• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEWAN REDAKSI. Pelindung : Ketua STIKes 'Aisyiyah Bandung. Pelindung : Ketua STIKes Aisyiyah Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEWAN REDAKSI. Pelindung : Ketua STIKes 'Aisyiyah Bandung. Pelindung : Ketua STIKes Aisyiyah Bandung"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL KEPERAWATAN 'AISYIYAH (JKA) Volume 1 | Nomor 2 | Desember 2014 Pelindung : Ketua STIKes 'Aisyiyah Bandung Pelindung : Ketua STIKes Aisyiyah Bandung Penanggung Jawab : Reyni Purnama Raya, SKM., M.Epid. Ketua : Sajodin, S.Kep., M.Kes., AIFO. Sekretaris/Setting/Layout : Aef Herosandiana, S.T., M.Kom. Bendahara : Riza Garini, A.Md. Penyunting/Editor : Perla Yualita, S.Pd., M.Pd. Triana Dewi S, S.Kp., M.Kep Pemasaran dan Sirkulasi : Nandang JN., S.Kp., M.Kep.,Ns., Sp.Kep., Kom. Mitra Bestari : Dewi Irawati, MA., Ph.D. Suryani, S.Kp., MHSc., Ph.D. DR. Kusnanto, S.Kp., M.Kes. Iyus Yusep, S.Kp., M.Si., MN. Irna Nursanti, M.Kep., Sp. Mat. Erna Rochmawati, SKp., MNSc., M.Med.Ed. PhD. Mohammad Afandi, S.Kep., Ns., MAN. Alamat Redaksi: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan 'Aisyiyah Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6, Bandung Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022) 7305269 E-mail: jka.aisyiyahbdg@gmail.com

(2)

103-107 109-116 117-129 131-142 143-156 157-167 169-181 183-189 191-208 209-216 1. Penyedap Rasa sebagai Salah Satu Faktor yang Diduga Berkontribusi

dengan Kejadian Kanker Payudara

Elmi Nuryati, Rita Sari ... 2. Hubungan Tingkat Pendidikan Perawat Dengan Kompetensi Perawat

Melakukan Evidence Based Practice

Dame Elysabeth, Gita Libranty, Siska Natalia ... 3. Evaluasi Pelatihan Penanggulangan Tuberkulosis oleh Pimpinan Wilayah

'Aisyiyah Jawa Barat: Studi Kasus di Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Garut

Hendra Gunawan ... 4. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Komitmen Pencegahan Tersier

Penyakit Hipertensi pada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Metro Tahun 2014

Janu Purwono ... 5. Korelasi Perilaku Hand Hygiene dengan Kejadian Diare pada Anak Usia

Sekolah di SDIT Salsabila Bekasi Timur Tahun 2012

Lisna Nuryanti ... 6. Analisis Implementasi Manajemen Strategik Uji Kompetensi Metode OSCE

pada Program Studi Keperawatan

Fr. Maria Susila Sumartiningsih, Yakobus Siswadi, Sedia Simbolon ... 7. Pengaruh Kualitas Pelayanan Antenatal terhadap Kejadian BBLR di

Kabupaten Indramayu

The In luence of Antenatal Service Quality on Low Birth Weight Phenomena in Indramayu

Minarni, Alm. Avip Saefullah, Hadi Susiarno, Insi Farisa Desy Arya ... 8. Keberhasilan Penatalaksanaan Perdarahan Postpartum Karena Atonia

Uteri dengan KBI dan KBE

Pratiwi Puji Lestari ... 9. Hubungan Karakteristik Lansia dengan Kemandirian Akti itas Sehari-hari

di Banjar Den-Yeh Wilayah Kerja Puskesmas III Denpasar Utara

Ns. I Wayan Suardana, S.Kep.M.Kep, Yopi Ariesta, Taruma Wijaya, SKM. 10. Terapi Aktivitas Olahraga untuk Mengatasi Fatigue selama Menjalani

Kemoterapi

(3)

ABSTRAK

Organisasi 'Aisyiyah merupakan organisasi non-pemerintah yang terlibat pada kegiatan penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia sejak tahun 2009. Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis yang dilaksanakan oleh organisasi 'Aisyiyah antara lain berupa kegiatan pelatihan bagi kader masyarakat/komunitas yang akan berperan sebagai Pengawas Menelan Obat bagi penderita Tuberkulosis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pelatihan penanggulangan Tuberkulosis yang dilaksanakan oleh organisasi 'Aisyiyah Wilayah Jawa Barat di Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Garut. Penelitian ini menggunakan desain kualitatif dengan studi kasus. Data diambil dengan observasi dan wawancara mendalam terhadap responden peserta pelatihan sejumlah 14 orang peserta pelatihan, 11 orang penderita Tuberkulosis serta 3 orang pengelola program Tuberkulosis dari 'Aisyiyah Jawa Barat. Lokasi penelitian di 3 tempat yaitu Kota Bandung, Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung Barat. Hasil penelitian menggambarkan bahwa input pelatihan yang terdiri dari peserta, materi, fasilitas, media, pelatih, jadwal, metode dan akomodasi pelatihan tersedia dan mendukung terhadap penyelenggaraan kegiatan pelatihan. Pada unsur process, kegiatan pelatihan dilaksanakan di kelas berupa penyampaian materi tentang Tuberkulosis serta praktik di masyarakat berupa kegiatan penyuluhan dan pencarian suspek penderita Tuberkulosis. Pada unsur output, kegiatan pelatihan berdampak terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik peserta dalam ikut mengawasi minum obat penderita Tuberkulosis. Pada unsur outcomes, peserta pelatihan Tuberkulosis oleh organisasi 'Aisyiyah Jawa Barat bermanfaat keberadaan dan perannya bagi penderita Tuberkulosis, anggota keluarganya serta masyarakat luas. Kesimpulan hasil penelitian yaitu kegiatan pelatihan penanggulangan Tuberkulosis oleh 'Aisyiyah Jawa Barat secara umum telah dilaksanakan dengan baik dan menghasilkan kader TB yang ikut membantu mengawasi minum obat bagi para penderita TB.

Kata Kunci: 'Aisyiyah, Evaluasi, Pelatihan, Tuberkulosis

ABSTRACT

'Aisyiyah organization is non-governmental organization which has involved in activities overcoming Tuberculosis in Indonesia since 2009. One of Tuberculosis prevention activities which has been running by 'Aisyiyah organization is training for cadres/communities who will play a role as Supervisors for Tuberculosis patients taking medications. The aim of this research is to evaluate Tuberculosis prevention training which was performed by 'Aisyiyah organization of West Java Region in Bandung City, Western Bandung Regency as well as Garut Regency. This was a qualitative study with case study approach. Data were taken through observations and interviews towards respondents, respondents were including 14 training participants, 11 Tuberculosis patients and 3 Tuberculosis program committees from 'Aisyiyah of West Java. The observation were in 3 places in Bandung City, Western Bandung Regency, as well as Garut Regency. The results showed that the

EVALUASI PELATIHAN PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS OLEH PIMPINAN

WILAYAH 'AISYIYAH JAWA BARAT: STUDI KASUS DI KOTA BANDUNG,

KABUPATEN BANDUNG BARAT DAN KABUPATEN GARUT

Hendra Gunawan*

(4)

*Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan 'Aisyiyah Bandung

PENDAHULUAN

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat termasuk di Indonesia. Kegiatan untuk menanggulangi penyakit TB di Indonesia dilakukan secara terpadu yang dinamakan Gerakan Terpadu Nasional

1

Tuberkulosis (Gerdunas TB). Upaya ini melibatkan berbagai komponen bangsa termasuk melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)/organisasi non-pemerintah. Organisasi 'Aisyiyah merupakan organisasi non-pemerintah yang dilibatkan dalam program TB di Indonesia.

Organisasi 'Aisyiyah merupakan lembaga non-pemerintah yang mewakili civil society yang merupakan perkumpulan wanita dari organisasi Muhammadiyah yang mendapat kepercayaan dari The Global Fund (GF) untuk mengatasi TB di

2

Indonesia. Pada kegiatan penanggulangan TB, organisasi 'Aisyiyah melakukan kerjasama dengan berbagai pihak antara lain dengan Dinas Kesehatan serta Puskesmas untuk melatih para kader komunitas/masyarakat yang akan

menjadi Pengawas Menelan Obat (PMO) bagi penderita TB.

Kiprah organisasi 'Aisyiyah dalam program TB Nasional diwujudkan dalam bentuk program Community TB Care 'Aisyiyah. Program ini bertujuan melibatkan dan mendorong masyarakat (komunitas) untuk peduli pada TB melalui peningkatan akses terhadap diagnosis dan pengobatan TB, penemuan suspect dan memastikan pengobatan TB sampai tuntas di Unit

2 Pelayanan Kesehatan (UPK).

Misi program Community TB Care 'Aisyiyah adalah menggerakkan masyarakat untuk peduli menanggulangi penyakit TB di keluarga dan komunitasnya serta menggalang seluruh komponen masyarakat untuk berupaya menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB. Bentuk kegiatan untuk

mewujudkan misi tersebut adalah pelatihan penanggulangan TB bagi kader komunitas yang akan menjadi PMO yang bertujuan menghasilkan anggota masyarakat yang mampu secara mandiri untuk mengawasi

training inputs included participants, materials, facilities, schedules, methods and available training accommodations support the training activity program. In the process element, the training activity was performed in the class through material presentations about Tuberculosis and through the practice in society in the form of guidance and Tuberculosis suspect searching. In the output element, the training activity in luences knowledge improvement, attitude and practice of participants in involving themselves in supervising Tuberculosis patients taking drugs. In the outcome element, the existence and role of Tuberculosis training participants by 'Aisyiyah organization of West Java have good effects for Tuberculosis patients, their families as well as society. The conclusion of research result, namely training activities to prevent Tuberculosis by 'Aisyiyah of West Java Region have been carried out well and result in Tuberculosis cadres who participated to control taking drug of Tuberculosis patients.

(5)

3 pengobatan TB.

Menurut Aditama, pada pengobatan penyakit TB dengan menggunakan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse), penderita yang baru ditemukan

serta mendapatkan pengobatan harus diawasi meminum obatnya agar terjamin pengobatannya selesai dan sembuh, oleh karena itu diperlukan PMO yang akan

4

bertindak sebagai penyuluh. Tugas PMO adalah mengawasi dan memberikan dorongan agar penderita TB dapat minum obat secara teratur serta mengingatkan penderita untuk melakukan pemeriksaan ulang dahak sesuai

1 waktu yang telah ditentukan.

Peran PMO berhubungan secara bermakna dengan kepatuhan periksa ulang dahak pada fase akhir pengobatan penderita Tuberkulosis paru dewasa setelah dikontrol variabel lain yaitu pengetahuan penderita (predisposisi) 5 dan penyuluhan petugas (penguat). Penelitian yang dilakukan oleh Putro (2003), menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara PMO dengan hasil pengobatan TB, sehingga dapat diartikan bahwa risiko penderita TB yang berobat tanpa PMO mempunyai risiko kegagalan pengobatan dibandingkan dengan penderita TB yang

6 berobat dengan perantaraan PMO.

Peran PMO diharapkan dapat turut menanggulangi penyakit TB di Indonesia. Hal ini disebabkan angka kematian akibat TB di Indonesia adalah 91.368 per tahun, itu berarti bahwa setiap hari terjadi sekitar 250

7

kematian akibat TB. Berdasarkan pro il kesehatan Indonesia tahun 2012, jumlah

kasus baru TB paru Basil Tahan Asam (BTA) positif di Provinsi Jawa Barat masih tinggi yaitu 33.479, dengan rincian laki-laki 19.309 dan wanita 14.170 serta Case Detection Rate

8 (CDR) sebesar 77,45%.

Organisasi 'Aisyiyah merupakan organisasi yang memiliki kepedulian terhadap masalah kesehatan termasuk pada penanggulangan TB. Organisasi 'Aisyiyah mendapat kepercayaan dari GF dan Pemerintah untuk ikut serta membantu penanggulangan TB di Indonesia. Pada pelaksanaan penanggulangan TB di Indonesia, organisasi 'Aisyiyah melaksanakan program tersebut dengan membuat program

Community TB Care 'Aisyiyah di 18 Provinsi

termasuk di Jawa Barat. Program penanggulangan TB di Jawa Barat secara struktural berada di bawah tanggungjawab dan koordinasi tim TB Care majelis kesehatan Pimpinan Wilayah 'Aisyiyah Jawa Barat.

Program Community TB Care 'Aisyiyah di Provinsi Jawa Barat dilaksanakan di Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Garut yang merupakan sasaran kerja program TB 'Aisyiyah Jawa Barat. Latar belakang dipilihnya ketiga daerah tersebut karena didukung sumber daya organisasi 'Aisyiyah Jawa Barat serta masih tingginya jumlah kasus TB di ketiga daerah tersebut. Berdasarkan data dari pro il kesehatan Jawa Barat tahun 2012, perkembangan penyakit TB di Kota Bandung antara lain perkiraan kasus baru 2.660 kasus, BTA positif 1.947 dan CDR sebesar 73,20%. Perkiraan kasus baru di Kabupaten Bandung Barat 1.678 kasus, BTA

(6)

positif 806 dan CDR sebesar 48,03%. Jumlah perkiraan kasus baru di Kabupaten Garut 2.671 kasus, BTA positif 1.800 dan CDR

9 sebesar 67,39%.

Program Community TB Care 'Aisyiyah di Jawa Barat dilakukan melalui kegiatan pelatihan bagi kader komunitas yang akan berperan sebagai PMO. Pelatihan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan PMO tentang penyakit TB, PMO mempunyai sikap atau pandangan yang baik terhadap penderita TB serta PMO dapat mempraktikkan tugasnya dalam mengawasi penderita TB agar minum obat secara teratur sampai dinyatakan sembuh oleh tenaga kesehatan. Pelatihan kader TB yang dilaksanakan oleh Pimpinan Wilayah 'Aisyiyah Jawa Barat sudah dilaksanakan sejak tahun 2009, akan tetapi sampai saat ini belum pernah dilakukan evaluasi mengenai penyelenggaraan kegiatan pelatihan tersebut.

METODOLOGI

Rancangan penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan strategi studi kasus. Studi Kasus adalah salah satu jenis penelitian kualitatif. Studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks

10,11

kehidupan nyata. Studi kasus pada penelitian ini yaitu studi kasus pelatihan

penanggulangan TB oleh pengelola program TB 'Aisyiyah Jawa Barat di wilayah Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Garut.

POPULASI

Subjek pada penelitian ini ada dua yaitu kader TB yang berasal dari Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Garut yang telah dilatih pada program penanggulangan TB 'Aisyiyah Wilayah Jawa Barat serta pasien penderita TB yang mempunyai PMO kader TB yang telah dilatih oleh organisasi 'Aisyiyah wilayah Jawa Barat.

SAMPEL

Jumlah sampel kader TB pada penelitian ini sejumlah 14 orang serta sampel penderita TB sejumlah 11 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik snow ball yang dilakukan jika dari satu sumber data belum memberikan data yang memuaskan, sehingga dicari sumber lain lagi sebagai sumber data sampai ditemukannya key person atau sumber data yang memberikan data yang lebih lengkap dibandingkan sumber data yang

12 lain.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan tujuan penelitian bahwa penelitian ini untuk mengevaluasi pelatihan penanggulangan TB yang dilaksanakan oleh organisasi 'Aisyiyah Wilayah Jawa Barat di Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Garut ditinjau dari unsur input,

(7)

process, output dan outcomes. Hasil penelitian

diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam.

Hasil evaluasi pelatihan penanggulangan TB oleh organisasi 'Aisyiyah Jawa Barat per lokasi dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Matriks Hasil Evaluasi Pelatihan Penanggulangan TB oleh Organisasi 'Aisyiyah Jawa Barat

No. Aspek Kota Bandung Bandung Barat Garut

Peserta Pelatihan Fasilitator dan Narasumber Materi Pelatihan Jadwal Media Fasilitas 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kader Muhammadiyah/ Aisyiyah serta masyarakat umum 2 orang fasilitator serta narasumber dari Dinas Kesehatan Kota Bandung Pengetahuan tentang TB, PMO dan komunikasi penyuluhan 2 hari di kelas, 2 minggu di lapangan yaitu kegiatan penyuluhan dan pencarian suspek TB, pelatihan di kelas kembali 2 hari Laptop, infokus/LCD, papan tulis white board, modul. Lokasi pelatihan di Hotel Lodaya, Aula masjid Mujahidin, ruang pertemuan di komplek perguruan Muhammadiyah Antapani. Fasilitas terdiri dari ruang kelas, AC, meja, kursi, seminar kit, soundsystem. Kader NU serta masyarakat umum 2 orang fasilitator serta narasumber dari Dinas Kesehatan Bandung Barat Pengetahuan tentang TB, PMO dan komunikasi penyuluhan 2 hari di kelas, 2 minggu di lapangan yaitu kegiatan penyuluhan dan pencarian suspek TB, pelatihan di kelas kembali 2 hari Laptop, infokus/LCD, papan tulis white board, modul. Lokasi pelatihan di gedung IMC Padalarang. Fasilitas terdiri dari ruang kelas, AC, meja, kursi, seminar kit, soundsystem. Kader Muhammadiyah/ Aisyiyah serta masyarakat umum 2 orang fasilitator serta narasumber dari Dinas Kesehatan Garut Pengetahuan tentang TB, PMO dan komunikasi penyuluhan 2 hari di kelas, 2 minggu di lapangan yaitu kegiatan penyuluhan dan pencarian suspek TB, pelatihan di kelas kembali 2 hari Laptop, infokus/LCD, papan tulis white board, modul. Lokasi pelatihan di aula kantor Radio Antares. Fasilitas terdiri dari ruang kelas, AC, meja, kursi, seminar kit, soundsystem. Input Pelatihan Metode Akomodasi 7. 8. Ceramah, diskusi/tanya jawab, games. Konsumsi, serti ikat/ piagam penghargaan, uang transportasi. Ceramah, diskusi/tanya jawab, games. Konsumsi, serti ikat/ piagam penghargaan, uang transportasi. Ceramah, diskusi/tanya jawab, games. Konsumsi, serti ikat/ piagam penghargaan, uang transportasi.

(8)

No. Aspek Kota Bandung Bandung Barat Garut Process Pelatihan Perencanaan kegiatan Pengorganisa-sian kegiatan Pelaksanaan kegiatan Pengawasan kegiatan Output Pelatihan Peningkatan pengetahuan Perubahan Sikap Peningkatan praktik 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. Perekrutan panitia, pembuatan jadwal pelatihan, penentuan narasumber dan fasilitator, penentuan lokasi pelatihan, pembuatan undangan kepada peserta pelatihan, identi ikasi kebutuhan alat, media dan fasilitas Pembuatan struktur kepanitiaan. Kegiatan pelatihan dilaksanakan di kelas dan praktik di masyarakat. Dilakukan oleh penanggungjawab tim TB 'Aisyiyah Jawa Barat, tidak ada supervisi langsung dari 'Aisyiyah pusat. Peserta bertambah pengetahuan tentang TB serta memahami tugas sebagai PMO Perubahan sikap negatif menjadi sikap positif dari peserta terhadap penderita. Peserta mempunyai keahlian melakukan penyuluhan dan pencarian suspek TB, memeriksa strip obat, memotivasi penderita TB, mengantar berobat penderita TB. Perekrutan panitia, pembuatan jadwal pelatihan, penentuan narasumber dan fasilitator, penentuan lokasi pelatihan, pembuatan undangan kepada peserta pelatihan, identi ikasi kebutuhan alat, media dan fasilitas Pembuatan struktur kepanitiaan. Kegiatan pelatihan dilaksanakan di kelas dan praktik di masyarakat. Dilakukan oleh penanggungjawab tim TB 'Aisyiyah Jawa Barat, tidak ada supervisi langsung dari 'Aisyiyah pusat. Peserta bertambah pengetahuan tentang TB serta memahami tugas sebagai PMO Perubahan sikap negatif menjadi sikap positif dari peserta terhadap penderita. Peserta mempunyai keahlian melakukan penyuluhan dan pencarian suspek TB, memeriksa strip obat, memotivasi penderita TB, mengantar berobat penderita TB. Perekrutan panitia, pembuatan jadwal pelatihan, penentuan narasumber dan fasilitator, penentuan lokasi pelatihan, pembuatan undangan kepada peserta pelatihan, identi ikasi kebutuhan alat, media dan fasilitas pelatihan Pembuatan struktur kepanitiaan. Kegiatan pelatihan dilaksanakan di kelas dan praktik di masyarakat. Dilakukan oleh penanggungjawab tim TB 'Aisyiyah Jawa Barat, tidak ada supervisi langsung dari 'Aisyiyah pusat. Peserta bertambah pengetahuan tentang TB serta memahami tugas sebagai PMO Perubahan sikap negatif menjadi sikap positif dari peserta terhadap penderita. Peserta mempunyai keahlian melakukan penyuluhan dan pencarian suspek TB, memeriksa strip obat, memotivasi penderita TB, mengantar berobat penderita TB.

(9)

No. Aspek Kota Bandung Bandung Barat Garut Outcomes pelatihan Pengawasan minum obat oleh PMO Keberlanjutan program 1. 2. PMO mengawasi langsung minum obat penderita TB serta penderita merasakan manfaat adanya PMO yang mengawasi dan mengingat-kan penderita agar terus minum obat sampai dinyatakan sembuh. a. Pertemuan rutin triwulanan dengan kader TB. b. Kegiatan pemberdayaan ekonomi kader dan penderita TB berupa pelatihan membuat batik. c. Kerjasama dengan DKM Masjid Habiburahman: pengajian dan pemberian makanan tambahan bagi penderita TB. PMO mengawasi langsung minum obat penderita TB serta penderita merasakan manfaat adanya PMO yang mengawasi dan mengingat-kan penderita agar terus minum obat sampai dinyatakan sembuh. a. Pertemuan rutin triwulanan dengan para kader TB. b. Kegiatan pemberdayaan ekonomi kader berupa penjualan produk teh kesehatan yang hasilnya untuk dana sehat yang digunakan untuk membantu penderita TB. PMO mengawasi langsung minum obat penderita TB serta penderita merasakan manfaat adanya PMO yang mengawasi dan mengingat-kan penderita agar terus minum obat sampai dinyatakan sembuh. a. Pertemuan rutin triwulanan dengan para kader TB. b. Belum ada kegiatan pemberdayaan ekonomi kader. PEMBAHASAN Outcomes Pelatihan

Pada aspek outcomes pelatihan para kader hasil pelatihan TB 'Aisyiyah dan LKNU mempunyai peran yang besar dalam membantu kesembuhan penderita TB. Para kader merupakan sukarelawan yang tidak digaji, tetapi para kader mempunyai semangat pantang menyerah, rela berkorban waktu, tenaga, perhatian bahkan materi demi membantu kesembuhan penderita. Selain itu, para kader mempunyai jiwa penolong, tanggungjawab, penyelesai masalah dan kepasrahan diri kepada Allah, bahwa usahanya dalam membantu penderita TB adalah usaha untuk menolong sesama dan hanya mengharapkan keridhoan Allah SWT.

Keterlibatan kader dalam menanggulangi penyakit TB di Indonesia merupakan salah

satu bentuk pengorganisasian dan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan. Menurut pendapat Rothman (1987), Partisipasi kader tersebut dalam model pemberdayaan masyarakat merupakan model locality development (pengembangan

13

lokal). Model ini menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi di masyarakat/ komunitas akan berlangsung dengan baik dan optimal jika ada partisipasi aktif dari berbagai anggota masyarakat dalam mencapai tujuan melalui pelaksanaan tindakan nyata. Model ini berorientasi kepada proses dengan menekankan pentingnya partisipasi dan kerjasama antar komponen masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa para kader TB merupakan salah satu komponen masyarakat yang berperan aktif, bekerjasama dengan berbagai pihak berkepentingan di masyarakat

(10)

(stakeholders) dan berbuat nyata menolong para penderita TB agar segera sembuh dan mencegah penularan penyakit TB ke anggota keluarga yang lain bahkan ke masyarakat luas. Sesuai dengan pendapat Rogers (1973), peran para kader tersebut sangat optimal membantu penanggulangan TB karena mempunyai keahlian dan kemampuan di bidangnya (competent credibility) serta berpengaruh, dikenal dan dipercaya oleh masyarakat (safety credibility).

Peran kader TB merupakan bentuk partisipasi masyarakat secara langsung dalam menyukseskan program kesehatan. Keterlibatan kader dalam ikut membantu pemerintah dalam program penanggulangan TB merupakan salah satu modal sosial yang penting di Indonesia. Menurut Bourdieu, Coleman dan Putnam, modal sosial merupakan sumber daya yang ada di masyarakat untuk menumbuhkan kerjasama, kepercayaan, sikap positif dan partisipasi 14 masyarakat pada kegiatan di komunitasnya. Modal sosial merupakan sumber daya yang dikembangkan dan diberdayakan di masyarakat untuk menjalin kerjasama di antara jaringan sosial di masyarakat yang saling menguntungkan untuk melakukan 15 perubahan dalam kehidupan masyarakatnya.

Pada program penanggulangan TB di Indonesia, keterlibatan organsiasi non-pemerintah seperti 'Aisyiyah dan NU juga memberikan kontribusi yang besar. Kontribusi tersebut antara lain dengan adanya partisipasi atau keterlibatan berbagai komponen masyarakat yang diajak kerjasama oleh

'Aisyiyah, seperti kader kesehatan di masyarakat, kader 'Aisyiyah sendiri, tokoh agama dan tokoh masyarakat serta melibatkan anggota keluarga pasien. Hal ini tentu dirasakan manfaatnya langsung oleh masyarakat, karena sehari-hari masyarakat bergaul dan berinteraksi dengan para kader. Hal ini tentu berbeda dengan organisasi pemerintah yang cenderung menjalankan program dengan jalur birokrasi yang rumit dan terkadang mengejar target proyek dan ketercapaian target anggaran.

Outcomes pelatihan ini juga berdampak

terhadap penderita TB. Pada awalnya penderita menganggap bahwa TB merupakan penyakit kutukan, keturunan dan tidak bisa disembuhkan. Atas usaha para kader, akhirnya penderita memahami bahwa TB merupakan penyakit menular yang dapat disembuhkan. Para penderita TB juga menyatakan bahwa keberadaan dan peran kader sangat penting dalam memotivasi, memantau, memeriksa dan membantu kesembuhan penyakit para penderita TB. Berdasarkan temuan hasil penelitian tersebut, faktor yang mendukung terhadap keberhasilan pengobatan TB adalah faktor perilaku. Menurut Green (dalam

Notoatmodjo), terdapat 3 faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan

16

faktor penguat. Faktor predisposisi pada penderita TB adalah adanya motivasi intrinsik yang terdapat dalam dirinya sehingga memiliki niat dan tekad yang kuat ingin segera sembuh dari penyakitnya. Faktor niat merupakan sesuatu yang sangat penting

(11)

karena akan menentukan langkah apa yang akan dilakukan untuk mencapai niat tersebut. Faktor pemungkin dalam konteks penanggulangan TB ini adalah tersedianya berbagai fasilitas atau sarana kesehatan yang akan mempermudah penyembuhan penderita. Kedekatan lokasi pusat pelayanan kesehatan akan memicu juga bagi para penderita untuk datang secara rutin ke pelayanan kesehatan tersebut. Faktor penguat adalah adanya seseorang yang bisa mempengaruhi penderita supaya minum obat secara teratur. Peran ini diantaranya adalah sosok kader. Kader TB merupakan seseorang hasil pemberdayaan masyarakat yang telah dilatih dan didik sehingga perannya dirasakan langsung oleh penderita. Kader TB dalam upaya penanggulangan TB memiliki peran yang sangat penting yang turut memantau dan mengingatkan penderita agar jangan bosan minum obat TB sampai dinyatakan sembuh oleh petugas kesehatan.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor penghambat dalam pengobatan penyakit TB. Salah satu faktor yang menghambat penderita TB untuk cepat sembuh adalah adanya stigma yang negatif baik 17 dari dirinya sendiri maupun dari pihak lain. Stigma dalam dirinya adalah adanya perasaan minder, malu, rendah diri jika berinteraksi dengan orang lain. Sementara stigma dari pihak luar, adalah adanya perlakuan diskriminasi dari masyarakat yang menganggap bahwa penderita TB harus dihindari, dikucilkan dan diasingkan sehingga tidak bisa bergaul dengan masyarakat sekitarnya.

Output Pelatihan

Pada unsur output pelatihan, responden menyatakan senang, gembira, puas mengikuti kegiatan pelatihan karena mereka mendapatkan bekal Ilmu tentang TB serta dapat bersilaturahmi dengan sesama peserta lain yang berasal dari latar belakang yang berbeda, dapat mendiskusikan pengalaman

masing-masing dalam membantu

kesembuhan penderita TB.

Output pelatihan lainnya adalah

meningkatnya pengetahuan peserta pelatihan tentang TB mulai pengertian penyakit TB, gejala-gejala penyakit TB, upaya pencegahan sampai pengobatannya. Peningkatan pengetahuan peserta terjadi setelah mengikuti kegiatan pelatihan. Hal ini juga terjadi terhadap penderita TB. Para penderita memahami tentang penyakit TB, mulai gejala sampai pengobatannya. Para penderita memahami hal tersebut setelah diberi penyuluhan, nasehat dan motivasi oleh kader TB. Hal ini sesuai dengan pendapat

Notoatmodjo bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek melalui pancaindra yaitu penglihatan,

18 pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pada aspek output pelatihan yang lain, hasil pelatihan juga ditunjukkan dengan munculnya sikap empati yaitu rasa kasihan terhadap penderita sehingga para kader mempunyai tekad untuk menolong, membantu dan memutus mata rantai penyakit TB sehingga tidak menyebar luas ke masyarakat. Para kader awalnya mempunyai perasaan takut

(12)

tertular, jijik dan tidak mau bergaul dengan penderita. Setelah para kader mendapatkan pengetahuan tentang TB dan terjun langsung ikut memantau pengobatan penderita TB, akhirnya sikap negatif tersebut berubah menjadi sikap positif yang merasa kasihan dan ingin membantu penderita supaya cepat sembuh. Sikap ini tidak diajarkan secara langsung, akan tetapi diperoleh melalui contoh dan kegiatan yang baik dengan dialami

19 sendiri oleh yang bersangkutan.

Sebagai output kegiatan pelatihan yang lain bagi peserta pelatihan adalah meningkatnya kemampuan para mantan peserta pelatihan dalam mengaplikasikan tugas sebagai kader yang membantu mengawasi minum obat bagi penderita TB. Para mantan peserta pelatihan turut memantau langsung minum obat bagi penderita, memeriksa strip obat TB, mencatat kemajuan pengobatan di lembar cek list penderita, memotivasi penderita agar jangan bosan minum obat TB supaya cepat sembuh, melakukan penyuluhan ke penderita, keluarga penderita dan masyarakat luas serta melaporkan secara rutin tiap triwulan kepada pengelola TB 'Aisyiyah dan LKNU perkembangan pemantauan pengobatan bagi penderita TB. Hal ini menandaskan bahwa dampak pelatihan bagi mantan peserta pelatihan yaitu dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta pelatihan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian lain tentang dampak pelatihan bagi peserta pelatihan adalah pelatihan pemeriksaan payudara sendiri efektif meningkatkan pengetahuan, sikap positif dan

praktik kelompok wanita pekerja di Kairo 20

Mesir.

Process Pelatihan

Pada unsur process pelatihan, hampir semua responden menyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan pelatihan berjalan dengan lancar mulai proses pemberitahuan mengikuti pelatihan, saat berlangsungnya proses kegiatan pelatihan, sampai penutupan acara. Responden juga menyatakan bahwa proses kegiatan pelatihan sesuai rencana yang dibuat oleh panitia. Hal ini menandakan bahwa kegiatan pelatihan tersebut berjalan dengan baik, sesuai target dan rencana awal yang telah ditetapkan oleh panitia/penyelenggara pelatihan.

Pada saat kegiatan pelatihan, terjadi proses belajar mengajar antara fasilitator dan narasumber dengan peserta pelatihan. Fasilitator dan narasumber bertindak sebagai seorang pendidik yang mentransformasikan Ilmu pengetahuan khususnya tentang penyakit TB. Pada saat berlangsung kegiatan pelatihan, terjadi kegiatan belajar yang merupakan proses isik-psikologis yang diharapkan dapat mengubah tingkah laku individu yang berlaku dalam jangka waktu yang lama karena diperoleh dengan usaha

21 secara sadar.

Pendekatan yang digunakan pada pelaksanaan pelatihan adalah pembelajaran orang dewasa (Andragogy/Adult Education). Model pembelajaran ini adalah menganggap bahwa peserta didik merupakan orang yang dianggap dewasa yang secara usia sudah

(13)

mencapai kematangan sehingga implikasi dalam kegiatan belajar mengajarnya dilakukan dengan pendekatan partisipatif yang melibatkan peserta dalam kegiatan di kelas. Pada model pembelajaran ini, sasaran belajarnya adalah orang dewasa atau anggota masyarakat yang ingin mengembangkan pengetahuan, keterampilan, perilaku dan

22

kemampuan-kemampuan lainnya. Metode pembelajaran lebih banyak diskusi, sharing, curah pendapat, bertukar pengalaman sehingga pebelajar merupakan pribadi yang aktif.

Input Pelatihan

Input Pelatihan penanggulangan Tuberkulosis

oleh PWA Jawa Barat secara umum cukup baik. Hal ini terlihat dari jawaban responden yang menyatakan bahwa unsur-unsur pada input pelatihan seperti Peserta Pelatihan, Materi Pelatihan, Fasilitas Pelatihan, Media Pelatihan, Pelatih, Jadwal Pelatihan, Metode pelatihan, Akomodasi Pelatihan cukup memadai dan mendukung terhadap kegiatan pelatihan tersebut. Pihak panitia dari 'Aisyiyah dan LKNU sebagai penyelenggara pelatihan telah menyiapkan dengan baik berbagai hal terkait penyelenggaraan kegiatan pelatihan tersebut.

Penyelenggara pelatihan telah merancang dengan baik segala aspek yang akan digunakan pada kegiatan pelatihan. Persiapan yang dilakukan antara lain dengan membuat proposal kegiatan yang berisi rancangan kegiatan secara keseluruhan, membuat rancangan acara, membuat dan menyebarkan

surat undangan kepada calon peserta pelatihan, membuat job description antar panitia sehingga tergambar dengan jelas tugas setiap orang, menyiapkan seminar kit untuk dibagikan kepada peserta, menyiapkan

tempat acara lengkap dengan

perlengkapannya serta melakukan brie ing dengan narasumber sebelum pelaksanaan acara. Hal ini dilakukan mengingat keberhasilan sebuah kegiatan pelatihan ditentukan oleh berbagai sumber daya yang ada seperti peserta, media, strategi, situasi dan kondisi pelatihan, metode pelatihan, pelatih, motivasi peserta, proses pembelajaran, jenis pelatihan serta fasilitas

23, 24, 25 pelatihan. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik simpulan bahwa kegiatan pelatihan penanggulangan Tuberkulosis oleh Pimpinan Wilayah 'Aisyiyah Jawa Barat secara umum telah dilaksanakan dengan baik. Kegiatan pelatihan yang terselenggara dengan baik berada di Kota Bandung, sedangkan kader PMO yang paling aktif berada di Garut. Aspek kelemahan pelatihan yaitu modul pelatihan belum pernah direvisi untuk menyesuaikan dengan perkembangan kekinian penyakit TB di masyarakat serta terdapat kekurangan jika dibandingkan dengan modul pelatihan TB yang dibuat oleh Kementrian Kesehatan yaitu tidak terdapat referensi/rujukan materi yang dibuat pada modul tersebut.

(14)

Tuberkulosis oleh Pimpinan Wilayah 'Aisyiyah Jawa Barat yaitu adanya kader TB yang berperan sebagai PMO yang ikut mengawasi minum obat penderita TB. Para penderita TB merasakan kader PMO ikut mengingatkan dan memotivasi mereka untuk minum obat sampai penyakitnya sembuh.

Peran kader TB bagi masyarakat luas adalah mereka merupakan sosok teladan dalam membantu memutus mata rantai penyakit TB sehingga tidak menularkan penyakitnya kepada masyarakat luas. Kader TB merupakan komponen pemberdayaan masyarakat yang berkontribusi besar dalam turut menyehatkan masyarakat. Para kader merupakan sosok yang tanggungjawab, pantang menyerah, perhatian, rela berkorban, sukarelawan dan ikhlas membantu mengawasi minum obat penderita TB.

SARAN

Perlu dilakukan kembali penelitian tentang pemberdayaan masyarakat pada program penanggulangan TB, sehingga diharapkan ditemukan model pengorganisasian dan pemberdayaan masyarakat yang ideal dalam turut serta meningkatkan angka kesembuhan penyakit TB. Model pengorganisasian dan pemberdayaan masyarakat tersebut diperlukan sebagai bentuk partisipasi berbagai komponen di masyarakat pada penanggulangan penyakit TB.

Bagi organisasi 'Aisyiyah perlunya memperluas kerjasama dengan berbagai pihak terkait pada aspek pendanaan untuk penanggulangan TB sehingga tidak tergantung

kepada pihak The Global Fund untuk keberlanjutan program TB.

Bagi pemerintah daerah dalam hal ini pihak Dinas Kesehatan perlu memperhatikan keberadaan kader TB yang dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya melalui pemberian bantuan honor/insentif rutin per bulan serta adanya asuransi atau jaminan kesehatan bagi para kader.

DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi ke-2. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2008.

Community TB Care 'Aisyiyah. Sekilas Tentang

Program Community TB Care. Materi Presentasi. Jakarta ; 20 Juli 2012.

PR TB 'Aisyiyah. Bahan Pelatihan Pengawas Menelan Obat (PMO). Jakarta ; 2010.

Aditama, T.Y. dan Soepandi, P.Z. Tuberkulosis : Diagnosis, Terapi dan Permasalahannya. Jakarta : Laboratorium Mikrobiologi RSUP Persahabatan ; 2000.

Sumarman, Bantas, K. Peran Pengawas Minum Obat dan Kepatuhan Periksa Ulang Dahak Fase Akhir Pengobatan Tuberkulosis di Kabupaten Bangkalan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2011 ; 6 (2) : 91-96. Putro, G. Peran pengawas menelan obat bagi

keberhasilan pengobatan TB paru di kawedanan Dero, Ngawi Jawa Timur. Majalah Kedokteran dan Farmasi Medika No.10 tahun XXIX. Oktober 2003.

(15)

Kodim, N. Hari Tuberkulosis Dunia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2011 ; 5 (5) : 193-194.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pro il Data Kesehatan Indonesia tahun 2012. Jakarta : Direktorat Jendral PPPL Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2012.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Pro il Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2012. Bandung : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat ; 2013.

Creswell. Qualitative Inquiry and Research

Design. California : SAGE Publications ;

1998.

Yin, R.K. Studi Kasus : Desain dan Metode. Penerjemah : M. Djauzi Mudzakir. Jakarta : RajaGra indo Persada ; 2013. Hal. 1.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Research and Development. Bandung : Alfabeta ; 2010. Hal. 219 .

Sasongko, A. Promosi Kesehatan melalui Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat, dalam Promosi Kesehatan : Teori dan Aplikasi. Notoatmodjo, S (ed). Jakarta : Rineka Cipta, 2010. Hal. 336-339. Morgan and Swann. Social Capital for Health :

Issues of de inition, Measurement and Link to Health. Health Development Agency,

2004.

Pearce and Smith. Rekindling Health Care

Reform. Peer Reviewed. Am J Public Health.

2003 ; 93 (1) : 122-129.

Notoatmodjo, S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta ; 2005. Hal. 20-27.

Dhingra dan Khan. A Sociological Study on

Stigma among TB patients in Delhi. Indian J

Tuberc. 2010 ; 57 (1). 12-8.

Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan : Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta ; 2010. Hal. 50-60.

Suprijanto. Pendidikan Orang Dewasa : Dari Teori Hingga Aplikasi. Jakarta : Bumi Aksara; 2012. Hal. 24.

Seif and Aziz. Effect of Breast Self Examination

Training Program on Knowledge, Attitude and Practice of a Group of Working Women.

J Egypt Natl Canc Inst. 2000 ; 12 (2) : 105-115.

Brown, H.D. Principles of Language Learning

and Teaching. London : Prentice-Hall, Inc.

Maulana, H.D.J. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC; 2009. Hal. 194-196.

Ai-Yee, et.al. The Determinants of Training

effectiveness in Malaysian Organizations.

International Journal of Business Research. 2007 ; 7 (4) : 143-149.

Haslinda dan Mahyuddin, M.Y. The effectiveness of training in The Public Service. Am J Sci Res. 2009 ; (6) : 39-51.

Gintings, A. Esensi Praktis Manajemen Pendidikan dan Pelatihan. Bandung : Humaniora ; 2011. Hal. 124-130.

(16)

Gambar

Tabel	1.	Matriks	 Hasil	 Evaluasi	 Pelatihan	 Penanggulangan	 TB	 oleh	 Organisasi	 'Aisyiyah	 Jawa	Barat

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu perhitungan alokasi unit penangkapan ikan di Kabupaten Pandeglang dilakukan dengan mempertimbangkan luas wilayah perairan Pandeglang, jumlah inputan, serta nilai

Pada model dengan menggunakan variabel dependen Indeks Gini, IPM juga merupakan sumber ketimpangan pembangunan yang sangat signifikan, dengan probabilitas sebesar

Keadaan preeklampsia berat dengan dan tanpa sindrom HELLP merupakan keadaan yang memerlukan penanganan yang serius, di tambah lagi dengan komplikasi lain yang memperberat

Bedak kompak harus dapat menempel dengan mudah pada spons bedak dan padatan bedaknya harus cukup kompak, tidak mudah pecah atau patah dengan penggunaan normal (Butler, 2000)..

Para pedagang komoditi dan konsumen mereka, harus bekerja bersama-sama untuk memberlakukan larangan melakukan perdagangan dengan perusahaan yang terus merusak hutan dan lahan

Dari pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa debt to assets ratio merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan

2015 realisasinya adalah 0 Indeks dengan realisasi fisik sebesar 50,42%, meliputi kegiatan membuat poster dan leaflet, mengikuti pameran hasil litbang dan layanan jasa

Biomassa dapat diubah menjadi briket arang yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi seperti untuk proses pengeringan dalam pengolahan karet remah dan sit