• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Kuantitatif

4.1.1 Kurva Kalibrasi Kalium

Kurva kalibrasi kalium yang diperoleh dengan cara mengukur absorbansi larutan standar kalium pada konsentrasi yang berbeda-beda pada panjang gelombang 769,9 nm. Hasil pengukuran kurva kalibrasi Kalium seperti pada Gambar 1 berikut :

Gambar 1. Kurva Kalibrasi Kalium pada Panjang Gelombang 769,9 nm

Berdasarkan data pengukuran kurva kalibrasi diperoleh persamaan garis regresi Y=0,1333x + 0,0206, dengan koefisien korelasi 0,9992.

4.1.2 Kurva Kalibrasi Natrium

Kurva kalibrasi natrium diperoleh dengan cara mengukur absorbansi larutan standar natrium pada konsentrasi yang berbeda-beda pada panjang gelombang 589,0 nm.

Gambar 2. Kurva Kalibrasi Natrium pada Panjang Gelombang 589,0 nm

Berdasarkan data pengukuran kurva kalibrasi diperoleh persamaan garis regresi Y=0,3015x + 0,0113, dengan koefisien korelasi 0,9994.

Harga r yang diperoleh dari kedua mineral (kalium= 0,9992, natrium= 0,9995) telah memenuhi harga r yang sebenarnya. Nilai r ≥ 0,95 menunjukkan bukti adanya korelasi linier yang menya takan adanya hubungan antara X dan Y (Shargel dan Andrew, 1988). Kurva ini menunjukkan korelasi positif antara konsentrasi (X) dan absorbansi (Y) yang artinya, peningkatan konsentrasi sebanding dengan naiknya absorbansi (Sudjana, 2005).

4.1.3 Prosedur Penetapan Kadar Kalium dan Natrium pada Sampel

Penetapan kadar kalium dan Natrium dilakukan secara spektrofotometri serapan atom, dimana sampel buah mentimun terlebih dulu direbus kemudian dicukupkan volume dengan aquadest hingga garis tanda dan diukur dengan spektrofotometri serapan atom. Pengukuran tersebut menghasilkan absorbansi dan diperoleh konsentrasi larutan pengukuran berdasarkan persamaan garis regresi. Data absorbansi dan konsentrasi larutan pengukuran dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel3.

Tabel 2. Data Absorbansi dan Kadar Hasil Pengukuran Kalium dan Natrium pada Mentimun Langkat yang Dikupas dan Tidak Dikupas Kulitnya

N o Sampel Kalium Natrium Absorbansi Kadar (mg/100g) Absorbansi Kadar (mg/100g) 1 Mentimun Langkat Dikupas Kulit 0,2565 73,7375 0,1344 0,6805 0,2566 73,7667 0,1334 0,6748 0,2586 74,3917 0,1339 0,6777 0,2576 74,0792 0,1348 0,6827 0,2567 73,8000 0,1345 0,6810 0,2549 73,2375 0,1351 0,6843 2 Mentimun Langkat Tidak Dikupas Kulit 0,2969 86,3625 0,1967 1,0248 0,2961 86,1125 0,1954 1,0177 0,2916 84,7083 0,1978 1,0310 0,2943 85,5500 0,1975 1,0293 0.2949 85,7375 0,1962 1,0220 0,2937 85,3667 0,1958 1,0198

Tabel 3. Data Absorbansi dan Kadar Hasil Pengukuran Kalium dan Natrium pada Mentimun Berastagi yang Dikupas dan Tidak Dikupas Kulitnya Sampel Kalium Natrium Absorbansi Kadar (mg/100g) Absorbansi Kadar (mg/100g) Mentimun Berastagi Dikupas Kulit 0,2969 86,3625 0,2803 1,4870 0,2967 86,3041 0,2797 1,4837 0,2992 87,0833 0,2780 1,4743 0,3012 87,7083 0,2752 1,4588 0,3005 87,4916 0,2737 1,4505 0,2979 86,6792 0,2681 1,4195 Mentimun Berastagi Tidak Dikupas Kulit 0,3286 96,2708 0,2834 1,5040 0,3272 95,8333 0,2844 1,5097 0,3294 96,5250 0,2843 1,5092 0,3258 95,4000 0,2856 1,5163 0,3289 96,3667 0,2886 1,5328 0,3235 94,6792 0,2897 1,5390

Mentimun merupakan tumbuhan yang dapat ditanam di daerah dataran rendah dan dataran tinggi. Mentimun yang ditanam didataran rendah yang diteliti oleh peneliti adalah mentimun yang ditanam didaerah Langkat yaitu mentimun yang kulit buahnya halus, dan didataran tinggi mentimun yang ditanam di daerah Berastagi yaitu mentimun yang kulit buahnya berbintil-bintil.

Berdasarkan keadaan kulit buahnya mentimun digolongkan menjadi dua kelompok yaitu mentimun dengan kulit buah berbintil-bintil dan mentimun yang kulit buahnya berkulit halus atau tidak berbintil-bintil (Rukmana, 1994).

Kadar kalium dan natrium yang terdapat dalam mentimun yang ditanam didataran tinggi (Berastagi) lebih tinggi dari mentimun yang ditanam didataran rendah (Langkat). Hal ini disebabkan oleh mentimun Langkat ditanam didaerah yang kurang subur dan juga dalam hal pengolahan tanah, dimana mentimun yang ditanam didataran rendah kurang diperhatikan pengolahan tanah, kesuburan tanah dan pemeliharaan tumbuhan, karena mentimun ditanam didataran rendah di tanam sebagai tanaman sela setelah penanaman padi. Sedangkan mentimun yang ditanam didataran tinggi memiliki tingkat kesuburan tanah yang baik dan mentimun yang ditanam merupakan tanaman pokok, sehingga petani memperhatikan dengan baik kesuburan tanah, pemupukan, dan pemeliharaan tumbuhan.

Dataran rendah tak seberuntung dataran tinggi dalam soal jenis tanah yang dimiliki Tanah dataran rendah tanahnya sudah mengalami pengolahan lebih lanjut, banyak tererosi bersifat asam, berstruktur kasar dan miskin unsur hara. Sedangkan didataran tinggi tanahnya memiliki kesuburan tinggi, cenderung bereaksi netral, gembur dan berstruktur halus (Nazzaruddin, 2000).

Kandungan kalium dan natrium mentimun yang tidak dikupas kulitnya lebih tinggi dari pada mentimun yang dikupas kulitnya. Hal ini mungkin disebabkan oleh pada kulit buah mentimun terdapat kandungan kalium dan natrium.

4.2 Analisis Data Secara Statistik 4.2.1 Analisis dengan Uji Q

Tabel 4. Data Hasil Analisis dengan Uji Q pada Mentimun Langkat.

Sampel Uji Q

Kalium Natrium Mentimun Langkat Dikupas Kulit 0,2707 0,1684 Mentimun Langkat Tidak Dikupas Kulit 0,1511 0,1278 Tabel 5. Data Hasil Analisis dengan Uji Q pada Mentimun Berastagi.

Sampel Uji Q

Kalium Natrium Mentimun Berastagi Dikupas Kulit 0,1543 0,0489 Mentimun Berastagi Tidak Dikupas Kulit 0,0858 0,1771

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa Qhitung lebih kecil dari Qkritis (Qkritis

= 0,621). Jika nilai Qhitung lebih kecil dari Qkrikis, maka data diterima (Rohman,

2007).

4.2.2 Analisis Lanjutan (Uji Beda Nilai Rata-rata)

Analisis data secata statistik menurut analisis lanjutan (uji beda nilai rata-rata) dilakukan terhadap mentimun Langkat yang dikupas kulitnya dengan yang tidak dikupas kulitnya, mentimun Berastagi yang dikupas kulitnya dengan yang tidak dikupas kulitnya dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6.Data Hasil Uji Beda Nilai Rata-rata Kalium dan Natrium pada Mentimun Lankat dan Berastagi.

Sampel

Uji Beda Nilai Rata-rata

Kalium Natrium

Harga F0 Harga t0 Harga F0 Harga t0

Mentimun Langkat Dikupas

dan Tidak dikupas Kulit 0,4349 -131,2827 0,4258 -134,3645 Mentimun Berastagi Dikupas

dan Tidak dikupas Kulit 0,6959 -75,6551 0,0451 -150,8582 Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak karna harga

F0 dari masing-masing mineral < 7,1464 (daerah kritis penerimaan= -7,1464 ≤ 7,1464) (Satiadarma, 2004).

Daerah kritis penolakan t0 <-2,2281 dan t0 >2,2281. Harga t0 yang di dapat

ditolak, berarti terdapat perbedaan signifikan rata-rata kadar kalim dan natrium pada mentimun Langkat dikupas dan tidak dikupas kulit dan mentimun Berastagi dikupas dan tidak dikupas kulit.

4.4 Uji Perolehan Kembali (Recovery)

Uji perolehan kembali dilakukan terhadap sampel yang sama dan di analisis dengan cara yang sama dengan pengerjaan sampel awal. Uji perolehan kembali dilakukan untuk mengetahui kadar sampel sebenarnya dengan cara mengkonversikan harga persen recovery tersebut. Hasil uji perolehan kembali dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Perhitungan Perolehan Kembali (%)

Sampel Mineral yang dianalisis Perolehan kembali (%) Mentimun Langkat

Tanpa Kulit

Kalium 103,79

Natrium 108,40

Hasil yang diperoleh dari uji perolehan kembali memberikan ketepatan pada pemeriksaan kadar kalium dan natrium dalam sampel. Menurut Ermer dan Miller (2005), suatu metode untuk spektofotometri serapan atom dikatakan teliti jika nilai

recovery nya antara 80-120%. Hasil yang didapat dari uji perolehan kembali untuk

kedua mineral menunjukkan bahwa metode ini memberikan ketepatan yang memenuhi persyaratan untuk metode yang digunakan.

Dokumen terkait