ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN
1. Analisis Lingkungan Makro
Lingkungan makro merupakan suatu situasi dari luar perusahaan yang dapat mempengaruhi kegiatan operasional perusahaan. Adapun aspek-aspek yang termasuk dalam lingkungan makro adalah aspek politik dan pemerintahan, aspek ekonomi, aspek sosial budaya, dan aspek teknologi.
Faktor Politik dan Pemerintahan
Berdasarkan paket deregulasi Juni 1991, air termasuk air mineral alam atau buatan tergolong dalam daftar barang impor yang dikenakan Tata Niaga Impor, dimana impornya hanya dapat dilakukan oleh importir terdaftar yang telah ditentukan, yaitu PT (Persero) Kerta Niaga dan PT (Persero) Tjipta Niaga. Namun berdasarkan paket deregulasi Juli 1992, tata niaga impor AMDK ini telah dibebaskan, sehingga setiap perusahaan dapat melakukan impor produk ini.
Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Nomor 1335/KMK 04/1998 tertanggal 31 Desember 1998. Produk minuman ringan tergolong dalam daftar barang mewah yang atas penyerahan dan atas impornya dikenakan pajak penjualan atas barang mewah dengan tarif sebesar 10 persen sampai dengan 20 persen, sebagai tambahan pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.
Disamping itu impor AMDK juga dikenakan bea masuk yang cukup tinggi yaitu 30 persen. Kebijakan ini menandakan proteksi terhadap produk AMDK lokal dalam menghadapi serangan produk luar telah sedikit berkurang. Dengan demikian kesiapan para produsen lokal harus lebih ditingkatkan agar tetap bertindak sebagai market leader dipasaran dalam negeri sendiri.
Pemerintah juga melaksanakan pengawasan terhadap mutu produk, karena jika mutu produk yang beredar ternyata tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan, maka akan membahayakan kesehatan para konsumen. Salah satu usaha pemerintah untuk mencapai tujuan diatas adalah dengan mengeluarkan peraturan/ketentuan tentang persyaratan mutu serta label dan periklanan makanan. Dalam pelaksanaan pengawasannya, pihak pemerintah memberi wewenang kepada Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (POM), Departemen Kesehatan sebagai instansi yang paling bertanggung jawab terhadap pengawasan obat dan makanan.
Faktor Ekonomi
Di Indonesia pertumbuhan ekonomi dihitung berdasarkan pendekatan Produk Domestik Bruto (PDB) yang didasarkan atas harga konstan. Kondisi perekonomian Indonesia secara umum telah mengalami peningkatan. Khusus untuk daerah Kabupaten/Kota Bogor, berdasarkan data BPS (2005) selama 4 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi mencapai rata-rata 5,3 persen. Pada tahun 2001 pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencapai 4,81 persen, kemudian meningkat pada tahun 2002 menjadi 5,11 persen, dan pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2004 mengalami peningkatan masing- masing sebesar 5,47 persen, dan 5,81 persen (BPS, 2005).
Peningkatan pertumbuhan ekonomi tersebut memberi dorongan kepada pendapatan perkapita Bogor. Bila pada tahun 2002 pendapatan perkapita baru mencapai Rp 4.552.575,45 maka pada tahun 2003 telah naik menjadi Rp 4.659.954,41. Pada tahun 2004 mencapai Rp 4.786.026,26. Peningkatan pendapatan per kapita antara lain telah membawa kepada peningkatan
pengeluaran penduduk untuk Air minum Dalam Kemasan (AMDK), hal ini dapat dilihat dari peningkatan total konsumsi AMDK (Tabel 12).
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah laju inflasi. Angka ini menggambarkan stabilitas perekonomian suatu daerah. Pada tahun 2001, laju inflasi adalah sebesar 16,09 persen dan turun menjadi 4,23 persen pada tahun 2002. Pada tahun 2003 naik lagi hingga 6,88 persen, tahun 2004 laju inflasi mencapai 6,94 persen, dan laju inflasi pada tahun 2005 mencapai 17,02 persen (BPS, 2006). Peningkatan laju inflasi akan menurunkan daya beli masyarakat. Tetapi untuk produk AMDK penurunan pendapatan perkapita dan peningkatan inflasi tidak menyebabkan penurunan daya beli masyarakat.
Selain itu pengaruh langsung yang dirasakan perusahaan adalah peningkatan biaya produksi dan pendistribusian. Hal ini disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar minyak, bahan baku dan upah kerja. Peningkatan biaya di atas akan mempengaruhi harga jual yang diterima konsumen. Oleh karena itu perusahaan harus menyesuaikan kebijakan yang berhubungan dengan faktor-faktor penyebab inflasi terutama yang berhubungan dengan harga jual produk. Perusahaan harus menjaga agar harga jual produknya dapat bersaing dengan produk pesaingnya.
Kondisi perekonomian Indonesia yang menuju pada mekanisme pasar bebas perlu diperhatikan oleh perusahaan. Hal tersebut perlu diantisipasi karena perekonomian dan perdagangan Indonesia akan terintegrasi dengan perdagangan dunia. Situasi ini akan mempengaruhi struktur pasar dan industri yang akan dihadapi oleh perusahaan.
Faktor Sosial Budaya
Bogor merupakan daerah berkembang yang memiliki tingkat populasi yang cukup besar yaitu kurang lebih mencapai 4.939.008 jiwa pada tahun 2004. Diperkirakan pada tahun 2006 mencapai 7.060.252 jiwa (BPS, 2005). Peningkatan jumlah penduduk tersebut bila diiringi dengan peningkatan daya beli merupakan potensi pasar yang cukup besar.
Peningkatan pendapatan per kapita telah membawa kepada perubahan gaya hidup dan pola belanja masyarakat. Kecenderungan gaya hidup masyarakat semakin mengarah kepada hal- hal yang bersifat praktis dan efisien merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh produk AMDK ya ng penggunaannya lebih cepat dan mudah. Sebagai akibatnya konsumsi AMDK dalam beberapa tahun terakhir terus meningkat. Konsumsi per kapita AMDK juga telah mengalami peningkatan.
Data konsumsi per kapita AMDK menunjukkkan bahwa konsumsi per kapita rata-rata meningkat 16,3 persen setiap tahunnya. Pada tahun 2001 konsumsi per kapita mencapai 27,16 liter pertahun atau setara dengan 4,5 botol air minum dalam kemasan ukuran 600 ml. Konsumsi ini meningkat terus hingga pada tahun 2004 konsumsi mencapai 210.089 kiloliter. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Konsumsi per kapita AMDK di Bogor Tahun 2001-2004 Tahun Konsumsi perkapita (ltr/tahun) Growth (%) Populasi Penduduk (jiwa) Total Konsumsi (000 liter) Growth (%) 2001 27,16 - 3.930.729 106.765 - 2002 31,47 15,87 4.039.204 127.114 19,06 2003 36,61 16,33 4.229.517 154.841 21,81 2004 42,54 16,20 4.939.008 210.089 35,68 Sumber : CIC, 2005
Faktor Teknologi
Perkembangan teknologi di bidang mesin- mesin pengolahan AMDK dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi kerja yang tidak hanya meningkatkan produktivitas kerja, melainkan juga dapat menekan biaya produksi yang berpengaruh terhadap keuntungan perusahaan. Sejak tahun 1988, PT Sinar Sosro menggunakan teknologi Gon Set dan PLTA sebagai mesin penggerak, sedangkan untuk pengolahan menggunakan teknologi ozonisasi dan pengemasan dengan sistem manual, khusus untuk ukuran gallon.
Selain itu perkembangan teknologi lain yang dapat dimanfaatkan perusahaan adalah bidang komunikasi dan transportasi. Dewasa ini alternatif sarana komunikasi semakin beragam dan canggih. Pembangunan sarana dan transportasi semakin memudahkan kegiatan pendistribusian produk yang dihasilkan perusahaan, sedangkan kemajuan dalam bidang komunikasi memungkinkan setiap orang yang berjauhan dapat melakukan transaksi jual beli.