentalnya.

Gambar 2-1: Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD

Sumber: Bank Indonesia

 Prospek Perekonomian Indonesia

Prospek perekonomian tahun 2012 dipengaruhi oleh perkembangan perekonomian global yang cenderung melemah. Perlambatan ekonomi di Amerika Serikat (AS) dan kawasan Eropa menyebabkan prospek pertumbuhan negara-negara emerging markets Asia menurun. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2012 diperkirakan berada dalam kisaran 6,1%-6,5% ditopang oleh kuatnya permintaan domestik, baik dari sisi konsumsi maupun investasi. Kontribusi net ekspor diperkirakan menurun sejalan dengan lebih rendahnya volume perdagangan dunia dan menurunnya harga komoditas ekspor.

Pada tahun 2013 perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,3%- 6,7% dengan dorongan dari sisi domestic maupun eksternal. Berdasarkan lapangan usaha, sektor-sektor utama seperti industry pengolahan, perdagangan-hotel-restoran (PHR), serta pengangkutan dan komunikasi diperkirakan masih tetap menjadi mesin pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2012 diperkirakan berada dalam kisaran 6,1%-6,5%, dan pada tahun 2013 diperkirakan meningkat mencapai kisaran 6,3%- 6,7%. Prakiraan pertumbuhan ekonomi tahun 2012 tersebut lebih rendah dari prakiraan triwulan sebelumnya yang sebesar 6,3% - 6,7%. Prospek pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 ditopang oleh permintaan domestik baik dari sisi konsumsi maupun investasi. Sementara dari sisi eksternal, kontribusi net ekspor diperkirakan menurun sejalan dengan lebih rendahnya volume perdagangan dunia dan menurunnya harga komoditas ekspor di tengah berlanjutnya pertumbuhan impor untuk mendukung aktivitas perekonomian domestik.

Berdasarkan lapangan usaha, sektor-sektor utama seperti industri pengolahan, PHR, serta pengangkutan dan komunikasi diperkirakan masih tetap menjadi mesin pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2013, sejalan dengan perkiraan membaiknya perekonomian dunia yang diikuti oleh peningkatan permintaan eksternal. Kinerja perekonomian diperkirakan akan lebih baik dibandingkan

Laporan Pendapat Kewajaran atas Rencana Diversifikasi Usaha, Rencana Joint Venture dan Rencana Jual Beli Tanah

PT Jaya Real Property Tbk 21

tahun 2012, yang terutama disumbangkan oleh peningkatan kontribusi bersih ekspor di tengah meningkatnya aktivitas perekonomian domestik. Dari sisi lapangan usaha, sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR); serta sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan masih menjadi penunjang utama kinerja perekonomian nasional.

Konsumsi rumah tangga di tahun 2012 diperkirakan tumbuh pada kisaran 4,7% - 5,1%. Perkembangan berbagai indikator mengindikasikan tren perkembangan konsumsi rumah tangga yang tumbuh stabil. Hasil survei konsumen yang dilakukan Bank Indonesia Juni 2012 menunjukkan tingkat keyakinan konsumen masih dalam level optimis. Optimisme konsumen terutama didukung oleh membaiknya indeks penghasilan dan lapangan kerja baik untuk saat ini maupun di masa mendatang. Penjualan eceran pada Mei 2012 masih kuat dan diperkirakan akan meningkat pada akhir triwulan II dan awal triwulan III sehubungan dengan musim liburan dan bulan suci Ramadhan. Perlambatan ekspor yang terjadi di paruh pertama tahun 2012 diperkirakan berdampak minimal pada tren pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Hal ini disebabkan oleh relatif kecilnya porsi pendapatan rumah tangga yang terkait dengan kegiatan ekspor dibandingkan dengan pendapatan rumah tangga yang berasal dari sumber lain. Di tahun 2012, konsumsi pemerintah riil diperkirakan tumbuh sebesar 6,9% - 7,3%. Perkiraan tersebut didasari oleh peningkatan kinerja belanja pemerintah dan adanya APBN-P yang meningkatkan rasio defisit anggaran terhadap PDB menjadi sekitar -2,3%.

Investasi di tahun 2012 diperkirakan tumbuh 9,2% - 9,6%. Dengan tren pertumbuhan konsumsi rumah tangga domestik yang stabil serta ekspektasi membaiknya kinerja ekspor ke depan, investasi diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekspor di tahun 2012 diperkirakan melambat. Hal itu disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan perekonomian global yang diikuti dengan penurunan harga komoditas.

Walaupun pangsa ekspor Indonesia ke kawasan Eropa relatif kecil, namun kinerja ekspor Indonesia mulai terkena dampak tidak langsung dari melambatnya perekonomian negara-negara Asia seperti China dan India yang mulai terpapar oleh dampak krisis tersebut. Dengan kondisi tersebut, ekspor di tahun 2012 diperkirakan berada dalam kisaran 6,9% - 7,3%. Pertumbuhan impor di tahun 2012 diperkirakan masih relatif tinggi sejalan dengan kegiatan ekonomi domestik yang masih kuat. Pertumbuhan impor diperkirakan menurun sejalan dengan laju pertumbuhan ekspor yang menurun. Dengan kondisi tersebut, impor diperkirakan akan mencapai 8,0% - 8,4% di tahun 2012, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.

Di tahun 2013, perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh 6,3% - 6,7%. Kinerja ekspor diperkirakan akan membaik sejalan dengan mulai pulihnya perekonomian global dan harga komoditas internasional. Konsumsi rumah tangga diperkirakan akan tetap berada dalam tren meningkat, diiringi dengan investasi yang lebih tinggi sebagai respons dari peningkatan permintaan baik dari sisi eksternal maupun domestik. Sejalan dengan rencana pemerintah untuk mencapai surplus anggaran pada tahun 2015, pertumbuhan konsumsi pemerintah riil diperkirakan lebih rendah dari tahun 2012.

Laporan Pendapat Kewajaran atas Rencana Diversifikasi Usaha, Rencana Joint Venture dan Rencana Jual Beli Tanah

PT Jaya Real Property Tbk 22

Tabel 2-6: Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi – Sisi Permintaan

(%Y-o-Y, Tahun Dasar 2011)

Sumber: Proyeksi Bank Indonesia

Permintaan domestik yang masih tinggi mampu mengimbangi perlambatan sektor-sektor yang terjadi akibat penurunan permintaan eksternal. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih akan didominasi oleh sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor industri pengolahan pada tahun 2012 diperkirakan masih akan tumbuh tinggi, meskipun melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sektor industri pengolahan diperkirakan tumbuh di kisaran 5,6% - 6,0%. Kinerja sektor industri pengolahan didukung oleh kinerja pertumbuhan industri makanan dan minuman (mamin).

Didukung oleh daya beli masyarakat yang cukup kuat dan jumlah penduduk yang besar menjadikan Indonesia pasar yang sangat potensial. Kondisi ini sangat kondusif bagi perkembangan industri mamin. Selain itu masih maraknya usaha waralaba berbentuk 24 hours convenience store di Indonesia menambah jumlah outlet pemasaran produk-produk industri mamin. Untuk memenuhi peningkatan konsumsi menjelang bulan puasa dan hari raya Lebaran, industri mamin akan meningkatkan produksinya sekitar 20%-30%. Adanya dukungan dari penambahan investasi, pertumbuhan penduduk yang masih positif serta integrasi ASEAN, dalam lima tahun ke depan industri mamin dan tembakau diharapkan dapat mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan industri nasional.

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) diperkirakan masih mampu tumbuh tinggi pada tahun 2012, meski melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sektor PHR diperkirakan tumbuh pada kisaran 8,4% - 8,8%. Pertumbuhan tersebut sejalan dengan perkembangan konsumsi rumah tangga dan impor. Melemahnya ekonomi kawasan Eropa dan AS akibat krisis berdampak pada penurunan ekspor yang pada gilirannya mengakibatkan penurunan impor. Namun, impor barang konsumsi diperkirakan masih akan tumbuh pada level yang tinggi akibat masih tingginya permintaan domestik.

Sementara itu, subsektor hotel dan restoran menunjukkan pertumbuhan yang relatif stabil. Pemerintah optimis bahwa target kedatangan delapan juta wisatawan mancanegara ke Indonesia pada tahun 2012 dapat tercapai. Pertumbuhan jumlah kedatangan wisman ke Indonesia pada empat bulan pertama tahun 2012 naik 8,8% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2011. Sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2012 diperkirakan masih dapat tumbuh pada level yang tinggi meskipun melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

2012

I II* III*

Konsumsi Rumah Tangga 4,7 4,9 4,9 4,9 4,7 - 5,1 4,8 - 5,2

Konsumsi Pemerintah 3,2 5,9 6,9 7,6 6,9 - 7,3 6,0 - 6,4

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 8,8 9,9 9,0 9,2 9,2 - 9,6 9,9 - 10,3

Ekspor Barang dan Jasa 13,6 7,8 5,3 7,1 6,9 - 7,3 9,2 - 9,6

Impor Barang dan Jasa 13,3 8,2 7,3 8,2 8,0 - 8,4 9,6 - 10,0

PDB 6,5 6,3 6,2 6,3 6,1 - 6,5 6,3 - 6,7

Laporan Pendapat Kewajaran atas Rencana Diversifikasi Usaha, Rencana Joint Venture dan Rencana Jual Beli Tanah

PT Jaya Real Property Tbk 23

Tabel 2-7: Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi – Sisi Penawaran

(%Y-o-Y, Tahun Dasar 2000)

Sumber: Proyeksi Bank Indonesia

Pertumbuhan ekonomi sektoral pada tahun 2013 diperkirakan akan lebih baik dibandingkan dengan tahun 2012. Perbaikan tersebut didukung oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga dan kondisi ekonomi global yang diperkirakan membaik. Investasi yang diperkirakan akan tetap tinggi, termasuk pembangunan proyek infrastruktur akan meningkatkan produktivitas perekonomian. Sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian global, ekspor berpotensi tumbuh membaik. Selain itu, dengan konsumsi domestik yang diperkirakan masih tinggi akan mendorong aktivitas di berbagai sektor perekonomian. Sumber pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih tetap berasal dari sektor industri

Dokumen terkait