• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

B. Hal yang dikaj

3. Analisis Lingkungan Internal

a. Analisis Lingkungan Fungsional

Analisis lingkungan fungsional dilakukan terhadap beberapa sumber daya yang dimiliki CV. “X” selaku produsen produk nila puff, yang terdiri dari sumber daya produksi, pemasaran, personalia dan sumber daya keuangan.

Peubah ini menerangkan upaya unit usaha dalam menghasilkan produk dan jasa seoptimal mungkin, penggunaan dan pemeliharaan alat dan aset fisik lainnya yang dimiliki unit usaha. Sumber daya produksi berkaitan dengan pengadaan bahan baku, sistem produksi, proses dan fasilitas produksi serta kapasitas produksi.

a) Pengadaan Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan produk nila

puff ini adalah tepung jagung, tepung ikan nila, minyak nabati, gula, garam, flavor. Jumlah tepung jagung yang dibutuhkan sebagai bahan baku utama dalam pembuatan produk nila puff

sepanjang tahun 2008 dalam satu minggunya bisa mencapai 480 kg, atau 1.920 kg per bulan. Unit usaha CV. “X” di Cibinong telah memiliki pemasok tetap untuk komoditi tepung jagung, tepung ikan nila, minyak nabati, gula halus, flavor, penyediaan bahan baku dilakukan setiap minggu oleh pemasok tersebut. Bahan baku tepung jagung diperoleh dari pemasok di Kediri dengan standar mutu tertentu.

Untuk bahan baku lainnya adalah tepung ikan nila 2%, gula halus (3%), minyak nabati (80%), flavor (5%), kebutuhan tepung ikan nila 480 kg per bulan. Sedangkan pemakaian minyak nabati 288 liter per bulan, gula halus 72 kg per bulan dan flavor 96 kg per bulan yang semuanya diperoleh di Bogor melalui agen atau dapat dibeli dari toko-toko yang banyak terdapat di Bogor.

b) Proses Produksi

Kegiatan produksi seluruhnya dilakukan di Cibinong karena produk nila puff yang dihasilkan adalah satu-satunya produk ekstrudat yang dimodifikasi dengan hasil perikanan dalam hal ini produk tepung ikan nila, sehingga untuk menjamin mutu dan keaslian rasa produk pembuatannya masih terkonsentrasi di Cibinong.

Kegiatan produksi terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian pengolahan tepung ikan nila dan bagian pengolahan

snack puff. Untuk bagian pengolahan tepung ikan nila terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap penyiangan dan pemfilletan yang dilanjutkan dengan perendaman dalam larutan asam atau air jeruk nipis untuk mengurangi bau amis ikan. Kemudian dilakukan pengukusan selama + 30 menit yang dilanjutkan dengan tahap pengepresan dengan menggunakan alat press, Setelah itu daging ikan dijemur dan bila sudah mencapai tingkat kekeringan tertentu selanjutnya daging dihaluskan dengan menggunakan blender. Untuk memperoleh tepung dengan ukuran partikel yang diinginkan dilanjutkan dengan tahap pengayakan. Saat selesai diayak inilah tepung ikan nila dinyatakan siap untuk digunakan sebagai coating (pelapis) pada produk snack puff.

Untuk bagian pengolahan snack puff juga terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap pembentukan puff (puff forming), tahap pelapisan (coating), tahap pengeringan serta tahap pengemasan (packing). Pada tahap pembentukan puff dilakukan melalui pemasakan tepung jagung dalam mesin ekstruder. Selanjutnya ke tahap pelapisan (coating) yang terdiri dari penyiapan adonan/larutan coating serta proses coating tepung ikan dan bumbu-bumbu ke seluruh permukaan produk nila puff

dengan cara disemprotkan menggunakan mesin spray dryer.

Setelah disemprot dengan larutan bumbu selanjutnya produk nila puff dikeringkan dalam oven untuk mengurangi kadar air yang ada pada produk. Terakhir adalah tahap pengemasan, dalam hal ini bahan pengemas yang dipakai adalah kantong aluminium foil yang dalam proses penutupannya dilakukan proses penggembungan agar dapat melindungi produk dari kemungkinan terjadinya kerusakan fisik. Sedangkan untuk pengawasan produksi, perusahaan menunjuk supervisor untuk bertanggungjawab terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan produksi. Tetapi untuk pengawasan rasa dan mutu produk, keterlibatan pemilik unit usaha bisa dibilang cukup tinggi.

Volume penjualan rata-rata per harinya dapat mencapai 5.000 kantong.

2) Sumber Daya Manusia

Peubah ini berkaitan dengan keragaan SDM perusahaan, kompensasi, pelatihan dan pengembangan serta pemotivasian karyawan. Jumlah karyawan unit usaha CV. “X” di Cibinong Bogor saat ini 5 orang. Mutu pendidikan tenaga kerja pada bagian produksi dan distribusi relatif rendah. Sebagian besar tenaga kerja tersebut belum mencapai tingkat pendidikan tinggi, namun demikian tingkat pendidikan ini tidak mengganggu jalannya usaha, karena pekerjaan yang dilakukan relatif tetap dari waktu ke waktu.

Sebagian besar pengangkatan pegawai menggunakan sistem kekeluargaan dan pendekatan secara personal (personal approach), hal ini merupakan salah satu faktor yang menjamin loyalitas pegawai. Selain itu adanya insentif, bonus dan tunjangan hari raya, suasana kekeluargaan yang tercipta pada saat bekerja turut menyebabkan tingginya loyalitas para pegawai dan merupakan salah satu sumber kekuatan unit usaha.

Kelemahan unit usaha adalah dalam hal mutu para pegawai yang masih kurang. Hal ini sedikit banyak dapat menghambat kemajuan unit usaha, mengingat persaingan yang semakin ketat dalam usaha industri makanan ini. Salah satu tindakan unit usaha dalam hal peningkatan mutu SDM adalah mengadakan program

training.

3) Sumber daya Keuangan

Peubah keuangan berkenaan dengan bagaimana unit usaha mendapatkan modal usaha, menginvestasikan dalam usaha, menggunakannya untuk tujuan-tujuan unit usaha, termasuk tujuan keuntungan tertentu dan permasalahan perimbangan biaya dan keuntungan yang ingin diraihnya. Pencatatan keuangan pada unit usaha CV. “X” ini sebagian besar mengenai penerimaan dan pengeluaran, sehingga belum menerapkan sistem akuntansi. Hal ini merupakan kelemahan dari unit usaha karena dengan adanya

sistem akuntansi untuk waktu mendatang, penilaian kinerja keuangan unit usaha dapat dilakukan secara lebih tepat. Dengan adanya informasi akuntansi, laporan keuangan juga dapat berguna bagi perusahaan bila unit usaha ingin mengajukan kredit kepada lembaga keuangan.

Permodalan unit usaha berasal dari 3 orang, yaitu pemilik unit usaha. Dengan tidak adanya bantuan modal dari pihak lain, dapat menjadi kelemahan unit usaha namun juga dapat merupakan kekuatan unit usaha. Kelemahannya karena mengandalkan modal sendiri, otomatis sumber perolehan modal menjadi terbatas, sehingga unit usaha dapat mengalami keterbatasan juga dalam hal peningkatan kapasitas produksi. Di sisi lain, unit usaha masih dapat terus bertahan hidup tanpa adanya kewajiban melunasi pinjaman kepada pihak lain.

b. Bauran Pemasaran.

Pemasaran merupakan bagian penting unit usaha dalam pencapaian hasil dan tujuan yang diharapkan. Pemasaran terkait dengan persoalan penetapan harga, penentuan penampilan (kinerja produk), penempatan produk, hingga masalah promosi. Analisis pemasaran berhubungan dengan analisis bauran pemasaran yang meliputi analisis produk, harga, distribusi, mutu, merek dan kemasan. Harga meliputi penetapan harga jual dan posisi harga di pasaran, distribusi meliputi saluran distribusi, jumlah distributor, promosi berhubungan dengan media promosi dan iklan.

1) Produk.

Produk snack puff (ekstrudat) termasuk jenis barang konsumsi yang dapat dikonsumsi sepanjang tahun dan memiliki daur pembelian yang singkat (short purchase cycle). Selain produk nila puff, unit usaha ini juga menyediakan jenis snack puff yang lain di mana pembedaannya hanya masalah rasa (flavor) dan bentuk tanpa mengalami penambahan tepung ikan seperti rasa coklat, jagung bakar, ayam bawang dan lain-lain. Kekuatan utama unit usaha CV. “X” terletak pada produknya yang khas dan keterjaminan mutu, nilai tambah lain adalah jenis produk yang alami tanpa bahan pengawet

tetapi mempunyai daya tahan yang cukup lama yaitu 2-3 bulan, bahkan bisa di atas 3 bulan jika disimpan kemasan tetap dalam keadaan baik.

Kemasan merupakan salah satu alat pemasaran yang penting. Kemasan mempunyai arti penting karena kemasan tidak hanya digunakan sebagai pelindung produk, tetapi juga digunakan untuk menarik perhatian konsumen.

Selain kemasan, nama merek (brand name) juga berperan penting dalam membedakan produk hasil produksi suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Produk nila puff diberi merek “X-TRA COMBO”. Sampai saat ini, belum ada penelitan yang menunjukkan sampai tahap mana tingkat kesadaran merek. Kesadaran merek adalah kesanggupan calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Terdapat tiga tingkat kesadaran merek berbeda, yaitu pengenalan merek, pengingatan kembali merek (brand recall) dan terakhir puncak pikiran (top of mind). Proses produksi nila puff pada unit usaha CV. “X” dapat dilihat pada Lampiran 2.

2) Lokasi

Lokasi CV “X” di Cibinong memang tidak begitu strategis bahkan cenderung agak tersembunyi, hal ini memang menjadi kelemahan unit usaha CV “X” ini. Namun menurut pemilik perusahaan karena mereka hanya memproduksi dan tidak memasarkan langsung, lokasi yang strategis tidak menjadi pilihan utama. Dan yang menjadi kekuatan unit usaha CV “X” ini adalah keluasan tempat berhubung mesin-mesin yang digunakan dalam proses produksinya berukuran cukup besar. Tampilan pabrik dapat dilihat pada Lampiran 3.

3) Harga

Unit usaha menetapkan harga produk per kemasan yang terdiri dari dua ukuran, yaitu kemasan kecil (netto 10 gr), dan kemasan besar (netto 15 gr). Harga jual produk nila puff didasarkan pada harga bahan baku dan biaya produksi. Perkembangan harga jual nila puff

Tabel 24. Perkembangan harga jual produk nila puff tahun 2007-2008 Tahun Kecil (Rupiah) Besar (Rupiah)

2007 600 750

2008 650 800

Sumber: CV “X” (2008)

Harga jual nila puff mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini didasarkan pada harga bahan baku dan biaya produksi yang semakin meningkat. Harga jual yang tercantum di atas adalah harga produk nila puff kepada agen penjualan, sedangkan harga penjualan di tingkat agen dan pengecer masing-masing mengambil profit margin

yang berbeda-beda sehingga untuk sampai ke tangan konsumen harga akhir produk kemasan kecil biasanya berkisar pada Rp 800,- sedangkan untuk produk kemasan besar Rp 1.000,-.

Harga produk nila puff ditekan sedemikian rupa sehingga diusahakan harganya tidak jauh berbeda dengan produk ekstrudat lain yang sudah lebih dulu dikenal masyarakat. Hal ini merupakan strategi pemasaran pihak perusahaan agar harga produknya tidak terlalu memberatkan konsumen tetapi di sisi lain ada nilai tambah asupan gizii terutama protein ikan. Faktor penyusun harga jual produk nila puff pada tahun 2007 dapat digambarkan seperti pada Tabel 25.

Tabel 25. Faktor penyusun harga jual produk nila puff tahun 2007 Faktor Penyusun Kontribusi Rataan (dalam %) Biaya Bahan Langsung

Biaya Upah Langsung Biaya Bahan Penolong Biaya Overhead

Target Keuntungan Harga Jual Produk

27 20 6 22 25 100

Faktor-faktor yang dijadikan patokan oleh unit usaha dalam menetapkan harga jual adalah biaya bahan baku utama, biaya upah langsung, biaya bahan penolong dan biaya overhead (Tabel 25).

Biaya bahan baku utama diperoleh dari total pemakaian seluruh bahan baku. Biaya upah langsung diperoleh dari total upah tenaga kerja. Biaya overhead terdiri atas biaya angkutan dan perijinan, gaji pimpinan dan biaya-biaya tak terduga. Sedangkan biaya penolong diperoleh dari biaya kerugian akibat produk nila puff yang rusak.

4) Promosi

Dari empat bauran promosi (promotion mix) yaitu periklanan (promosi penjualan), penjualan perorangan, hubungan masyarakat dan publisitas, sejauh ini unit usaha CV “X” belum melakukannya secara khusus. Kegiatan promosi yang telah dilakukan adalah pembagian sample-sample produk nila puff ke beberapa sekolah dengan harapan produk akan dikenal dan disukai oleh para konsumen.

Kegiatan penjualan pribadi atau perseorangan memang tidak pernah dilakukan oleh unit usaha CV “X”, namun untuk memperkenalkan dan mempromosikan produk nila puff ini pihak perusahaan beberapa kali mengikuti pameran ataupun sosialisasi program “Gemarikan” (Gemar Makan Ikan) yang dilakukan oleh DKP (Departemen Kelautan dan Perikanan). Dengan mengikuti kegiatan tersebut pihak perusahaan optimis bahwa produk nila puff ini akan menjadi salah satu pilihan makanan ringan yang memiliki nilai gizi yang diminati konsumen.

Sebagai bagian dari publisitas, unit usaha ini pernah mengikuti program acara “Gerakan Makan Ikan” yang diselenggarakan oleh salah satu stasiun televisi swasta yang juga bekerja sama dengan Departemen Kelautan dan Perikanan.

4. Analisis Lingkungan Eksternal a. Analisis Lingkungan Makro

Analisis lingkungan makro pada unit usaha CV. “X” terdiri dari empat faktor yaitu faktor ekonomi, sosial budaya, politik dan teknologi. 1) Faktor Ekonomi

Menteri negara Koperasi dan UKM Suryadharma Ali pada tahun 2007 menyatakan bahwa UKM menyumbang 53,3% atau

Rp 1.778,7 triliun Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2006 yang mencapai Rp 3.338,2 triliun. Nilai PDB dari UKM atas dasar harga berlaku meningkat Rp 287,69 triliun dibandingkan 2005 PDB UKM Rp 1941,06 triliun. PDB nasional tahun 2006 tumbuh 5,5%, PDM UKM 5,4% dan usaha besar tumbuh 5,6%.

Geliat industri ekonomi kreatif yang sebagian besar adalah UKM diprediksi memiliki prospek, sehingga dapat menaikkan pasokan terhadap PDB dari 5% menjadi 10%. Hambatan dari UKM dalam hal kesulitan pemenuhan order besar dalam waktu yang singkat dan konsistensi mutu, misalnya pengemasan pengiriman yang sesuai standar dan mutu. Oleh karena itu, harus dibuat road map jelas untuk mengarahkan industri kreatif ini menyumbang 10% PDB dengan pembahasan melibatkan berbagai departemen dan pelaku UKM itu sendiri.

Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa UKM seperti unit usaha CV. “X” mampu berperanserta dalam mendukung perekonomian masyarakat. Meskipun demikian, dalam pengembangannya diperlukan dukungan dari pihak-pihak terkait.

2) Faktor Sosial Budaya

Faktor sosial budaya yang perlu mendapat perhatian adalah terjadinya perubahan pola konsumsi masyarakat modern dan pengetahuan gizi masyarakat yang umumnya telah sadar akan kesehatan dan lebih senang untuk mengkonsumsi produk snack

(makanan ringan) yang mempunyai nila gizi, sehingga ciri khas nila puff sebagai snack ekstrudat yang diperkaya dengan protein ikan menjadi salah satu alasan penentuan pemilihan.

Perkembangan penduduk Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Meningkatnya populasi penduduk ini berakibat terhadap meningkatnya permintaan masyarakat terhadap konsumsi makanan. Laju perkembangan penduduk ditandai dengan makin berkembangnya daerah perkotaan dan meningkatnya kesibukan dan pendapatan penduduk, dengan demikian diperlukan makanan yang praktis, mudah, cepat cara penghidangannya dan bernilai gizi baik.

3) Faktor Politik

Berdasarkan UU RI No. 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil menyatakan bahwa Pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melakukan pembinaan dan pengembangan usaha kecil dalam bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, SDM dan teknologi dengan cara meningkatkan kemampuan manajemen dan teknik produksi dan pengolahan, meningkatkan kemampuan rancang bangun dan perekayasaan, memberikan kemudahan dalam pengadaan sarana dan prasarana produksi dan pengolahan, bahan baku, bahan penolong dan kemasan. Hal ini merupakan jaminan dari pemerintah sehingga industri kecil lebih terpacu untuk mengembangkan diri.

Kesadaran konsumen akan mutu dan keamanan pangan serta kesadaran akan kesehatan juga masalah kehalalan telah merubah selera dan preferensi konsumen. Oleh karena itu, industri pangan harus memperhatikan standar mutu bahan baku dan bahan tambahan/pengawet, proses dan manajemen proses. Untuk menjamin keamanan pangan internasional ini, dibentuk suatu komite gabungan World Health Organization/Food Agriculture Organization (WHO/FAO), yaitu Codex Alimentarius Commision

(CAC) yang menetapkan batas-batas keamanan ataupun produk- produk pangan dan yang terkait. Dalam rangka menggerakkan kegiatan ekonomi rakyat, upaya-upaya pemerintah untuk meningkatkan daya saing usaha adalah melakukan kegiatan- kegiatan pemasyarakatan dan pelatihan seperti :

1. Penerapan GMP, khususnya industri makanan dan minuman. 2. Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP). 3. Penerapan ISO (SNI 9-9000) dan ISO 14.000

4. Penerapani teknologi proses dan teknologi pengemasan

5. Penerapan teknologi produksi bersih (Cleaner Production) dan program “Responsible Care

Selain tersebut diatas standar yang perlu diperhatikan adalah labeling, persyaratan halal dan periklanan. Penanganan masalah ini harus sesuai dengan persyaratan yang baik dan memperhatikan titik-titik kritis (HACCP), mulai dari pengadaan bahan baku, proses

pengolahan, pewadahan, pelabelan, penyimpanan, distribusi dan transportasi sampai ke tangan konsumen.

4) Faktor Teknologi.

Teknologi merupakan salah satu sumber utama perubahan, yaitu adanya penemuan-penemuan baru yang menggantikan penemuan lama. Peubah ini dapat mempengaruhi bahan baku, operasi dan produk perusahaan karena pada dasarnya perubahan teknologi dapat memberikan peluang besar untuk peningkatan hasil, tujuan bahkan mengancam kedudukan perusahaan.

Teknologi yang terus berkembang memberikan kontribusi yang besar bagi keberadaan perusahaan. Faktor teknologi turut membantu perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional sehari-hari seperti telepon, mesin faksimili, komputer dan internet, serta mesin-mesin yang dapat membantu percepatan dan mutu produksi. Selanjutnya kemajuan di bidang transportasi juga memperlancar kegiatan perusahaan dalam memasarkan produknya ke wilayah-wilayah yang lebih jauh lagi.

Perkembangan teknologi informasi merupakan peluang yang harus ditangkap oleh perusahaan karena akan memudahkan konsumen untuk mengakses perusahaan, dengan adanya teknologi informasi seperti internet dan e-commerce, konsumen akan mendapatkan informasi yang lebih baik mengenai kebutuhannya, sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat mengenai produk yang akan dibelinya.

Peluang pembaharuan yang tidak terbatas dan perubahan teknologi menjadi tantangan bagi perusahaan untuk mampu menghasilkan produk yang lebih baik dan sesuai dengan keinginan konsumen tanpa mengesampingkan perhatian pada lingkungan hidup, kesehatan dan keselamatan konsumen. Dengan demikian dukungan dan loyalitas konsumen terhadap produk perusahaan akan dapat ditingkatkan, meskipun membutuhkan waktu yang relatif lama akibat berlangsung dalam jangka panjang.

b. Analisis Lingkungan Mikro

Analisis Lingkungan Mikro berkaitan erat dengan situasi persaingan yang harus dihadapi oleh perusahaan. Analisis lingkungan mikro dalam penelitian ini meliputi profil konsumen yang dituju, saluran distribusi, posisi pesaing dan posisi pemasok.

1) Profil Konsumen

Pemahaman profil konsumen berperan besar dalam perencanaan strategis terhadap perusahaan dalam industri kecil, dengan berdasarkan pada tiga peubah, yaitu geografi, demografi dan perilaku pembelian maka akan tercermin profil konsumen yang dihadapi oleh perusahaan.

Berdasarkan pertimbangan geografis, kegiatan pemasaran unit usaha CV. “X” sampai saat ini diarahkan pada pasar dalam wilayah Cibinong dan sekitarnya. Secara demografi, konsumen sasaran perusahaan ditujukan pada kelas sosial menengah dengan golongan usia anak-anak dan remaja. Sedangkan berdasarkan perilaku pembeliannya, produk nila puff sebagian besar dikonsumsi oleh konsumen yang memiliki tingkat penilaian terhadap keunikan produk cukup besar dalam hal ini produk nila puff yang dihasilkan oleh perusahaan.

2) Saluran Disribusi

Pemasaran produk nila puff dilakukan dengan menjalin hubungan baik antara perusahaan dengan para agen secara langsung. Dalam hal ini, harga jual untuk agen ditentukan oleh perusahaan sendiri, begitu juga harga jual kepada konsumen akhir.

Sampai saat ini tidak terdapat perusahaan lain yang terlibat secara khusus dalam strategi pemasaran produk dari unit usaha CV. “X”. Kebijakan yang diambil oleh perusahaan untuk tidak memasarkan langsung produk yang dihasilkannya melainkan melalui para agen merupakan bentuk kebijaksanaan yang dilakukan dalam unit usaha CV. “X”. Hal ini disebabkan pemasaran secara tidak langsung dianggap sebagai alternatif distribusi yang efektif dan efisien untuk dilakukan.

3) Posisi Pemasok

Bahan baku yang digunakan oleh unit usaha CV. “X” diperoleh dari Kediri dan Bogor melalui pedagang perantara. Bahan baku utama yaitu tepung jagung diperoleh dari Kediri, Jawa Timur melalui pembelian langsung 2 kali dalam satu bulan, sedangkan pemasok bahan baku lainnya diperoleh dari toko yang banyak terdapat di Bogor. Sistem pembelian bahan baku dilakukan pada saat bahan baku diterima, tujuannya agar unit usaha tidak memiliki kewajiban pada pemasok yang dapat memberatkan unit usaha di kemudian hari, sedangkan untuk harga bahan baku, besarnya diperoleh berdasarkan hasil negosiasi antara perusahaan dan pemasok.

4) Posisi Pesaing

Dilihat dari penggolongan usahanya ke dalam kelompok usaha

snack ekstrudat, sampai tahun 2008 terdapat banyak sekali unit usaha yang memproduksi produk sejenis karena memang produk ini sudah sangat familiar di kalangan anak dan remaja. Ada empat perusahaan yang menjadi pesaing kuat unit usaha CV.”X” di mana dua diantaranya sama-sama berproduksi di daerah Cibinong dan dua perusahaan lainnya adalah perusahaan yang sudah lebih dulu memproduksi produk snack ekstrudat dan sudah sangat dikenal di kalangan para konsumennya. Kategori tersebut dapat dilihat dari nilai investasinya yang mencapai lebih dari Rp. 200.000.000,-

Dua dari empat perusahaan tersebut sudah dapat dikatakan cukup lama berdiri dari tahun 1985, kemudian dua perusahaan lainnya berdiri pada tahun 1992 dan 1998 (Tabel 26). Namun hal ini tidak menjadikan penghalang bagi unit usaha CV. “X” untuk terus berinovasi dalam menghasilkan produk yang lebih bernilai saing sehingga bisa tetap eksis sebagai produsen produk snack ekstrudat. Karena pihak pemilik CV. “X” ini beranggapan bahwa eksistensi suatu kegiatan usaha bukan hanya bergantung pada lamanya usaha dijalankan dan besarnya modal tetapi juga tergantung pada tingkat kreatifitas si pengelola usaha.

Nama Perusahaan Tahun Berdiri Investasi (Rp/Juta) Alam Surya

Maxindo Karya Anugrah Sinar Murni Perkasa Food Sari Murni Abadi

1985 1985 1992 1998 350 320 200 180 Sumber: Disperindag Kota Bogor (2007)

c. Analisis Lingkungan Industri

Unit usaha CV. “X” digolongkan ke dalam industri pengolahan makanan ringan (snack). Lingkungan industri adalah tingkatan dari lingkungan eksternal perusahaan yang menghasilkan komponen- komponen yang secara normal memiliki implikasi relatif spesifik dan langsung terhadap operasionalisasi perusahaan. Dengan menggunakan analisis strategi 5P Michael Porter, yaitu persaingan antar anggota industri, pendatang baru, pemasok, pembeli dan produk pengganti, akan diperlihatkan analisis dan situasi perusahaan saat ini dan langkah-langkah strategis yang perlu diambil guna meningkatkan daya saing perusahaan dan memperoleh pangsa pasar yang lebih luas.

1) Ancaman Masuknya Pendatang Baru

Ancaman masuknya pendatang baru ke dalam industri sangat tergantung pada hambatan yang mungkin ada untuk memasuki

Dokumen terkait