• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. SAPA DOSEN 2. ANAMNESIS, TENTUKAN DIAGNOSIS, PROGNOSIS, RENCANA PERAWATAN, TRUS BARU INFORM CONSENT!

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1. SAPA DOSEN 2. ANAMNESIS, TENTUKAN DIAGNOSIS, PROGNOSIS, RENCANA PERAWATAN, TRUS BARU INFORM CONSENT!"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1. SAPA DOSEN

2. ANAMNESIS, TENTUKAN DIAGNOSIS, PROGNOSIS, RENCANA PERAWATAN, TRUS BARU INFORM

CONSENT!

Diagnosis penyakit perio:

Gingivitis Periodontitis Kronis Akut Periodontitis kornis localize Periodontitis kronis generelize Periodontitis aggresif Periodontitis yang berhubungan dengan penyakit sistemik  Kaitan dgn hormonal (pubertal, pregnancy, disquamative (pd menopause))  Kaitan dgn obat-obatan (dilantin, phenytoin)

 Kaitan dgn virus (HIV)

 ANUG

 Perikoronitis akut

 Acute primary herpetic gingivostomatitis (APHG)

 Gingivitis disertai abses akut

 Usia 30+ thn

 Melibatkan <30% gigi atau <10 gigi

 Plak dan kalkulus tebal  Poket perio, mungkin resesi ggv, gigi mungkin goyang, sensitif rangsangan termis  Ro/ radiolusen tlg alveolar scara horizontal  Usia 30+ thn  Melibatkan >30% gigi atau >10 gigi  Idem sm periodontitis kronis localize  Usia <30 thn

 Plak dan kalkulus tipis  Poket perio, resesi ggv, gigi goyang khususnya berakar 1, sensitif rangsangan termis  Ro/ radiolusen tgl alveolar scara vertikal  Krn penyakit sistemik seperti diabetes mellitus

 Rubor: kemerahan karena vaskularisasi pembuluh darah yang banyak,

 Kurangnya stippling,

 Dolor: sakit,

 Kalor: panas,

 Konsistensinya lunak karena kurang padatnya jaringan ikat,

 papil membulat dihubungkan dengan adanya hiperami dan oedem.

(2)

Fase emergensi/ darurat

Fase I/ etiotropik

Evaluasi

Fase IV/ pemeliharaan

Fase II/ bedah Fase III/ restoratif

TAMBAHAN Etio penykit Perio:

1. Intrinsik (didlm mulut)

Poket ada 2 supraboni (krusakan tlg vertikal dan dsr poket lbh rendah drpd crest tlg alv) dan infraboni (krusakan tlg horizontal dan dsr poket lbh tinggi drpd crest tlg alv)

2. Ekstrinsik (diluar mulut): penyakit sistemik, hormonal

Rencana perawatan (4 fase):

1. Perawatan Fase I: perawatan inisial bertujuan menghilangkan/ mengurangi, ataupun mencegah penyakit periodontal tahap dini, seperti gingivitis; dengan cara membuang semua iritan lokal, penyebab radang dengan skeling dan penghalusan akar (SPA), kontrol plak, splining sementara, perbaikan restorasi gigi, pengeluaran abses, dan penambalan karies klas II.

2. Perawatan Fase II: jika perawatan fase I tidak berhasil. Merupakan perawatan bedah. Syarat bedah: PBI: 1,0 dan HYG: 90%

3. Perawatan Fase III: perawatan pendukung, seperti: pembuatan gigi tiruan, perawatan ortodontik, splining permanen.

4. Perawatan Fase IV: fase pemeliharaan.

Inisiasi: PLAK

Predisposisi: kalkulus, crowding, karies kls 5, protesa & ortho yg gk pas, tmbalan overhangging iritasi

Fungsional: co/ trauma oklusi

(3)

3. PROSEDUR KERJA

Selama prosedur kerja, persiapkan alat dulu dan jgn lupa bilang pake masker dan sarung tangan.

1. Cara Sikat Gigi

a) Teknik Bass, untuk pasien dengan/ tanpa penyakit perio. Menekankan penyikatan daerah sulkus ggv. Cara: bulu sikat diletakkan pada marginal gingiva menghadap ke apikal dengan sudut 45o trhdp sumbu gigi, dan sebagian bulu sikat msk ke dlm sulkus. Sikat digetarkan pendek2 ditmpt sebanyak 20x pada tiap lokasi. Untuk gigi posterior, posisi kepala sikat horizontal, meliputi 3-4 gigi, sedangkan untuk gigi anterior, posisi kepala sikat vertikal, meliputi 2 gigi. Pola arah penyikatan dimulai dr gigi paling posterior sebelah kiri bawah oral,... terakhir posterior kiri atas distal gigi molar.

b) Teknik Stillman, untuk pasien dgn resesi gingiva dan akar terbuka. Cara: posisi sikat miring keapikal, tidak boleh masuk ke sulkus. Serabut sikat sbagian pd gigi dan sebagian pd gingiva, tdk msk sulkus! Vibrasi selama 20x kmudian, sikat dirotasikan sedemikian shg serabut bergerak keoklusal dgn gerakan memutar. c) Teknik Charter (kyknya gk bakal ditanya). Posisi sikat mghadap korona 45o. Sikat

digetarkan ditekan2 ke ggv intedental 20x tarik kekorona. 2. HYG (interdental hygiene index) dan PBI (papilla bleeding index)

HYG untuk menilai akumulasi plak pada interdental geligi pasien. Hal ini dilakukan dengan mengaplikasikan disclosing solution melalui 3 cara:

 Diteteskan di bawah lidah, kmudian diambil dgn lidah dan disapukan ke seluruh permukaan gigi.

 Dengan kasa/ kapas diulaskan di papil interdental.

 Diencerkan lalu dikumur2.

Lalu dilihat pewarnaan pada bagian interdental. Daerah yang diperiksa untuk menentukan indeks HYG adalah sisi oral regio 1 dan 3, juga sisi fasial regio 2 dan 4. Tanda (+) menandakan adanya pewarnaan pada gigi di daerah interdental, hal ini menunjukkan adanya akumulasi plak. Sedangkan jika tidak ada pewarnaan maka diberi tanda (‐). Setelah itu menghitung indeks HYG dengan cara:

Jumlah daerah interdental yg tanda (-)

(4)

PBI untuk mengukur tingkat keparahan keradangan gingiva. Pengukuran PBI dilakukan dengan probe WHO dimasukan ke dalam sulkus/ poket sedalam bulatan probe, kmudian digerakan dr dasar papil ke puncak papil di bagian mesial dan distal. Tunggu 20-30 detik dan liat skor perdarahannya.

Skor 0: tidak ada perdarahan Skor 1: titik perdarahan Skor 2: 1 garis perdarahan

Skor 3: bentuk segitiga perdarahan

Skor 4: perdarahan menyebar/ spontan menetes

Daerah yang diperiksa untuk menentukan PBI sama dengan pemeriksaan HYG. Setelah itu, menghitung nilai PBI dengan cara:

Jumlah total skor seluruh perdarahan papil Jumlah papil yang diperiksa 3. Skeling dan penghalusan akar

 Untuk kalkulus supra ggv: sickle, chisel (cr pake didorong dr bukal kelingual), kuret, ultrasonik (yg dipake sisinya, bukan ujungnya krn getarannya heboh)

 Untuk kalkulus sub ggv: kuret, hoe, ultrasonik. >>> pake alat yg ujungnya gk runcing.

Alat2 dipegang dengan genggaman modified pen grasp, dan tumpuan jari dengan kuat diletakkan pada gigi dekat dengan daerah kerja. Untuk kalkulus subggv, Blade diadaptasikan dengan angulasi kurang dari 90o terhadap permukaan yang dilakukan skeling. Untuk kalkulus subggv, blade diletakan di bawah gingiva dan digerakkan sampai dasar poket dengan gerakan eksplorasi ringan. angulasi kerja antara 45 -90o. Tmbhan:Cr ukur resesi ggv: jarak dr CEJ ke puncak ggv margin, diukur pk probe.

Cr ukur poket ggv: jarak dr puncak ggv ke dasar poket, diukur pk probe. 4. Splinting

Indikasi: Gigi goyang sebelum, selama atau sesudah dilakukan terapi bedah periodontal (bila perlu)

Kontra Indikasi: Gigi goyang dengan kerusakan tulang alveolar lebih dari 2/3 panjang Akar

Derajat kegoyangan gigi:

 Derajat 0 : bila gigi digoyangkan dengan ibu jari dan telunjuk, gigi terasa goyang skitar 0,2-1 mm, horizontal.

 Derajat 2 : bila digoyangkan dengan jari telunjuk dan ibu jari dapat terasa dan terlihat. Skitar >1 mm, labiolingual

 Derajat 3 : bila ditekan menggunakan lidah, geligi terasa dan terlihat goyang ke arah horizontal.

 Derajat 4 : selain pergerakan horizontal, juga terjadi pergerakan kearah vertikal. Splinting terbagi 2 diskontinu dan kontinu. Pd gigi crowding pake yg diskontinu (ada 2 kawat: minor dan mayor). Pd gigi yg susunannya rapi pake yg kontinu (ada 1 kwt mayor).

Alat splint: Kawat splin, Gunting kawat intraoral, Gunting kawat, Needle holder, Plugger atau stopper.

(5)

1. Potong kawat sesuai panjang yang dibutuhkan, lengkungkan membentuk jepitan rambut.

2. Letakkan kawat mayor mengelilingi gigi yang displin dari gigi paling distal sampai dengan gigi abutment terakhir.

3. Potong kawat minor kurang lebih 10 cm, buat lengkungan membentuk jepitan rambut. Masukkan kawat yang panjang dari bagian lingual satu ujung kawat diatas kawat mayor yang lain dibawahnya, sampai melewati kawat mayor lingual dan labial.

4. Pilin kawat minor searah jarum jam, sambil ditarik ke labial, kencangkan lalu sisakan 3-4 mm dr ujung interdental. Pastikan tidak ada kawat yang kendor. Pilin dan kencangkan juga ujung dari kawat mayor.

5. Potong ujung kawat minor di tiap interdental dan ujung kawat mayor, kemudian sisa pilinan kawat ditekan ke arah koronal dengan amalgam plugger.

6. Jika terdapat celah yang cukup lebar di antara gigi, kawat mayor labial dan lingual dipilin bersama di sepanjang celah, kemudian dibuka kembali dan dilanjutkan memasang splin seperti sebelumnya.

5. Kuretase: prosedur membuang jar. granulasi pd dinding lateral poket/ Indikasi:

 Dinding poket udematus yg mudah dicapai alat

 Poket ggv dgn kedalaman 3-4 mm

 Poket periodontal <6 mm

 Bila ada kontraindikasi prawatan yg lbh invasif krn usia, pnykit sistemik, dan psikologis.

Kontraindikasi:

 bagi pengguna obat-obatan antikoagulan, bakterimia

ALAT2 KURET: set alat diagnostik, suntik, kuret (gracey atau universal) Memegang alat dengan pen grasp, irigasi. BAHAN: anestetikum, pek perio (klo perlu), antiseptik, analgesik antibiotik.

KURET GRACEY

 1-2, 3-4 >> gigi-gigi anterior (insisif)

 5-6 >> gigi anterior dan premolar

 7-8 >> bukal/fasial palatal/lingual gigi posterior (molar)

 9-10 >> mesial gigi posterior (molar)

 11-12 >> distal gigi posterior (molar)

 13-14 >> modifikasi nomor 9-10

 15-16 >> modifikasi nomor 11-12

KURET UNIV punya 2 sisi pemotong dan dpt digunakan untuk smua regio. Prosedur kerja:

1. Anestesi infiltrasi pada mukobukal fold regio yg akan dikuretase

2. Alat kuret dmasukkan hingga dsr poket dengan sisi tajam menghadap kearah ggv, dan ggv bagian bukal ditekan dgn jari.

(6)

3. Alat digerakan dgn mengerok mulai dari dasar poket ke arah korona, dari marginal ke puncak interdental pada semua permukaan gigi yang dirawat. Tarikan dilakukan berulang2 hingga poket bersih dr jar. granulasi.

4. Irigasi berulang2 dgn cairan antiseptik (H2O2 3% atau CHX) dan ggv ditekan kearah korona.

5. Menutup luka dgn pek perio dan pmberian obat kumur, antibiotik, analgesik (klo perlu)

6. Pek dibuka setelah 1 minggu

7. Kontrol pasca kuret sebanyak 3x dengan interval (1 minggu, 3 minggu, dan 5 minggu pasca kuretase)

Instruksi paska bedah :

1. kumur air hangat untuk mengurangi rasa sakit. 2. Menjaga OH:

A. Membersihkan daerah operasi dengan kassa/ kapas basah pada 3hari pertama, sikat gigi dengan metode Charter, perlahan2 dengan sikat gigi lunak.

B. Kontrol setelah 5-7 hari. 3. Kontrol periodik.

6. Gingivektomi : pembuangan dinding jaringan lunak poket gingiva atau poket periodontal dengan memotong jaringan gingiva yang patologis atau tidak normal. Indikasi: gingiva yg fibrotik& kenyal, poket gingiva & poket perio supraboni, gigival enlargement.

Kontraindikasi: Attached gingiva sempit, Poket infraboni, Penebalan tulang alveolar di marjinal, Dasar poket lebih ke apikal dari muccogingival junction.

Instrumen : Pocket marker (menandai dasar poket dan merupakan proyeksi dasar poket), Pisau Kirkland (memotong gingiva bagian fasial atau oral), Pisau Orban (memotong bagian interdental papila)

Prosedur kerja:

1. Mengulaskan antiseptik pada area operasi, anestesi infiltrasi/blok dan anestesi pada tiap papil interdental yang akan dipotong.

2. Membuat pola dengan membuat titik perdarahan pertama menggunakan poket marker pd bagian 2 di papil interdental dan 1 di marginal.

3. Membuat titik perdarahan kedua, 1‐2 mm apikal dari titik perdarahan pertama. 4. Menggunakan pisau Kirkland untuk memotong gingiva bagian fasial/oral sesuai

garis insisi telah direncanakan. Pisau kirkland ditaruh di titik perdarahan kedua. Letak pisau miring 45o kearah korona.

5. Eksisi papila interdental dengan pisau Orban, dinding poket diangkat.

6. Bersihkan daerah operasi. Periksa prmukaan akar dr sisa kalkulus, karies, resopsi, jar. granulasi, dan smentum nekrotik dikuret.

7. Pemasangan pek periodontal untuk melindungi luka paska gingivektomi.

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil sidik ragam (Lampiran 12, 13 dan 14), menunjukkan kotoran sapi tidak nyata meningkatkan C-organik tanah pada setelah dua minggu inkubasi dan saat panen baik di daerah

Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara obesitas sentral dengan kejadian DM tipe 2 di Puskesmas Janti.. Hal ini juga

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi, pola kombinasi penyakit komplikasi kronis penyandang diabetes melitus, dan faktor yang berhubungan dengan penyakit

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan responden dengan preeklampsia sebagian besar pada rentang usia beresiko (&lt;20 tahun dan &gt;35 tahun) yakni sebanyak 40

Pencetusan branding Pesona Indonesia, memberikan daya tarik tersendiri pada pariwisata Indonesia. Selain menjadi salah satu komponen penting dalam pemasaran pariwisata

Bila dijumpai full blown cases yaitu kasus dengan gejala nefritik yang lengkap yaitu kasus dengan gejala nefritik yang lengkap yaitu proteinuria, hematuria, edema, oliguria,

5) Manusia sebagai subjek yang merencanakan segala sesuatu bagi dirinya sendiri. Manusia sebagai individu yang membuat peraturan atau nilai bagi dirinya sendiri bukan orang

Kesimpulan hasil penelitian yaitu kegiatan pelatihan penanggulangan Tuberkulosis oleh 'Aisyiyah Jawa Barat secara umum telah dilaksanakan dengan baik dan menghasilkan