HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Analisis Kuantitatif
4.2.1 Kurva Kalibrasi Pb, Cd dan Cu
Kurva kalibrasi Pb, Cd dan Cu diperoleh dengan cara memplotkan absorbansi dengan konsentrasi larutan baku standar pada panjang gelombang 283,3 nm untuk Pb, 228,8 nm untuk Cd dan 324,8 nm untuk Cu. Pada logam Cu menggunakan dua kurva kalibrasi.
Kurva kalibrasi larutan standar Pb, Cd dan Cu dapat dilihat pada Gambar 4.1-4.3
Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Larutan Standar Pb Y= 0,0000336X - 0,0000333
Konsentrasi(ppb)
0,99978
Gambar 4.2 Kurva Kalibrasi Larutan Standar Cd
Gambar 4.3. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Cu (a. Sampel Ikan, b. Sampel Air)
Y= 0,0001409X + 0,0000324
Konsentrasi(ppb)
Konsentrasi(μg/ml) Y = 0,0225543X - 0,0001762
Y = 0,0237429X+0,0001143
Konsentrasi(μg/ml) a.
b.
0,99978 0,99990 0,99932
Dari pengukuran kurva kalibrasi diperoleh persamaan garis regresi yaitu Y= 0,0000336X-0,0000333 untuk Pb,Y= 0,0001409X+0,0000324 untuk Cd, dan dua kurva kalibrasi berbeda untuk Cu, dimana kurva kalibrasi Cu untuk sampel
ikan yaitu Y= 0,0225543X-0,0001762 dan untuk sampel air adalah Y= 0,0237429X+0,0001143.
Pada gambar 4.1-4.3 diperoleh hubungan yang linier antara konsentrasi dengan absorbansi, dengan koefisien korelasi (r) Pb sebesar 0,99978, Cd sebesar 0,99932, Cu sebesar 0,99990 dan 0,99978. Nilai r ≥ 0,97 menunjukkan adanya korelasi linier yang menyatakan adanya hubungan antara X (konsentrasi) dan Y (absorbansi) (Ermer dan McB. Miller, 2005). Data hasil pengukuran absorbansi larutan standar Pb, Cd dan Cu dan perhitungan persamaan garis regresi dapat dilihat pada Lampiran 7-10, Halaman 46-53.
4.2.2 Analisis Kadar Pb, Cd dan Cu dalam Sampel
Penentuan kadar Pb, Cd dan Cu dilakukan secara Spektrofotometri Serapan Atom dengan nyala udara - asetilen (UA) dengan suhu nyala 2200°C.
Konsentrasi logam Pb, Cd dan Cu dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi kurva kalibrasi larutan standar masing-masing logam.
Hasil analisis kuantitatif kadar Pb, Cd dan Cu dapat dilihat pada Tabel 4.1 dibawah ini. Data dan contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 11-14, Halaman 54-63. Analisis dilanjutkan dengan perhitungan statistik, data dan contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 15-16, Halaman 64-87.
Tabel 4.1 Hasil Analisis Kuantitatif Kadar Pb, Cd dan Cu dalam Sampel
No Sampel
Kadar
Pb Cd Cu
1 IK1 (67±10,06)x10-3μg/g (4,67±0,21)x10-3μg/g 3,90940±8,08x10-3μg/g 2 IK2 (97,42±6,08)x10-3 μg/g (3,54±0,24)x10-3 μg/g 2,71138±1,13x10-3 μg/g 3 IK3 ( 61,81±6,06)x10-3 μg/g (3,47±0,25)x10-3 μg/g 4,55368±22,38x10-3 μg/g 4 AK1 (17,74±0,69)x10-3μg/ml (0,66±0,16)x10-3μg/ml (71,98±0,97)x10-3μg/ml 5 AK2 (35,46±2,13)x10-3μg/ml (0,85±0,05)x10-3μg/ml (68,29±1,31)x10-3μg/ml 6 AK3 (14,94±1,13)x10-3μg/ml (1,02±0,28)x10-3μg/ml (89,70±1,51)x10-3μg/ml
Keterangan :
IK1 : Ikan dari Pakan Rabaa, IK2 : Ikan dari Koto Gadang, IK3 : Ikan dari Muko-Muko AK1 : Air Sekitar Keramba dari Pakan Rabaa, AK2 : Air Sekitar Keramba dari Koto Gadang, AK3 : Air Sekitar Keramba dari Muko-Muko
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa adanya kandungan cemaran logam Pb, Cd, dan Cu pada ikan nila serta air sekitar keramba danau Maninjau. Ikan sebagai salah satu biota air dapat dijadikan sebagai suatu indikator tingkat pencemaran yang terjadi di dalam perairan (Supriyanto, dkk., 2007). Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa kandungan logam berat Pb, Cd dan Cu pada ikan nila lebih tinggi daripada kandungan logam Pb, Cd dan Cu pada air sekitar keramba, hal ini menjelaskan bahwa air bukanlah satu-satunya faktor penyebab terjadinya cemaran pada ikan nila. Sumber cemaran juga dapat disebabkan oleh pemberian pakan ikan yang berlebihan, penggunaan pestisida pada lahan pertanian di sekitar danau yang terbawa air hujan masuk ke danau, dan limbah domestik yang berasal dari limbah buangan rumah tangga dan limbah buangan perhotelan sekitar danau serta limbah vulkanik lainnya.
Tabel 4.2 Batas maksimum cemaran logam Pb, Cd dan Cu
Acuan Kategori Logam Batas
Maksimum SNI 7387 tahun 2009
tentang batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan
Ikan dan hasil olahannya
Pb 0,3 mg/kg Cd 0,1 mg/kg SK Dirjen POM No.03725/B/SK/VII/89
tentang batas maksimum cemaran logam dalam makanan
Ikan dan hasil olahannya
Cu 20 mg/kg PP nomor 82 tahun 2001
tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air
Mutu air
Pb 0,03 mg/L Cd 0,01 mg/L Cu 0,02 mg/L Berdasarkan Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa kandungan cemaran logam Pb, Cd dan Cu pada ikan nila serta air sekitar keramba Danau Maninjau masih berada dibawah ambang batas yang ditetapkan.
Menurut Palar (2008), logam Cd membawa sifat racun yang sangat merugikan bagi semua organisme hidup, bahkan juga sangat berbahaya untuk manusia. Dalam badan perairan, kelarutan Cd dalam konsentrasi tertentu dapat membunuh biota perairan. Untuk biota air tawar, sebagai contoh ikan mas (cyprinus carpio) akan mengalami kematian dalam waktu 96 jam, bila dalam media hidupnya terkontaminasi oleh logam Cd dengan rentang konsentrasi 1,092-1,104 µg/ml. (Sumber:Murphy P.M., Univ. of Wales Ins. Of Tech. and Sciences, 1974).
Tingkat dan lamanya paparan logam Cd akan mempengaruhi efek toksik dari Cd, semakin tinggi kadar dan semakin lama paparan, efek toksik yang diberikan semakin besar. Kadmium dalam dosis tunggal besar mampu menginduksi gangguan saluran pencernaan, sedangkan paparan Cd dalam dosis rendah tetapi berulang kali bisa mengakibatkan gangguan fungsi ginjal. Toksisitas kronis Cd bisa merusak sistem fisiologis tubuh, antara lain sistem urinaria, sistem
respirasi (paru-paru), sistem sirkulasi (darah) dan jantung, kerusakan sistem reproduksi, sistem syaraf, bahkan dapat menyebabkan kerapuhan tulang (Widowati, dkk., 2008). Kadmium (Cd) diekskresikan sangat lamban, dengan waktu paruh sekitar 30 tahun (Lu, 1991).
Di dalam tubuh manusia Pb bisa menghambat aktivitas enzim yang terlibat dalam pembentukan hemoglobin (Hb) dan sebagian kecil Pb diekskresikan lewat urin atau feses karena sebagian terikat oleh protein, sedangkan sebagian lagi terakumulasi dalam ginjal, hati, kuku, jaringan lemak, dan rambut. Waktu paruh timbal (Pb) dalam eritrosit adalah selama 35 hari, dalam jaringan ginjal dan hati selama 40 hari, sedangkan waktu paruh dalam tulang adalah selama 30 hari (Widowati, dkk., 2008).
Unsur Cu bisa ditemukan pada berbagai jenis makanan, air, dan udara sehingga manusia bisa terpapar Cu melalui jalur makanan, minuman dan saat bernafas. Setiap hari manusia bisa terpapar Cu dari penggunaan peralatan dapur yang terbuat dari tembaga. Cu merupakan unsur yang dibutuhkan manusia dalam jumlah kecil. Paparan Cu dalam waktu lama bisa menimbulkan iritasi hidung, mulut dan mata, menyebabkan sakit kepala, sakit lambung, kehilangan keseimbangan, muntah, diare. Paparan Cu dalam dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati, ginjal, bahkan menyebabkan kematian (Widowati, dkk., 2008).