• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

F. Teknis Pengumpulan dan Analisis Data

4. Analisis Kuantitatif

(Hake, 1999)

b. Menginterpretasikan hasil perhitungan n-gain dengan menggunakan klasifikasi dari Hake (1999) yang dapat dilihat pada Tabel 3.26 berikut.

Tabel 3.26 Kategori N-Gain (g) N-Gain (g) Interpretasi g > 0,7 Tinggi 0, 3 < g 0,7 Sedang g 0,3 Rendah 4. Analisis Kuantitatif

Selanjutnya data kuantitatif dianalisis secara statistik yang ditujukan untuk menguji hipotesis-hipotesis yang diajukan. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut.

a. Menghitung statistik deskriptif pretes, postes (pencapaian), dan n-gain (peningkatan) dari data KPM, KKM, dan KM.

b. Melakukan uji prasyarat statistik. Hal ini diperlukan sebagai dasar untuk menentukan uji statistik apa yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis, yaitu uji normalitas sebaran data subjek penelitian dan uji homogenitas variansi untuk setiap kelompok data yang diuji.

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah berdistribusi normal atau tidak suatu sebaran data. Dengan mengetahui normalitas data, akan diketahui uji statistik yang digunakan dalam kelompok sampel. Hipotesis yang diuji adalah:

H0 : Data berdistribusi normal. H1 : Data tidak berdistribusi normal.

Untuk menguji normalitas data, digunakan Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) pada Software SPSS 17 for Windows. Kriteria pengujiannya adalah H0 diterima jika nilai signifikansi uji statistik Z Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0,05, dalam keadaan lainnya tolak H0.

2. Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas varians bertujuan untuk mengetahui apakah kelompok data memiliki variansi yang homogen. Hipotesis yang diuji adalah:

H0 : Variansi antar kelompok data homogen. H1 : Variansi antar kelompok data tidak homogen.

Untuk menguji homogenitas data, digunakan Uji Levene pada Software

SPSS 17 for Windows. Kriteria pengujiannya adalah H0 diterima jika nilai signifikansi uji statistik Levene lebih besar dari 0,05, dalam keadaan lainnya tolak H0.

c. Kemudian ditentukan jenis pengujian statistik tertentu yang sesuai dengan permasalahan. Pengujian seluruh hipotesis menggunakan bantuan Software

SPSS 17 for Windows.

Hubungan antara masalah, hipotesis, data yang akan diolah serta uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 3.27 berikut.

Tabel 3.27

Keterkaitan antara Masalah, Hipotesis, dan Jenis Statistik yang Digunakan pada Analisis Data

Rumusan Masalah No.

Hip Hipotesis Penelitian Data

Jenis Uji Statistik Apakah pencapaian dan

peningkatan KPM mahasiswa calon guru yang mendapat PR lebih baik daripada mahasiswa calon guru yang mendapat PK?

1a

Mahasiswa calon guru yang mendapat PR memperoleh pencapaian KPM lebih baik daripada mahasiswa calon guru yang mendapat PK ditinjau dari keseluruhan mahasiswa. KPM-PR-L dan KPM-PK-L Uji-t /Uji- �′/ Uji Mann Whitney U

1b Mahasiswa calon guru yang mendapat PR memperoleh peningkatan KPM lebih baik daripada mahasiswa calon guru yang mendapat PK ditinjau dari keseluruhan mahasiswa. KPM-PR-L dan KPM-PK-L Uji-t /Uji- �′/ Uji Mann Whitney U

Rumusan Masalah No.

Hip Hipotesis Penelitian Data

Jenis Uji Statistik Apakah pencapaian dan

peningkatan KPM mahasiswa calon guru yang mendapat PR lebih baik daripada mahasiswa calon guru yang mendapat PK ditinjau dari KAM (tinggi, sedang, dan rendah)?

2a Mahasiswa calon guru yang mendapat PR memperoleh pencapaian KPM lebih baik daripada mahasiswa calon guru yang mendapat PK ditinjau dari KAM tinggi. KPM-PR-T dan KPM-PK-T Uji-t /Uji- �′/ Uji Mann Whitney U

2b Mahasiswa calon guru yang mendapat PR memperoleh peningkatan KPM lebih baik daripada mahasiswa calon guru yang mendapat PK ditinjau dari KAM tinggi. KPM-PR-T dan KPM-PK-T Uji-t /Uji- �′/ Uji Mann Whitney U

3a Mahasiswa calon guru yang mendapat PR memperoleh pencapaian KPM lebih baik daripada mahasiswa calon guru yang mendapat PK ditinjau dari KAM sedang. KPM-PR-S dan KPM-PK-S Uji-t /Uji- �′/ Uji Mann Whitney U

3b Mahasiswa calon guru yang mendapat PR memperoleh peningkatan KPM lebih baik daripada mahasiswa calon guru yang mendapat PK ditinjau dari KAM sedang. KPM-PR-S dan KPM-PK-S Uji-t /Uji- �′/ Uji Mann Whitney U

4a Mahasiswa calon guru yang mendapat PR memperoleh pencapaian KPM lebih baik daripada mahasiswa calon guru yang mendapat PK ditinjau dari KAM rendah. KPM-PR-R dan KPM-PK-R Uji-t /Uji- �′/ Uji Mann Whitney U

4b Mahasiswa calon guru yang mendapat PR memperoleh peningkatan KPM lebih baik daripada mahasiswa calon guru yang mendapat PK ditinjau dari KAM rendah. KPM-PR-R dan KPM-PK-R Uji-t /Uji- �′/ Uji Mann Whitney U Apakah pencapaian dan peningkatan KKM mahasiswa calon guru yang mendapat PR lebih baik daripada mahasiswa calon guru

5a

Mahasiswa calon guru yang mendapat PR memperoleh pencapaian KKM lebih baik daripada mahasiswa calon guru yang mendapat PK ditinjau dari keseluruhan mahasiswa. KKM-PR-L dan KKM-PK-L Uji-t /Uji- �′/ Uji Mann Whitney U

Rumusan Masalah No.

Hip Hipotesis Penelitian Data

Jenis Uji Statistik yang mendapat PK? 5b Mahasiswa calon guru yang

mendapat PR memperoleh peningkatan KKM lebih baik daripada mahasiswa calon guru yang mendapat PK ditinjau dari keseluruhan mahasiswa. KKM-PR-L dan KKM-PK-L Uji-t /Uji- �′/ Uji Mann Whitney U Apakah pencapaian dan peningkatan KKM mahasiswa calon guru yang mendapat PR lebih baik daripada mahasiswa calon guru yang mendapat PK ditinjau dari KAM (tinggi, sedang, dan rendah)?

6a

Mahasiswa calon guru yang mendapat PR memperoleh pencapaian KKM lebih baik daripada mahasiswa calon guru yang mendapat PK ditinjau dari KAM tinggi. KKM-PR-T dan KKM-PK-T Uji-t /Uji- �′/ Uji Mann Whitney U

6b Mahasiswa calon guru yang mendapat PR memperoleh peningkatan KKM lebih baik daripada mahasiswa calon guru yang mendapat PK ditinjau dari KAM tinggi. KKM-PR-T dan KKM-PK-T Uji-t /Uji- �′/ Uji Mann Whitney U

7a Mahasiswa calon guru yang mendapat PR memperoleh pencapaian KKM lebih baik daripada mahasiswa calon guru yang mendapat PK ditinjau dari KAM sedang. KKM-PR-S dan KKM-PK-S Uji-t /Uji- �′/ Uji Mann Whitney U

7b Mahasiswa calon guru yang mendapat PR memperoleh peningkatan KKM lebih baik daripada mahasiswa calon guru yang mendapat PK ditinjau dari KAM sedang. KKM-PR-S dan KKM-PK-S Uji-t /Uji- �′/ Uji Mann Whitney U

8a Mahasiswa calon guru yang mendapat PR memperoleh pencapaian KKM lebih baik daripada mahasiswa calon guru yang mendapat PK ditinjau dari KAM rendah. KKM-PR-R dan KKM-PK-R Uji-t /Uji- �′/ Uji Mann Whitney U

8b Mahasiswa calon guru yang mendapat PR memperoleh peningkatan KKM lebih baik daripada mahasiswa calon guru yang mendapat PK ditinjau dari KAM rendah. KKM-PR-R dan KKM-PK-R Uji-t /Uji- �′/ Uji Mann Whitney U

Rumusan Masalah No.

Hip Hipotesis Penelitian Data

Jenis Uji Statistik Apakah pencapaian

dan peningkatan KM calon guru yang mendapat PR lebih baik daripada

mahasiswa calon guru yang mendapat PK?

9a Mahasiswa calon guru yang mendapat PR memperoleh pencapaian KM lebih baik daripada mahasiswa calon guru yang mendapat PK ditinjau dari keseluruhan mahasiswa. KM-PR-L dan KM-PK-L Uji-t /Uji- �′/ Uji Mann Whitney U

9b Mahasiswa calon guru yang mendapat PR memperoleh peningkatan KM lebih baik daripada mahasiswa calon guru yang mendapat PK ditinjau dari keseluruhan mahasiswa. KM-PR-L dan KM-PK-L Uji-t /Uji- �′/ Uji Mann Whitney U Apakah pencapaian dan peningkatan KM calon guru yang mendapat PR lebih baik daripada

mahasiswa calon guru yang mendapat PK ditinjau dari KAM (tinggi, sedang, rendah)?

10a

Mahasiswa calon guru yang mendapat PR memperoleh pencapaian KM lebih baik daripada mahasiswa calon guru yang mendapat PK ditinjau dari KAM tinggi. KM-PR-T dan KM-PK-T Uji-t /Uji- �′/ Uji Mann Whitney U

10b Mahasiswa calon guru yang mendapat PR memperoleh peningkatan KM lebih baik daripada mahasiswa calon guru yang mendapat PK ditinjau dari KAM tinggi. KM-PR-T dan KM-PK-T Uji-t /Uji- �′/ Uji Mann Whitney U

11a Mahasiswa calon guru yang mendapat PR memperoleh pencapaian KM lebih baik daripada mahasiswa calon guru yang mendapat PK ditinjau dari KAM sedang. KM-PR-S dan KM-PK-S Uji-t /Uji- �′/ Uji Mann Whitney U

11b Mahasiswa calon guru yang mendapat PR memperoleh pencapaian KM lebih baik daripada mahasiswa calon guru yang mendapat PK ditinjau dari KAM sedang. KM-PR-S dan KM-PK-S Uji-t /Uji- �′/ Uji Mann Whitney U

12a Mahasiswa calon guru yang mendapat PR memperoleh pencapaian KM lebih baik daripada mahasiswa calon guru yang mendapat PK ditinjau dari KAM rendah. KM-PR-R dan KM-PK-R Uji-t /Uji- �′/ Uji Mann Whitney U

Rumusan Masalah No.

Hip Hipotesis Penelitian Data

Jenis Uji Statistik 12b Mahasiswa calon guru yang

mendapat PR memperoleh peningkatan KM lebih baik daripada mahasiswa calon guru yang mendapat PK ditinjau dari KAM rendah. KM-PR-R dan KM-PK-R Uji-t /Uji- �′/ Uji Mann Whitney U Apakah terdapat pengaruh interaksi antara faktor pembelajaran (PR dan PK) dan faktor KAM (tinggi, sedang, rendah) terhadap pencapaian dan peningkatan KPM?

13a Terdapat pengaruh interaksi antara faktor pembelajaran (PR dan PK) dan faktor KAM (tinggi, sedang, rendah) terhadap pencapaian KPM mahasiswa calon guru.

KPM-PR-R, KPM-PR-S, KPM-PR-T, KPM-PK-R, KPM-PK-S, dan KPM-PK-T Anova 2 jalur

13b Terdapat pengaruh interaksi antara faktor pembelajaran (PR dan PK) dan faktor KAM (tinggi, sedang, rendah) terhadap peningkatan KPM mahasiswa calon guru.

KPM-PR-R, KPM-PR-S, KPM-PR-T, KPM-PK-R, KPM-PK-S, dan KPM-PK-T Anova 2 jalur Apakah terdapat pengaruh interaksi antara faktor pembelajaran (PR dan PK) dan faktor KAM (tinggi, sedang, rendah) terhadap pencapaian dan peningkatan KKM?

14a Terdapat pengaruh interaksi antara faktor pembelajaran (PR dan PK) dan faktor KAM (tinggi, sedang, rendah) terhadap pencapaian KKM mahasiswa calon guru.

KKM-PR-R, KKM-PR-S, KKM-PR-T, KKM-PK-R, KKM-PK-S, dan KKM-PK-T Anova 2 jalur

14b Terdapat pengaruh interaksi antara faktor pembelajaran (PR dan PK) dan faktor KAM (tinggi, sedang, rendah) terhadap peningkatan KKM mahasiswa calon guru.

KKM-PR-R, KKM-PR-S, KKM-PR-T, KKM-PK-R, KKM-PK-S, dan KKM-PK-T Anova 2 jalur Apakah terdapat pengaruh interaksi antara faktor pembelajaran (PR dan PK) dan faktor KAM (tinggi, sedang, rendah) terhadap pencapaian

15a Terdapat pengaruh interaksi antara faktor pembelajaran (PR dan PK) dan faktor KAM (tinggi, sedang, rendah) terhadap pencapaian KM mahasiswa calon guru.

KM-PR-R, KM-PR-S, KM-PR-T, KM-PK-R, KM-PK-S, dan KM-PK-T Anova 2 jalur

Rumusan Masalah No.

Hip Hipotesis Penelitian Data

Jenis Uji Statistik dan peningkatan KM

mahasiswa calon guru?

15b Terdapat pengaruh interaksi antara faktor pembelajaran (PR dan PK) dan faktor KAM (tinggi, sedang, rendah) terhadap peningkatan KM mahasiswa calon guru.

KM-PR-R, KM-PR-S, KM-PR-T, KM-PK-R, KM-PK-S, dan KM-PK-T Anova 2 jalur

A. Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, diperoleh simpulan sebagai berikut.

1. Secara keseluruhan, pencapaian dan peningkatan kemampuan penalaran matematis mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran reflektif lebih baik daripada mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran konvensional. Peningkatan kemampuan penalaran matematis mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran reflektif dan pembelajaran konvensional tergolong sedang. Pencapaian kemampuan penalaran matematis mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran reflektif tergolong cukup, sedangkan mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran konvensional tergolong kurang.

2. Ditinjau dari KAM (tinggi, sedang, rendah), pencapaian dan peningkatan kemampuan penalaran matematis mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran reflektif lebih baik daripada mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran konvensional. Peningkatan kemampuan penalaran matematis mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran reflektif dan pembelajaran konvensional tergolong sedang pada KAM (tinggi, sedang, rendah). Pencapaian kemampuan penalaran matematis mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran reflektif tergolong cukup pada KAM (tinggi, sedang, rendah). Pencapaian kemampuan penalaran matematis mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran konvensional tergolong kurang pada kelompok KAM tinggi dan KAM sedang, sementara pada kelompok KAM rendah tergolong buruk.

3. Secara keseluruhan, pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi matematis mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran reflektif lebih baik daripada mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran

calon guru yang mendapat pembelajaran reflektif dan pembelajaran konvensional tergolong sedang. Pencapaian kemampuan komunikasi matematis mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran reflektif tergolong cukup, sedangkan mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran konvensional tergolong kurang.

4. Ditinjau dari KAM (tinggi, sedang, rendah), pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi matematis mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran reflektif lebih baik daripada mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran konvensional. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran reflektif tergolong kategori tinggi pada KAM tinggi, sedangkan pada KAM sedang dan KAM rendah tergolong sedang. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran konvensional tergolong sedang pada KAM (tinggi, sedang, rendah). Pencapaian kemampuan komunikasi matematis mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran reflektif tergolong baik pada KAM tinggi, sedangkan pada KAM sedang dan KAM rendah tergolong cukup. Pencapaian kemampuan komunikasi matematis mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran konvensional tergolong cukup pada kelompok KAM tinggi, sementara pada kelompok KAM sedang dan KAM rendah tergolong kurang.

5. Secara keseluruhan, peningkatan karakter mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran reflektif lebih baik daripada mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran konvensional. Peningkatan karakter mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran reflektif dan mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran konvensional tergolong rendah.

6. Secara keseluruhan, tidak terdapat perbedaan yang signifikan pencapaian karakter antara mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran reflektif dengan mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran konvensional. Pencapaian karakter mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran reflektif dan mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran konvensional tergolong baik.

karakter antara mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran reflektif dengan mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran konvensional. Peningkatan karakter mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran reflektif dan mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran konvensional ditinjau dari KAM tinggi tergolong rendah.

8. Ditinjau dari KAM sedang dan KAM rendah, tidak terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan karakter antara mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran reflektif dengan mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran konvensional. Peningkatan karakter mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran reflektif dan mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran konvensional bila ditinjau dari KAM sedang dan KAM rendah tergolong rendah.

9. Ditinjau dari KAM (tinggi, sedang, rendah), tidak terdapat perbedaan yang signifikan pencapaian karakter antara mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran reflektif dengan mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran konvensional. Pencapaian karakter mahasiswa calon guru yang mendapat pembelajaran reflektif tergolong baik pada KAM tinggi dan KAM rendah, sementara pada KAM sedang tergolong cukup.

10.Secara deskriptif tidak terdapat pengaruh interaksi antara penerapan pembelajaran (pembelajaran reflektif dan pembelajaran konvensional) dan KAM (tinggi, sedang, rendah) terhadap pencapaian dan peningkatan kemampuan penalaran matematis.

11.Secara deskriptif tidak terdapat pengaruh interaksi antara penerapan pembelajaran (pembelajaran reflektif dan pembelajaran konvensional) dan KAM (tinggi, sedang, rendah) terhadap pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi matematis.

12.Secara deskriptif tidak terdapat pengaruh interaksi antara penerapan pembelajaran (pembelajaran reflektif dan pembelajaran konvensional) dan KAM (tinggi, sedang, rendah) terhadap pencapaian dan peningkatan karakter mahasiswa calon guru.

Berdasarkan hasil penelitian ini terungkap bahwa pembelajaran reflektif lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis, kemampuan komunikasi matematis, dan karakter mahasiswa calon guru daripada pembelajaran konvensional. Berikut ini dapat dikemukakan beberapa implikasi dari simpulan penelitian yaitu:

1. Pembelajaran reflektif dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis, kemampuan komunikasi matematis, dan karakter pada mahasiswa di perguruan tinggi.

2. Pembelajaran reflektif cocok digunakan pada mahasiswa di kelompok KAM tinggi, sedang, dan rendah. Dengan kata lain pembelajaran reflektif efektif digunakan pada kelas dengan kemampuan yang heterogen.

3. Proses diskusi kelompok dalam pembelajaran reflektif merupakan salah satu sarana untuk menciptakan suasana kelas menjadi lebih dinamis, demokratis dan menimbulkan rasa senang dalam belajar matematika. Pada akhirnya, suasana tersebut dapat memicu/memotivasi mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis, sekaligus memunculkan karakter mahasiswa.

4. Peran dosen sebagai mediator, fasilitator, dan teladan bagi mahasiswa membawa konsekuensi bagi dosen untuk menjadikan refleksi sebagai bagian dari dirinya. Jika hal ini dilaksanakan secara berkesinambungan dan didiskusikan dengan sesama dosen maka hasilnya akan membawa dampak yang lebih positif terhadap karakter dan pengetahuan dosen, serta hasil belajar mahasiswa di masa yang akan datang.

C. Rekomendasi

Berdasarkan simpulan dan implikasi dari penelitian ini, diajukan beberapa saran sebagai berikut.

1. Secara teoritis pembelajaran reflektif berpotensi memicu kemampuan berpikir sekaligus karakter mahasiswa. Pada kajian ini peneliti lebih memfokuskan pada peningkatan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis, serta nilai-nilai karakter yang terbatas. Peneliti lain disarankan untuk

pembelajaran reflektif terhadap kemampuan matematis lainnya seperti kemampuan pemecahan masalah, kemampuan representasi, kemampuan berpikir kritis dan kreatif, kemampuan berpikir reflektif dan sebagainya; b) mengembangkan nilai-nilai karakter selain yang telah dikaji peneliti dan melakukan observasi yang lebih komprehensif.

2. Proses belajar dalam pembelajaran reflektif memicu situasi didaktis yang kompleks sehingga menuntut dosen tanggap terhadap situasi didaktis yang dihadapi, mampu melakukan tindakan didaktis yang bervariasi (misalnya dalam memberikan scaffolding atau pertanyaan-pertanyaan reflektif), mampu mengakomodasi berbagai respon mahasiswa, dan sekaligus mampu

me-manage waktu pembelajaran dengan baik. Agar tercipta situasi belajar yang

mengoptimalkan kemampuan berpikir, melatih berefleksi, dan mensirnergiskan setiap potensi peserta didik (mahasiswa) disarankan bagi peneliti lain untuk mengembangkan Antisipasi Didaktis Pedagogis (ADP) dalam skenario pembelajaran.

3. Peneliti lain disarankan mengoptimalkan fungsi jurnal pembelajaran atau jurnal reflektif dalam mengevaluasi progress kemampuan berpikir dan karakter mahasiswa di akhir semester melalui tugas proyek atau portfolio. 4. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan penalaran dan

komunikasi matematis mahasiswa kurang berkembang baik pada pembelajaran konvensional. Oleh karena itu, disarankan bagi para dosen untuk menerapkan pembelajaran non konvensional yang berbasis konstruktivisme dalam mengembangkan kemampuan berpikir matematis khususnya pada kemampuan penalaran dan komunikasi matematis. Pembelajaran reflektif sebaiknya dijadikan alternatif model pembelajaran. 5. Hasil penelitian ini kurang mencapai hasil yang optimal, terlihat pada rerata

pencapaian kemampuan penalaran dan komunikasi matematis mahasiswa, masih tergolong cukup, sementara peningkatannya tergolong sedang. Bagi peneliti lain ataupun dosen yang akan menerapkan pembelajaran reflektif disarankan untuk: a) memberikan cukup waktu bagi mahasiswa untuk bekerja mandiri sebelum masuk pada kegiatan diskusi; b) pengelolaan dan setting

mahasiswa lebih merata; c) dosen harus jeli dan bijak dalam menanggapi jurnal reflektif mahasiswa.

6. Pembelajaran reflektif menyadarkan untuk memberikan pengalaman yang seluas-luasnya kepada mahasiswa dalam rangka melatih kemampuan berpikir mereka. Memberikan pengalaman yang seluas-luasnya bukan berarti memberikan materi yang sebanyak-banyaknya sehingga dosen tidak leluasa melakukan inovasi pembelajaran. Kepada para pengambil kebijakan sebaiknya selalu mengkaji dan memfasilitasi kurikulum untuk memberikan ruang bagi dosen dan mahasiswa dalam melatih kemampuan berpikir dan berefleksi melalui pengalaman pembelajaran.

Dokumen terkait