• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Usaha ”Nila Puff” dalam Meningkatkan Pendapatan Ikm Pengolahan Hasil Perikanan (Studi Kasus Pada C. ”X” Di Cibinong Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pengembangan Usaha ”Nila Puff” dalam Meningkatkan Pendapatan Ikm Pengolahan Hasil Perikanan (Studi Kasus Pada C. ”X” Di Cibinong Bogor)"

Copied!
262
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ”NILA PUFF”

DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN IKM PENGOLAHAN

HASIL PERIKANAN

(Studi Kasus pada CV. ”X” di Cibinong Bogor)

TIURMA YOSEPHINE NAINGGOLAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tugas Akhir “Strategi Pengembangan Usaha Nila Puff dalam Meningkatkan Pendapatan IKM Pengolahan Hasil Perikanan” adalah karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam forum apapun dan dimanapun.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tugas Akhir ini.

Jakarta, Maret 2009

Tiurma Yosephine Nainggolan

(3)

ABSTRACT

Tiurma Yosephine Nainggolan.Strategy of “Nila Puff” Business Expansion in Increasing the income of IKM Fishery Product Processing (Study Case at CV. “X” Cibinong, Bogor). Under supervision : Komar Sumantadinata as leader and Ani Suryani as member

The very limited product of fishery is one of the reasons that lowering the consumption level of fish for Indonesian people. It is necessary to do diversification of fish products to increase the consumption of fish. One effort of the diversification is producing a snack puff. Snack puff is a snack that made of cooked cerelia under extrusion condition to change it to be puff/dry. The addition of nila fish powder to the snack puff product is named “nila puff”. CV. “’X” at Cibinong, Bogor is a nila puff producer who has partnership with Ministry of Marine Affairs and Fisheries, in this case is National Centre for Fishery Quality Control (NCQC). The purposes of this research are: (1) to know the influence of consumer’s preference of nila puff product for marketing and developing in the production unit, (2) to produce diversification forms at CV.”X” at Cibinong and the business aspect, (3) to know the future prospect of nila puff diversification which is done by CV. “X” at Cibinong through developing expansion business strategy.

Analysis method, which is used to analyze and interpret the data, is descriptive method, done by collecting data about potential information of raw product that produced by the company. Another analyzed data is by laboratory test to the final product quality, which includes microbiology test (ALT and fungus), chemical test, market demands and strategic competitors through macro at the nila puff production unit. Analysis method, like Importance Performance Analysis (IPA), External Factor Evaluation matrix (EFE) – Internal Factor Evaluation (IFE), Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT) analysis, and break even point analysis, and also profit margin : BEP and B/C Ratio.

(4)

RINGKASAN

Tiurma Yosephine Nainggolan. Strategi Pengembangan Usaha “Nila Puff dalam Meningkatkan Pendapatan IKM Pengolahan Hasil Perikanan (Studi Kasus pada CV.”X” di Cibinong Bogor). Di bawah bimbingan Komar Sumantadinata sebagai Ketua dan Ani Suryani sebagai Anggota.

Terbatasnya bentuk olahan ikan merupakan salah satu penyebab rendahnya tingkat konsumsi ikan penduduk Indonesia. Untuk meningkatkan konsumsi ikan perlu ditempuh upaya penganekaragaman (diversifikasi) bentuk olahan ikan, terutama menuju pada produk-produk yang biasa dikonsumsi masyarakat sehingga peluang produk untuk diterima dapat lebih besar.

Salah satu upaya penganekaragaman tersebut adalah pembuatan produk olahan dalam bentuk snack puff. Snack puff adalah makanan ringan yang terbuat dari serelia yang dimasak di bawah kondisi ekstrusi untuk mengubahnya dalam bentuk gembung/kering (puff/dry). Penambahan tepung ikan nila pada produk snack puff diberi nama ”nila puff”. CV. ”X” di Cibinong Bogor merupakan produsen nila puff yang bermitra dengan Departemen Kelautan dan Perikanan dalam hal ini adalah Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan (BBP2HP).

CV ”X” selaku satu-satunya IKM yang memproduksi produk nila puff

diharapkan tidak hanya memproduksi, tetapi juga mampu mempromosikan dan menginformasikan kepada masyarakat tentang manfaat mengkonsumsi produk nila puff ini sambil terus memperhatikan tingkat penerimaan (preferensi) konsumen. Dengan mempelajari preferensi konsumen terhadap produk yang dihasilkannya, maka produsen dapat menentukan strategi pengembangan usaha yang tepat bagi perusahaan

Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah (1) mengetahui pengaruh preferensi konsumen nila puff dalam pemasaran dan pengembangan unit usaha, (2) menghasilkan bentuk-bentuk pengembangan unit usaha CV. “X” di Cibinong dari aspek bisnis, (3) mengetahui prospek ke depan pengembangan usaha nila

(5)

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyelesaian tugas akhir di unit usaha CV. ”X” adalah pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara dengan pemilik perusahaan, pengelola, karyawan, instansi bidang terkait (BBP2HP), dan konsumen. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan menggunakan metode judgement sampling sebanyak 100 responden. Pengumpulan data sekunder melalui penelusuran pustaka, dokumen dan laporan instansi terkait (Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, Badan POM, BBP2HP, BPS).

Metode analisis yang digunakan untuk menganalisa dan menginterpretasikan data adalah metode deskriptif, yaitu pengumpulan data mengenai informasi potensi bahan baku, prospek pasar dan keuangan yang berkaitan dengan pasokan bahan baku yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Data lain yang dianalisa adalah uji laboratorium terhadap mutu produk akhir yang meliputi uji mikrobiologi (ALT dan jamur), uji kimia (proksimat), permintaan pasar dan pesaing strategis secara makro di bidang pengolahan unit usaha nila

puff ini. Sedangkan metode analisis berupa Importance Performance Analysis

(IPA), matriks External Factor Evaluation (EFE) – Internal Factor Evaluation

(IFE), serta analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats (SWOT) dan analisis titik impas dan profit margin : BEP danB/C Ratio.

Berdasarkan hasil IPA, diperoleh empat kuadran yang menunjukkan kriteria masing-masing atribut. Atribut yang perlu mendapatkan perhatian dan harus diprioritaskan perbaikan kinerjanya adalah atribut kemasan, merek, serta atribut halal.

Hasil analisis matriks IE menunjukkan nilai faktor internal 3,00 dan nilai matriks eksternal 2,90 memposisikan perusahaan pada kuadran V, yaitu growth

dan stability. Matriks internal dan eksternal menunjukkan bahwa unit usaha CV. “X” merespon peluang dan ancaman secara serius dan berada pada kondisi internal yang kuat. Berdasarkan data penjualan, ditunjukkan bahwa unit usaha CV. “X” berada pada fase pengembangan.

(6)

dapat diketahui bahwa unit usaha CV. “X” ini telah memberikan laba pada pengusaha.

Berdasarkan analisis matriks SWOT dirumuskan empat jenis alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh unit usaha CV. ”X” yaitu (1) Strategi SO (Strengths Opportunities); (2) Strategi WO (Weaknesess Opportunities); (3) Strategi ST (Strengths Threats); (4) Strategi W T (Weaknesses Threats). Dengan menerapkan keempat jenis strategi di tersebut, maka usaha produk nila puff

yang dilakukan oleh CV. “X” memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan.

Saran untuk perusahaan dalam rangka pengembangan bisnis perusahaan di masa mendatang adalah mengimplementasikan alternatif-alternatif strategi pemasaran yang telah dirumuskan, diantaranya strategi produk, strategi harga, strategi tempat dan strategi promosi. Dengan demikian unit usaha CV. ”X” dapat lebih berdaya saing terhadap perusahaan-perusahaan lain yang memproduksi komoditas sejenis.

(7)

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB.

(8)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ”NILA PUFF”

DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN IKM PENGOLAHAN

HASIL PERIKANAN

(Studi Kasus pada CV. ”X” di Cibinong Bogor)

TIURMA YOSEPHINE NAINGGOLAN

Tugas Akhir

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Profesional pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

Judul Tugas Akhir : Strategi Pengembangan Usaha ”Nila Puff” dalam Meningkatkan Pendapatan Ikm Pengolahan Hasil Perikanan

(Studi Kasus Pada C. ”X” Di Cibinong Bogor)

Nama Mahasiswa : Tiurma Yosephine Nainggolan Nomor Pokok : F.352064225

Program Studi : Industri Kecil Menengah

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Komar Sumantadinata, MSc Dr.Ir. Ani Suryani, DEA Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Industri Kecil Menengah

Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA Prof.Dr.Ir. H. Khairil A. Notodiputro, MS

(10)

PRAKATA

Puji syukur bagi Allah Maha Kasih, yang telah menganugerahkan berkat serta penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian tesis dengan judul “Strategi Pengembangan Usaha Nila Puff dalam Meningkatkan Pendapatan IKM Pengolahan Hasil Perikanan”, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil dan Menengah, Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Penulis Menyadari bahwa karya ilmiah ini dapat tersusun karena bantuan berbagai pihak, baik staf pengajar dan pembimbing di civitas akademika IPB, Direktur CV. “X” dan seluruh stafnya yang telah membantu kelancaran penelitian. Secara khusus penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Komar Sumantadinata, MSc selaku pembimbing utama dan Ibu Dr.Ir.Ani Suryani, DEA selaku pembimbing anggota yang telah memberikan bimbingan dan motivasinya sehingga penulis bersemangat menyelesaikan tesis ini. Tidak lupa pula penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Segenap Dosen pengajar mata kuliah di program MPI angkatan 9. 2. Rekan-rekan mahasiswa S2 IPB program MPI angkatan 9.

3. Rekan-rekan petugas administrasi pada program MPI.

4. Semua pihak yang telah memberikan dukungan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Ungkapan terima kasih dan rasa sayang yang tulus kepada suami tercinta serta kedua anak tersayang yang selama ini telah memberikan doa, semangat serta pengorbanan waktu kebersamaannya yang terpakai untuk belajar, kuliah dan tugas.

Akhirnya penulis berharap penelitian ini akan berguna sebagai kontribusi pemikiran pengembangan usaha bagi para pelaku bisnis di bidang pengolahan hasil perikanan.

(11)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ”NILA PUFF”

DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN IKM PENGOLAHAN

HASIL PERIKANAN

(Studi Kasus pada CV. ”X” di Cibinong Bogor)

TIURMA YOSEPHINE NAINGGOLAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tugas Akhir “Strategi Pengembangan Usaha Nila Puff dalam Meningkatkan Pendapatan IKM Pengolahan Hasil Perikanan” adalah karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam forum apapun dan dimanapun.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tugas Akhir ini.

Jakarta, Maret 2009

Tiurma Yosephine Nainggolan

(13)

ABSTRACT

Tiurma Yosephine Nainggolan.Strategy of “Nila Puff” Business Expansion in Increasing the income of IKM Fishery Product Processing (Study Case at CV. “X” Cibinong, Bogor). Under supervision : Komar Sumantadinata as leader and Ani Suryani as member

The very limited product of fishery is one of the reasons that lowering the consumption level of fish for Indonesian people. It is necessary to do diversification of fish products to increase the consumption of fish. One effort of the diversification is producing a snack puff. Snack puff is a snack that made of cooked cerelia under extrusion condition to change it to be puff/dry. The addition of nila fish powder to the snack puff product is named “nila puff”. CV. “’X” at Cibinong, Bogor is a nila puff producer who has partnership with Ministry of Marine Affairs and Fisheries, in this case is National Centre for Fishery Quality Control (NCQC). The purposes of this research are: (1) to know the influence of consumer’s preference of nila puff product for marketing and developing in the production unit, (2) to produce diversification forms at CV.”X” at Cibinong and the business aspect, (3) to know the future prospect of nila puff diversification which is done by CV. “X” at Cibinong through developing expansion business strategy.

Analysis method, which is used to analyze and interpret the data, is descriptive method, done by collecting data about potential information of raw product that produced by the company. Another analyzed data is by laboratory test to the final product quality, which includes microbiology test (ALT and fungus), chemical test, market demands and strategic competitors through macro at the nila puff production unit. Analysis method, like Importance Performance Analysis (IPA), External Factor Evaluation matrix (EFE) – Internal Factor Evaluation (IFE), Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT) analysis, and break even point analysis, and also profit margin : BEP and B/C Ratio.

(14)

RINGKASAN

Tiurma Yosephine Nainggolan. Strategi Pengembangan Usaha “Nila Puff dalam Meningkatkan Pendapatan IKM Pengolahan Hasil Perikanan (Studi Kasus pada CV.”X” di Cibinong Bogor). Di bawah bimbingan Komar Sumantadinata sebagai Ketua dan Ani Suryani sebagai Anggota.

Terbatasnya bentuk olahan ikan merupakan salah satu penyebab rendahnya tingkat konsumsi ikan penduduk Indonesia. Untuk meningkatkan konsumsi ikan perlu ditempuh upaya penganekaragaman (diversifikasi) bentuk olahan ikan, terutama menuju pada produk-produk yang biasa dikonsumsi masyarakat sehingga peluang produk untuk diterima dapat lebih besar.

Salah satu upaya penganekaragaman tersebut adalah pembuatan produk olahan dalam bentuk snack puff. Snack puff adalah makanan ringan yang terbuat dari serelia yang dimasak di bawah kondisi ekstrusi untuk mengubahnya dalam bentuk gembung/kering (puff/dry). Penambahan tepung ikan nila pada produk snack puff diberi nama ”nila puff”. CV. ”X” di Cibinong Bogor merupakan produsen nila puff yang bermitra dengan Departemen Kelautan dan Perikanan dalam hal ini adalah Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan (BBP2HP).

CV ”X” selaku satu-satunya IKM yang memproduksi produk nila puff

diharapkan tidak hanya memproduksi, tetapi juga mampu mempromosikan dan menginformasikan kepada masyarakat tentang manfaat mengkonsumsi produk nila puff ini sambil terus memperhatikan tingkat penerimaan (preferensi) konsumen. Dengan mempelajari preferensi konsumen terhadap produk yang dihasilkannya, maka produsen dapat menentukan strategi pengembangan usaha yang tepat bagi perusahaan

Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah (1) mengetahui pengaruh preferensi konsumen nila puff dalam pemasaran dan pengembangan unit usaha, (2) menghasilkan bentuk-bentuk pengembangan unit usaha CV. “X” di Cibinong dari aspek bisnis, (3) mengetahui prospek ke depan pengembangan usaha nila

(15)

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyelesaian tugas akhir di unit usaha CV. ”X” adalah pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara dengan pemilik perusahaan, pengelola, karyawan, instansi bidang terkait (BBP2HP), dan konsumen. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan menggunakan metode judgement sampling sebanyak 100 responden. Pengumpulan data sekunder melalui penelusuran pustaka, dokumen dan laporan instansi terkait (Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, Badan POM, BBP2HP, BPS).

Metode analisis yang digunakan untuk menganalisa dan menginterpretasikan data adalah metode deskriptif, yaitu pengumpulan data mengenai informasi potensi bahan baku, prospek pasar dan keuangan yang berkaitan dengan pasokan bahan baku yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Data lain yang dianalisa adalah uji laboratorium terhadap mutu produk akhir yang meliputi uji mikrobiologi (ALT dan jamur), uji kimia (proksimat), permintaan pasar dan pesaing strategis secara makro di bidang pengolahan unit usaha nila

puff ini. Sedangkan metode analisis berupa Importance Performance Analysis

(IPA), matriks External Factor Evaluation (EFE) – Internal Factor Evaluation

(IFE), serta analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats (SWOT) dan analisis titik impas dan profit margin : BEP danB/C Ratio.

Berdasarkan hasil IPA, diperoleh empat kuadran yang menunjukkan kriteria masing-masing atribut. Atribut yang perlu mendapatkan perhatian dan harus diprioritaskan perbaikan kinerjanya adalah atribut kemasan, merek, serta atribut halal.

Hasil analisis matriks IE menunjukkan nilai faktor internal 3,00 dan nilai matriks eksternal 2,90 memposisikan perusahaan pada kuadran V, yaitu growth

dan stability. Matriks internal dan eksternal menunjukkan bahwa unit usaha CV. “X” merespon peluang dan ancaman secara serius dan berada pada kondisi internal yang kuat. Berdasarkan data penjualan, ditunjukkan bahwa unit usaha CV. “X” berada pada fase pengembangan.

(16)

dapat diketahui bahwa unit usaha CV. “X” ini telah memberikan laba pada pengusaha.

Berdasarkan analisis matriks SWOT dirumuskan empat jenis alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh unit usaha CV. ”X” yaitu (1) Strategi SO (Strengths Opportunities); (2) Strategi WO (Weaknesess Opportunities); (3) Strategi ST (Strengths Threats); (4) Strategi W T (Weaknesses Threats). Dengan menerapkan keempat jenis strategi di tersebut, maka usaha produk nila puff

yang dilakukan oleh CV. “X” memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan.

Saran untuk perusahaan dalam rangka pengembangan bisnis perusahaan di masa mendatang adalah mengimplementasikan alternatif-alternatif strategi pemasaran yang telah dirumuskan, diantaranya strategi produk, strategi harga, strategi tempat dan strategi promosi. Dengan demikian unit usaha CV. ”X” dapat lebih berdaya saing terhadap perusahaan-perusahaan lain yang memproduksi komoditas sejenis.

(17)

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB.

(18)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ”NILA PUFF”

DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN IKM PENGOLAHAN

HASIL PERIKANAN

(Studi Kasus pada CV. ”X” di Cibinong Bogor)

TIURMA YOSEPHINE NAINGGOLAN

Tugas Akhir

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Profesional pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(19)

Judul Tugas Akhir : Strategi Pengembangan Usaha ”Nila Puff” dalam Meningkatkan Pendapatan Ikm Pengolahan Hasil Perikanan

(Studi Kasus Pada C. ”X” Di Cibinong Bogor)

Nama Mahasiswa : Tiurma Yosephine Nainggolan Nomor Pokok : F.352064225

Program Studi : Industri Kecil Menengah

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Komar Sumantadinata, MSc Dr.Ir. Ani Suryani, DEA Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Industri Kecil Menengah

Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA Prof.Dr.Ir. H. Khairil A. Notodiputro, MS

(20)

PRAKATA

Puji syukur bagi Allah Maha Kasih, yang telah menganugerahkan berkat serta penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian tesis dengan judul “Strategi Pengembangan Usaha Nila Puff dalam Meningkatkan Pendapatan IKM Pengolahan Hasil Perikanan”, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil dan Menengah, Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Penulis Menyadari bahwa karya ilmiah ini dapat tersusun karena bantuan berbagai pihak, baik staf pengajar dan pembimbing di civitas akademika IPB, Direktur CV. “X” dan seluruh stafnya yang telah membantu kelancaran penelitian. Secara khusus penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Komar Sumantadinata, MSc selaku pembimbing utama dan Ibu Dr.Ir.Ani Suryani, DEA selaku pembimbing anggota yang telah memberikan bimbingan dan motivasinya sehingga penulis bersemangat menyelesaikan tesis ini. Tidak lupa pula penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Segenap Dosen pengajar mata kuliah di program MPI angkatan 9. 2. Rekan-rekan mahasiswa S2 IPB program MPI angkatan 9.

3. Rekan-rekan petugas administrasi pada program MPI.

4. Semua pihak yang telah memberikan dukungan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Ungkapan terima kasih dan rasa sayang yang tulus kepada suami tercinta serta kedua anak tersayang yang selama ini telah memberikan doa, semangat serta pengorbanan waktu kebersamaannya yang terpakai untuk belajar, kuliah dan tugas.

Akhirnya penulis berharap penelitian ini akan berguna sebagai kontribusi pemikiran pengembangan usaha bagi para pelaku bisnis di bidang pengolahan hasil perikanan.

(21)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 8 Maret 1970 sebagai anak kedua dari pasangan Alm. Bapak F.B Nainggolan dan Alm. Ibu Tioria Samosir. Penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 30 Jakarta pada tahun 1989 dan menyelesaikan pendidikan Diploma III di Diklat Usaha Perikanan Jakarta pada tahun 1992. Pada tahun 2003, Penulis menyelesaikan pendidikan Diploma IV di Sekolah Tinggi Perikanan dan memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan Perikanan (S.St.Pi).

Sejak Oktober 1992 hingga Juli tahun 1994 penulis bekerja sebagai staf Quality Control (QC) pada perusahaan pembekuan udang PT. Berlian Mina Sejahtera Jakarta. Kemudian pada Agustus 1994 hingga Mei 1999 penulis pindah tugas sebagai staf ekspor impor di PT. Sumber Haslindo Jakarta. Selanjutnya pada bulan Juli tahun 1999 penulis memilih bekerja di jalur birokrat sebagai pegawai negeri sipil di lingkup Departemen Kelautan dan Perikanan dalam hal ini Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan Jakarta sebagai staf bidang pengolahan hasil perikanan hingga saat ini.

(22)

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR ... vi DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii

I. PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Perumusan Masalah ... 4 C.Tujuan ... 4 D. Manfaat Penelitian ... 5

II. LANDASAN TEORI ... 6 A. Industri Kecil ... 6

1. Karakteristik Industri Kecil... 6 2. Penggolongan Industri Kecil ... 7 B. Pemasaran... 8

1. Unsur Strategi Persaingan ... 8 2. Unsur Taktik Pemasaran ... 9 3. Unsur Nilai Pemasaran ... 9 C. Preferensi Konsumen ... 9 D.Perilaku Konsumen... 11 E. Pengembangan Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi ... 11 1. Tahap Pertama ... 12 2. Tahap Kedua ... 12 F. Aplikasi Manajemen Strategi Unit Usaha Nila Puff... 13 G.Snack Puff... 14 H. Kemunduran Mutu ... 15 I. Karakteristik Pengembangan Suatu Produk... 16

(23)

4. Analisis Titik Impas dan Profit Margin... 27 C. Aspek Kajian ... 28 1. Analisa Kelayakan Usaha ... 28 2. Perumusan dan Pemilihan Strategi Pengembangan Usaha... 31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33 A. Keadaan Umum ... 33 1. Sejarah dan Perkembangan Unit Usaha ... 33 2. Struktur Organisasi Unit Usaha ... 34 3. Karakteristik Responden yang merupakan Konsumen Produk

Nila Puff... 36 B. Hal yang dikaji... 38 1. Pengamatan Mutu Produk Nila Puff... 38 2. Respon Konsumen terhadap Dimensi Performance Produk Nila Puff 38 3. Analisis Lingkungan Internal ... 55 4. Analisis Lingkungan Eksternal ... 62 5. Analisis Matriks SWOT ... 77 6. Analisis Titik Impas dan Profit Margin... 80 7. Implementasi Strategis ... 82

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 87 A. Kesimpulan ... 87 B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89

(24)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Produksi perikanan menurut sub sektor perikanan... 1 2. Hasil uji organoleptik (deskripsi) produk nila puff ... 3 3. Syarat mutu makanan ringan ekstrudat ... 15 4. Skor tingkat kepentingan ... 20 5. Skor tingkat pelaksanaan... 20 6. Sebaran persentase responden berdasarkan kelompok usia... 36 7. Sebaran persentase responden berdasarkan jenis kelamin ... 37 8. Sebaran persentase responden berdasarkan pekerjaan ... 37 9. Kandungan gizi nila puff per 100 gr bahan ... 38 10. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja citarasa. 40 11. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja aroma ... 40 12. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut

bentuk dan ukuran ... 41 13. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut

keragaman dan variasi produk... 43 14. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut harga produk ... 44 15. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut

usaha promosi ... 46 16. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut

manfaat yang dirasakan... 46 17. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut

kandungan gizi... 47 18. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut

kemudahan untuk memperoleh produk ... 48 19. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut

daya tahan produk ... 49 20. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut

kemasan ... 50 21. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut

(25)

22. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut

halal ... 51 23. Perhitungan rataan dari penilaian tingkat kepentingan dan kinerja

atribut mutu produk nila puff pada unit usaha CV. ”X” di Cibinong ... 52 24. Perkembangan harga jual produk nila puff tahun 2007-2008 ... 61 25. Faktor penyusun harga jual produk nila puff tahun 2007 ... 61 26. Pesaing kuat unit usaha CV. ”X” ... 68 27. Hasil matriks IFE ... 74 28. Hasil matriks EFE ... 74 29. Perumusan strategi unit usaha CV. ”X” dengan matriks SWOT kualitatif 78 30. Biaya tetap total pembuatan nila puff periode 2008... 80 31. Biaya tidak tetap total pembuatan nila puff periode 2008 ... 80 32. Perhitungan titik impas pada pembuatan produk nila puff... 81 33. Perbandingan penjualan aktual dan penjualan titik impas pada unit

(26)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(27)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

(28)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki sumberdaya perikanan yang kaya dan potensial, baik dari perikanan laut, perairan umum maupun perikanan budidaya. Menurut data statistik perikanan dan kelautan tahun 2008 (Tabel 1) terlihat adanya peningkatan produksi perikanan yang cukup signifikan mulai dari tahun 1988, 2005 sampai tahun 2007.

Tabel 1. Produksi perikanan menurut sub sektor perikanan Satuan : Ton

Sub Sektor 1988 2005 2007

Perikanan Laut 2.169.557 4.468.010 4. 734.280 Perairan Umum 281.264 301.150 310.457 Perikanan Budidaya Sub Jumlah 430.348 2.682.596 3.193.565 Budidaya Laut - 1.365.918 1.728.475

Tambak 233.283 629.610 645.489

Kolam 104.187 381.946 391.792

Karamba 3.625 56.200 44.790

Jaring Apung - 143.251 211.322

Sawah 89.253 105.671 171.697

Jumlah 2.881.169 7.451.756 8.238.302 Sumber : Statistik Perikanan dan Kelautan Tahun 2008

Dari data di atas, bila dilakukan perbandingan jumlah produksi sub sektor perikanan laut pada tahun 1988 dan tahun 2007 terlihat jelas kenaikannya mencapai lebih dari 100%, sedangkan jumlah produksi sub sektor perikanan budidaya kenaikannya sangat fantastis yaitu mencapai sekitar 600%. Hal ini menunjukkan tingginya minat para pelaku usaha perikanan dalam mengembangkan usahanya terutama di sub sektor perikanan budidaya.

(29)

Sedangkan untuk pemanfaatan produksinya yaitu 50% dijual ke pasar dalam bentuk ikan segar, 40% diolah secara tradisional dan 10% diolah secara modern (DKP, 2008). Dari data ini terlihat bahwa secara nilai ekonomi, produksi perikanan Indonesia masih sangat rendah karena sebagian besar hanya dijual dalam bentuk segar sehingga perlu dilakukan diversifikasi produk yang tentu saja didukung dengan penerapan teknik sanitasi dan higiene yang baik sehingga diperoleh produk dengan mutu yang baik dan nilai jual yang tinggi.

Pembangunan nasional yang diselenggarakan di Indonesia saat ini diprioritaskan pada sektor industri, baik industri besar, industri menengah, maupun industri kecil. Keberadaan industri kecil yang tersebar di masyarakat Indonesia telah memberikan andil yang besar dalam meningkatkan pendapatan masyarakat Indonesia, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia. Industri kecil di Indonesia merupakan bagian penting dari sistem perekonomian nasional, karena berperan untuk mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi melalui misi penyediaan lapangan usaha dan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan ikut berperan dalam meningkatkan perolehan devisa, serta memperkokoh struktur industri nasional (Hubeis, 1997).

Salah satu jenis ikan air tawar yang berpotensi sebagai sumber protein hewani dan dapat dijangkau oleh berbagai lapisan masyarakat adalah ikan nila. Ikan nila memiliki beberapa keunggulan, yaitu dagingnya putih, tebal, sedikit duri dan rasanya enak sehingga disukai konsumen (Rukmana, 1997).

Konsumsi protein penduduk Indonesia masih rendah, yakni 17,85 kg/kapita/tahun pada tahun 1994 dan diproyeksikan menjadi 19,20 kg/kapita/tahun untuk tahun 1998. Usaha peningkatan konsumsi ikan diarahkan untuk mencapai standar konsumsi protein sebesar 4,5 gr/kapita/hari. Selama pembangunan Jangka Panjang (PJP) II, konsumsi ikan penduduk Indonesia diharapkan meningkat menjadi 26 kg/kapita/tahun dengan pola konsumsi bergeser ke ikan basah atau segar (Rukmana, 1997).

(30)
[image:30.595.221.421.250.381.2] [image:30.595.119.524.557.678.2]

Salah satu upaya penganekaragaman tersebut adalah pembuatan produk olahan dalam bentuk snack puff. Snack puff adalah makanan ringan yang terbuat dari serelia yang dimasak di bawah kondisi ekstrusi untuk mengubahnya dalam bentuk gembung/kering (puff/dry) (Mottur dkk,1985). Penambahan tepung ikan nila (Oreochromis niloticus

)

pada produk snack puff diberi nama ”nila puff”. Produk nila puff dalam berbagai macam bentuk dan rasa dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Nila puff

Pada produk nila puff terdapat kandungan gizi berupa protein dan mineral, hal ini ditunjukkan dari data hasil pengujian yang dilakukan oleh Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan (BBP2HP) terhadap produk nila puff . Adapun penilaian panelis yang ada di BBP2HP untuk uji organoleptik produk nila puff ini adalah seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil uji organoleptik (deskripsi) produk nila puff

Hasil Pengamatan

Penampakan Tekstur Bau Rasa Nilai

Sangat menarik, warna kuning cerah

Sangat renyah dan lembut

Harum flavor

ayam bawang, ada sedikit bau amis

Sangat enak, gurih

8,50

[image:30.595.111.531.557.678.2]
(31)

pengembangan produk nila puff ini dapat diterima dan akhirnya dapat meningkatkan konsumsi ikan masyarakat.

CV ”X” selaku satu-satunya IKM yang memproduksi produk nila puff

diharapkan tidak hanya memproduksi, tetapi juga mampu mempromosikan dan menginformasikan kepada masyarakat tentang manfaat mengkonsumsi produk nila puff ini sambil terus memperhatikan tingkat penerimaan (preferensi) konsumen. Dengan mempelajari preferensi konsumen terhadap produk yang dihasilkannya, maka produsen dapat menentukan strategi pengembangan usaha yang tepat bagi perusahaan

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan berbagai permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, pengembangan diversifikasi produk harus terus dilakukan guna meningkatkan konsumsi ikan masyarakat. Untuk itu perlu ditentukan upaya-upaya yang harus dilakukan sebagai strategi pengembangan usaha CV. “X” di Cibinong guna mengetahui prospek pengembangan usaha nila puff bukan hanya bagi CV. “X” di Cibinong tetapi juga IKM pengolahan hasil perikanan yang lain.

Secara ringkas permasalahan yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh preferensi konsumen nila puff dalam pemasaran dan pengembangan unit usaha ?

2. Bentuk–bentuk pengembangan usaha apa yang dapat dilakukan unit usaha CV. “X” di Cibinong, terutama dari aspek bisnis ?

3. Bagaimana prospek usaha nila puff yang dilakukan oleh unit usaha CV. “X” di Cibinong melalui penyusunan strategi perusahaan?

C. Tujuan

Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh preferensi konsumen nila puff dalam pemasaran dan pengembangan unit usaha.

(32)

3. Mengetahui prospek usaha nila puff yang dilakukan oleh unit usaha CV. “X” di Cibinong, melalui penyusunan strategi perusahaan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berikut:

1. Sumbangan pemikiran bagi pelaku bisnis produk olahan hasil perikanan pada umumnya dan pelaku bisnis produk nila puff pada khususnya dalam melakukan strategi perbaikan mutu produk, sehingga produk nila puff

semakin dikenal dan disukai oleh konsumen.

2. Sumbangan pemikiran dan bahan referensi dalam mempopulerkan dan mengoptimalkan pemanfaatan ikan air tawar berupa ikan nila.

(33)

II. LANDASAN TEORI

A. Industri Kecil

Industri kecil menurut Biro Pusat Statistik (BPS, 1997) adalah sebuah perusahaan industri yang memiliki jumlah tenaga kerja 5-19 orang, termasuk pekerja yang dibayar, pekerja pemilik dan pekerja keluarga yang tidak dibayar. Perusahaan industri yang memiliki pekerja kurang dari lima orang diklasifikasikan sebagai industri rumah tangga atau kerajinan rakyat.

Disebutkan oleh Musa (1997) dalam Undang-Undang Usaha Kecil No. 9 tahun 1995, industri kecil sebagai bagian dari usaha kecil di Indonesia didefinisikan sebagai industri yang memiliki aset tidak lebih dari Rp 200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan) atau omzet/tahun Rp 1 milyar. Operasional di lapangan dapat dikatagorikan atas usaha menengah (Rp 700 juta ≤ omzet/tahun < Rp 1 milyar), usaha mandiri (Rp 100 juta ≤ omzet/tahun < Rp 700 juta) dan usaha tangguh (Rp 50 juta ≤ omzet/tahun < Rp 100 juta). Dalam pengertian lainnya, industri kecil dapat dikelompokkan atas dasar perusahaan sekadar hidup, perusahaan pelengkap/penunjang, perusahaan yang didasarkan pada ide dengan kemungkinan untuk timbul dan berkembang, serta perusahaan mapan yang dikatagorikan dalam batas informal dan formal (aset dan omzet).

1. Karakteristik Industri Kecil

Departemen Perindustrian dan Perdagangan (1994) menyebutkan bahwa industri kecil di Indonesia umumnya memiliki ciri-ciri berikut :

a. Pemilik adalah golongan ekonomi lemah.

b. Pemilik juga menjadi pemimpin perusahaan dan masih membutuhkan bimbingan kewirausahaan.

c. Administrasi perusahaan masih bersifat sederhana dan kurang teratur, serta belum berbentuk badan hukum.

d. Pengusaha tidak dapat memberikan jaminan guna mendapat kredit dari perbankan.

(34)

f. Proses produksi masih sederhana dan sebagian besar masih bersifat tradisional.

g. Mutu produk umumnya tidak tetap dan disain kurang mengikuti selera pasar.

h. Pemasaran produk masih lemah.

Menurut Allun (1987), karakteristik dari usaha kecil adalah :

a. Tipe pemilihan atau pengusaha yang cenderung kepada perseorangan artinya pemilik merangkap manajer.

b. Jumlah tenaga kerja per unit usaha relatif tidak banyak tenaga kerja yang digunakan dan umumnya berasal dari anggota keluarga atau orang di lingkungan sekitar unit usaha tersebut.

c. Penggunaan energi mengarah pada sumber daya tradisional, yaitu dari tenaga manusia, tenaga hewan atau dengan menggunakan peralatan/mesin dengan tipe sederhana.

d. Teknologi yang digunakan biasanya sederhana dan bersifat tradisional, meskipun terbuka kemungkinan adanya penggunaan teknologi yang maju.

2. Penggolongan Industri Kecil

Industri kecil di Indonesia berkembang corak dan ragamnya, maka Departemen Perindustrian dan Perdagangan (1994) mengklasifikasikan industri kecil di Indonesia atas dua macam, yaitu :

a. Menurut sifat dan teknologinya. b. Menurut jenis industrinya.

Menurut Allun (1987), berdasarkan sifat dan teknologi, industri dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok, yaitu :

a) Kelompok Industri Kecil Tradisional

Kelompok industri ini memiliki ciri-ciri seperti menerapkan teknologi sederhana, berlandaskan dukungan unit pelaksana teknis dan berkaitan dengan sektor ekonomi lain secara regional.

b) Kelompok Kerajinan

(35)

industri kecil yang menerapkan proses modern dengan keterampilan tradisional.

c) Kelompok Industri Kecil Modern

Ciri-ciri kelompok industri kecil modern adalah menerapkan teknologi madya hingga modern dengan skala produksi terbatas, berdasarkan dukungan penelitian dan pengembangan, serta menggunakan mesin-mesin produksi khusus.

B. Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, budaya, politik, ekonomi, dan manajerial. Akibat dari pengaruh berbagai faktor tersebut adalah masing-masing individu maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan, menawarkan, dan menukarkan produk yang memiliki nilai komoditas (Rangkuti, 2000),

Unsur-unsur utama pemasaran menurut Rangkuti (2000) dapat diklasifikasikan menjadi tiga unsur utama yaitu :

1. Unsur Strategi Persaingan

Unsur strategi persaingan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : a. Segmentasi pasar

Segmentasi pasar adalah tindakan mengidentifikasikan dan membentuk kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah. Masing-masing segmen konsumen ini memiliki karakteristik, kebutuhan produk dan bauran pemasaran tersendiri.

b. Targeting

Targeting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki.

c. Positioning

(36)

2. Unsur Taktik Pemasaran

Terdapat dua unsur taktik pemasaran, yaitu :

a. Diferensiasi, yang berkaitan dengan cara membangun strategi pemasaran dalam berbagai aspek di perusahaan. Kegiatan membangun strategi pemasaran inilah yang membedakan diferensiasi yang dilakukan suatu perusahaan dengan yang dilakukan oleh perusahaan lain.

b. Bauran pemasaran, yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan mengenai produk, harga, promosi dan tempat.

3. Unsur Nilai Pemasaran

Nilai pemasaran dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :

a. Merek atau brand, yaitu nilai yang berkaitan dengan nama atau nilai yang dimiliki dan melekat pada suatu perusahaan. Jika brand equity

ini dapat dikelola dengan baik, perusahaan yang bersangkutan setidaknya akan mendapatkan dual hal. Pertama, para konsumen akan menerima nilai produknya. Mereka dapat merasakan semua manfaat yang diperoleh dari produk yang mereka beli dan merasa puas karena produk itu sesuai dengan harapan mereka. Kedua, perusahaan itu sendiri memperoleh nilai melalui loyalitas pelanggan terhadap merek, yaitu peningkatan margin keuntungan, keunggulan bersaing dan efisiensi serta efektivitas kerja khususnya pada program pemasarannya.

b. Pelayanan atau service, yaitu nilai yang berkaitan dengan pemberian jasa pelayanan kepada konsumen. Kualitas pelayanan kepada konsumen ini perlu terus-menerus ditingkatkan.

C. Preferensi Konsumen

(37)

Preferensi terhadap nila puff dapat didefinisikan sebagai derajat kesukaan atau ketidaksukaan konsumen terhadap nila puff atau penilaian positif maupun negatif terhadap atribut-atribut yang ditampilkan pada nila puff

tersebut dipengaruhi oleh faktor psikologi, perasaan dan sikap seseorang. Menurut Engel, dkk (1994), preferensi konsumen sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologis. Faktor kebudayaan mengacu pada nilai, gagasan, artefak dan simbol-simbol lain yang bermakna yang membantu individu berkomunikasi, melakukan penafsiran dan melakukan evaluasi sebagai anggota masyarakat, yang meliputi budaya dan kelas sosial. Faktor sosial meliputi kelompok referensi, keluarga, peranan dan status, dimana faktor sosial merupakan faktor yang memberikan motivasi bagi konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk. Keluarga merupakan unit pengambilan keputusan utama dan anggota keluarga membentuk preferensi yang paling berpengaruh dalam membentuk perilaku pembeli. Faktor pribadi meliputi usia dan tahap daur hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, kepribadian, gaya hidup serta konsep diri. Kepribadian pada perilaku merupakan respon konsisten terhadap stimulasi lingkungan dan hal ini penting diketahui untuk membantu evaluasi tindakan pemasaran sebelum dilaksanakan di pasar, sehingga pihak pemasar dapat merencanakan target dan pangsa pasarnya. Faktor psikologis yang mempengaruhi persepsi konsumen meliputi motivasi, persepsi, proses pembelajaran, kepercayaan dan sikap.

Pengukuran preferensi konsumen terhadap suatu produk menggunakan model pengukuran yang dapat menganalisa hubungan antara pengetahuan konsumen terhadap produk yang dimilikinya dengan sikap atas produk tersebut sesuai dengan ciri maupun atribut yang ditampilkannya. Salah satu metode yang digunakan adalah survei terhadap konsumen. Dalam metode ini diasumsikan bahwa sikap berhubungan dengan perilaku dan persepsi konsumen dapat membentuk suatu perilaku konsumen. Kepercayaan yang dimiliki konsumen mengenai obyek sikap merupakan fokus utama dalam pendekatan metode ini, sehingga untuk selanjutnya dapat dilakukan peramalan pasar berdasarkan perilaku konsumen sasarannya.

(38)

D. Perilaku Konsumen

Menurut UU Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup dan tidak untuk diperdagangkan. Para produsen berkewajiban untuk memahami konsumen, mengetahui yang dibutuhkannya, seleranya dan caranya mengambil keputusan, sehingga produsen dapat memproduksi barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan konsumen (Sihombing, 2002). Pemahaman mendalam tentang konsumen akan memungkinkan produsen dapat mempengaruhi keputusan konsumen, sehingga mau membeli produk atau jasa yang ditawarkan oleh produsen.

Persepsi merupakan suatu proses individu dalam memilih, merumuskan dan menafsirkan informasi dengan caranya sendiri untuk menciptakan gambaran tersendiri dalam benak pikirannya. Persepsi yang sudah melekat dalam seseorang akan menjadi suatu preferensi bagi dirinya. Preferensi yang terbentuk dari suatu produk dapat diartikan sebagai tingkatan kesukaan konsumen terhadap suatu hal, Rifai (2002).

E. Pengembangan Usaha Kecil, Menengah, dan Koperasi

Syaukat (2002) mengatakan bahwa pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi tergantung pada beberapa faktor, antara lain :

1. Kemampuan usaha kecil, menengah dan koperasi dijadikan kekuatan utama pengembangan ekonomi berbasis lokal yang mengandalkan

endogenous resources di Kota/Kabupaten.

2. Kemampuan usaha kecil, menengah dan koperasi dalam peningkatan produktivitas, efisiensi dan daya saing.

3. Menghasilkan produk yang bermutu dan berorientasi pasar (domestik maupun ekspor).

(39)

Syaukat (2002) mengatakan bahwa langkah-langkah operasional pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi adalah :

1. Tahap pertama :

a. Penumbuhan iklim usaha kondusif.

b. Kebijakan persaingan sehat dan pengurangan distorsi pasar.

c. Kebijakan ekonomi yang memberikan peluang bagi usaha kecil, menengah, dan koperasi untuk mengurangi beban biaya yang tidak berhubungan dengan proses produksi.

d. Kebijakan penumbuhan kemitraan dengan prinsip saling memerlukan, memperkuat dan saling menguntungkan.

2. Tahap kedua :

1. Dukungan penguatan.

2. Peningkatan mutu SDM usaha kecil, menengah dan koperasi. 3. Peningkatan penguasaan teknologi.

4. Peningkatan penguasaan informasi. 5. Peningkatan penguasaan modal. 6. Peningkatan penguasaan pasar. 7. Perbaikan organisasi dan manajemen. 8. Pencadangan tempat usaha.

9. Pencadangan bidang-bidang usaha

Faktor-faktor yang menjadi penyebab tingginya kemampuan untuk bertahan bagi industi kecil dalam menghadapi krisis (Haryadi, 1998) adalah : 1. Jenis produksi yang dihasilkan memang benar-benar kebutuhan

masyarakat.

2. Bahan baku yang mendukung aktivitas industri didatangkan dari luar atau daerah desa sekitar industri beroperasi.

3. Industri kecil merupakan usaha yang padat karya dan bukan padat modal. 4. Tidak menggunakan material impor, baik sebagai bahan baku maupun

sebagai bahan pendukung bagi industri kecil tersebut.

(40)

usaha. Tujuan dan orientasi pasar akan menentukan pilihan-pilihan strategi adaptasi yang akan diambil dalam mengatasi kendala-kendala yang akan dihadapi khususnya yang berkaitan dengan struktur pasar bahan baku produk.

Pengembangan usaha kecil (Haryadi, 1998) meliputi :

1. Menciptakan iklim yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya usaha kecil.

2. Mewujudkan usaha kecil menjadi usaha yang efisien, sehat dan memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi, sehingga mampu menjadi kekuatan ekonomi rakyat dan dapat memberikan sumbangan yang besar bagi pembangunan ekonomi nasional.

3. Mendorong usaha kecil agar dapat berperan maksimal dalam penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan.

4. Menciptakan bentuk-bentuk kerjasama yang dapat memperkuat kedudukan usaha kecil dalam kompetisi di tingkat nasional maupun internasional.

F. Aplikasi Manajemen Strategi Unit Usaha Nila Puff

Manajemen strategi merupakan seni pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai obyektifnya (David, 1997). Rumusan perencanaan tersebut harus menyeluruh dan terpadu, agar perusahaan atau organisasi dapat menjawab misi dan tujuan yang telah ditetapkan. Penggunaan konsep dan teknik manajemen strategi dalam lingkungan industri yang dijalankan oleh perusahaan dapat dilaksanakan dengan pendekatan proaktif, memperhatikan kekuatan dan kelemahan perusahaan dalam menghadapi setiap ancaman dan peluang yang ada. Pengalaman membuktikan bahwa perusahaan yang melakukan perencanaan strategi berpeluang besar mencapai kesuksesan, jika dibandingkan dengan yang tidak melakukannya.

(41)

memberikan dampak bagi terbukanya peluang pasar baru dan kontinuitas produk pada unit usaha nila puff.

Menurut David (1997), teknis perumusan strategi yang digunakan untuk membantu menganalisa, mengevaluasi dan memilih strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu : (1) tahap mengumpulkan data yang meringkas informasi input

dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi, (2) tahap pencocokan, berfokus pada strategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor eksternal dan internal, (3) tahap keputusan, merupakan tahap untuk memilih strategi yang spesifik dan terbaik dari berbagai strategi alternatif yang ada untuk diimplementasikan.

G. Snack Puff

Menurut Muchtadi (1988), snack (makanan ringan) adalah makanan yang dikonsumsi diantara waktu makan utama dan umumnya sudah merupakan bagian yang tidak bisa ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama pada kalangan anak-anak dan remaja.

Snack puff merupakan salah satu makanan ringan ekstrudat. Makanan ringan ekstrudat adalah makanan ringan yang dibuat melalui proses ekstrusi dari bahan baku tepung jagung serta bahan tambahan makanan lain yang diizinkan dengan atau tanpa melalui proses penggorengan (BSN, 2000).

Snack ekstrusi atau snack mengembang (puffed snack) merupakan

snack generasi kedua yang dapat diproduksi dalam berbagai jenis berdasarkan kandungan gizinya, seperti kandungan proteinnya, rendah kalori, termasuk tinggi kandungan seratnya. Produk ini memiliki densitas yang rendah, dibumbui dengan penyedap rasa, minyak, dan garam.

(42)
[image:42.595.112.531.100.436.2]

Tabel 3. Syarat mutu makanan ringan ekstrudat

No Jenis uji Satuan Persyaratan

1 Keadaan

- Bau normal

- Rasa normal

- Warna normal

2 Kadar air % b/b maks. 4

3 Kadar lemak

- Tanpa proses penggorengan % b/b maks. 30 - Dengan proses penggorengan % b/b maks. 38 4 Kadar silikat % b/b Maks. 0,1 5 Bahan Tambahan Makanan

- Pemanis buatan sesuai SNI 01-0222-1995 dan Permenkes no 722/Menkes/Per/ IX / 1988

- Pewarna s.d.a

6 Cemaran logam

- Timbal (Pb) mg/kg maks. 1,0 - Tembaga (Cu) mg/kg maks. 10

- Seng (Zn) mg/kg maks. 40

- Merkuri (Hg) mg/kg maks. 0,05

7 Arsen mg/kg maks. 0,5

8 Cemaran Mikroba

- Angka Lempeng Total (ALT) koloni/g maks. 1,0 x 104

- Kapang koloni/g maks. 50

- Escherichia coli APM/g negatif Sumber : BSN (2000)

H. Kemunduran Mutu

Semua bahan pangan mudah rusak dan ini berarti bahwa setelah suatu jangka waktu penyimpanan tertentu, ada kemungkinan untuk membedakan antara bahan pangan segar dengan bahan pangan yang telah disimpan selama jangka waktu tersebut. Perubahan yang terjadi merupakan suatu kerusakan atau kemunduran mutu (Bukle dkk, 1985).

(43)

Kerenyahan bahan pangan berkadar air rendah dipengaruhi oleh kandungan air dan akan hilang karena adanya plastisasi struktur fisik oleh suhu atau air. Menurut Nelason dan Labuza (1993) dalam Adawiyah (2006), sereal kering memiliki tekstur yang renyah dalam keadaan gelas, tetapi plastisasi akibat peningkatan kadar air atau suhu menyebabkan terjadinya perubahan material menjadi keadaan karet atau rubbery sehingga produk menjadi lembek (sogginess). Aktivitas air (aw) kritis di mana terjadi kehilangan kerenyahan berbeda-beda untuk produk yang berbeda, pada umumnya terjadi pada aw 0,35 dan 0,50. Hilangnya kerenyahan sebagai akibat transisi gelas terjadi selama penyimpanan ketika kadar air atau aw kritis terlewati dan menurunkan suhu transisi gelas (Tg) bahan sampai di bawah suhu kamar. Kontak antara produk pangan dengan udara akan mengakibatkan kontaminasi produk oleh mikroba. Banyak diantara mikroba seperti

Staphylococcus aureus dan Achromobacter dapat menghidrolisis lemak sehingga menghasilkan asam lemak yang dapat menimbulkan bau dan rasa tengik (Ketaren, 1986).

I. Karakteristik Pengembangan Suatu Produk

Produk nila puff disebut produk relatif baru karena baru mulai dikembangkan sehingga belum begitu populer di masyarakat. Menurut Kotler (1991) “Produk baru” dimaksudkan meliputi produk orisinil, produk perbaikan, produk modifikasi, dan merk baru yang dikembangkan oleh perusahaan melalui usaha R&D perusahaan dan juga produk yang oleh konsumen dianggap baru.

Dalam mengembangkan jenis produk baru, perlu diperhatikan hal-hal yang dapat menggangu keberhasilan pengembangan produk baru tersebut seperti :

a. Kurangnya ide untuk pengembangan produk baru dalam beberapa jenis produk.

b. Kesalahan dalam melakukan “positioning” produk baru tersebut. c. Hambatan yang berasal dari pihak masyarakat atau pemerintah.

d. Besarnya biaya R&D, produksi dan pemasaran yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka menemukan suatu produk yang siap dilempar ke pasaran.

(44)

f. Kurangnya penelitian terhadap pasar dan kurangnya analisa mengenai daya saing produk tersebut di pasar.

g. Advertensi yang tidak cukup menarik minat konsumen untuk membeli produk baru tersebut.

h. Produk tidak menjanjikan keuntungan bagi konsumen. i. Kompetitor jauh lebih unggul.

Untuk menghindari kegagalan tersebut, maka perusahaan dituntut untuk membentuk suatu organisasi pengelolaan proses pengembangan produk yang efektif, menerapkan konsep dan alat analitik yang baik dalam masing-masing langkah dalam proses pengembangan produk baru.

Bisnis memerlukan produk baru untuk bertahan hidup. Mengetahui kemungkinan penyebab kegagalan produk sangatlah penting, lebih penting lagi belajar dari perusahaan yang mempunyai pencapaian yang tinggi atas keberhasilan produk baru secara konsisten. Menurut George (1985) karakteristik sukses yang umum dalam pengembangan suatu produk adalah : a. Komitmen yang jelas dan dukungan yang besar dalam hal uang dan waktu. b. Ditunjukkan dalam “style” manajemen, prioritas, organisasi profesional,

dukungan jasa dari konsultan dan pemasok dari luar dan sebagainya.

c. Komunikasi terbuka akan komitmen tersebut antar perusahaan, industri dan pemegang saham.

d. Kemajuan karir untuk semangat wiraswasta dan konseptual yang dirangsang untuk meninggalkan jalan prosedur rutin ke dunia pengembangan produk baru yang lebih berisiko dan mungkin lebih menguntungkan

(45)
(46)

III. METODE KAJIAN

Kajian ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu dari bulan November 2008 hingga Januari 2009 di CV. ”X” di Cibinong, Bogor sebagai satu-satunya produsen nila puff yang bermitra dengan pemerintah yaitu Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan (BBP2HP).

A. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah :

a. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara dengan pemilik perusahaan, pengelola, karyawan, instansi bidang terkait (BBP2HP) dan konsumen. Kuesioner untuk wawancara dapat dilihat pada Lampiran 1. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan menggunakan metode judgement sampling, yaitu memilih konsumen yang paling tepat untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. Jumlah contoh yang diteliti pada kajian ini sebanyak 100 responden.

b. Pengumpulan data sekunder melalui penelusuran pustaka, dokumen dan laporan instansi terkait (Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, Badan POM, BBP2HP, BPS).

B. Pengolahan dan Analisis Data

Metode analisis yang digunakan untuk menganalisa dan menginterpretasikan data adalah :

a. Metode Deskriptif, yaitu pengumpulan data mengenai informasi potensi bahan baku, prospek pasar dan keuangan yang berkaitan dengan pasokan bahan baku yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Data lain yang dianalisa adalah uji laboratorium terhadap mutu produk akhir yang meliputi uji mikrobiologi (ALT dan jamur), uji kimia (kadar air, kalsium, protein), permintaan pasar dan pesaing strategis secara makro di bidang pengolahan unit usaha nila puff ini.

b. Metode analisis berupa Importance Performance Analysis (IPA), matriks

(47)

1) Analisis IPA

Metode yang digunakan untuk menganalisis respon konsumen terhadap produk nila puff adalah teknik deskriptif kuantitatif (Umar, 2003). Respon konsumen dapat dilihat dari penilaian yang diberikan konsumen terhadap karakteristik produk.

Tingkat kepentingan dari produk adalah seberapa penting suatu dimensi produk bagi konsumen atau seberapa besar harapan konsumen terhadap kinerja suatu karakteristik. Untuk mengetahui tingkat kepentingan secara nyata dari kinerja produk oleh konsumen digunakan skala interval (Umar, 2003). Data skala interval diberi skor secara kuantitatif untuk dipakai dalam perhitungan (Tabel 4).

Tabel 4 Skor tingkat kepentingan.

Kriteria Jawaban Skor (Nilai)

Tidak penting 1

Kurang penting 2

Cukup penting 3

Penting 4

Sangat penting 5

Sumber : Umar, 2003.

Untuk tingkat pelaksanaan/kinerja adalah kinerja aktual dari kinerja yang telah diberikan oleh produk nila puff yang dirasakan oleh pelanggannya. Untuk tingkat pelaksanaan setiap kriteria jawaban memiliki skor tertentu berdasarkan skala interval (Tabel 5).

Tabel 5 Skor tingkat pelaksanaan.

Kriteria jawaban Skor (Nilai)

Tidak baik 1

Kurang baik 2

Cukup baik 3

Baik 4

Sangat baik 5

(48)

Menurut Umar (2003), untuk mengukur sejauh mana tingkat kepentingan dan tingkat kinerja terhadap perusahaan menurut pendapat konsumen, digunakan analisis Importance Performance Analysis (IPA). Setelah diperoleh hasil penilaian tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan, maka dilakukan perhitungan mengenai tingkat kepentingan dan tingkat kinerja dari produk. Skor rataan kepentingan dikurangi dengan skor rataan pelaksanaan akan diperoleh total skor gap (kesenjangan). Untuk menghitung tingkat kesesuaian konsumen dilakukan dengan cara menghitung perbandingan rataan skor kinerja dan rataan skor kepentingan yang menunjukkan tingkat kepuasan konsumen terhadap pelaksanaan (kinerja) produk yang dihasilkan. Tingkat kesesuaian ini akan menentukan urutan prioritas peningkatan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan. Menurut Supranto, 1997 rumus yang digunakan adalah :

Xi

Tki = x 100% Yi

Keterangan:

Tki = Tingkat kesesuaian responden

Xi = Rataan skor penilaian kinerja perusahaan. Yi = Rataan skor penilaian kepentingan konsumen

Jika bobot tingkat kinerja lebih besar atau sama dengan bobot tingkat kepentingan, berarti kinerja unit usaha telah memenuhi harapan konsumen. Jika bobot kinerja lebih kecil dari bobot tingkat harapan, berarti kinerja masih di bawah harapan. Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan konsumen belum tercapai sehingga dianggap perlu untuk lebih meningkatkan kinerja sehingga mampu memenuhi harapan konsumen.

(49)

penilaian kinerja perusahaan dan bobot penilaian kepentingan konsumen didasarkan pada nilai rataan dan disusun ke dalam diagram Kartesius (Gambar 2).

D. Berlebihan

C. Prioritas

rendah

B. Pertahankan posisi A. Prioritas utama

Y (Tingkat kepentingan)

[image:49.595.203.465.174.390.2]

X (Tingkat kinerja)

Gambar 2. Diagram Kartesius (Umar, 2003)

Hasil dari perhitungan nilai X dan Y digunakan sebagai pasangan koordinat titik-titik dimensi yang memposisikan suatu dimensi pada diagram Kartesius. Adapun penghitungan bobot rataan untuk tingkat penilaian kinerja perusahaan dan kepentingan konsumen dapat dirumuskan seperti berikut:

∑Xi ∑Yi X = Y=

n n

Keterangan:

X= Bobot rataan tingkat penilaian kinerja perusahaan Y= Bobot rataan penilaian tingkat kepentingan konsumen

(50)

Diagram Kartesius yang dimaksud adalah diagram yang terdiri atas empat kuadran yang dibatasi oleh dua buah garis berpotongan tegak lurus pada titik (X,Y).

∑Xi ∑Yi X = Y =

K K

Keterangan:

X = Rataan dari rataan bobot tingkat kinerja perusahaan. Y = Rataan dari rataan bobot tingkat kepentingan perusahaan.

K = Banyaknya atribut yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen.

Setiap hasil akan menempati salah satu kuadran dalam diagram Kartesius yang terdiri atas :

1. Kuadran A (Prioritas Utama)

Kinerja suatu dimensi adalah lebih rendah dari keinginan konsumen, sehingga unit usaha nila puff harus meningkatkan kinerjanya lebih optimal sehingga dapat lebih bersaing dengan produk-produk sejenis dari perusahaan pesaingnya.

2. Kuadran B (Pertahankan Prestasi)

Kinerja dan keinginan konsumen pada suatu dimensi berada pada tingkat tinggi dan sesuai, sehingga unit usaha nila puff cukup mempertahankan kinerja dimensi tersebut.

3. Kuadran C (Prioritas Rendah)

Kinerja dan keinginan konsumen pada suatu dimensi berada pada tingkat rendah, sehingga unit usaha nila puff belum perlu melakukan perbaikan.

4. Kuadran D (Berlebihan)

(51)

2) Matriks IFE dan EFE.

Matriks IFE digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama yang dihadapi perusahaan. Sedangkan matriks EFE membantu pengambil keputusan untuk meringkas dan mengevaluasi informasi lingkungan eksternal, yaitu ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, teknologi, dan sebagainya.

David (1997) menyebutkan 5 langkah yang diperlukan untuk menyusun matriks IFE dan EFE, yaitu :

1. Daftar faktor-faktor internal dan eksternal, termasuk peluang, ancaman, kelemahan dan kekuatan yang berpengaruh terhadap perusahaan dan industrinya. Daftar yang disusun harus diusahakan seteliti mungkin.

2. Berikan pembobotan untuk setiap faktor yang menunjukkan kepentingan relatif setiap faktor. Pembobotan berkisar antara 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting).

3. Tentukan rating setiap faktor untuk menunjukkan keefektifan strategi perusahaan dalam merespon faktor-faktor tersebut.

Rating tersebut adalah 1 (lemah), 2 (rataan), 3 (di atas rataan) dan 4 (superior).

4. Setiap rating digandakan dengan masing-masing bobot untuk setiap peubahnya.

5. Skor yang diperoleh dijumlahkan, sehingga diperoleh total skor organisasi.

6. Total skor berkisar antara 1,0 – 4,0 dengan rataan 2,5. Total skor 4,0 menunjukkan organisasi merespon peluang maupun ancaman yang dihadapinya dengan sangat baik. Sedangkan total skor 1,0 menunjukkan organisasi tidak dapat memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada.

(52)

menunjukkan kondisi eksternal yang kuat. Matriks IE dapat dilihat pada Gambar 3.

Matriks IE dibagi menjadi tiga daerah utama yang mempunyai implikasi strategi berbeda. Tiga daerah utama tersebut adalah :

1. Daerah 1 meliputi sel I, II, atau IV termasuk dalam daerah grow and build. Strategi yang sesuai dengan daerah ini adalah strategi intensif, misalnya penetrasi pasar, pengembangan pasar, atau pengembangan produk dan strategi integratif, misalnya integrasi horizontal dan integrasi vertikal.

2. Daerah II meliputi sel III, V, atau VII. Strategi yang paling sesuai adalah strategi-strategi hold and maintain. Yang termasuk dalam strategi ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk.

3. Daerah III, meliputi sel VI, VIII, atau IX adalah daerah harvest dan

divest.

IFE

Kuat Rataan Lemah

4,0 3,0 2,0 1,0

IX VIII

VII

VI V

IV

III II

I Tinggi

3,0

E F E

Sedang

2,0

1,0 Rendah

(53)

3) Matriks SWOT

Menurut Rangkuti (2000) analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah analisis SWOT.

Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan. Menurut Rangkuti (2000), diagram analisis SWOT dapat digambarkan dengan diagram sebagaimana pada Gambar 4.

BERBAGAI PELUANG

BERBAGAI ANCAMAN

2. Mendukung strategi diversifikasi 4. Mendukung

strategi defensif

1. Mendukung strategi agresif

3. Mendukung

strategi turn-around

[image:53.595.136.485.466.699.2]

KEKUATAN INTERNAL KELEMAHAN INTERNAL

(54)

Kuadran 1 : Merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy).

Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).

Kuadran 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, perusahaan juga menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

Kuadran 4 : Merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, dimana perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

4) Analisis Titik Impas dan Profit Margin

a. Break Even Point (BEP)

BEP dapat diketahui dalam unit dan dalam rupiah menggunakan rumus sebagai berikut

BT BEP (unit) =

P-BV

BT BEP (rupiah) =

1- (BV/P)

Keterangan :

BT = Biaya tetap dalam setahun P = Harga jual per unit

(55)

b. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

Apabila B/C Ratio lebih dari satu berarti usaha tersebut layak untuk dijalankan (Rahardi, 2005).

Total Penerimaan B/C Ratio =

Total Biaya

Keterangan :

B/C Ratio > 1 : Layak B/C Ratio = 1 : Layak B/C Ratio < 1 : Tidak Layak

C. Aspek Kajian

1. Analisa Kelayakan Usaha

Dalam penelitian ini aspek yang akan dikaji adalah analisa kelayakan usaha. Analisa kelayakan usaha merupakan kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha/proyek. Pengertian layak dalam penilaian ini adalah kemungkinan dari gagasan usaha/proyek yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (benefit), baik dalam arti financial (keuangan) benefit maupun dalam arti

social benefit (Ibrahim, 2003). Faktor-faktor yang perlu dinilai dalam menyusun analisa kelayakan usaha antara lain adalah aspek teknis proses produksi, aspek keuangan, aspek pemasaran ; serta pola pembelian dan perilaku konsumen.

a) Aspek Teknis Proses Produksi

(56)

investasi yang perlu diketahui dalam analisa kriteria investasi (Ibrahim, 2003). Suatu usaha/proyek dapat dinyatakan layak berdasarkan aspek teknis proses produksi apabila teknologi dan proses produksi efisien dan mampu diimplementasikan oleh tenaga kerja dengan baik (Suratman, 2001).

b) Aspek Keuangan

Aspek keuangan adalah aspek yang berhubungan dengan bagaimana menentukan kebutuhan dana yang bersangkutan secara efisien sehingga memberikan tingkat keuntungan yang menjanjikan bagi investor (Suratman, 2001). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek keuangan antara lain : dana investasi, biaya modal kerja, perhitungan laba/rugi, Benefit cost Ratio (B/C Ratio), Break Even Point (BEP) (Ibrahim, 2003).

Dana Investasi

Penentuan jumlah dana investasi secara keseluruhan disesuaikan dengan aspek teknis produksi, yaitu mengenai : tanah, gedung, mesin, peralatan, biaya pemasangan mesin dan biaya lainnya.

Biaya Modal Kerja

Biaya modal kerja dalam kegiatan usaha/proyek terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh naik turunnya produksi yang dihasilkan, seperti biaya tenaga kerja tidak langsung, penyusutan, bunga bank, asuransi dan lain sebagainya. Biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan/bahan pembantu, upah tenaga kerja langsung, biaya transportasi, biaya pemasaran dan lain sebagainya (Ibrahim, 2003).

Perhitungan Laba/Rugi

(57)

yang dihasilkan suatu proyek dengan total biaya yang dikeluarkan (total

cost), apabila penerimaan lebih besar daripada biaya berarti usaha/proyek mengalami keuntungan, demikian juga sebaliknya (Ibrahim, 2003).

Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) merupakan perbandingan antara total penerimaan (Total Revenue) dengan total biaya (Total Cost).

Break Even Point (BEP)

Break Even Point (BEP) merupakan nilai di mana hasil penjualan produksi sama dengan biaya produksi sehingga pengeluaran sama dengan pendapatan.

c) Aspek Pemasaran

Meliputi kondisi permintaan, penawaran, harga, persaingan dan peluang pasar, serta proyeksi permintaan pasar.

1. Permintaan

Hal ini memberikan gambaran tentang permintaan produk nila puff

untuk memenuhi kebutuhan pasar, baik permintaan di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.

Gambar

Tabel 2. Hasil uji organoleptik (deskripsi) produk nila puff
Tabel 3. Syarat mutu makanan ringan ekstrudat
Gambar 2.  Diagram Kartesius  (Umar, 2003)
Gambar 4.  Diagram analisa SWOT (Rangkuti, 2000)
+7

Referensi

Dokumen terkait

412 Asumsi yang digunakan dalam menganalisis segi ekonomi untuk usaha lembaran nata de cassava adalah bahan baku berupa limbah dari hasil produksi pembuatan rengginang yang

Proses ini merekam semua database yang masuk dan akan ditampilkan di website. Halaman website terdiri dari halaman publik web dan halaman admin. Halaman publik

coba kamu baca dan amati buku dan karya sastra di dalam majalah atau koran. Perlu kamu ketahui bahwa teks ulasan adalah sebuah teks yang dihasilkan dari sebuah analisis

e. Siradjo, lste Inl. Jang didjadikan l3estuursleden hendaklah mer&amp;a jang tidak berpe, ngaroeh dalam djabatan onderwijs, soepaja, mer&amp;a dapat dinasihatt oleh jang

Jika diduga bahwa noda yang akan diperiksa adalah noda air liur yang lemah atau air liur dari swab, maka digunakan Phadebas tube test yang hasilnya lebih sensitif dibandingkan

Pada saat kompresor memampatkan udara atau gas, ia bekerja sebagai penguat ( meningkatkan tekanan ), dan sebaliknya kompresor juga dapat berfungsi sebagai pompa

Karena bahan urin sebagai hasil sisa metabolisme tubuh sehingga banyak dipengaruhi berbagai hal seperti makanan atau obat-obatan dan pada wanita sering timbul gangguan karena lokasi

a) Teknik Bass, untuk pasien dengan/ tanpa penyakit perio. Menekankan penyikatan daerah sulkus ggv. Cara: bulu sikat diletakkan pada marginal gingiva menghadap ke apikal dengan sudut