• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Location Quotient

Dalam dokumen V. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 41-46)

5.4. Identifikasi Sektor Basis dalam Perekonomian Wilayah

5.4.1. Analisis Location Quotient

Berdasarkan analisis Location Quotient (LQ) sektor dan subsektor dalam perekonomian Kabupaten Raja Ampat terhadap sektor dan subsektor perekonomian Provinsi Papua Barat dapat dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26. Perhitungan Location Quation PDRB Kabupaten Raja Ampat Menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2003-2007

No LAPANGAN USAHA Nilai Location Quation Rata-

rata LQ Basis/Non Basis 2003 2004 2005 2006 2007

I. KELOMPOK PRIMER

1 Pertanian 2,63 2,65 1,04 1,09 1,12 1,71 Basis

1.1. Tanaman Bahan Makanan 1,17 1,16 0,47 0,48 0,49 0,75 Non Basis

1.2. Tanaman Perkebunan 0,82 0,85 0,36 0,36 0,38 0,55 Non Basis

1.3. Peternakan dan hasilnya 0,56 0,58 0,24 0,24 0,25 0,37 Non Basis

1.4. Kehutanan 1,27 1,36 0,43 0,47 0,48 0,80 Non Basis

1.5. Perikanan 5,27 5,26 2,07 2,16 2,17 3,38 Basis

2 Pertambangan & Penggalian 0,02 0,02 2,99 3,03 3,15 1,84 Basis

2.1. Minyak dan Gas Bumi 0 0 3,08 3,15 3,28 1,90 Basis

2.2. Pertambangan Tanpa Migas 0 0 0 0 0 0 0

2.3. Penggalian 0,60 0,57 0,23 0,24 0,27 0,38 Non Basis

II. KELOMPOK SEKUNDER

3 Industri Pengolahan 0,04 0,03 0,01 0,01 0,01 0,02 Non Basis

3.1. Industri Besar/Sedang 0 0 0 0 0 0 0

3.2. Industri Kecil Kerajinan RT 0,49 0,51 0,21 0,22 0,23 0,33 Non Basis

3.3. Penggilangan Minyak Bumi 0 0 0 0 0 0 0

4 Listrik dan Air Bersih 0,16 0,15 0,06 0,06 0,06 0,09 Non Basis

4.1. Listrik 0,23 0,23 0,08 0,08 0,08 0,14 Non Basis

4.2. Air Bersih 0 0 0 0 0 0 0

5 Bangunan 0,44 0,55 0,24 0,29 0,32 0,37 Non Basis

III. KELOMPOK TERSIER

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,34 0,42 0,17 0,18 0,19 0,26 Non Basis

6.1. Perdagangan 0,34 0,43 0,17 0,18 0,19 0,26 Non Basis

6.2. Hotel 0,54 0,50 0,18 0,17 0,17 0,31 Non Basis

6.3. Restoran 0,31 0,30 0,12 0,12 0,11 0,19 Non Basis

7 Pengangkutan & Komunikasi 0,85 0,80 0,16 0,13 0,13 0,41 Non Basis 7.1. Angkutan Jalan Raya 0,07 0,07 0,03 0,03 0,03 0,05 Non Basis

7.2. Angkutan Laut 1,04 0,99 0,38 0,39 0,39 0,64 Non Basis

7.3. Angkutan Sungai 1,01 0,99 0,39 0,42 0,44 0,65 Non Basis

7.4. Angkutan Udara 9,18 8,45 0,51 0 0 3,63 Basis *)

7.5. Jasa Penunjang Angkutan 1,22 1,11 0,21 0,20 0,19 0,58 Non Basis

7.6. Komunikasi 0,11 0,10 0,04 0,04 0,04 0,06 Non Basis

8 Keuangan, Persewaan & Jasa 0,16 0,13 0,05 0,06 0,05 0,09 Non Basis

8.1. Bank 0 0 0 0 0 0 0

8.2. Lembga Keuangan Bukan Bank 0,16 0,16 0,06 0,06 0,06 0,10 Non Basis

8.3. Sewa Bangunan 0,24 0,23 0,08 0,08 0,08 0,14 Non Basis

8.4. Jasa Perusahaan 0,16 0,19 0,09 0,11 0,12 0,13 Non Basis

9 Jasa-Jasa 0,34 0,42 0,25 0,32 0,39 0,34 Non Basis

9.1. Pemerintahan Umum 0,35 0,45 0,27 0,35 0,44 0,37 Non Basis

9.2. Jasa Sosial Kemasyarakatan 0,32 0,31 0,12 0,12 0,12 0,19 Non Basis 9.3. Jasa Hiburan dan Rekreasi 0,13 0,12 0,05 0,05 0,05 0,08 Non Basis 9.4. Jasa Perorangan dan RT 0,15 0,15 0,06 0,06 0,06 0,09 Non Basis Sumber : Hasil Analisis Location Quation, 2008

Keterangan:

LQ > 1: artinya sektor i yang terdapat di Kabupaten Raja Ampat merupakan sektor basis

LQ < 1: artinya sektor i yang terdapat di Kabupaten Raja Ampat merupakan sektor non basis

LQ = 1: artinya sektor i yang terdapat di Kabupaten Raja Ampat sama derajatnya dengan sektor i di Provinsi Papua Barat secara umum

Dilihat dari kelompok sektor-sektor PDRB maka kelompok sektor yang menjadi sektor basis dalam perekonomian Kabupaten Raja Ampat adalah sektor primer, kendati PDRB sektor ini cenderung menurun, yang berarti sektor ini dalam jangka panjang mungkin bukan merupakan sektor basis lagi. Selanjutnya kelompok sektor sekunder dan tersier merupakan sektor non basis dalam perekonomian Raja Ampat, juga memiliki kecenderungan menurun hal ini dapat dilihat dari besaran nilai LQ dari Tahun 2003 sampai 2007 yang terus menurun.

Berdasarkan analisis menurut sektor dan subsektor PDRB, maka yang merupakan sektor basis dalam perekonomian Kabupaten Raja Ampat adalah (1) sektor pertanian dan (2) sektor pertambangan dan penggalian. Dari kedua sektor basis ini sektor pertambangan dan penggalian menunjukkan keunggulan peringkat pertama karena besaran angka LQ yang semakin tinggi (1,84) terutama subsektor minyak dan gas bumi dengan nilai LQ sebesar 1,90. Kemudian keunggulan peringkat kedua adalah sektor pertanian dengan nilai LQ sebesar 1,71 terutama subsektor perikanan dengan nilai LQ sebesar 3,38 lebih besar dari subsektor minyak dan gas bumi.

Nilai tambah bruto subsektor minyak dan gas bumi terhadap PDRB Kabupaten Raja Ampat mulai ada sejak Tahun 2005 hingga 2007, sedangkan dari Tahun 2003 sampai 2004 nilai tambah brutonya belum ada atau masih kosong. Namun peran sektor pertambangan dan penggalian terutama subsektor minyak dan gas bumi mempunyai nilai Location Quation terbesar selama 3 tahun ini yaitu dari Tahun 2005 hingga 2007. Hal ini sesuai dengan kondisi wilayah Kabupaten Raja Ampat yang kaya akan sumberdaya alam berupa mineral, minyak dan gas bumi yang cukup besar. Menurut laporan Anonimous (2006) bahwa Kabupaten Raja Ampat memiliki sumberdaya mineral, minyak dan gas bumi dengan sebaran lokasi eksplorasi sektor pertambangan, nilai investasi dan serapan tenaga kerja sebagai berikut :

1. PT. Gag Nikel, merupakan perusahan patungan PT. Brolling Hill Proprietary Limited (BHP) Biliton, perusahaan tambang asal Australia, dan PT. Aneka Tambang Indonesia. Mulai melakukan eksplorasi nikel di Pulau Gag sejak Tahun 2003 dengan luas areal garapan 9.500 hektar untuk ijin operasi selama

3 tahun. Nilai investasinya sebesar Rp.320 milyar dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 200 orang.

2. PT. Anugerah Surya Pratama. Mulai melakukan eksplorasi nikel di Pulau Manuram sejak Tahun 2004 dengan luas areal yang digarap 10.000 hektar untuk ijin operasi selama 3 tahun. Nilai investasinya sebesar Rp.200 milyar dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 90 orang.

3. PT. Bumi Makmur Selaras. Mulai melakukan eksplorasi nikel di Kampung Kapadiri sejak Tahun 2004 dengan luas areal yang digarap 10.000 hektar untuk ijin operasi 3 tahun. Nilai investasinya sebesar Rp.250 milyar dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 100 orang.

4. PT. Pearl Oil Salawati Papua yang mendapatkan ijin eksplorasi minyak di Pulau Salawati sesuai Surat Ijin Bupati Nomor 65 Tahun 2003 untuk masa operasi 3 tahun. Nilai investasinya sebesar Rp.350 milyar dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 50 orang.

Ketiga perusahaan tambang melakukan penambangan dan mengolah hasil Nikel di tempat, namun konsentratnya dikapalkan ke Australia dan Cina untuk proses pengolahan lebih lanjut. Selain mengandung Nikel, konsentratnya diketahui mengandung Kobalt. Sedangkan untuk minyak, minyak mentah yang dihasilkan dikirim ke Inggris untuk diolah lebih lanjut. Dengan demikian wajar saja kalau sektor pertambangan memiliki Location Quation lebih tinggi dibanding sektor pertanian.

Sektor pertanian merupakan sektor kedua yang memiliki nilai Location Quation terbesar, setelah sektor pertambangan dan penggalian. Subsektor yang banyak memberikan kontribusi terbesar bagi sektor pertanian adalah subsektor perikanan. Dimana subsektor perikanan memiliki nilai Location Quation 3,38 lebih besar dari subsektor minyak dan gas bumi dengan LQ sebesar 1,90 pada sektor pertambangan dan penggalian.

Perikanan merupakan sumber pendapatan terbesar bagi Kabupaten Raja Ampat, baik perikanan tangkap maupun budidaya. Dengan memiliki ekosistem laut yang masih terjaga dan keanekaragaman biota laut yang tinggi, perikanan memiliki potensi yang besar sehingga diharapkan menjadi roda penggerak utama ekonomi Kabupaten Raja Ampat. Hal ini sesuai dengan visi Kabupaten Bahari

yang menempatkan sektor perikanan dan kelautan sebagai sektor unggulan dalam membangun Kabupaten Raja Ampat ke depan.

Selain komoditi perikanan tangkap seperti ikan, udang, cumi-cumi, kerang/siput dan teripang, budidaya mutiara, kerapu dan rumput laut juga sangat potensial untuk dikembangkan. Hal ini dibuktikan dengan masuknya berbagai investasi, baik skala nasional maupun internasional di sektor ini. Begitu pula Dinas Perikanan dan Kelautan Raja Ampat pada saat ini sedang melakukan upaya pembibitan rumput laut di beberapa tempat guna memasok kebutuhan bibit rumput laut bagi seluruh distrik di Kabupaten Raja Ampat (Anonimous, 2006).

Perairan Raja Ampat memiliki potensi lestari (MSY) sebesar 590.600 ton/tahun dengan jumlah tangkapan yang diperoleh sekitar 472.000 ton/tahun (80% MSY). Saat ini sumberdaya yang telah dimanfaatkan sebesar 38.000 ton/tahun, di luar dari pemanfaatan perikanan subsisten, sehingga diperkirakan masih memiliki peluang sekitar 434.000 ton/tahun (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Raja Ampat, 2005).

Peluang pemanfaatan sumberdaya sebesar 434.000 ton/tahun merupakan kesempatan bagi nelayan dan perusahaan perikanan untuk meningkatkan usahanya tetapi tetap menjaga kelestarian sumberdaya dengan tidak melakukan penangkapan yang merusak seperti penggunaan bom, bahan-bahan beracun serta alat tangkap yang tidak ramah lingkungan.

Dengan demikian disimpulkan bahwa sektor pertanian terutama subsektor perikanan yang memberikan kontribusi terbesar bagi pendapatan daerah Kabupaten Raja Ampat selama periode 2003-2007. Dimana spesialisasi perikanan lebih dominan pada perekonomian kepulauan Raja Ampat dibanding sektor lain. Hal ini wajar saja karena Raja Ampat merupakan wilayah kepuluan, dimana luas wilayah perairannya lebih besar dari wilayah daratnya (pulau-pulaunya).

Sektor-sektor lainnya yang masuk dalam kelompok sekunder dan tersier bukan merupakan sektor basis, karena besarnya nilai Location Quation dari tahun ke tahun cenderung menurun. Sektor transportasi dan komunikasi terutama subsektor angkutan udara dari Tahun 2003 hingga 2005 merupakan sektor basis dengan Location Quation sebesar 3,63, namun karena hilangnya nilai tambah

subsektor angkutan udara, sebagai akibat dipindahkannya bandar udara Yefman ke Kota Sorong pada akhir Tahun 2005 sehingga sekarang bukan sektor basis lagi.

Dari keseluruhan gambaran tentang sektor perekonomian tersebut, analisis Location Quation belum dapat memberikan kesimpulan akhir tentang perekonomian Kabupaten Raja Ampat. Seperti dikemukakan sebelumnya analisis Location Quation ini hanyalah merupakan cara awal untuk mengetahui kemampuan daerah dalam sektor kegiatan tertentu. Untuk itu diperlukan analisis selanjutnya dengan menggunakan berbagai alat analisis lainnya.

Dalam dokumen V. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 41-46)

Dokumen terkait