PENETAPAN KADAR KALIUM DAN NATRIUM DALAM
MENTIMUN (Cucumuic sativus, L.) YANG DITANAM DI
DATARAN RENDAH DAN DATARAN TINGGI SECARA
SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
SKRIPSI
OLEH: LISA HELMITA
081524001
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
PENETAPAN KADAR KALIUM DAN NATRIUM DALAM
MENTIMUN (Cucumuic sativus, L.) YANG DITANAM DI
DATARAN RENDAH DAN DATARAN TINGGI SECARA
SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara
OLEH: LISA HELMITA
0815240001
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGESAHAN SKRIPSI
PENETAPAN KADAR KALIUM DAN NATRIUM DALAM MENTIMUN
(Cucumuic sativus, L.) YANG DITANAM DI DATARAN RENDAH DAN
DATARAN TINGGI SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
OLEH: LISA HELMITA
081524001
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Pada tanggal: juli 2011
Disetujui Oleh:
Pembimbing I, Panitia Penguji,
Drs. Maralaut Batubara, M.Phill., Apt. Drs. Chairul Azhar Dalimunthe, M.Sc., Apt. NIP 195101311976031003 NIP 194907061980021001
Pembimbing II,
Drs. Maralaut Batubara, M.Phill., Apt. NIP 195101311976031003
Drs. Muchlisyam, M.si., Apt. NIP 195008221974121002
Drs. Immanuel S. Meliala, M.Si., Apt. NIP 195001261983031002
Dra. Masria Lasman Tambunan, M.Si., Apt. NIP 195005081977022001
Disahkan oleh: Dekan Fakultas Farmasi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah yang
telah diberikan selama ini, serta shalawat dan salam untuk Rasul Allah Muhammad
SAW yang telah membawa umatnya kejalan yang berilmu pengetahuan seperti saat
ini. Alhamdulillah, skripsi yang berjudul PENETAPAN KADAR KALIUM DAN
NATRIUM DALAM MENTIMUN (Cucumuic sativus, L.) YANG DITANAM DI
DATARAN RENDAH DAN DATARAN TINGGI SECARA
SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM dapat diselesaikan dengan baik.
Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan skripsi tentunya banyak pihak yang memberikan
bantuan, untuk itu rasa hormat dan terima kasih yang sedalam-dalamnya saya
berikan untuk kedua orangtua saya tercinta, Ayahanda Narwan dan Ibunda Elmi juga
kepada adik-adik tercinta, Mhd. Ali Amran dan Shaiful Bahri. Terima kasih atas
segala kasih sayang, doa, dukungan dan semangat yang tak henti-hentinya diberikan
selama ini.
Dengan segala ketulusan hati penulis juga menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Drs. Maralaut Batubara, M.Phill., Apt. dan Drs.
Muchlisyam, M.Si., Apt. yang senantiasa memberikan bimbingannya dengan sabar
selama ini.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra., Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi USU yang
telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt. selaku pembimbing akademik
3. Drs. Chairul Azhar Dalimunthe, M.Sc., Apt., Drs. Immanuel S. Meliala, M.Si.,
Apt. dan Dra. Masria Lasma Tambunan, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang
telah memberikan masukan dan saran atas skripsi ini.
4. Dosen-dosen beserta staf Laboratorium Kimia Bahan Pangan Fakultas Farmasi
5. Teman-teman mahasiswa/i farmasi terutama ekstensi ’08 yang senantiasa
memberi semangat, doa dan dukungannya selama ini sehingga penelitian dan
penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan.
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
penyusunan skripsi ini.
Disadari, bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
sehingga diharapkan adanya masukan atau saran dari para pembaca. Akhir kata
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya bidang farmasi dan kesehatan.
Medan, Juli 2011 Penulis,
PENETAPAN KADAR KALIUM dan NATRIUM pada MENTIMUN
(Cucumuic sativus, L.) yang DITANAM DIDATARAN RENDAH dan
DIDATARAN TINGGI SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
ABSTRAK
Memtimun dapat tumbuh didataran rendah (Langkat) dan dataran tinggi (Berastagi). Mentimun mengandung kalium dan natrium yang dapat menurunkan tekanan darah. Perubahan tekanan darah dipengaruhi oleh ketidak seimbangan Kalium dan Natrium.
Kadar Kalium dan Natrium ditentukan melalui dua tahap, tahap pertama mentimun direbus dengan aquadest selama 1 jam. Dan tahap kedua diukur menggunakan Spektrofotometer Shimadzu AA-6300. Metode ini dipilih karena mudah, cepat, teliti dan tidak memerlukan pemisahan pendahuluan.
Penetapan kadar Kalium pada Mentimun dengan persamaan regresi y= 0,1333x + 0,0206; r= 0,9992; LOD= 0,1969; LOQ= 0,6564. Maka dipeolehlah kadar Kalium pada Mentimun Langkat yang dikupas kulit 73,8354±0,4042 mg/100g, Mentimun Langkat tidak dikupas kulit 85,6396±0,6130 mg/100g, Mentimun Berastagi dikupas kulit 86,9382±0,6157 mg/100g, Mentimun Berastagi tidak dikupas kulit 95,8458±0,7381 mg/100g, dan % recovery = 103,79.
Penetapan kadar Natrium pada Mentimun dengan persamaan regresi y= 0,3015x + 0,0113; r= 0,9995; LOD= 0,03751; LOQ= 0,12504. Maka dipeolehlah kadar Natrium pada Mentimun Langkat dikupas kulit 0,6802±0,00361 mg/100g, Mentimun Langkat tidak dikupas kulit 1,0241±0,0055 mg/100g, Mentimun Berastagi dikupas kulit 1,4632±0,0265 mg/100g, Mentimun Berastagi tidak dikupas kulit 1,5185±0,0148 mg/100g, dan % recovery = 108,40.
Dari hasil penetapan kadar tersebut didapatkan kesimpulan bahwa kandungan Kalium dan Natrium pada Mentimun yang berasal dari Berastagi lebih besar dibandingkan dengan buah mentimun Langkat.
ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY DETERMINATION of POTASSIUM and SODIUM in CUCUMBER (Cucumuic sativus L) on
LOWLAND and HIGHLAND AREA
ABSTRACT
Memtimun can grow in lowland (Langkat) and highlang (Berastagi). Cucumbers contain potassium and sodium that can lower blood pressure. Changes in blood pressure is influenced by imbalances of Potassium and Sodium.
Potassium and sodium value are determined through two stages. For the first stage cucumber boiled with distilled water in 1 hour. The second stage was measured using a spectrophotometer Shimadzu AA-6300. This method was chosen because it is easy, fast, and does not require any preliminary separation.
Determination of potassium content in cucumber with regression equation y = 0,1333 x + 0,0206, r = 0,9992, LOD = 0,1969; LOQ = 0,6564. So obtained Potassium content in cucumber Langkat peeled skin 73,8354±0,4042 mg/100g, Cucumber Langkat not peeled skin 85,6396±0,6130 mg/100g, Cucumber Berastagi peeled skin 86,9382±0,6157 mg/100g, Cucumber Berastagi not peeled skin 95,8458±0,7381 mg/100g, and% recovery = 103,79.
Determination of sodium content in cucumber fruit with regression equation y = 0,3015 x + 0,0113, r = 0,9995, LOD = 0,03751; LOQ = 0,12504. So obtained Sodium content in cucumber Langkat peeled skin 0,6802±0,00361 mg/100g, Cucumber Langkat not peeled skin 1,0241±0,0055 mg/100g, Cucumber Berastagi peeled skin 1,4632±0,0265mg/100g, Cucumber Langkat not peeled skin 1,4632±0,0265 mg/100g, Cucumber Berastagi not peeled skin 1,5185±0,0148 mg/100g, and% recovery = 108.40.
From the results of the determination it was concluded that potassium and sodium content of cucumber fruit that comes from Berastagi larger than the cucumber Langkat.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL……… ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGHANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 2
1.3 Hipotesis ... 2
1.4 Tujuan Penelitian ... 3
1.5 Manfaat Penelitian ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Uraian Tanaman ... 4
2.2 Dataran Rendah ... 6
2.3 Dataran Tinggi ... 6
2.4 Kalium ... 7
2.5 Natrium ... 9
2.7 Sistem Atomisasi Nyala ... 12
2.8 Parameter Analisis ... 14
2.8.1 Kecermatan ... 14
2.8.2 Ketepatan ... 14
2.8.3 Batas deteksi (Limit of Detection, LOD) dan Batas Kuantifikasi (Limit of Quantification, LOQ) ... 15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 16
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 16
3.2 Alat-alat ... 16
3.3 Bahan-bahan ... 16
3.3.1 Sampel ... 16
3.3.2 Bahan-bahan ... 16
3.4 Prosedur ... 17
3.4.1 Metode Pengambilan Sampel ... 17
3.4.2 Penyiapan Sampel ... 17
3.4.3 Pembuatan Larutan Sampel ... 17
3.4.3.1 Buah Mentimun Tidak Dikupas kulit ... 17
3.4.3.2 Buah Mentimun Dikupas kulit ... 17
3.5 Analisis Kuantitatif... 18
3.5.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum ... 18
3.5.2 Penetapan Kadar Kalium ... 18
3.5.2.1 Pembuatan Larutan Standar Kalium ... 18
3.5.2.2 Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi Kalium ... 18
3.5.2.3 Penetapan Kadar Kalium dalam Sampel ... 19
3.5.3.1 Pembuatan Larutan Standar Natrium ... 19
3.5.3.2 Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi Natrium ... 20
3.5.3.3 Penetapan Kadar Natrium dalam Sampel ... 20
3.6 Analisis Data secara Statistik ... 20
3.6.1 Analisis dengan Uji Q ... 20
3.6.2 Rata-rata Kadar Kalium dan Natrium ... 21
3.6.3 Pengujian Beda Nilai Rata-rata ... 22
3.7 Uji Perolehan Kembali (Recovery) ... 22
3.7.1 Uji Perolehan Kembali (Recovery) Kalium ... 23
3.7.2 Uji Perolehan Kembali (Recovery) Natrium ... 23
3.8 Penentuan Batas/Limit Deteksi dan Batas/Limit Kuantifikasi ... 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 25
4.1 Analisis Kuantitatif ... 25
4.1.1 Kurva Kalibrasi Kalium ... 25
4.1.2 Kurva Kalibrasi Natrium ... 25
4.1.3 Penetapan Kadar Kalium dan Natrium Pada Sampel ... 26
4.2 Analisis Data secara Statistik ... 29
4.2.1 Analisis dengan Uji Q ... 29
4.2.2 Analisis Lanjutan (Uji Beda Nilai Rata-rata) ... 29
4.3 Uji Perolehan Kembali (Recovery) ... 30
4.4 Batas/Limit Deteksi (LOD) dan Batas/Limit Kuantifikasi (LOQ) ... 31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 32
5.1. Kesimpulan ... 32
DAFTAR PUSTAKA ... 33
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Nilai Qkritis pada Taraf Kepercayaan 95% ... 9
Tabel 2 Data Absorbansi dan Kadar Hasil Pengukuran Kalium dan Natrium pada buah Mentimun Langkat yang Dikupas dan
Tidak Dikupas Kulitnya ... 15
Tabel 3 Data Absorbansi dan Kadar Hasil Pengukuran Kalium dan Natrium pada buah Mentimun Berastagi yang Dikupas dan
Tidak Dikupas Kulitnya ... 15
Tabel 4 Data Hasil Analisis dengan Uji Q pada Buah Mentimun
Langkat yang Dikupas dan Tidak Dikupas Kulitnya ... 17
Tabel 5 Data Hasil Analisis dengan Uji Q pada Buah Mentimun
Berastagi yang Dikupas dan Tidak Dikupas Kulitnya... 17
Tabel 6 Data Hasil Uji Beda Nilai Rata-rata Buah Mentimun Lankat
Dan Mentimun Berastagi ... 18
Tabel 7 Perhitungan Perolehan Kembali (%) ... 18
Tabel 8 Hasil Pengukuran Konsentrasi Kalium dan Natrium pada
Buah Mentimun ... 19
Tabel 8 Nilai Kritik Distribusi t ... 60
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kurva Kalibrasi Kalium ... 13
Gambar 2 Kurva Kalibrasi Natrium ... 14
Gambar 3 Buah Mentimun yang dijadikan Sampel ... 57
Gambar 4 Alat Spektrometer Serapan Atom A-A ... 58
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Kalibrasi Kalium dan Natrium dengan
Spektrofotometri Serapan Atom ... 23
Lampiran 2 Data Pengukuran Kalium secara
Spektrometri Serapan Atom Nyala Asetilen-Udara ... 24
Lampiran 3 Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien
Korelasi(r) dari Data Kalibrasi Kalium Buah Mentimun... 26
Lampiran 4 Data Pengukuran Natrium secara
Spektrometri Serapan Atom Nyala Asetilen-Udara ... 27
Lampiran 5 Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien
Korelasi(r) dari Data Kalibrasi Natrium Buah Mentimun. ... 29
Lampiran 6 Perhitungan Kadar Kalium pada Buah Mentimun ... 30
Lampiran 7 Perhitungan Kadar Natrium pada Buah Mentimun ... 32
Lampiran 8 Data Berat Sampel, Absorbansi dan Kadar Kalium dan
Natrium dari Buah Mentimun ... 34
Lampiran 9 Perhitungan Statistik Kadar Kalium pada Buah Mentimun ... 35
Lampiran 10 Perhitungan Statistik Kadar Natrium pada Buah Mentimun.... 39
Lampiran 11 Hasil Analisis dengan Uji Q pada Buah Mentimun... 43
Lampiran 12 Pengujian Beda Nilai Rata-rata Kadar Kalium pada
Buah Mentimun Langkat dikupas Kulit dan Tidak Dikupas
Kulit ... 44
Lampiran 13 Pengujian Beda Nilai Rata-rata Kadar Natrium pada Buah Mentimun Langkat dikupas Kulit dan Tidak Dikupas
Kulit ... 48
Lampiran 14 Perhitungan Uji Perolehan Kembali Kalium pada
Buah Mentimun ... 52
Lampiran 15 Perhitungan Uji Perolehan Kembali Natrium pada
Buah Mentimun ... 53
Lampiran 16 Hasil Analisis Kalium dan Natrium setelah Ditambahkan
Lampiran 17 Data Hasil Uji Perolehan Kembali Kalium dan Natrium pada
Buah Mentimun ... 55
Lampiran 18 Perhitungan Batas Deteksi (Limit of Detection) dan Batas Kuantitasi (Limit of Quantitation) Kalium pada Buah Mentimun ... 56
Lampiran 19 Perhitungan Batas Deteksi (Limit of Detection) dan Batas Kuantitasi (Limit of Quantitation) Natrium pada Buah Mentimun ... 57
Lampiran 20 Buah Mentimun yang dijadikan Sampel ... 58
Lampiran 21 Alat Spektrometer Serapan Atom A-A ... 59
Lampiran 22 Alat Pengupas Kulit Mentimun ... 60
Lampiran 23 Tabel Nilai Kritik Distribusi t ... 61
Lampiran 24 Tabel Nilai Kritik Distribusi F ... 62
PENETAPAN KADAR KALIUM dan NATRIUM pada MENTIMUN
(Cucumuic sativus, L.) yang DITANAM DIDATARAN RENDAH dan
DIDATARAN TINGGI SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
ABSTRAK
Memtimun dapat tumbuh didataran rendah (Langkat) dan dataran tinggi (Berastagi). Mentimun mengandung kalium dan natrium yang dapat menurunkan tekanan darah. Perubahan tekanan darah dipengaruhi oleh ketidak seimbangan Kalium dan Natrium.
Kadar Kalium dan Natrium ditentukan melalui dua tahap, tahap pertama mentimun direbus dengan aquadest selama 1 jam. Dan tahap kedua diukur menggunakan Spektrofotometer Shimadzu AA-6300. Metode ini dipilih karena mudah, cepat, teliti dan tidak memerlukan pemisahan pendahuluan.
Penetapan kadar Kalium pada Mentimun dengan persamaan regresi y= 0,1333x + 0,0206; r= 0,9992; LOD= 0,1969; LOQ= 0,6564. Maka dipeolehlah kadar Kalium pada Mentimun Langkat yang dikupas kulit 73,8354±0,4042 mg/100g, Mentimun Langkat tidak dikupas kulit 85,6396±0,6130 mg/100g, Mentimun Berastagi dikupas kulit 86,9382±0,6157 mg/100g, Mentimun Berastagi tidak dikupas kulit 95,8458±0,7381 mg/100g, dan % recovery = 103,79.
Penetapan kadar Natrium pada Mentimun dengan persamaan regresi y= 0,3015x + 0,0113; r= 0,9995; LOD= 0,03751; LOQ= 0,12504. Maka dipeolehlah kadar Natrium pada Mentimun Langkat dikupas kulit 0,6802±0,00361 mg/100g, Mentimun Langkat tidak dikupas kulit 1,0241±0,0055 mg/100g, Mentimun Berastagi dikupas kulit 1,4632±0,0265 mg/100g, Mentimun Berastagi tidak dikupas kulit 1,5185±0,0148 mg/100g, dan % recovery = 108,40.
Dari hasil penetapan kadar tersebut didapatkan kesimpulan bahwa kandungan Kalium dan Natrium pada Mentimun yang berasal dari Berastagi lebih besar dibandingkan dengan buah mentimun Langkat.
ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY DETERMINATION of POTASSIUM and SODIUM in CUCUMBER (Cucumuic sativus L) on
LOWLAND and HIGHLAND AREA
ABSTRACT
Memtimun can grow in lowland (Langkat) and highlang (Berastagi). Cucumbers contain potassium and sodium that can lower blood pressure. Changes in blood pressure is influenced by imbalances of Potassium and Sodium.
Potassium and sodium value are determined through two stages. For the first stage cucumber boiled with distilled water in 1 hour. The second stage was measured using a spectrophotometer Shimadzu AA-6300. This method was chosen because it is easy, fast, and does not require any preliminary separation.
Determination of potassium content in cucumber with regression equation y = 0,1333 x + 0,0206, r = 0,9992, LOD = 0,1969; LOQ = 0,6564. So obtained Potassium content in cucumber Langkat peeled skin 73,8354±0,4042 mg/100g, Cucumber Langkat not peeled skin 85,6396±0,6130 mg/100g, Cucumber Berastagi peeled skin 86,9382±0,6157 mg/100g, Cucumber Berastagi not peeled skin 95,8458±0,7381 mg/100g, and% recovery = 103,79.
Determination of sodium content in cucumber fruit with regression equation y = 0,3015 x + 0,0113, r = 0,9995, LOD = 0,03751; LOQ = 0,12504. So obtained Sodium content in cucumber Langkat peeled skin 0,6802±0,00361 mg/100g, Cucumber Langkat not peeled skin 1,0241±0,0055 mg/100g, Cucumber Berastagi peeled skin 1,4632±0,0265mg/100g, Cucumber Langkat not peeled skin 1,4632±0,0265 mg/100g, Cucumber Berastagi not peeled skin 1,5185±0,0148 mg/100g, and% recovery = 108.40.
From the results of the determination it was concluded that potassium and sodium content of cucumber fruit that comes from Berastagi larger than the cucumber Langkat.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mentimun (Cucumis sativus,
merupakan tumbuhan yang menghasilkan buah yang dapat dimakan. Kandungan gizi
yang terdapat pada mentimun adalah protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fospor,
besi, vitamin A,C, B1, B2,B6, air, kalium, natrium. Mentimun memiliki khasiat, salah
satunya adalah menurunkan tekanan darah (Rukmana, 1994).
Mentimun merupakan salah satu tanaman yang syarat tumbunya sangat
fleksibel, Karena dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah dan dataran tinggi.
Mentimun dapat tumbuh dan beradaptasi dengan hampir semua jenis tanah
(Sumpena, 20001).
Dataran rendah merupaka daerah yang telah mengalami pengolahan lebih
lanjut, banyak mengalami erosi dan tanahnya umumnya bersifat asam dan miskin
akan unsur hara. Hal ini sangat berbeda dengan daerah dataran tinggi dimana tanah
adalah jenis latosol dan andosol. Jenis tanah ini memiliki kesuburan tanah yang
tinggi, gembur dan cenderung bersifat netral (Nazaruddin, 2000)
Umumya daerah dataran rendah menanam sayuran sebagai tanaman sela
setelah panen padi, biasanya petani lokal kurang memperhatikan tingkat kesuburan
tanah, kelembapan tanah dan pengolahan tanah sehingga tidak terjaga kesuburan
tanahnya. Sedangkan dataran tinggi penanaman sayuran sebagai tanaman utama
sehingga penanamannya dilakukan dengan intensif seperti menjaga kelembapan
Unsur hara yang terdapat didalam tanah berasal dari hasil mineralisasi sisa
tanaman yang hidup diatasnya, sehingga tanaman yang hidup diatasnya
berswasembada hara tanaman. Dalm proses mineralisasi, sisa tanaman akan
melepaskan hara yang diperlukan oleh tanaman dalam jumlah dan macam yang
bervariasi. Unsur N, P, K, Ca, Mg dan S yang dilepaskan kedalam tanah dalam
bentuk ion-ion NH4+, NO3-, PO43-, H2PO4-, HPO42-, K+, Ca+, Mg2+ dan SO4
2-(Rosmarkam, 2002).
Sehingga diperkirakan terdapat perbedaan antara mentimun yang ditanam di
datran rendah (Langkat) dan didataran tinggi (Berastagi). Dan juga diperkirakan
terdapat perbedaan kadar kalium dan natrium dalam mentimun yang dikupas dan
tidak dikupas kulitnya.
Penetapan kadar natrium dan kalium, pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom, karena metode ini adalah salah satu
metode yang mudah, cepat, teliti (Vaessen and Kamp, 1989) dan tidak memerlukan
pemisahan pendahuluan (Khopkar, 1990) sehingga dipilih untuk penetapan kadar
kalium, dan natrium pada mentimun.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah ada perbedaan kadar Kalium dan Natrium pada mentimun yang
berasal dari Langkat dan Berastagi?
2. Apakah ada perbedaan kadar Kalium dan Natrium pada mentimun yang
dikupas dengan tidak dikupas kulitnya?
1.3 Hipotesis
1. Ada perbedaan kadar kalium dan natrium pada mentimun yang berasal dari
2. Ada perbedaan kadar kalium dan natrium pada mentimun yang dikupas
dengan tidak dikupas kulit..
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kadar kalium dan natrium
pada mentimun yang berasal dari Berastagi dan Langkat?
2. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kadar kalium dan natrium pada
mentimun yang dikupas dengan tidak dikupas kulit.
1.5 Manfaat Penelitian
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai besarnya
kandungan kalium dan natrium pada mentimun yang ditanam di dataran
rendah dan di dataran tinggi, dan kandungan kalium dan natrium pada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tanaman
Taksonomi tumbuhan mentimun :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Cucurbitales
Family : Cucurbitales
Genus : cucumis
Species : Cucumis sativus L (Laboratorium taksonomi tumbuhan).
Mentimun merupakan salah satu jenis sayuran dari keluarga labu-labuan.
Mentimun merupakan tanaman semusim yang bersifat menjalar atau memanjat.
Mentimun memiliki batang berbulu serata berbuku-buku panjang atau tinggi
tanaman dapat mencapai 50-250 cm dan bercabang. Daunnya bersegi mirip jantung
dan bagian ujung daunnya meruncing. Memtimun memiliki akar tunggang dan
buluh-buluh akar (Citrosupomo, 2007).
Tanaman mentimun memiliki daya adaptasi cukup luas terhadap iklim
lingkungan tempat tumbuhnya dan tidak memerlukan perawatan khusus. Di
Indonesia yang memiliki iklim panas (tropis), mentimun dapat ditanam didataran
rendah sampai dataran tinggi. Dimana selama pertumbuhannya membutuhkan sinar
tinggi. Hal ini akan mengakibatkan bunga-bunga yang terbentuk bebguguran dan
gagal membentuk buah (Rukmana,1994).
Mentimun adalah salah satu sayuran buah yang banyak di konsumsi segar
dan dalam bentuk olahan. Nilai gizi mentimun cukup baik karena sayuran buah ini
mengandung sumber mineral dan vitamin diantaranya protein, pati, karbohidrat,
fosfor, besi, kalium, natrium dan vitamin A, C, B1, B2, B6, B12 (Sumpena, 2001).
2.2 Tanah
Tanah bukanlah sekedar tanah tempat bercocok tanam. Tanah merupakan
tempat tanaman tumbuh dan berkembang. Bila lahan tidak sesuai maka pertumbuhan
tanaman tidak normal, hal ini ditandai oleh daunnya kerdil dan warnanya tak sehijau
biasanya, pertumbuhan buahnya kecil-kecil (Nazaruddin, 2000).
Unsur hara yang terdapat didalam tanah berasal dari hasil mineralisasi sisa
tanaman yang hidup diatasnya, sehingga tanaman yang hidup diatasnya
berswasembada hara tanaman. Dalm proses mineralisasi, sisa tanaman akan
melepaskan hara yang diperlukan oleh tanaman dalam jumlah dan macam yang
bervariasi. Unsur N, P, K, Ca, Mg dan S yang dilepaskan kedalam tanah dalam
bentuk ion-ion NH4+, NO3-, PO43-, H2PO4-, HPO42-, K+, Ca+, Mg2+ dan SO4
2-(Rosmarkam, 2002).
Unsur-unsur hara yang terdapat dalam tanah dapat ditingkatkan dengan cara
pemupukan, baik menggunakan pupuk anorganik dan pupuk organik ke dalam tanah,
serta perbaikan pengolahan lahan dll, sehingga dapat meningkatkan produksi
2.2.1 Dataran Rendah
Dataran rendah merupakan daerah yang terletak didaerah yang ketinggiannya
kurang dari 700m dpl. Dataran rendah merupaka daerah yang telah mengalami
pengolahan lebih lanjut, tanah berstruktur berat, banyak mengalami erosi dan
tanahnya umumnya bersifat asam dan miskin akan unsur hara (Nazaruddin, 2000).
Umumya daerah dataran rendah menanam sayuran sebagai tanaman sela
setelah panen padi, biasanya petani lokal kurang memperhatikan tingkat kesuburan
tanah, kelembapan tanah dan pengolahan tanah sehingga tidak terjaga kesuburan
tanahnya (Nazaruddin, 2000).
Cara mengatasi permasalahan jenis tanah didataran rendah adalah dengan
pengolahan tanah yang lebih intensif. Yaitu dengan cara; tanah yang memiliki
struktur yang lebih berat perlu dicangkul dan dibajak lebih lama sehingga tanahnya
menjadi gambur, tanah yang memiliki unsure hara yang rendah dapat dilakukan
pemupukan, baik pupuk anorganik atau pupuk organik, tanah yang asam dapat
diperbaiki dengan cara pengapuran sehingga pHnya mendekati normal, dan
memberikan penyuluhan terhadap masyarakat tentang cara pertanian yang baik
(Nazaruddin, 2000).
2.2.1 Dataran Tinggi
Dataran tinggi merupakan daerah yang terletak didaerah yang ketinggiannya
lebih besar dari 700m dpl. Daerah dataran tinggi memiliki jenis tanah latosol dan
andosol, merupakan jenis tanah yang memiliki kesuburan tanah yang tinggi, gembur,
strukturnya ringan dan tanahnya cenderung bersifat netral, sumber air (Nazaruddin,
Penanaman sayuran didataran tinggi sangat mendukung pertumbuhan
tumbuhan sebab semakin tinggi suatu tempat dari permukaaan laut maka semakin
rendah suhunya, sehingga sangat cocok untuk tempat tumbuh sayuran (Setiawan,
1995).
Para petani didataran tinggi menanam sayuran sebagai tanaman utama yang
ditanam sehingga penanamannya dilakukan dengan intensif seperti menjaga
kelembapan tanah, menjaga kesuburan tanah dengan memberikan pupuk (Setiawan,
1995).
2.3 Kalium
Kalium merupakan ion bermuatan positif, akan tetapi berbeda dengan
natrium, kalium terutama terdapat didalam sel, sebanyak 95% kalium berada di
dalam cairan intraseluler (Almatsier, 2001). Peranan kalium mirip dengan natrium,
yaitu kalium bersama – sama dengan klorida membantu menjaga tekanan osmotis
dan keseimbangan asam basa. Bedanya, kalium menjaga tekanan osmotik dalam
cairan intraselular (Winarno, 1995).
Absorpsi kalium dari makanan adalah secara pasif dan tidak memerlukan
mekanisme spesifik. Absorpsi berlangsung di usus kecil selama konsentrasi di
saluran cerna lebih tinggi daripada didalam darah.
Ginjal adalah regulator utama kalium didalam tubuh yang menjaga kadarnya
tetap didalam darah dengan mengontrol eksresinya. Kadar kalium yang tinggi dapat
meningkatkan eksresi natrium, sehingga dapat menurunkan volume darah dan
tekanan darah (Anonim,2004)
Kalium merupakan bagian essensial semua sel hidup, sehingga banyak
2000 mg sehari. Kalium terdapat dalam semua makanan mentah/segar, terutama
buah, sayuran dan kacang – kacangan (Almatsier, 2001).
2.4 Natrium
Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraselular dan hanya sejumlah
kecil natrium berada dalam cairan intraselular (Suhardjo, 1992). Makanan sehari
– hari biasanya cukup mengandung natrium yang dibutuhkan tubuh. Oleh karena itu,
tidak ada penetapan kebutuhan natrium sehari. Taksiran kebutuhan natrium sehari
untuk orang dewasa adalah sebanyak 500 mg. WHO (1990) menganjurkan
pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6 gram sehari (ekivalen dengan 2400 mg
natrium). Pembatasan ini dilakukan karena peranan potensial natrium dalam
menimbulkan tekanan darah tinggi (Almatsier, 2001)
Natrium juga menjaga keseimbangan asam basa didalam tubuh dengan
mengimbangi zat – zat yang membentuk asam. Natrium berperan dalam transmisi
saraf dan kontraksi otot. Natrium berperan pula dalam absorpsi glukosa dan sebagai
alat angkut zat – zat gizi lain melalui membran, terutama melalui dinding usus
(Almatsier, 2001)
2.5 Spektrofotometri Serapan Atom
Spektrofotometri serapan atom merupakan suatu metode analisis yang
digunakan untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada
proses penyerapan energi radiasi atom-atom yang berada pada tingkat energi dasar
(ground state) pada panjang gelombang tertentu tergantung jenis unsur yang
dianalisis (Haswell, 1991).
Prinsip dasar spektrometri serapan atom adalah interaksi antara radiasi
dari uap atom larutan sampel. Interaksi ini diperoleh dari proses penguapan sampel
yang dirubah menjadi atom bebas. Atom ini akan mengabsorpsi radiasi dari sumber
cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda (Hallow cathode lamp) yang
mengandung unsur dari logam yang akan ditentukan. Banyaknya penyerapan radiasi
kemudian di ukur pada panjang gelombang tertentu menurut jenis logamnya
(Darmono, 1995).
Sebagai contoh, natrium menyerap pada 589 nm. Cahaya pada panjang
gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu
atom yang mana transisi elektronik suatu atom bersifat spesifik. Dengan menyerap
suatu energi, maka atom akan memperoleh energi sehingga suatu atom pada keadaan
dasar dapat ditingkatkan energinya ke tingkat eksitasi. Natrium mempunyai
konfigurasi elektron 1s2, 2s2, 2p6, dan 3s1. Tingkat dasar untuk elektron valensi 3s1
ini dapat mengalami eksitasi ke tingkat 3p atau ke tingkat 4p (Rohman, 2007).
[image:26.595.144.439.474.550.2]Sistem peralatan spektrofotometri serapan atom dapat dilihat pada Gambar 1
Gambar 1. Komponen Spektrofotometer Serapan Atom (Anonim, 2010)
Dalam analisis secara spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan
dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral. Ada berbagai macam alat yang
dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi uap atom-atom yaitu
dengan nyala atau dengan tanpa nyala. Teknik atomisasi dengan nyala dinilai kurang
tanpa nyala atau elektrotermal spektrofotometri serapan atom atau spektrofotometri
graphite furnace (Rohman, 2007).
2.6 Sistem Atomisasi
2.6.1 Sistem Atomisasi Nyala
Setiap alat spektrofotometri atom akan mencakup dua komponen utama
sistem pengubahan sampel dan sumber atomisasi. Kebanyakan instrumen atomisasi
mengubah sampel dalam bentuk larutan dengan menggunakan :
1. Nyala udara propana
Suhu maksimum 1800oc, paling rendah diantara nyala yang lain. Nyala ini
cukup panas untuk analisis unsur-unsur yang mudah diatomkan, seperti Na, K, Cu,
Pb dan Zn. Unsur-unsur lain seperti Mg hanya dapat diuraikan atau diatomkan oleh
nyala ini, bila unsur tersebut terdapat dalam larutannya yang murni.
2. Nyala udara asetilen
Suhu maksimum yang dihasilkan oleh nyala ini 2300oc kombinasi gas inilah
yang paling banyak digunakan untuk kebanyakan unsur – unsur yang dapat
ditetapkan dengan cara SSA. Paling sedikit 30 unsur dapat ditetapkan dengan nyala
udara + asetilin , termasuk juga unsur – unsur yang dapat ditetapkan dengan nyala
udara + propana.
3. Nitrous oksida-asetilen
Kombinasi ini memberikan nyala suhu maksimum 3000oc, yang paling
panas diantara kombinasi-kombinasi yang telah disebut di atas. Nyala suhu yang
dihasilkan cukup panas untuk mengatomkan unsur-unsur seperti Al, Si, V dan Ti
menganalisis 67 unsur dan kombinasi ini di pakai apabila kombinasi yang telah
disebutkan di atas hasilnya tidak memuaskan karena suhu nyala kurang panas
2.6.2 Sistem Atomisasi Dengan Elektrothermal (Tungku)
Sistem nyala api ini lebih dikenal dengan nama Grafit Furnace Atomic
Absorption Spectrofotometry (GFAAS). Sistem ini dapat mengatasi kelemahan dari
sistem nyala seperti, sensitivitas, jumlah sampel dan penyiapan sampel. Ada tiga
tahap atomisasi dengan tungku yaitu:
a. Tahap pengeringan atau penguapan larutan
b. Tahap pengabuan atau penghilangan senyawa-senyawa organik dan
c. Tahap atomisasi
Unsur-unsur yang dapat di analisis dengan menggunakan GFAAS adalah
sama dengan unsur-unsur yang dapat dianalisis dengan sistem nyala (Rohman, 2007)
Pembentuk gas atom – atom logam dalam nyala dapat terjadi bila suatu larutan
sampel yang mengandung logam dimasukkan ke dalam nyala. Peristiwa yang terjadi
secara singkat setelah sampel dimasukkan ke dalam nyala adalah :
1. Penguapan pelarut yang meninggalkan residu
2. Penguapan zat padat dengan dissosiasi menjadi atom – atom penyusunnya, yang
mula – mula akan berada dalam keadaan dasar.
3. Beberapa atom dapat tereksitasi oleh energi panas nyala ke tingkatan
tingkatan energi yang lebih tinggi, dan mencapai kondisi dimana atom –atom
2.7 Parameter Analisis
Parameter yang digunakan dalam hal ini adalah validasi metode, dalam hal
ini yang digunakan adalah ketepatan, kecermatan dan batas deteksi serta batas
kuantifikasi.
2.7.1 Kecermatan (akurasi)
Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil
analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai perses
perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan (Harmita, 2004).
Perolehan kembali dapat ditentukan dengan cara membuat sampel plasebo
(eksipien obat, cairan biologis) kemudian ditambahkan analit dengan konsentrasi
tertentu (biasanya 80% sampai 120% dari kadar analit yang diperkirakan), kemudian
dianalisis dengan metode yang akan divalidasi (Ermer dan Miler, 2005).
Tetapi bila tidak memungkinkan membuat sampel plasebo, maka dapat
dipakai metode adisi. Metode adisi dapat dilakukan dengan menambahkan sejumlah
analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan
metode tersebut (Harmita, 2004).
2.7.2Ketepatan (presisi)
Presisi merupakan ukuran keterulangan metode analisis dan biasanya
diekspresikan sebagai simpangan baku relatif (Relative Standard Deviation, RSD)
dari sejumlah sampel yang berbeda secara statistik (Rohman, 2007).
Dalam analisis, nilai RSD antara 1-2% biasanya dipersyaratkan untuk
senyawa aktif dalam jumlah yang banyak, sedangkan untuk
2.7.3 Batas Deteksi (Limit of Detection, LOD) dan Batas Kuantifikasi (Limit of
Quantification, LOQ)
Batas deteksi didefenisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel
yang masih dapat dideteksi, tetapi tidak dikuantifikasi pada kondisi percobaan yang
dilakukan. Batas deteksi dinyatakan dalam konsentrasi analit (persen, bagian per
juta) dalam sampel (Satiadarma, dkk, 2004).
Batas kuantifikasi didefenisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam
sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi. Batas ini dinyatakan
dalam konsentrasi analit (persen, bagian per juta) dalam sampel (Satiadarma, dkk.,
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
mengetahui kadar kalium dan natrium pada mentimun yang ditanam di dataran
rendah dan di dataran tinggi, dan kadar kalium dan natrium pada mentimun yang
dikupas dan tidak dikupas kulitnya.
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Bahan Pangan dan
Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi USU dan Laboratorium
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Penelitian ini dilakukan pada bulan
Juli-Agustus 2010.
3.2 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan antara lain: Spektrofotometer Serapan Atom
Shimadzu (AA – 6300) dengan Lampu Katoda K dan Na, Hot plate, Blender,
Timbangan kasar, Pisau stainless steel, pisau pengupas kulit, Kertas Saring
Whatman no 42, dan alat–alat gelas (Pyrex).
3.3 Bahan-Bahan
3.3.1 Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mentimun yang ditanam
di dataran rendah (Langkat) dan dataran tinggi (Berastagi).
3.3.2 Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah aquadest
(Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif) dan sampel mentimun yang ditanam di
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan secara purposif. Pengambilan sampel
yang digunakan untuk penelitian adalah mentimun yang ditanam di dataran rendah
(Langkat) dan dataran tinggi (Berastagi).
3.4.2 Persiapan Sampel
Sampel yang digunakan adalah mentimun yang ditanam di dataran rendah
(Langkat) dan dataran tinggi (Berastagi) masing-masing ± 11 kg. Sampel terlebih
dahulu dicuci dengan air mengalir dan ditiriskan sampai air cuciannya kering.
Sampel di belah menjadi dua bagian, satu bagian dikupas kulit dan satu bagian lagi
tidak dikupas kulitnya.
3.4.3 Pembuatan Larutan Sampel
3.4.3.1 Mentimun Dikupas Kulit
Sampel mentimun yang telah dikupas kulitnya ditimbang ± 300 g, kemudian
sampel dihaluskan dengan blender sampai halus, kemudian masukkan kedalam
bekear gelas 2 L tambahkan 200 ml aquadest dan panaskan selama 1 jam. Saring,
masukkan kedalam labu tentukur 500 ml cukupkan volume sampai 500 ml. Larutan
ini digunakan untuk analisis kuantitatif (Haswell, 1991).
3.4.3.1 Mentimun Tidak Dikupas Kulit
Sampel mentimun yang tidak dikupas kulitnya ditimbang ± 300 g, kemudian
sampel dihaluskan dengan blender sampai halus, kemudian masukkan kedalam
bekear gelas 2 L tambahkan 200 ml aquadest dan panaskan selama 1 jam. Saring,
masukkan kedalam labu tentukur 500 ml cukupkan volume sampai 500 ml. Larutan
3.5 Analisa Kuantitatif
3.5.1 Penentun Panjang Gelombang
Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan dalam beberapa langkah
yaitu pasang lampu katoda yang sejenis dengan mineral yang akan dianalisis, alat
dihidupkan. Pilih panjang gelombang yang diinginkan. Panjang gelombang yang
tersedia untuk mineral kalium adalah 769,9 nm; 404,4 nm. Mineral natrium adalah
589,0 nm; 589,6 nm; 330,2 nm; 330,4 nm. Dari panjang gelombang yang tersedia
maka kita dapat memilih panjang gelombang yang menghasilkan garis spectrum
yang tajam dan dengan intensitas yang maksimum. Maka panjang gelombang yang
digunakan untuk masing-masing mineral kalium dan natrium berturut-turut adalah
769,9 nm dan 589,0 nm.
3.5.2 Penetapan Kadar Kalium
3.5.2.1 Pembuatan Larutan Standar Kalium
Larutan standar kalium (1000 mcg/ml) dipipet sebanyak 10 ml, dimasukkan
ke dalam labu tentukur 100 ml, ditepatkan volumenya sampai garis tanda dengan
aquadest (konsentrasi 100 mcg/ml) disebut Larutan Standar K.
3.5.2.2 Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi Kalium
Larutan kerja mineral kalium dibuat dengan memipet 0,5 ml; 1 ml ; 2 ml; 3
ml dan 4 ml Larutan Standar K , dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml,
kemudian ditepatkan volumenya sampai garis tanda dengan aquadest (larutan kerja
ini mengandung 0,5 mcg/ml; 1,0 mcg/ml; 2,0 mcg/ml; 3,0 mcg/ml dan 4,0 mcg/ml).
Diukur pada panjang gelombang 769,9 nm dengan menggunakan blanko (aquadest).
dan perhitungan persamaan garis regresi kurva kalibrasi dapat dilihat pada
Lampiran 3.
3.5.2.3 Penetapan Kadar Kalium dalam Sampel
Larutan sampel yang diperoleh dari prosedur seksi 2.4.3 dipipet 1 ml,
dimasukkan dalam labu tentukur 250 ml, kemudian ditepatkan volumenya sampai
garis tanda dengan aquadest, kemudian diukur absorbansinya dengan spektrometer
serapan atom pada panjang gelombang 769,9 nm.
Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi
larutan standar kalium. Konsentrasi kalium dalam sampel dalam unit ppm (mcg/ml)
ditentukan berdasarkan persamaan linier dari kurva kalibrasi.
Kadar Kalium dalam sampel dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
(g) Sampel Berat
n Pengencera Faktor
x (ml) Volume x
(mcg/ml) i
Konsentras (mg/100g)
Kadar =
3.5.3 Penetapan Kadar Natrium
3.5.3.1 Pembuatan Larutan Standar Natrium
Larutan standar natrium (1000 mcg/ml) dipipet sebanyak 10 ml, dimasukkan
ke dalam labu tentukur 100 ml, ditepatkan volumenya sampai garis tanda dengan
aquadest (konsentrasi 100 mcg/ml) disebut Larutan Standar Na I.
Larutan Standar Na I dipipet sebanyak 10 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur
100 ml, ditepatkan volumenya sampai garis tanda dengan aquadest (konsentrasi 10
mcg/ml) disebut Larutan Standar Na II.
3.5.3.2 Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi Natrium
Larutan kerja mineral natrium dibuat dengan memipet 2 ml; 4 ml ; 6 ml; 8 ml
ini mengandung 0,2 mcg/ml; 0,4 mcg/ml; 0,6 mcg/ml; 0,8 mcg/ml dan 1,0 mcg/ml).
Diukur pada panjang gelombang 589,0 nm dengan menggunakan blanko (aquadest).
Hasil pengukuran absorbansi larutan standar natrium dapat dilihat pada Lampiran 4
dan perhitungan persamaan garis regresi kurva kalibrasi dapat dilihat pada
Lampiran 5.
3.5.3.3 Penetapan Kadar Natrium dalam Sampel
Larutan sampel yang diperoleh dari prosedur seksi 2.4.3 dipipet 10 ml,
dimasukkan dalam labu tentukur 100 ml, kemudian ditepatkan volumenya sampai
garis tanda dengan aquadest, kemudian diukur absorbansinya dengan spektrometer
serapan atom pada panjang gelombang 589,0 nm.
Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi
larutan standar natrium. Konsentrasi natrium dalam sampel dalam unit ppm
(mcg/ml) ditentukan berdasarkan persamaan linier dari kurva kalibrasi.
Kadar Natrium dalam sampel dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
(g) Sampel Berat
n Pengencera Faktor
x (ml) Volume x
(mcg/ml) i
Konsentras (mg/100g)
Kadar =
3.6 Analisis Data Secara Statistik
3.6.1 Analisis dengan Uji Q
Kadar kalium dan natrium yang diperoleh dari hasil pengukuran
masing-masing 6 larutan sampel, diuji secara statistik dengan uji Q.
Dengan rumus sebagai berikut:
terendah Nilai
-Tertinggi Nilai
terdekat yang
Nilai -dicurigai yang
Nilai hitung
Q =
Selanjutnya nilai Qhitung dibandingkan dengan nilai Qkritis, jika nilai Qhitung lebih kecil
besar dari Qkritis maka hipotesis nul ditolak. Perhitungan dapat dilihat pada
Lampiran 9 dan 10.
Menurut Rohman, 2007 Hasil pengujian atau nilai Qhitung yang diperoleh ditinjau
[image:36.595.100.503.194.313.2]terhadap daftar harga Qkritis pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai Qkritis pada Taraf Kepercayaan 95%
Banyak data Nilai Qkritis
4 0,831
5 0,717
6 0,621
7 0,570
8 0,524
3.6.2 Rata-rata Kadar Kalium dan Natrium
Kadar kalium dan natrium yang diperoleh dari hasil pengukuran
masing-masing 6 larutan sampel, ditentukan rata-ratanya secara statistik dengan taraf
kepercayaan 95% dengan rumus sebagai berikut:
n S/ t X 12α
µ= ±
Keterangan : µ = interval kepercayaan
X = kadar rata-rata sampel
t = harga t tabel sesuai dengan dk = n-1
α = tingkat kepercayaan
s = standar deviasi
n = jumlah perlakuan (Wibisono, 2005)
3.6.3 Pengujian Beda Nilai Rata-rata
Sampel yang dibandingkan adalah independen dan jumlah pengamatan
masing-masing lebih kecil dari 30 dan variansi (σ) tidak diketahui sehingga
dilakukan uji F untuk mengetahui apakah variansi kedua populasi sama (σ1 = σ2)atau
Dengan menggunakan rumus:
Fo = 2
2 2 1
S S
S1 adalah standar deviasi mentimun langkat dengan kulit dan S2 adalah
standar deviasi mentimun berastagi dengan kulit Apabila dari hasilnya diperoleh Fo
tidak melewati nilai kritis F maka dilanjutkan dengan uji t (Triola, 1986) dengan
rumus: 2 1 2 1 2 1 1 1 ) ( ) ( n n Sp x x to + − − − = µ µ
dan jika Fo melewati nilai kritis F maka dilanjutkan dengan uji t dengan rumus :
2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 / / ) ( ) ( n S n S x x to + − − − = µ µ
Kedua sampel dinyatakan berbeda apabila to yang diperoleh
melewati nilai kritis t, dan sebaliknya (Wibisono, 2005). Perhitungan dapat dilihat
pada Lampiran 12 dan Lampiran 13.
2.7 Uji Perolehan Kembali (Recovery)
Uji perolehan kembali dilakukan dengan metode penambahan larutan standar
(Standard addition method). Pertama-tama dilakukan penentuan kadar mineral dalam
sampel, selanjutnya dilakukan penentuan kadar mineral dalam sampel setelah
penambahan larutan standar dengan konsentrasi tertentu (Harmita, 2004).
3.7.1 Uji Perolehan Kembali (Recovery) Kalium
Sampel mentimun yang telah dikupas kulitnya ditimbang ± 300 g yang telah
diblander, dimasukkan kedalam beaker gelas 2 L, lalu ditambahkan 200 ml aquadest
dan ditambahkan 5 ml larutan standar kalium (konsentrasi 1000 mcg/ml).
Lalu dihitung persentase uji perolehan kembali dengan rumus : % 100 sampel dalam n ditambahka yang standar Kadar sampel dalam zat Kadar -standar n ditambahka setelah zat Kadar Recovery
% = x
Perhitungan uji perolehan kembali dapat dilihat pada Lampiran 14 dan data %
recovery dapat dilihat pada Lampiran 16 dan 17.
3.7.2 Uji Perolehan Kembali (Recovery) Natrium
Sampel mentimun yang telah dikupas kulitnya ditimbang ± 300 g yang telah
diblander, dimasukkan kedalam beaker gelas 2 L, lalu ditambahkan 200 ml aquadest
dan ditambahkan 5 ml larutan standar natrium (konsentrasi 100 mcg/ml). Selanjutnya
diperlakukan dengan cara yang sama seperti seksi 2.5.3.3.
Lalu dihitung persentase uji perolehan kembali dengan rumus :
% 100 sampel dalam n ditambahka yang standar Kadar sampel dalam zat Kadar -standar n ditambahka setelah zat Kadar Recovery
% = x
Perhitungan uji perolehan kembali dapat dilihat pada Lampiran 15 dan data %
recovery dapat dilihat pada Lampiran 16 dan 17.
3.8 Penentuan Batas/Limit Deteksi dan Batas/Limit Kuantifikasi
Batas deteksi atau Limit of Detection (LOD) adalah jumlah terkecil analit
dalam sampel yang dapat dideteksi. Batas kuantitasi atau Limit of Quantification
(LOQ) merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat diukur
secara cermat dan akurat.
Menurut Harmita (2004), batas deteksi dapat dihitung berdasarkan pada
Standar Deviasi (SD) dari kurva antara respon dan kemiringan (slope) dengan rumus
RSD = X
SD
x 100%
LOD =
slope SD x
3
Sebaliknya, untuk penentuan batas kuantifikasi dapat digunakan rumus :
LOQ =
slope SD x
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Kuantitatif
4.1.1 Kurva Kalibrasi Kalium
Kurva kalibrasi kalium yang diperoleh dengan cara mengukur absorbansi
larutan standar kalium pada konsentrasi yang berbeda-beda pada panjang gelombang
[image:40.595.157.455.296.496.2]769,9 nm. Hasil pengukuran kurva kalibrasi Kalium seperti pada Gambar 1 berikut :
Gambar 1. Kurva Kalibrasi Kalium pada Panjang Gelombang 769,9 nm
Berdasarkan data pengukuran kurva kalibrasi diperoleh persamaan garis
regresi Y=0,1333x + 0,0206, dengan koefisien korelasi 0,9992.
4.1.2 Kurva Kalibrasi Natrium
Kurva kalibrasi natrium diperoleh dengan cara mengukur absorbansi larutan
standar natrium pada konsentrasi yang berbeda-beda pada panjang gelombang 589,0
nm.
Gambar 2. Kurva Kalibrasi Natrium pada Panjang Gelombang 589,0 nm
Berdasarkan data pengukuran kurva kalibrasi diperoleh persamaan garis regresi
Y=0,3015x + 0,0113, dengan koefisien korelasi 0,9994.
Harga r yang diperoleh dari kedua mineral (kalium= 0,9992, natrium=
0,9995) telah memenuhi harga r yang sebenarnya. Nilai r ≥ 0,95 menunjukkan bukti
adanya korelasi linier yang menya takan adanya hubungan antara X dan Y (Shargel
dan Andrew, 1988). Kurva ini menunjukkan korelasi positif antara konsentrasi (X)
dan absorbansi (Y) yang artinya, peningkatan konsentrasi sebanding dengan naiknya
absorbansi (Sudjana, 2005).
4.1.3 Prosedur Penetapan Kadar Kalium dan Natrium pada Sampel
Penetapan kadar kalium dan Natrium dilakukan secara spektrofotometri
serapan atom, dimana sampel buah mentimun terlebih dulu direbus kemudian
dicukupkan volume dengan aquadest hingga garis tanda dan diukur dengan
spektrofotometri serapan atom. Pengukuran tersebut menghasilkan absorbansi dan
diperoleh konsentrasi larutan pengukuran berdasarkan persamaan garis regresi. Data
absorbansi dan konsentrasi larutan pengukuran dapat dilihat pada Tabel 2 dan
Tabel3.
N
o Sampel
Kalium Natrium
Absorbansi Kadar
(mg/100g) Absorbansi
Kadar (mg/100g) 1 Mentimun Langkat Dikupas Kulit
0,2565 73,7375 0,1344 0,6805
0,2566 73,7667 0,1334 0,6748
0,2586 74,3917 0,1339 0,6777
0,2576 74,0792 0,1348 0,6827
0,2567 73,8000 0,1345 0,6810
0,2549 73,2375 0,1351 0,6843
2 Mentimun Langkat Tidak Dikupas Kulit
0,2969 86,3625 0,1967 1,0248
0,2961 86,1125 0,1954 1,0177
0,2916 84,7083 0,1978 1,0310
0,2943 85,5500 0,1975 1,0293
0.2949 85,7375 0,1962 1,0220
[image:42.595.114.499.83.302.2]0,2937 85,3667 0,1958 1,0198
Tabel 3. Data Absorbansi dan Kadar Hasil Pengukuran Kalium dan Natrium pada Mentimun Berastagi yang Dikupas dan Tidak Dikupas Kulitnya
Sampel
Kalium Natrium
Absorbansi Kadar
(mg/100g) Absorbansi
Kadar (mg/100g)
Mentimun Berastagi Dikupas Kulit
0,2969 86,3625 0,2803 1,4870
0,2967 86,3041 0,2797 1,4837
0,2992 87,0833 0,2780 1,4743
0,3012 87,7083 0,2752 1,4588
0,3005 87,4916 0,2737 1,4505
0,2979 86,6792 0,2681 1,4195
Mentimun Berastagi Tidak Dikupas
Kulit
0,3286 96,2708 0,2834 1,5040
0,3272 95,8333 0,2844 1,5097
0,3294 96,5250 0,2843 1,5092
0,3258 95,4000 0,2856 1,5163
0,3289 96,3667 0,2886 1,5328
0,3235 94,6792 0,2897 1,5390
Mentimun merupakan tumbuhan yang dapat ditanam di daerah dataran
rendah dan dataran tinggi. Mentimun yang ditanam didataran rendah yang diteliti
oleh peneliti adalah mentimun yang ditanam didaerah Langkat yaitu mentimun yang
kulit buahnya halus, dan didataran tinggi mentimun yang ditanam di daerah
Berdasarkan keadaan kulit buahnya mentimun digolongkan menjadi dua
kelompok yaitu mentimun dengan kulit buah berbintil-bintil dan mentimun yang
kulit buahnya berkulit halus atau tidak berbintil-bintil (Rukmana, 1994).
Kadar kalium dan natrium yang terdapat dalam mentimun yang ditanam
didataran tinggi (Berastagi) lebih tinggi dari mentimun yang ditanam didataran
rendah (Langkat). Hal ini disebabkan oleh mentimun Langkat ditanam didaerah yang
kurang subur dan juga dalam hal pengolahan tanah, dimana mentimun yang ditanam
didataran rendah kurang diperhatikan pengolahan tanah, kesuburan tanah dan
pemeliharaan tumbuhan, karena mentimun ditanam didataran rendah di tanam
sebagai tanaman sela setelah penanaman padi. Sedangkan mentimun yang ditanam
didataran tinggi memiliki tingkat kesuburan tanah yang baik dan mentimun yang
ditanam merupakan tanaman pokok, sehingga petani memperhatikan dengan baik
kesuburan tanah, pemupukan, dan pemeliharaan tumbuhan.
Dataran rendah tak seberuntung dataran tinggi dalam soal jenis tanah yang
dimiliki Tanah dataran rendah tanahnya sudah mengalami pengolahan lebih lanjut,
banyak tererosi bersifat asam, berstruktur kasar dan miskin unsur hara. Sedangkan
didataran tinggi tanahnya memiliki kesuburan tinggi, cenderung bereaksi netral,
gembur dan berstruktur halus (Nazzaruddin, 2000).
Kandungan kalium dan natrium mentimun yang tidak dikupas kulitnya lebih
tinggi dari pada mentimun yang dikupas kulitnya. Hal ini mungkin disebabkan oleh
pada kulit buah mentimun terdapat kandungan kalium dan natrium.
4.2 Analisis Data Secara Statistik
4.2.1 Analisis dengan Uji Q
Tabel 4. Data Hasil Analisis dengan Uji Q pada Mentimun Langkat.
Sampel Uji Q
Kalium Natrium Mentimun Langkat Dikupas Kulit 0,2707 0,1684 Mentimun Langkat Tidak Dikupas Kulit 0,1511 0,1278
Tabel 5. Data Hasil Analisis dengan Uji Q pada Mentimun Berastagi.
Sampel Uji Q
Kalium Natrium Mentimun Berastagi Dikupas Kulit 0,1543 0,0489 Mentimun Berastagi Tidak Dikupas Kulit 0,0858 0,1771
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa Qhitung lebih kecil dari Qkritis (Qkritis
= 0,621). Jika nilai Qhitung lebih kecil dari Qkrikis, maka data diterima (Rohman,
2007).
4.2.2 Analisis Lanjutan (Uji Beda Nilai Rata-rata)
Analisis data secata statistik menurut analisis lanjutan (uji beda nilai
rata-rata) dilakukan terhadap mentimun Langkat yang dikupas kulitnya dengan yang
tidak dikupas kulitnya, mentimun Berastagi yang dikupas kulitnya dengan yang
[image:44.595.98.512.509.607.2]tidak dikupas kulitnya dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6.Data Hasil Uji Beda Nilai Rata-rata Kalium dan Natrium pada Mentimun Lankat dan Berastagi.
Sampel
Uji Beda Nilai Rata-rata
Kalium Natrium
Harga F0 Harga t0 Harga F0 Harga t0
Mentimun Langkat Dikupas
dan Tidak dikupas Kulit 0,4349 -131,2827 0,4258 -134,3645 Mentimun Berastagi Dikupas
dan Tidak dikupas Kulit 0,6959 -75,6551 0,0451 -150,8582
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak karna harga
F0 dari masing-masing mineral < 7,1464 (daerah kritis penerimaan= -7,1464 ≤
7,1464) (Satiadarma, 2004).
Daerah kritis penolakan t0 <-2,2281 dan t0 >2,2281. Harga t0 yang di dapat
ditolak, berarti terdapat perbedaan signifikan rata-rata kadar kalim dan natrium pada
mentimun Langkat dikupas dan tidak dikupas kulit dan mentimun Berastagi dikupas
dan tidak dikupas kulit.
4.4 Uji Perolehan Kembali (Recovery)
Uji perolehan kembali dilakukan terhadap sampel yang sama dan di analisis
dengan cara yang sama dengan pengerjaan sampel awal. Uji perolehan kembali
dilakukan untuk mengetahui kadar sampel sebenarnya dengan cara
mengkonversikan harga persen recovery tersebut. Hasil uji perolehan kembali dapat
[image:45.595.102.502.349.409.2]dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Perhitungan Perolehan Kembali (%)
Sampel Mineral yang dianalisis Perolehan kembali (%)
Mentimun Langkat
Tanpa Kulit
Kalium 103,79
Natrium 108,40
Hasil yang diperoleh dari uji perolehan kembali memberikan ketepatan pada
pemeriksaan kadar kalium dan natrium dalam sampel. Menurut Ermer dan Miller
(2005), suatu metode untuk spektofotometri serapan atom dikatakan teliti jika nilai
recovery nya antara 80-120%. Hasil yang didapat dari uji perolehan kembali untuk
kedua mineral menunjukkan bahwa metode ini memberikan ketepatan yang
memenuhi persyaratan untuk metode yang digunakan.
4.5 Batas/Limit Deteksi (LOD) dan Batas/Limit Kuantifikasi (LOQ)
Batas/limit deteksi (LOD) dan batas/limit kuantifikasi (LOQ) dilihat
berdasarkan harga konsentrasi hasil pengukuran. Konsentrasi dari masing-masing
Tabel 8. Hasil Pengukuran Konsentrasi Kalium dan Natrium pada Buah Mentimun.
No Sampel Rata-rata Konsentrasi (mcg/ml)
Kalium Natrium
1 Mentimun Langkat Tanpa Kulit 1,6621 0,4081 2 Mentimun Langkat Dengan Kulit 2,0488 0,6145 3 Mentimun Berastagi Tanpa Kulit 2,0865 0,8774 4 Mentimun Berastagi Dengan Kulit 2,3003 0,9111
Berdasarkan Tabel 8 Seluruh konsentrasi pengukuran kalium dan natrium
pada sampel berada diatas batas kuantifikasi, yaitu untuk kalium dan natrium secara
berturut-turut adalah 0,6564 mcg/ml dan 0,1250 mcg/ml.
Limit deteksi (LOD) Limit kuantifikasi (LOQ) dari suatu metode analisis
adalah nilai parameter penentuan kuantitatif senyawa yang terdapat dalam
konsentrasi rendah dalam matriks. Limit kuantifikasi dinyatakan dalam konsentrasi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Ada perbedaan kandungan Kalium dan Natrium pada Mentimun yang
ditanam Didataran rendah (Langkat)= 79,7375 mg/100g; 1,0226 mg/100g,
dan kadar Kalium dan Natrium yang ditanam didataran tinggi (Berastagi)=
91,3920 mg/100g; 1,4904 mg/100g.
2. Ada perbedaan kandungan Kalium dan Natrium pada buah mentimun yang
dikupas kulitnya dan tidak dikupas kulitnya yaitu:
Mentimun Langkat dikupas kulit: kadar kalium=73,8354±0,4042 mg/100g
dan kadar natrium= 0,6802±0,00361 mg/100g,
Mentimun Langkat tidak dikupas kulit: kadar kalium=85,6396±0,6130
mg/100g dan kadar natrium =1,0241±0,0055 mg/100g,
Mentimun Berastagi dikupas kulit: kadar kalium= 86,9382±0,6157 mg/100g
dan kadar natrium =1,4632±0,0265 mg/100g,
Mentimun Berastagi tidak dikupas kulit: kadar kalium=95,8458±0,7381
mg/100g dan kadar natrium =.1,5185±0,0148 mg/100g
5.2 Saran
Agar dilakukan penelitian pada mentimun dengan berbagai jenis yang
DAFTAR PUSTAKA
Achadi L. Endang. (2007). Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Edisi I, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Hal 94.
Almatsier, S. (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Hal 220 – 224
Ermer, J dan Miller, JHM. (2005). Method Validation in Pharmaceutical Analysis. Weinheim:Wiley-VCH. Page. 171.
Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Jakarta: Departemen Farmasi FMIPA-UI. Hal. 119,130,131.
Haswell, S.J. (1991). Atomic Absorption Spectrometry. Amsterdam: Elsevier. Hal.207
Khopkar, S.M. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik Edisi kedua. UI Press. Jakarta. Hal 274
Nazaruddin. (2000). Sayuran Dataran Rendah.Jakarta. Penebar Swadaya. Hal.8
Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisi. Pustaka Pelajar Universitas Islam
Indonesia. Hal. 298.
Rukmana, Rahmat. (1994), Budidaya Mentimun, Kanikus, Yogyakarta. Hal 14
Satiadarma, K., M. Mulja, D. H. Tjahjono, R. E. Kartasasmita. (2004). Asas
Pengembangan Prosedur Analisis. Edisi Pertama. Surabaya: Airlangga
University Press. Hal. 46-49.
Setiawan, Ade Iwan. (1995). Sayuran Dataran Tinggi. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal. 5,138.
Sudjana. (2005). Metode Statistika. Edisi Keenam. Bandung: Penerbit Tarsito. Hal. 371.
Triola, M.F. (1986). Elementary Statistics. Third Edition. California: The Benjamin/Cummings Publishing Company. p. 384-387.
Vaessen, H.A.M.G And Kamp,C.G Online. (1989). Sodium and Pottasium Assay of
Foods And Biological Substrates by Atomic Absorption Spectroscopy (AAS).
Vogel. (1994).Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerjemah: Pudjaatmaka dan setiono. Edisi Keempat. Jakarta: EGC Kedokteran.
Lampiran 1. Mentimun yang Digunakan Sebagai Sampel
A B C
D E F
Keterangan :
A. Mentimun Langkat
B. Mentimun Langkat yang dikupas kulit
C. Mentimun Langkat yang tidak dikupas kulit
D. Merntimun Berastagi
E. Merntimun Berastagi yang dikupas kulit
Lampiran 4. Data Kalibrasi Kalium dan Natrium dengan Spektrofotometri Serapan Atom
1. Kalium
No Konsentrasi (mcg/ml) Absorbansi
1 0,500 0,0789
2 1,000 0,1564
3 2,000 0,2951
4 3,000 0,4261
5 4,000 0,5461
2. Natrium
No Konsentrasi (mcg/ml) Absorbansi
1 0,200 0,0688
2 0,400 0,1326
3 0,600 0,1976
4 0,800 0,2511
Lampiran 6. Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r) dari Data Kalibrasi Kalium pada Mentimun Langkat dan Berastagi
No X Y XY X2 Y2
1 0,500 0,0789 0,0395 0,250 0,0062
2 1,000 0,1564 0,1564 1,000 0,0245
3 2,000 0,2951 0,5902 4,000 0,0871
4 3,000 0,4261 1,2783 9,000 0,1816
5 4,000 0,5461 2,1844 16,000 0,2982
∑x=10,500 ∑y =1,5026 ∑xy=4,2488 ∑x2=30,250 ∑y2= 0,5976 x= 2,100 y=0,3005
a =
( )( )
( )
n x x n y x -xy 2 2∑
∑
∑
∑
∑
− a = 5 10,500 250 , 30 5 ) 5026 , 1 )( 500 , 10 ( 4,2488 2 − −a = 0,1333
b = y- ax
= 0,3005 – (0,1333)(2,1000)
= 0,0206
Persamaan Regresinya adalah y = 0,1333x + 0,0206
r =
( )( )
( ) ( )
( ) ( )
− −∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
n y y n x x n y x -xy 2 2 2 2(
)
(
) (
)
− − − = 5 5026 , 1 5976 , 0 5 5000 , 10 2500 , 30 5 ) 5026 , 1 )( 5000 , 10 ( 2488 , 4 r 2 2 r = 0942 . 1 0933 , 1Lampiran 8. Perhitungan Persamaan Garis Regresi dan Koefisien Korelasi (r) dari Data Kalibrasi Natrium pada Mentimun Langkat dan Berastagi
No X Y XY X2 Y2
1 0,200 0,0688 0,0138 0,040 0,0047
2 0,400 0,1326 0,0530 0,160 0,0176
3 0,600 0,1976 0,1186 0,360 0,0390
4 0,800 0,2511 0,2009 0,640 0,0631
5 1,000 0,3110 0,3110 1,000 0,0976
∑x=3,000 ∑y =0.9611 ∑xy=0,6973 ∑x2 = 2,200 ∑y2 =0,2211 x=0,600 y= 0,1922
a =
( )( )
( )
n X X n Y X -XY 2 2∑
∑
∑
∑
∑
− a = 5 ) 000 , (3 2,200 5 ) 9611 , 0 )( 3,000 ( 0,6973 2 − −a = 0,3015
b = y- ax
= 0,1922– (0,3015)(0,600)
= 0,0113
Persamaan regresinya adalah y = 0,3015x + 0,0113
r =
( )( )
( ) ( )
( ) ( )
− −∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
n y y n x x n y x -xy 2 2 2 2 r =(
) (
)
− − − 5 9611 , 0 2211 , 0 5 ) 000 , (3 2,200 5 ) 9611 , 0 )( 3,000 ( 0,6973 2 2 r = 12066 , 0 1206 , 0Lampiran 9. Perhitungan Kadar Kalium pada Mentimun Langkat dan Berastagi
Kadar (mg/100g) =
W Fp x V x C
Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel setelah pengenceran (mcg/ml)
V = Volume labu kerja (ml)
Fp = Faktor pengenceran
W = Berat sampel (g)
Faktor Pengenceran =
(ml) dipipet yang larutan Volume (ml) digunakan yang Labu = ml 1 ml 50 2 = 250
1. Kadar Mentimun Langkat Dikupas Kulit
1. Kadar (mg/100g) =
300
x250 500 x 1,7697
= 737,375 mcg/g = 73,7375 mg/100g
2. Kadar (mg/100g) =
300 50 x2 500 x 1,7704
= 737,667 mcg/g = 73,7667 mg/100g
3. Kadar (mg/100g) =
300 50 x2 500 x 1,7854
= 743,917 mcg/g = 74,3917 mg/100g
4. Kadar (mg/100g) =
300
50 x2 500 1,7779x
= 740,792 mcg/g = 74,0792 mg/100g
5. Kadar (mg/100g) =
300 50 x2 500 1,7712x
= 738,000 mcg/g = 73,8000 mg/100g
6. Kadar (mg/100g) =
300 50 x2 500 x 1,7577
2. Kadar Mentimun Langkat Tidak Dikupas Kulit
1. Kadar (mg/100g) =
300 50 x2 500 2,0727x
= 863,625 mcg/g = 86,3625 mg/100g
2. Kadar (mg/100g) =
300 50 x2 500 2,0667x
= 861,125 mcg/g = 86,1125 mg/100g
3. Kadar (mg/100g) =
300 50 x2 500 x 2,0330
= 847,083 mcg/g
= 84,7083 mg/100g
4. Kadar (mg/100g) =
300 50 x2 500 x 2,0532
= 855,500 mcg/g = 85,5500 mg/100g
5. Kadar (mg/100g) =
300 50 x2 500 2,0577x
= 857,375 mcg/g = 85,7375 mg/100g
6. Kadar (mg/100g) =
300 50 x2 500 2,0488x
= 853,667 mcg/g = 85,3667 mg/100g
3. Kadar Mentimun Berastagi Dikupas Kulit
1. Kadar (mg/100g) =
300 50 x2 500 2,0727x
= 863,625 mcg/g = 86,3625 mg/100g
2. Kadar (mg/100g) =
300
50 x2 500 2,0713x
= 863,041 mcg/g = 86,3041 mg/100g
3. Kadar (mg/100g) =
300 50 x2 500 2,0947x
= 870,833 mcg/g = 87,0833 mg/100g
4. Kadar (mg/100g) =
300 50 x2 500 2,1050x
5. Kadar (mg/100g) = 300 50 x2 500 x 2,0998
= 874,916 mcg/g = 87,4916 mg/100g
6. Kadar (mg/100g) =
300 50 x2 500 2,0803x
= 866,792 mcg/g
= 86,6792 mg/100g
4. Kadar Mentimun Berastagi Tidak Dikupas Kulit
1. Kadar (mg/100g) =
300 50 x2 500 2,3105x
= 962,708 mcg/g = 96,2708 mg/100g
2. Kadar (mg/100g) =
300 50 x2 500 x 2,3000
= 958,333 mcg/g = 95,8333 mg/100g
3. Kadar (mg/100g) =
300 50 x2 500 2,3166x
= 965,250 mcg/g = 96,5250 mg/100g
4. Kadar (mg/100g) =
300 50 x2 500 x 2,2896
= 954,000 mcg/g = 95,4000 mg/100g
5. Kadar (mg/100g) =
300 50 x2 500 2,3128x
= 963,667 mcg/g = 96,3667 mg/100g
6. Kadar (mg/100g) =
300 50 x2 500 2,2723x
Lampiran 10. Perhitungan Kadar Natrium pada Mentimun Langkat dan Berastagi
Kadar (mg/100g) =
W Fp x V x C
Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel setelah pengenceran (mcg/ml)
V = Volume labu kerja (ml)
Fp = Faktor pengenceran
W = Berat sampel (g)
Faktor Pengenceran =
(ml) dipipet yang larutan Volume (ml) digunakan yang Labu = ml 10 ml 100 = 10
1. Kadar Natrium Mentimun Langkat Dikupas Kulit
1. Kadar (mg/100g) =
300 10 x 500 x 0,4038
= 6,805 mcg/g = 0,6805 mg/100g
2. Kadar (mg/100g) =
300 10 x 500 x 0,4049
= 6,748 mcg/g = 0,6748 mg/100g
3. Kadar (mg/100g) =
300 10 x 500 x 0,4066
= 6,777 mcg/g = 0,6777 mg/100g
4. Kadar (mg/100g) =
300 10 x 500 x 0,4096
= 6,827 mcg/g = 0,6827 mg/100g
5. Kadar (mg/100g) =
300 10 x 500 x 0,4086
= 6,810 mcg/g = 0,6810 mg/100g
6. Kadar (mg/100g) =
300 10 x 500 x 0,4106
2. Kadar Natrium Mentimun Langkat Tidak Dikupas Kulit
1. Kadar (mg/100g) =
300 10 x 500 x 0,6149
= 10,248 mcg/g = 1,0248 mg/100g
2. Kadar (mg/100g) =
300 10 x 500 x 0,6106
= 10,177 mcg/g = 1,0177 mg/100g
3. Kadar (mg/100g) =
300 10 x 500 x 0,6168
= 10,310 mcg/g = 1,0310 mg/100g
4. Kadar (mg/100g) =