• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Lima Kekuatan Industri dari Porter

Dalam dokumen BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN (Halaman 31-38)

Penulis mengidentifikasikan Lima Kekuatan Industri dari Porter, yang menitikberatkan pada ancaman dari pendatang baru, ancaman barang pengganti, kekuatan tawar menawar supplier, Kekuatan tawar menawar konsumen, serta persaingan yang terjadi di dalam industri. Kelima faktor tersebut adalah sebagai berikut :

Gambar 3.2 Analisis Industri dari PORTER pada S MU. Katolik Ricci 1 Sumber : Hasil Penelitian

Adapun penjabaran dari elemen-elemen yang terkait dengan SM U. Katolik Ricci 1 adalah sebagai berikut :

1. Ancaman pendatang baru

Sekolah pendatang baru yang tergolong potensial adalah pihak atau lembaga yang memasuki industri pendidikan di daerah Glodok dan sekitarnya. Sekolah-sekolah pendatang baru di lingkungan sekitar SM U. Katolik Ricci 1 saat ini belum ada. Adapun sekolah-sekolah pendatang baru adalah sekolah yang

Persaingan dalam industri • SMAK 1 BPK Penabur • SMAK IPK Tomang • SMA. Kanaan • Bina Bangsa School • SMUN 78 • SMUN 2 Daya Tawar Supplier • Tenaga pengajar • Penerbit • Depdiknas Daya Tawar Konsumen • Lulusan SMP Ricci • Lulusan SMP lain

Ancaman Produk Pengganti • Home schooling

• Kursus

• Sekolah Menengah Kejuruan (SM K) Ancaman Pendatang Baru

tingkatannya lebih rendah dari tingkat SM A seperti Taman Kanak-kanak, Taman Bermain ( playgroup ), Sekolah Dasar dan Sekolah M enengah Pertama.

Di dalam industri pendidikan, entry barrier yang diberikan Depdiknas tergolong lemah karena syarat membangun sekolah termasuk mudah dipenuhi. Syaratnya adalah asalkan telah memiliki surat tanah yang sah, sumber dana awal yang jelas, guru dan kepala sekolah atau koordinator guru, maka ijin pembuatan lembaga pendidikan akan dikeluarkan. Selain itu, industri pendidikan sangat menarik untuk dimasuki karena menawarkan keuntungan yang tidak sedikit.

Dilain pihak, untuk menjadi sekolah yang berkualitas dan terpercaya dibutuhkan waktu yang tidak sebentar dan pengelolaan yang serius untuk pembuktian kualitas sekolah, terutama Sekolah M enengah Pertama dan Sekolah M enengah Atas. Sehingga potensi besar yang ditawarkan industri pendidikan ditanggapi dengan tidak adanya SM A pendatang baru di sekitar daerah ini.

Tidak adanya sekolah pendatang baru yang didirikan di lokasi Glodok, Jembatan Lima, M angga Besar dan sekitarnya adalah juga dikarenakan oleh sedikitnya lahan tanah luas yang tersedia dan harga tanah yang tinggi yaitu sekitar Rp. 1 juta - Rp. 3 juta per m2 untuk mendirikan sekolah di wilayah ini, mengingat daerah Jakarta Barat ini adalah daerah padat penduduk, khususnya daerah sekitar Glodok yang terkenal dengan pusat pertokoan.

2. Kekuatan daya tawar supplier

Supplier yang dimaksud adalah pihak ketiga yang melakukan kerja sama dengan SM U. Katolik Ricci 1 dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Dalam

hal ini adalah tenaga pengajar, penerbit untuk pengadaan buku dan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dalam penyediaan kurikulum.

Secara keseluruhan, tersedia banyak supply untuk sumber daya tenaga pengajar. Di SM U. Katolik Ricci 1 sendiri saat ini memiliki sebanyak 30 tenaga pengajar yang diantaranya 27 tenaga pengajar bergelar S1 dan 3 tenaga pengajar bergelar S2. Apabila SM U. Katolik Ricci 1 memerlukan tenaga pengajar baru maka akan mengajukan permohonan kepada Yayasan Ricci, baru kemudian Yayasan Ricci membuka lowongan terhadap posisi tenaga pengajar tersebut. Tenaga pengajar yang diambil rata-rata berasal dari Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang memiliki kualitas baik.

Tenaga pengajar yang dibutuhkan oleh SM U. Katolik Ricci 1 dapat dikatakan memiliki bargaining power yang lemah. Karena tenaga pengajar tidak memiliki kekuatan yang besar untuk mempengaruhi daya jual mereka terhadap SM U. Katolik Ricci 1 yang merekrutnya. Hal ini dikarenakan banyaknya lulusan guru berkualitas dari universitas dan IKIP ternama lain yang menjadi saingan mereka. Dan di lain pihak, SM U. Katolik Ricci 1 juga memberikan syarat bahwa tenaga pengajar tersebut harus memiliki kemampuan mengajar yang baik atau di atas rata-rata. Selain itu, SM U. Katolik Ricci 1 memiliki hak untuk menentukan siapa guru yang akan direkrutnya dan untuk memberhentikan guru yang memiliki kinerja kerja tidak memuaskan.

Untuk pengadaan buku pelajaran, penerbit dikatakan memiliki bargaining power yang kuat. Hal ini dikarenakan pihak sekolah tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan harga jual buku pelajaran dari penerbit. Pihak sekolah hanya mampu mengikuti harga jual minimum yang diberikan penerbit dalam

memenuhi kebutuhan buku pelajaran yang sesuai dengan pedoman Depdiknas dan permintaan masing-masing guru mata pelajaran.

Untuk pengadaan kurikulum, dapat dikatakan bahwa Depdiknas memiliki bargaining power yang kuat. Hal ini dikarenakan kurikulum yang berlaku di setiap sekolah harus berpedoman pada kurikulum yang ditetapkan Depdiknas. Walaupun SM U. Katolik Ricci 1 menerapkan kurikulum mandiri (SM U. Katolik Ricci 1 dapat menerapkan perubahan kurikulum sendiri), namun pada pelaksanaannya tetap berpedoman penuh pada kurikulum Depdiknas.

3. Kekuatan daya tawar konsumen

Konsumen yang dimaksud adalah siswa yang akan masuk bersekolah di SM U. Katolik Ricci 1. Dalam hal ini, calon siswa memiliki bargaining power yang lemah. Hal ini dikarenakan SM U. Katolik Ricci 1 memberikan hak istimewa bagi calon siswa yang berasal dari SM P. Katolik Ricci untuk melanjutkan pendidikannya di SM U. Katolik Ricci 1. Dan calon siswa yang berasal dari SM P lain harus mengikuti ujian masuk di SM U. Katolik Ricci 1. Selain itu, pihak sekolah yang menentukan berapa banyak dan siapa calon siswa yang dinyatakan berhak dapat melanjutkan pendidikan di SM U. Katolik Ricci 1 serta besarnya biaya yang harus dikeluarkan. Oleh karena itu, konsumen dikatakan memiliki bargaining power lemah karena tidak memiliki kewenangan yang lebih terhadap harga dan penentuan pilihan sekolah mereka.

Produk pengganti yang dimaksud disini adalah produk atau jasa yang menyediakan pendidikan, akan tetapi dalam bentuk dan cara serta harga yang berbeda. Ancaman produk pengganti yang dimaksud adalah homeschooling, kursus dan Sekolah M enengah Kejuruan ( SM K ).

Homeschooling menjadi pilihan pengganti karena dirasa dapat memberikan pelayanan pendidikan yang tidak dapat diberikan oleh sekolah formal pada umumnya. Selain itu, homeschooling menjadi alternatif bagi yang merasa tidak cocok dengan metode pembelajaran yang disediakan sekolah formal saat ini seperti waktu belajar yang membebani dari pagi hari sampai sore hari dan anggapan bahwa sekolah formal dapat menjadi media perkelahian dan penyebaran obat-obat terlarang.

Namun dalam implementasiannya, homeschooling dirasa tidak dapat memberikan kesempatan bagi muridnya untuk bersosialisasi dengan teman sebayanya dan harga yang ditawarkan lebih tinggi daripada sekolah formal. Selain itu pula, pengetahuan yang minim mengenai homeschooling dan minat masyarakat yang tinggi pada sekolah formal membuat homeschooling menjadi ancaman barang pengganti yang lemah terhadap sekolah formal.

Demikian pula halnya pada kursus. Walaupun kursus menawarkan harga yang lebih rendah, namun masyarakat masih menjadikan sekolah formal sebagai prioritas pendidikan. Dan kursus hanya dijadikan produk pendidikan pelengkap yang menunjang pendidikan formal. Oleh karena itu ancaman produk pengganti ini dapat dikatakan lemah.

Untuk keberadaan SM K (Sekolah M enengah Kejuruan), saat ini tidak meresahkan bagi SM U. Katolik Ricci 1, karena adanya pangsa pasar yang berbeda. Siswa yang ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi akan memilih SM A

daripada SM K. Sedangkan siswa yang ingin memantapkan keahlian untuk dapat langsung bekerja akan melanjutkan ke SM K. Selain itu, besarnya minat masyarakat untuk menuntut ilmu ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi menguntungkan SM U. Katolik Ricci 1. Oleh karena itu, ancaman yang berasal dari Sekolah M enengah Kejuruan ( SM K ) ini tergolong lemah.

5. Persaingan dalam industri

Pesaing yang dimaksud adalah institusi pendidikan setara dengan SM U. Katolik Ricci 1 yang memiliki segmentasi pasar yang sama dalam hal pangsa pasar, kualitas serta penetapan harga yang kompetitif. Persaingan industri sudah tentu akan terjadi, tidak lepas dalam industri pendidikan. Persaingan diantara satu industri dapat menjadi motivator untuk meningkatkan kualitas sekolah untuk menjadi yang terbaik dalam bidangnya.

Di lingkungan SM U. Katolik Ricci 1 yaitu Jakarta Barat, terdapat beberapa pesaing yang menawarkan fasilitas dan pelayanan serta kualitas yang bersaing. Diantaranya SM AK 1 BPK Penabur, SMAK IPK Tomang, Bina Bangsa School, SM UN 78 Jakarta dan SM UN 2 Jakarta. Sekolah-sekolah tersebut menawarkan kepada calon siswa berbagai ekstrakurikuler yang beragam, dasar pendidikan keagamaan yang kuat serta bahasa pengantar dalam bahasa asing atau bilingual. Lingkup persaingan ini didasarkan pada lokasi di Jakarta Barat dan cakupan pangsa pasar untuk kalangan masyarakat menengah keatas.

Oleh karena itu, untuk mempertahankan keberadaannya dalam intensitas persaingan yang tinggi, SM U. Katolik Ricci 1 terus meningkatkan kredibilitas dan pelayanan pendidikannya serta berusaha menawarkan keunggulan yang dimilikinya

seperti penyediaan infrastruktur fisik dan non-fisik, tenaga pengajar yang berkualitas, kegiatan sekolah yang menarik dan mendidik, manajemen sekolah yang mapan dan teroganisir, dan lain sebagainya.

Berdasarkan analisis PORTER diatas, maka dapat disimpulkan bahwa SM U. Katolik Ricci 1 nyaman berada pada lingkungan industri persaingan saat ini dan industri pendidikan saat ini masih menjanjikan bagi SM U. Katolik Ricci 1 untuk terus meningkatkan daya saingnya. Selain itu, karena SM U. Katolik Ricci 1 bukanlah market leader dalam industri pendidikan, maka SM U. Katolik Ricci 1 harus menjaga kestabilan posisinya untuk dapat mempertahankan image dan kredibilitasnya dalam pasar.

Dalam dokumen BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN (Halaman 31-38)

Dokumen terkait