BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.2 Lingkungan Internal dan Eksternal Kota Larantuka …
5.2.1 Analisis Lingkungan Internal
Analisis lingkungan internal dimulai dengan melakukan pembobotan dan pemeringkatan terhadap faktor-faktor kekuatan dan kelemahan yang terdapat pada daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka. Pembobotan dan pemeringkatan diisi oleh responden yang berjumlah 30 orang. Berdasarkan jawaban yang diberikan para responden, diperoleh jawaban yang berbeda-beda sehingga perlu untuk membuat rata-rata dari keseluruhan jawaban yang diberikan. Pembobotan dan pemeringkatan terhadap faktor-faktor internal tersebut seperti dilihat pada Tabel 5.1
Tabel 5.1
Hasil Pembobotan Lingkungan Internal Kota Larantuka
Sumber: Data diolah dari hasil penelitian 2011 A. Daya Tarik (Attraction)
Daya tarik wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Daya tarik wisata juga dapat dikaitkan dengan motivasi wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata yaitu bahwa salah satu dari tujuh elemen dalam motivasi berwisata yaitu daya tarik sebagai respon terhadap daya dorong motivasi. Berdasarkan hasil pembobotan diketahui bahwa
No. Variabel/Indikator Bobot
A. Daya Tarik / Atraksi (Attraction)
1 Keindahan Alam 0.060
2 Keanekaragaman flora dan fauna 0.055
3 Kebersihan dan kelestarian lingkungan 0.063 B. Aksesibilitas (Accessibility)
4 Terletak di ibukota Kabupaten 0.053
5 Kedekatan daya tarik dengan Pelabuhan 0.055 6 kualitas jalan menuju daya tarik 0.061
7 Ketersediaan angkutan wisata 0,062
8 Posisi objek wisata sangat strategis 0.059 C. Kenyamanan (Amenities)
9 Sarana Pariwisata 0.061
10 Tempat parker 0,054
11 Toilet 0,062
12 Warung dan pedagang kaki lima 0,051
D. Ancillary Services (Jasa Tambahan)
13 Pengelola daya tarik 0.059
14 Kualitas pelayanan 0.064
15 Promosi 0.062
16 Tourist Information Centre 0.061
17 Aturan (Code of Conduct) 0.059
beberapa indikator mempunyai besar bobot yang hampir sama. Indikator kebersihan dan kelestarian lingkungan merupakan bobot penting pertama dengan nilai 0.063 dan indikator kedua yang juga mempunyai nilai hampir sama yaitu keindahan alam dengan nilai 0.060 dan diikuti indikator dengan bobot terkecil yaitu keanekaragaman flora dan fauna dengan nilai 0.055.
Responden berpendapat bahwa indikator kebersihan dan kelestarian lingkungan merupakan indikator terpenting karena indikator ini menjadi cerminan kota Larantuka sebagai tempat dilaksanakannya ritual keagamaan Prosesi Jumat Agung. Dimana pada saat itu tiba ribuan orang akan berkunjung ke tempat ini dan menikmati suasan keheningan yang ada tentu saja didukung dengan lingkungan yang bersih dan lestari yang nantinya akan membuat wisatawan yang berkunjung ingin kembali lagi. Begitu Pula dengan keindahan alam dinilai sangat penting karena Kota Larantuka tidak hanya mengandalkan ritual Keagamaan yang menjadi daya tarik utama tetapi, kota ini juga memiliki keindahan alam berupa panorama pegunungan dan lautan yang tidak kalah menarik dengan daya tarik wisata yang ada di daerah lain.
B. Aksesibilitas (Accessibility)
Aksesibilitas adalah semua yang dapat memberi kemudahan bagi wisatawan untuk berkunjung ke Kota Larantuka. Indikator yang dinilai adalah Terletak di ibukota Kabupaten, Kedekatan daya tarik dengan Pelabuhan, kualitas jalan menuju daya tarik, Ketersediaan angkutan wisata, Posisi objek wisata sangat strategis.
Indikator yang mempunyai bobot tinggi (ranking pertama) adalah ketersediaan angkutan wisata yang mempunyai bobot 0,062 dan diikuti oleh kualitas jalan
menuju daya tarik dengan bobot 0,061. Responden berpendapat bahwa indikator ini merupakan indikator terpenting pertama karena melihat pada saat kegiatan ritual jumat agung berlangsung begitu banyak wisatawan yang ingin mengambil bagian didalam perayaan ritual tersebut dan para wisatawan yang hadir tidak hanya dari sekitar pulau Flores saja namun dari luar pulau Flores. Hal ini tentu saja dengan ribuan wisatawan maka diperlukan juga angkutan wisata yang memadai sehingga akses wisatawan tidak terhambat. Kualitas jalan raya juga merupakan indikator sangat penting karena indikator ini berepengaruh terhadap kelancaran dan kenyamanan menuju kawasan.
C. Fasilitas/kenyamanan (Amenities)
Fasilitas yang dimaksud adalah segala fasilitas dan sarana pendukung yang memberikan kenyaman bagi wisatawan selama berkunjung dan melakukan aktifitas di Kota Larantuka selama perayaan Prosesi Jumat Agung Berlangsung. Fasilitas yang tersedia pada suatu daya tarik dapat mempengaruhi kepuasan wisatawan, lama tinggal, besarnya pengeluaran dan kedatangan berulang.
Beberapa fasilitas yang mempengaruhi kepuasan wisatawan berkunjung ke Kota Larantuka dapat diidentifikasi dalam beberapa indikator antara lain kebersihan dan kelestarian lingkungan, ketersediaan sarana pariwisata, tempat parkir, toilet, warung dan pedagang kaki lima. Dari hasil pembobotan diperoleh bahwa indikator yang paling penting pertama yaitu kebersihan dan kelestarian lingkungan dengan bobot 0.063. Menurut responden bahwa kebersihan dan kelestarian lingkungan Kota Larantuka merupakan salah satu modal dasar dalam pengembangan daya tarik wisata spiritual. Wisatawan spiritual akan cenderung
mencari tempat yang nyaman dan tenang dalam melakukan kegiatan prosesi Jumat Agung. Alam akan menghasilkan energy positif apabila tetap dijaga kelestariannya atau sebaliknya akan merupakan sumber energi negatif apabila mengalami kerusakan.
Indikator yang dianggap kurang penting adalah keberadaan warung dan pedagang kaki lima yang memperoleh bobot terendah 0.051, karena pedagang yang berjualan disekitar tempat pelaksanaan prosesi Juamt Agung dapat mengganggu aktifitas prosesi jumat agung.
D. Ancillary Services (Jasa Tambahan)
Ancillary services yang dimaksud adalah jasa pendukung yang disediakan oleh pemerintah maupun swasta termasuk didalamnya kualitas pelayanan yang diberikan. Pada variabel ini, responden memberikan bobot paling penting pertama pada indikator kualitas pelayanan dengan bobot 0.064. Hal ini dinilai paling penting mengingat bahwa kepariwisataan di kota Larantuka masih bersifat baru sehingga kualitas pelayanan yang didalamnya termasuk keramah-tamahan harus betul-betul dijaga agar wisatawan yang ada tidak hanya merasakan kesakralan dari ritual prosesi Jumat Agung namun juga didukung oleh kualitas pelayanan yang terbaik dan hal ini yang nantinya sebagai awal keputusan dari wisatawan untuk kembali mengikuti ritual tersebut lagi atau tidak.
5.2.1.2 Penilaian (Rating) Lingkungan Internal
Penilaian terhadap lingkungan internal Kota Larantuka dilakukan oleh responden dengan menjawab pilihan dari empat alternatif nilai, yaitu: sangat baik (dengan nilai 4), baik (dengan nilai 3), kurang baik (dengan nilai 2), dan sangat
tidak baik (dengan nilai 1). Hasil penilaian responden terhadap lingkungan internal Kota Larantuka ditunjukan pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2
Hasil Penilaian Lingkungan Internal Kota Larantuka
Dari hasil penelitian, masing-masing responden memberikan penilaian yang bervariasi, sehingga perhitungan nilai didasarkan pada nilai rata-rata dari nilai seluruhnya yang diperoleh. Besarnya nilai rata-rata masing-masing indikator menunjukan kekuatan dan kelemahan Kota Larantuka. Faktor kekuatan berada
No. Variabel/Indikator Rating Keterangan A. Daya Tarik / Atraksi (Attraction)
1 Keindahan Alam 3.40 Kekuatan
2 Keanekaragaman flora dan fauna 2.87 Kekuatan 3 Kebersihan dan kelestarian lingkungan 2.47 Kelemahan B. Aksesibilitas (Accessibility)
4 Terletak di ibukota Kabupaten 3.23 Kekuatan 5 Kedekatan daya tarik dengan Pelabuhan 3.30 Kekuatan 6 kualitas jalan menuju daya tarik 2.77 Kekuatan 7 Ketersediaan angkutan wisata 2.50 Kelemahan 8 Posisi objek wisata sangat strategis 3.13 Kekuatan C. Kenyamanan (Amenities)
9 Sarana Pariwisata 2.40 Kelemahan
10 Tempat parker 2.47 Kelemahan
11 Toilet 2.40 Kelemahan
12 Warung dan pedagang kaki lima 2.17 Kelemahan D. Ancillary Services (Jasa Tambahan)
13 Pengelola daya tarik 2.50 Kelemahan 14 Kualitas pelayanan 3.03 Kekuatan
15 Promosi 2.40 Kelemahan
16 Tourist Information Centre 2.27 Kelemahan 17 Aturan (Code of Conduct) 3.10 Kekuatan
Sumber: Data Diolah dari Hasil Penelitian 2011
pada rentang 2.51 sampai 4.00 dan faktor kelemahan berada pada rentang 1.00 sampai 2,50.
Dari Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa penilaian responden terhadap lingkungan internal Kota Larantuka adalah sebagai berikut.
1. Daya Tarik Wisata (Attraction)
Penilaian responden terhadap daya tarik Kota Larantuka menunjukan bahwa sebagian besar indikator daya tarik merupakan kekuatan dengan perolehan nilai sangat baik dan baik, kecuali indikator kebersihan dan kelestarian lingkungan merupakan kelemahan dengan perolehan nilai sangat kurang yaitu 2,47. Indikator yang memperoleh nilai sangat baik pertama adalah keindahan alam dengan nilai 3,40.
Indikator daya tarik yang memperoleh nilai kurang baik adalah kebersihan dan kelestarian lingkungan dengan besar nilai 2,47, sehingga indikator ini merupakan kelemahan Kota Larantuka. Berdasarkan hasil peninjauan lokasi dan informasi responden bahwa kebersihan dan kelestarian lingkungan merupakan salah satu kelemahan dalam pengembangan mengingat lingkungan sekitar tempat pelaksanaan ritual Jumat Agung terutama disekitar areal pertokoan sangat kotor karena terdapat berbagai jenis sampah baik organic maupun non organic yang dibuang secara sembarangan. Kurangnya penataan terhadap pedagang kaki lima di sekitar trotoar pertokoan juga merupakan kelemahan karena akan merusak pemandangan Kota Larantuka.
2. Aksesibilitas (Accessibility)
Variabel aksesibilitas memiliki beberapa indikator yang dinilai sangat baik dan baik. Indikator yang mempunyai nilai sangat baik pertama yaitu kedekatan daya tarik dengan pelabuhan dengan besar nilai 3,30 dan indikator sangat baik kedua adalah terletak di Ibu Kota Kabupaten dengan besar nilai 3,23. Kedua indikator ini merupakan kekuatan pengembangan dimana perayaan ritual Jumat Agung berada di Kota Larantuka yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Flores Timur. Di samping itu Kota Larantuka merupakan salah satu prioritas utama pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Flores Timur karena didalamnya terdapat ritual Prosesi Jumat Agung yang menjadi daya tarik utama di Kabupaten yang berada di ujung timur Pulau Flores ini.
3. Fasilitas/Kenyamanan (Amenities)
Penilaian responden terhadap variabel fasilitas/kenyamanan pariwisata menunjukan bahwa indikator-indikator yang terdapat pada variabel fasilitas atau kenyamanan semuanya merupakan kelemahan. Mulai dari sarana pariwisata dan toilet yang masing-masing memperoleh besar nilai sama yaitu 2,40 dan diikuti indikator warung dan pedagang kaki lima dengan besar nilai 2,17. Responden berpendapat bahwa masih sangat kurangnya sarana pariwisata, dimana yang dimaksud yaitu hotel/penginapan. Hal ini dibuktikan tidak hanya dengan pendapat responden namun juga dengan observasi secara langsung oleh peneliti di lapangan. Para wisatawan yang begitu banyak datang akhirnya harus ditempatkan di rumah-rumah warga akibat kekurangan hotel/penginapan. Hal tersebut bisa-bisa saja mengingat warga di Kota Larantuka juga tidak merasa keberatan rumahnya
menjadi tempat penginapan sementara bagi para wisatawan yang datang dan tanpa memungut biaya sepeser pun dari para wisatawan dengan konsekuensi para wisatawan yang menginap harus menerima situasi seperti apa adanya namun jika melihat dari sudut pandang kenyamanan maka para wisatawan bisa lebih rileks jika mereka menginap di hotel atau penginapan. Indikator yang memperoleh nilai terendah yaitu warung dan pedagang kaki lima.
Responden berpendapat bahwa masih susahnya mencari tempat makan yang nyaman dan mampu melengkapi keinginan dari para wisatawan.
4. Ancillary Services (Jasa Tambahan)
Penilaian responden terhadap indikator dari variabel layanan kelembagaan menunjukan bahwa indikator yang memperoleh nilai sangat baik dan menjadi kekuatan yaitu aturan (code of conduct) dengan besar nilai 3,10 dan kualitas pelayanan dengan nilai 3,03 . indikator memperoleh nilai kurang dan merupakan kelemahan yaitu pengelola daya tarik dengan nilai 2,50, promosi dengan nilai 2,40 dan Tourist information Centre dengan nilai 2,27.
Responden berpendapat bahwa aturan (Code of Conduct) baik. Aturan dinilai baik mengingat bahwa selama ritual Prosesi Jumat Agung berlangsung mulai dari hari pertama yaitu hari rabu Trewa hingga berakhir pada hari minggu, masyarakat setempat sangat antusias dalam mendukung kegiatan tersebut dan betul-betul menjaga kesakralan dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya selama ratusan tahun dengan aturan-aturan yang ada sehingga keunikan dari perayaan tersebut masih tetap terjaga dan para wisatawan yang ikut ambil bagian juga betul-betul menaati aturan-aturan yang diberlakukan.
Pada indikator kualitas pelayanan responden berpendapat bahwa kualitas pelayanan baik. Hal tersebut mengingat bahwa masyarakat setempat betul-betul menjadi tuan rumah yang baik. Hal ini dibuktikan dengan bersedianya warga setempat berbagi tempat tinggal dengan wisatawan yang tidak mendapatkan penginapan/hotel dan juga pada saat perayaan ritual
berlangsung, mereka dengan semangat memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dari para wisatawan mengenai makna dan arti dari ritual keagamaan tersebut.
Indikator pengelola daya tarik wisata dinilai kurang karena belum bersinerginya pihak masyarakat, pihak gereja dan pihak pemerintah dalam hal visi dan misi. Indikator yang dinilai sangat kurang yaitu indikator Tourist Information Center (TIC) atau pusat pelayanan informasi pariwisata yang belum tersedia di sekitar Kota Larantuka.
Analisis selanjutnya adalah memasukan bobot pada tabel dan rating pada rating pada tabel dari masing-masing variabel dan indikator kedalam matriks Internal Factor analysis summary (IFAS) seperti dilihat pada Tabel 5.3
Tabel 5.3
Internal Factor Analysis Summary (IFAS) Kota Larantuka
Sumber: Data diolah dari hasil penelitian 2011
Dari Tabel 5.3 dapat diketahui bahwa posisi lingkungan internal Kota Larantuka secara umum berada pada posisi sedang yaitu dengan nilai 2,729. Beberapa indikator masih terdapat kelemahan-kelemahan yang perlu diantisipasi untuk meminimalkan kelemahan dalam pengembangan Kota Larantuka sebagai daya tarik wisata spiritual.
No. Variabel/Indikator Bobot Rating Bobot x Rating A. Daya Tarik / Atraksi (Attraction)
1 Keindahan Alam 0.060 3.40 0.204
2 Keanekaragaman flora dan fauna 0.055 2.87 0.158 3 Kebersihan dan kelestarian lingkungan 0.063 2.47 0.156 B. Aksesibilitas (Accessibility)
4 Terletak di ibukota Kabupaten 0.053 3.23 0.171 5 Kedekatan daya tarik dengan Pelabuhan 0.055 3.30 0.181 6 kualitas jalan menuju daya tarik 0.061 2.77 0.169 7 Ketersediaan angkutan wisata 0,062 2.50 0.155 8 Posisi objek wisata sangat strategis 0.059 3.13 0.185 C. Kenyamanan (Amenities)
9 Sarana Pariwisata 0.061 2.40 0.146
10 Tempat parker 0,054 2.47 0.133
11 Toilet 0,062 2.40 0.149
12 Warung dan pedagang kaki lima 0,051 2.17 0.111 D. Ancillary Services (Jasa Tambahan)
13 Pengelola daya tarik 0.059 2.50 0.148
14 Kualitas pelayanan 0.064 3.03 0.194
15 Promosi 0.062 2.40 0.148
16 Tourist Information Centre 0.061 2.27 0.138 17 Aturan (Code of Conduct) 0.059 3.10 0.183
5.2.2 Analisis Lingkungan Eksternal