• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Location Quotient (LQ)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

D. Metode Analisis Data

2. Analisis Location Quotient (LQ)

Teknik Location Quotient berdasar pada teori basis ekonomi (Economic Base Theory) yang artinya adalah karena industri basis menghasilkan barang dan jasa untuk pasar di daerah maupun luar daerah yang bersangkutan maka penjualan ke luar daerah (ekspor)

akan menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut. Terjadinya arus pendapatan dari luar daerah ini menyebabkan terjadinya kenaikan konsumsi dan investasi di daerah tersebut dan pada akhirnya akan menaikkan pendapatan dan menciptakan lapangan kerja baru.

Peningkatan pendapatan tersebut tidak hanya menaikkan permintaan terhadap industri non basis. Kenaikan permintaan ini akan mendorong kenaikan investasi pada industri yang bersangkutan sehingga modal dalam industri lokal merupakan investasi yang didorong dari adanya kenaikan industri basis. Oleh karena itu sektor ekonomi basislah yang patut untuk dikembangkan dalam rangka meningkatkan pembangunan daerah.

Metode ini digunakan untuk mengukur konsentrasi industri dari suatu kegiatan (industri) dalam suatu daerah dengan cara membandingkan peranannya perekonomian daerah itu dengan peranan kegiatan atau industri sejenis dalam perekonomian regional atau nasional.

Adapun rumus rumus perhitungan Locationt Quotient (LQ) dari Bendavid-Val dalam Lincolin Arsyad adalah sebagai berikut:

t t i i t i t i V V v v V V v v / / / / LQ  Keterangan:

vi : Pendapatan dari industri di suatu daerah. vt : Pendapatan total daerah tersebut.

Vi : Pendapatan dari industri sejenis secara regional/ nasional. Vt : Pendapatan regional/ nasional.

Sementara itu menururt Isaard, Locationt Qoutient (LQ) dapat dirumuskan: (Isaard, 1971: 24)

LQ = Si/S Ni/N

Keterangan :

Si = Pendapatan dari suatu kegiatan di daerah tertentu. S = Pendapatan total suatu daerah.

Ni = Pendapatan dari suatu kegiatan, sejenis secara nasional. N = Pendapatan total nasional.

Menurut Bendavid (1991) terdapat tiga kategori hasil analisis LQ pada suatu daerah :

1. Jika LQ > 1, maka daerah tersebut lebih berspesialisasi (berpotensi) atas produk sektor tertentu, dibandingkan dengan wilayah referensi.

2. Jika LQ < 1, maka daerah tersebut kurang berspesialisasi (berpotensi) atas produk sektor tertentu dibandingkan dengan wilayah referensi.

3. Jika LQ = 1, maka daerah tersebut mempunyai spesialisasi (berpotensi) yang sama atas produk tertentu dibandingkan dengan wilayah referensi.

Penggunaan LQ sangan sederhana , serta dapat dipakai untuk menganalisis tentang perdagangan suatu daerah. Akan tetapi LQ mempunyai kelemahan yaitu: 1) Pola konsumsi dari anggota masyarakat adalah berlainan baik antar daerah maupun dalam daerah; 2) Tingkat konsumsi rata-rata untuk suatu jenis barang untuk setiap daerah berbeda; 3) Bahan keperluan industri berbeda antar daerah.

3. Analisis Shift Share (Shift Share Analysis = SSA)

Analisis Shift Share ini digunakan untuk menentukan sektor-sektor mana yang termasuk dalam sektor unggulan, yaitu dirumuskan sebagai berikut (Lincolin Arsyad, 1999: 140):

V* = (V1/V) + (Vi1/V1/V) + (Yi1/Yi – Vi1/V1) Keterangan:

V* = Perubahan pendapatan wilayah perencanaan.

V1 = Pendapatan total wilayah referensi pada tahun akhir. V = Pendapatan total wilayah referensi pada tahun dasar. Vi1 = Pendapatan sektor i wilayah referensi pada tahun akhir. Vi = Pendapatan sektor i wilayah referensi pada tahun akhir. Yi1= Pendapatan sektor i wilayah perencanaan studi pada tahun

akhir

Yi= Pendapatan sektor i wilayah perencanaan studi pada tahun dasar.

Indikatornya:

1. Apabila komponen pertumbuhan proporsional suatu sektor > 0, maka sektor yang bersangkutan mengalami pertumbuhan yang cepat dan memberikan pengaruh yang positif kepada perekonomian daerah, begitu pula sebaliknya.

2. Apabila komponen daya saing suatu sektor < 0, maka keunggulan komparatif dari sektor tersebut meningkat dalam perekonomian yang lebih luas, begitu pula sebaliknya.

Kemampuan teknik analisis shift share untuk memberikan dua indikator positif yaitu adanya industry mix effect dan competitive advantage tidak lepas dari adanya kelemahan-kelemahan. Kelemahan dari analisis shift share dibedakan menjadi dua yaitu kelemahan teoritikan dan kelemahan empirik. (Houston dalam Prasetyo Soepono, 1993: 45-47)

Kelemahan-kelemahan teoritikal dari analisis shift share adalah: a. Analisis Shift share tidak lebih dari pada sekedar teknik

pengukuran untuk mengurangi pertumbuhan variabel wilayah menjadi komponen-komponen. Artinya metode anaisis shift share mencerminkan suatu sistem akunting.

b. Komponen pertumbuhan nasional secara implisit mengemukakan bahwa tiap industri di suatu wilayah hendaknya tumbuh pada laju nasional.

c. Pengertian ekonomi dari dua komponen (industry= mix effect dan competitive advantage) shift tidak dikembangkan dengan baik.

d. Teknik analisis Shift Share secara implisit mengambil asumsi bahwa barang dijual secara nasional.

Kelemahan empirik dari teknik analisis Shift Share adalah:

a. Jumlah dari salah satu komponen shift dengan data yang tidak agregat belum tentu sama dengan jumlah komponen shift yang sama menurut angka agregat.

b. Hanya salah satu dari tiga komponen bergantung pada hal yang sebenarnya terjadi di suatu wilayah selama kurun waktu tertentu.

c. Adanya kritik mengenai pembobotan yang mengatakan tidak adanya penjelasan tentang perubahan dalam struktur ekonomi regional selama periode analisis.

d. Adanya masalah-masalah saling terkait pada pengaruh bauran industri maupun pengaruh keunggulan kompetitif.

4. Analisis Gabungan LQ-SSA

Penggabungan dua alat analisis ini digunakan untuk menentukan sektor-sektor yang benar-benar merupakan sektor unggulan suatu wilayah dari sisi basis maupun non basis nya, keunggulan komparatif, dan laju pertumbuhannya. Cara penilaiannya adalah dengan

memberikan batasan atau tolok ukur dengan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

Prioritas pertama adalah bilamana suatu sektor merupakan sektor basis, mempunyai keunggulan komparatif, dan laju pertumbuhan cepat.

Prioritas kedua adalah bilamana suatu sektor merupakan: 1) Sektor basis dengan mempunyai keunggulan komparatif. 2) Sektor basis dan pertumbuhannya cepat.

3) Sektor basis namun mempunyai keunggulan komparatif dan pertumbuhan cepat.

Prioritas ketiga adalah bilamana suatu sektor hanya mempunyai keunggulan komparatif atau merupakan sektor basis.

Prioritas keempat adalah bilamana suatu sektor hanya mempunyai potensi pertumbuhan saja.

Prioritas kelima adalah apabila sektor tersebut merupakan sektor basis dan tidak memiliki apa-apa.

Prioritas keenam adalah bilamana suatu sektor atau sub sektor tidak mempunyai keunggulan apapun dan bukan sektor basis.

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Kabupaten Wonosobo 1. Keadaan Geografis

a) Letak Geografis

Kabupaten Wonosobo Terletak di antara 7011’ dan 7036’ Lintang Selatan, dan 109043’ dan 110004’ Bujur Timur. Kabupaten Wonosobo sejak tahun 2003 di bagi menjadi 15 kecamatan dengan tambahan 2 kecamatan, yaitu kecamatan Kalibawang dan Sukoharjo. Sampai tahun 2003 kecamatan-kecamatan tersebut terdiri dari 236 desa dan 28 kelurahan.

Kabupaten Wonosobo merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian berkisar antara 270 meter sampai dengan 2.250 meter di atas permukaan laut. Luas wilayah 98.468 hektar dengan tingkat kemiringan 30%. Beberapa wilayah Kabupaten Wonosobo merupakan daerah yang labil sehingga rawan terjadi tanah longsor.

b) Luas Penggunaan Lahan

Secara administratif Kabupaten Wonosobo terbagi menjadi 15 kecamatan. Luas wilayah Kabupaten Wonosobo pada tahun 2006 tercatat sebesar 98.468 hektar atau sekitar 3,02 persen dar luas jawa tengah. Luas yang terdiri dari 17.712,69 hektar (17,99

persen lahan sawah dan 80.755,31 hektar (82,01 persen) bukan lahan sawah. Dibandingkan dengan tahun 2004bluas lahan sawah tahun 2006 turun sebesar 4,22 persen, sebaliknya luas bukan lahan sawah naik sebesar 0,98 persen .

c) Keadaan Iklim

Banyaknya hari hujan di Kabupaten Wonosobo pada tahun 2006 sebanyak 121 dengan curah hujan sebanyak 2.546 mm, curah hujan tertinggi tercatat di Kecamatan Wonosobo sebesar 4.461 mm dan hari hujan terbanyak tercatat di Kecamatan Selomerto sebanyak 160 hari.

2. Pemerintahan

a) Pembagian Wilayah Administratif

Setelah adanya pemekaran wilayah kecamatan, saat ini Kabupaten Wonosobo terdiri dari 15 kecamatan, dengan jumlah desa atau kelurahan yang semula 264 menjadi 265 pada tahun 2005 yang terdiri dari 236 wilayah desa dan 29 wilayah kelurahan.

Tabel IV.1 Pembagian Wilayah Administrasi Menurut Kecamatan Di Kabupaten Wonosobo tahun 2006

No Kecamatan Luas

(Ha) Persentase Desa Kelurahan

Desa + Kelurahan 1 Wadaslintang 12.716 12,91 16 1 17 2 Kepil 9.387 9,57 20 1 21 3 Sapuran 7.772 7,89 16 1 17 4 Kalibawang 4.782 4,86 8 0 8 5 Kaliwiro 10.008 10,16 20 1 21 6 Leksono 4.407 4,48 13 1 14 7 Sukoharjo 5.429 5,51 17 0 17 8 Selomerto 3.971 4,03 22 2 24 9 Kalikajar 8.330 8,46 18 1 19 10 Kertek 6.214 6,31 19 2 21 11 Wonosobo 3.238 3,29 7 13 20 12 Watumalang 6.823 6,93 15 1 16 13 Mojotengah 4.507 4,58 16 3 19 14 Garung 5.122 5,2 14 1 15 15 Kejajar 5.762 5,85 15 1 16 Jumlah 2006 98.468 100 236 29 265 2005 98.468 100 236 29 265 2004 98.468 100 236 28 264 2003 98.468 100 236 28 264 2002 98.468 100 236 28 264

Sumber: Pemda Kabupaten Wonosobo

Menurut survey VSTADES tahun 2006 yang dilakukan oleh BPS, wilayah desa atau kelurahan dirinci menurut statusnya berdasarkan beberapa indikator seperti; kepadatan penduduk, presentase rumah tangga petani, presentase rumah tangga pelanggan listrik dan sebagainya. Berdasarkan hasil survey tersebut wilayah desa atau kelurahan dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu; daerah pedesaan, kota besar, kota sedang, dan kota kecil. Adapun desa atau kelurahan di Kabupaten Wonosobo

yang berstatus pedesaan sebanyak 237 desa atau kelurahan, status kota besar 1 desa atau kelurahan, status kota sedang 3 desa atau kelurahan dan status kota kecil sebanyak 24 desa atau kelurahan. Tabel IV.2 Jumlah Desa Menurut Kecamatan dan Tipe Desa di Wonosobo Tahun 2006

No Kecamatan Pedesaan Kota

Besar Kota Sedang Kota Kecil Jumlah 1 Wadaslintang 17 0 0 0 17 2 Kepil 21 0 0 0 21 3 Sapuran 16 0 0 1 17 4 Kalibawang 8 0 0 0 8 5 Kaliwiro 21 0 0 0 21 6 Leksono 13 0 0 1 14 7 Sukoharjo 17 0 0 0 17 8 Selomerto 21 0 0 3 24 9 Kalikajar 18 0 0 1 19 10 Kertek 18 0 0 3 21 11 Wonosobo 8 1 2 9 20 12 Watumalang 14 0 0 2 16 13 Mojotengah 16 0 1 2 19 14 Garung 14 0 0 1 15 15 Kejajar 15 0 0 1 16 Jumlah 2006 237 1 3 24 265 2005 237 1 3 24 265 2004 237 1 2 24 264 2003 237 1 2 24 264 2002 237 1 2 24 264 Sumber: BPS Jakarta b) Kepegawaian

Jumlah anggota KORPRI pada tahun 2006 yang tercatat di kantor KORPRI Kabupaten Wonosobo sebanyak 8.944 orang, dimana sekitar 1,62 persen adalah golongan I, golongan II 27,74 persen, golongan III 48,81 persen dan 20,83 persen golongan IV.

c) Catatan Sipil

Kegiatan Kantor Catatan Sipil dan kependudukan di Kabupaten Wonosobo adalah pelayanan kepada masyarakatb diantaranya dengan menerbitkan akta kelahiran, kematian, perkawinan, perceraian serta pengakuan dan pengesahan anak. Pada tahun 2006 jumlah akta yang dikeluarkan sebanyak 28.808 buah, angka kematian 28 buah, perkawinan 51 buah, perceraian 4 buah serta angka pengakuan dan pengesahan anak sebanyak 4 buah.

Tabel IV.3 Banyaknya Pelayanan Akte Pada Kantor Catatan Sipil Di Kabupaten Wonosobo Tahun 2005-2006

Jenis Pelayanan 2002 2003 2004 2005 2006 1 Akte Kelahiran 13.278 13.066 13.805 20.993 28.808 2 Kematian 29 25 16 27 28 3 Perkawinan 70 80 68 53 51 4 Perceraian 8 3 5 4 4 5 Pengakuan dan 0 1 7 2 4 Pengesahan anak Jumlah 13.385 13.175 13.901 21.079 28.895 Sumber : Kantor Catatan Sipil Kabupaten

Wonosobo

3. Penduduk dan Tenaga Kerja a) Kependudukan

Berdasarkan hasil Registrasi Penduduk Akhir Tahun 2006, jumlah penduduk Kabupaten Wonosobo adalah sebanyak 773.967 jiwa yang terdiri dari laki-laki 391.289 jiwa dan perempuan 382.676 jiwa dengan rasio jenis kelamin 102,25.

Tabel IV.4 Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Rasio Jenis Kelamin Di Kabupaten Wonosobo Tahun 2006

Kecamatan

Banyaknya Penduduk Rasio Laki -

Laki Perempuan Jumlah

Jenis Kelamin 1 Wadaslintang 27.130 27.210 54.340 99,71 2 Kepil 29.529 29.951 59.480 98,59 3 Sapuran 26.908 26.116 53.024 103,03 4 Kalibawang 12.963 12.637 25.600 102,58 5 Kaliwiro 24.312 23.907 48.219 101,69 6 Leksono 20.058 19.383 39.441 103,48 7 Sukoharjo 15.762 14.854 30.616 106,11 8 Selomerto 22.671 22.244 44.915 101,92 9 Kalikajar 32.273 31.553 63.826 102,28 10 Kertek 38.284 37.463 75.747 102,19 11 Wonosobo 38.270 37.684 75.954 101,56 12 Watumalang 26.583 25.504 52.087 104,23 13 Mojotengah 29.864 29.143 59.007 102,47 14 Garung 25.342 24.655 49.997 102,79 15 Kejajar 21.340 20.374 41.714 104,74 Jumlah / Total 2006 391.289 382.678 773.967 102,25 2005 389.272 380.819 770.091 102,22 2004 385.097 377.654 762.751 101,97 2003 382.410 374.930 757.340 102

Bila dilihat per kecamatan, jumlah penduduk terbanyak adalah Kecamatan Wonosobo yaitu sebanyak 75.954 jiwa (9,81 persen), Kecamatan Kertek 75.747 jiwa (9,79 persen), sedangkan kecamatan yang jumlah penduduknya paling sedikit adalah Kecamatan Kalibawang yaitu sebanyak 25.600 jiwa (3,31 persen).

Kepadatan penduduk di Kabupaten Wonosobo tahun 2006 sebesar 786 jiwa per Km2. Bila dilihat per kecamatan, angka kepadatan penduduk cukup bervariasi. Angka kepadatan penduduk

tertinggi terdapat di kecamatan Wonosobo sebesar 2.346 jiwa per Km2 disusul Kecamatan Mojotengah 1.309 jiwa per Km2 sedangkan paling rendah di Kecamatan Wadaslintang sebesar 427 jiwa per Km2.

b) Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Pada tahun 2006 jumlah pencari kerja sebanyak 10.500 orang, yang terdiri dari 3.628 laki-laki dan 6.8722 perempuan. Bila dirinci menurut tingkat pendidikan, sebagian esar pencari kerja tersebut adalah lulusan SMA, disusul Sarjana, selanjutnya DI/DII, sedangkan sisanya dari tamatan SD, SLTP dan D3. Luar negeri masih menjadi daya tarik bagi para pencari kerja di Indonesia khususnya di Kabupaten Wonosobo. Pada tahun 2006 penempatan tenaga kerja di luar negeri tercatat sebanyak 2.527 orang. Negara yang paling banyak menerima pekerja dari Wonosobo adalah Malaysia dengan jumlah 878 pekerja, disusul Singapura 683 pekerja, dan Hongkong 493 pekerja, sedangkan sisanya terdapat di negara Timur Tengah, Taiwan, dan Kuwait.

Program Transmigrasi pada tahun 2006 di Kabupaten Wonosobo telah memberangkatkan sebanyak 32 kepala keluarga atau 122 jiwa dengan tujuan Propinsi Bangka Belitung dan Kalimantan Barat. Jumlah ini turun sebesar 52, 24 persen dibandingkan tahun 2005.

4. Sosial

a) Pendidikan

Jumlah murid SD/MI di lingkungan Dinas Pendidikan pada tahun ajaran 2005/2006 mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Pada tahun 2005/2006 jumlah murid SD/MI tercatat 97.854 siswa. Sementara itu jumlah guru SD/MI pada tahun ajaran 2005/2006 sebanyak 5.474 atau mengalami kenaikan sebesar 4,97 persen dari tahun sebelumnya yang berjumlah 5.202. Rasio murid terhadap uru SD/MI pada tahun 2004/2005 sebesar 17,85 naik menjadi 18,81 pada tahun 2005/2006. Naiknya rasio murid dan guru diharapkan dapat meningkatkan kualitas belajar mengajar di kelas.

b) Sosial

Jumlah penyandang cacat di Kabupaten Wonosobo pada tahun 2006 sebanyak 4.283 jiwa atau sekitar 0,55 persen dari total jumlah penduduk Wonosobo.

Pada tahun 2006 karang taruna di Kabupaten Wonosobo berjumlah 264 yang terdiri dari klasifikasi 118 tumbuh, 140 klasifikasi berkembang, dan 6 buah dengan klasifikasi maju.

Kejadian bencana alam pada tahun 2006 tidak mengakibatkan korban meninggal dunia dan cedera. Sedangkan jenis bencana alam yang mendera meliputi banjir 1 kali, angin ribut

7 kali, tanah longsor 27 kali, dan kebakaran sebanyak 16 kejadian, kekeringan 13 kali dan serangan hama tidak pernah dialami.

c) Agama

Jumlah jama’ah haji di Kabupaten Wonosobo pada tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar 16,14 persen yaitu dari 508 pada tahun 2005 menjadi 590 pada tahun 2006. Jika dilihat menurut kecamatan jumlah jama’ah haji paling banyak berasal dari Kecamatan Wonosobo sebanyak 142 orang, disusul Kecamatan Kejajar 66 orang kemudian Mojotengah 55 orang. Jika dilihat menurut jenis kelaminnya, selama 5 tahun terakhir jumlah jama’ah haji di Kabupaten Wonosobo lebih banyak diikuti oleh kaum laki-laki daripada perempuan.

Kegiatan keaagamaanyang ada di Kabupaten Wonosobo berjalan cukup baik, hal ini dapat dilihat dari banyaknya pondok pesantren yang terlibat dalam proses belajar mengajar di dalamnya. Pada tahun 2005 berjumlah 149 buah. Jumlah santri mengalami penurunan sebesar 9,12 persen, pada tahun 2006 berjumlah 16.660 santri naik menjadi 15.267 santri pada tahun 2006.

d) Kriminalitas

Angka kriminalitas yang tercatat di Polres Wonosobo meliputi pencurian, pembunuhan penganiayaan, penipuan,

pemalsuan, perkosaan, perjudian, perkelahian dan sebagainya. Pada tahun 2006 terjadi peningkatan jumlah kasus kejahatan, dimana jumlah kasus yang tercatat di Polres Wonosobo sebanyak 152 kasus. Dari jumlah tersebut kasus yang paling menonjol adalah kasus pencurian berat dan kebakaran atau pembakaran sebanyak 29 kasus.

5. Pertanian a) Pertanian

Padi masih menjadi tanaman utama penghasil bahan makanan bagi masyarakat Wonosobo. Setelah pada tahun 2005 produksi padi sawah mengalami penurunan cukup signifikann, produksi padi sawah kembali mengalami kebaikan sebesar 11,75 persen dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan padi sawah ini sangat dipengaruhi oleh bertambahnya areal luas panen yaitu sebesar 15,65 persen dari 27.216 Ha pada tahun 2005 menjadi 31.476 Ha pada tahun 2006. Sebaliknya pada tanaman padi gogo, baik luas panen maupun produksinya mengalami penurunan

Tabel IV.5 Luas Panen Dan Produksi Padi Sawah, Padi Gogo Dirinci Per Kecamatan Di Kabupaten Wonosobo Tahun 2006

Kecamatan

Padi sawah Padi Gogo

Luas Panen Produksi Luas Panen Produksi

(ha) (ton) (ha) (ton)

1 Wadaslintang 2.466 11.246 135 453 2 Kepil 2.393 11.311 9 29 3 Sapuran 2.730 13.736 41 141 4 Kalibawang 1.730 8.091 0 0 5 Kaliwiro 1.731 15.074 471 608 6 Leksono 3.212 10.403 0 0 7 Sukoharjo 2.335 8.468 0 0 8 Selomerto 3.371 15.636 2 7 9 Kalikajar 2.673 12.772 223 703 10 Kertek 3.057 15.698 12 44 11 Wonosobo 1.786 8.339 0 0 12 Watumalang 1.597 7.480 0 0 13 Mojotengah 1.877 8.726 51 179 14 Garung 480 2.226 0 0 15 Kejajar 0 0 0 0 Jumlah 2006 31.476 149.206 644 2.164 2005 27.216 133.518 1.089 3.932 2004 31.875 143.209 1.007 2.905 2003 27.310 129.790 859 2.465 2002 28.403 140.550 940 2.742

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonosobo

Sedangkan pada tanaman palawija, seperti ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, dan kacang kedele secara umum terjadi peningkatan. Seperti halnya padi dan palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan juga terus mengalami kenaikan.

b) Perkebunan

Produksi tanaman perkebunan yang ada di Kabupaten Wonosobo seperti kapok, kopi, lada, pala, jahe, kapulogo, dan cassiavera mengalami peningkatan, bahkan pada tanaman kapok

mengalami peningkatan sebesar 238,67 persen. Adapun tanaman perkebunan lainnya seperti kelapa, kopi arabica, teh, kakao, tembakau, klembak, panili dan kayu manis mengalami penurunan produksi. Penurunan produksi yang cukup besar terjadi pada tanaman kakao, kelapa deres.

c) Peternakan dan Perikanan

Populasi ternak yang diusahakan di Kabupaten Wonosobo baik ternak besar, ternak kecil maupaun unggas sebagian mengalami peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pada kelompok unggas, populasi ayam ras mengalami peningkatan cukup tinggi yaitu sebanyak 208.600 ekor dari tahun sebelumnnya, diikuti oleh populasi itik manila dan ayam buras. Jenis unggas yang mengalami penurunan adalah puyuh sebesar 203.419 ekor atau 52,92 persen dari tahun sebelumnya

Tabel IV.6 Banyaknya Ternak Pada Tahun Di Kabupaten Wonosobo Tahun 2002-2006 (ekor)

No Jenis Ternak Jumlah Ternak Akhir Tahun

2002 2003 2004 2005 2006 1 Kuda 661 581 583 585 570 2 Sapi Perah 91 110 158 161 204 3 Sapi Potong 34.534 33.652 33.681 84.012 33.427 4 Kerbau 3.752 3.666 3.694 3.844 4.041 5 Kambing 105.495 112.536 122.214 123.381 130.820 6 Domba 132.747 132.350 145.320 145.523 139.715 7 Babi 2.155 2.669 2.964 3.032 1.035 8 Kelinci 13.350 15.747 15.612 15.761 18.878 9 Ayam Ras 151.161 160.988 170.324 173.020 381.620 10 Ayam Buras 642.965 612.988 672.142 674.834 715.251 11 Itik 74.503 75.328 76.165 77.935 87.904 12 Itik Manila 43.537 33.748 37.684 37.736 56.557 13 Puyuh 21.780 52.160 380.726 384.419 181.000 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Wonosobo

Kelompok ternak besar, sapi perah, dan kerbau mengalami peningkatan populasi, sedangkan kuda dan sapi potong mengalami penurunan populasi. Sementara pada kelompok ternak kecil, populasi kambing meningkat tetapi populasi domba dan babi mengalami penurunan.

Sedangkan untuk usaha perikanan banyak dilakukan di kolam, karamba, waduk, telaga, dan sungai. Tahun 2006 produksi perikanan sebanyak 1.226,16 ton.

d) Kehutanan

Tanaman sengon adalah salah satu tanaman kehutanan yang cukup potensial dikembangkan di Kabupaten Wonosobo. Jika dilihat produksinys, pada tahun 2005 jumllah penebangan tegakan sengon menghasilkan kayu sebesar 11.769, 34 m3, pada tahun 2006 bertambah menjadi 759.653,70 m3 atau mengalami peningkatan sebanyak 747.884,36 m3.

6. Industri, Pertambangan, Energi, dan Konstruksi a) Industri

Kegiatan industri adalah suatu kegiatan ekonomi untuk mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi, dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi

nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir. Termasuk dalam kegiatan industri adalah jasa industri dan pekerjaan perakitan (assembling).

Dinas perindustrian membagi kegiatan industri menjadi lima macam, yaitu meliputi: industri pangan, sandang dan kulit, kerajinan umum, kimia dan industri serta industri pengolahan logam.

Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan industri, maka skala usaha kegiatan industri dibagi menjadi empat kelompok, yaitu: industri besar dengan tenaga kerja di atas 100 orang; industri sedang dengan tenaga kerja 20-99 orang; industri kecil dengan tenaga kerja 5-19 orang. dan industri rumah tangga dengan tenaga kerja 1-4 orang.

b) Listrik

Jumlah desa atau kelurahan yang sudah mendapatkan aliran listrik dari PLN di Kabupaten Wonosobo sejak tahun 2002 sebanyak 264 desa atau kelurahan, hal ini berarti 100 persen desa atau kelurahan di Kabupaten Wonosobo sudah dapat menikmati listrik dari PLN. Namun demikian walaupun seluruh desa atau kelurahan di Kabupaten Wonosobo sudah mendapatkan aliran listrik, tidak semua masayarakat di wilayah desa atau kelurahan tersebut sudah dapat menikmati penerangan listrik secara

keseluruhan. Hal ini disebabkan banyaknya wilayah di desa yang sulit terjangkau oleh jaringan listrik PLN.

Jumlah pelanggan listrik tahun 2006 sebanyak 97.321 pelanggan yang terdiri dari rumah tangga 94,54 persen, industri 2,08 persen, instansi 0,49 persen dan sosial 2,89 persen.

c) Air Minum

Kebutuhan masyarakat akan adanya air bersih dari waktu ke waktu terus bertambah. Dalam hal ini pemerintah daerah melalui Perusahaan Air Minim Daerah (PDAM) terus berusaha unutk senantiasa meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan menyediakan air bersih. Diharapkan dengan semakin banyaknya masyarakat yang menggunakan air bersih kesehatannya akan menjadi lebih baik.

Pelanggan PDAM Wonosobo meliputi; rumah tangga, sosial umum, sosial khusus, lembaga pemerintah niaga kecil niaga besar, industri kecil dan indistri besar. Pelanggan yang ada tersebut tidak hanya tersebar di wilayah Wonosobo namun juga sampai di wilayah Kabupaten Purworejo.

d) Penggalian

Sumber daya alam yang ada di Kabupaten Wonosobo khususnya bahan galian cukup bervariasi. Bahan galian tersebut meliputi batu bangunan, pasir dan kerikil. Berdasarkan hasil sementara pendaftaran sensus Ekonomi 2006, banyaknya usha

galian tercatat 2570 usaha yang terdiri dari 334 galian batu bangunan, 1951 galian pasir dan 285 galian kerikil.

7. Keuangan dan Harga-harga a) Keuangan

Realisasi penerimaan pajak daerah mengalami peningkatan yaitu mencapai 11,48 persen. Pada tahun 2005 pajak daerah mencapai Rp 4.241.150.559,00 naik menjadi Rp 4.728.121.624,00 pada tahun 2006.

Retribusi barang mengalami peningkatan sebesar 23,08 persen dari Rp 13.683,00 pada tahu 2006. Hasil perusda mengalami penurunan cukup tinggi uaitu sebasar 39,71 persen dan realisasi pendapatan lain meningkat sebesar 139,46 persen.

Tabel IV.7 Target Dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Sendiri (PDAS) Kabupaten Wonosobo Tahun Anggaran 2005-2006 (rupiah)

No Uraian

TA. 2005 TA. 2006

Target Realisasi Target Realisasi

1 Pajak daerah 4.001.000.000 4.241.150.559 4.052.950.000 4.728.121.624 2 Retribusi Daerah 13.100.304.000 13.682.784.257 16.730.509.000 16.840.551.987 3 Hasil Perusda dan

1.842.747.000 1.873.767.887 1.211.070.900 1. 129.718.778 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 4 Lain - Lain Pendapatan Asli Daerah 3.614.879.000 3.307.453.684 3.538.821.100 7.920.091.644 yang Sah Jumlah 22.558.930.000 23.105.156.387 25.533.351.000 29.488.765.255 Sumber : BPKD Kabupaten Wonosobo

b) Harga-harga

Sebagian harga sembilan bahan pokok relatif tidak mengalami perubahan. Rata-rata harga beras, gula pasir, tekstil, dan batik relatif stabil. Pada tahun 2005 harga beras kualitas super IR Super berkisar Rp 4.400/Kg, ikan asin 18.00/Kg, minyak goreng Rp 7.700/Kg, teksti Rp 27.900/m, dan batik 55.000/pototng. Harga gula pasir selama tahun 2006 relatif stabil pada harga 6.500/Kg, garam beriodium Rp 1.200 (garam bata kualitas Ndangdut) dan minyak tanah Rp 2.750/liter.

c) Inflasi

Laju Inflasi Umum Kota Wonosobo 2002-2006

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 2002 2003 2004 2005 2006 Tahun P er se n

Apabila dibanding tahun 2005, inflasi yang terjadi tahun 2006 cukup rendah yaitu sebesar 7,73 persen, turun sebesar 9,4 persen dari tahun 2005, hal ini disebabkan karena adanya kestabilan harga-harga.

Secara umum inflasi tertinggi terjadi pada bulan Februari sebesar 1,51 persen. Jika dilihat secara kumulatif, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok sandang kemudian diikuti oleh kelompok perumahan, bahan makanan, pendidikan.

8. Pendapatan Regional

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu ukuran tingkat keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi sekaligus diperlukan untuk menyusun perencanaan dan evaluasi pembangunan ekonomi regional. Pada tahun 2006 PDRB Kabupaten Wonosobo atas harga berlaku sebesar 2.630.137,89 juta rupiah, sedangkan atas harga konstan sebesar 1.621.123,33 juta rupiah.

Tabel IV.8 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Wonosobo Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2004 - 2006 ( jutaan rupiah )

Lapangan Usaha 2004 2005 2006

1. Pertanian 930.197,69 1.040.302,50 1.199.559,94

2. Pertambangan & Penggalian 14.413,22 16.015,21 17.854,60

3. Industri Pengolahan 256.608,87 281.090,45 308.176,88

4. Listrik, Gas, & Air Bersih 21.502,71 24.992,11 26.646,70

5. Bangunan / Konstruksi 84.294,20 93.767,69 105.534,66

6. Perdagangan, Hotel, & Restoran 250.624,11 289.601,97 328.579,39 7. Angkutan dan Komunikasi 137.529,37 154.122,18 174.338,30 8. Bank, Lembaga Keuangan, Persewaan 127.235,91 142.346,96 162.667,69 & Jasa Perusahaan

9. Jasa - Jasa 240.810,32 267.399,79 306.779,73

PDRB 2.063.216,41 2.309.638,86 2.630.137,89

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonosobo.

Tabel IV.9 Produk Pomestik Regional Bruto Kabupaten Wonosobo Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2004 - 2006 ( jutaan rupiah )

Lapangan Usaha 2004 2005 2006

1. Pertanian 744.675,57 770.044,51 795.766,96

2. Pertambangan & Penggalian 10.797,72 11.265,59 11.729,47

3. Industri Pengolahan 171.598,50 174.839,36 179.686,68

4. Listrik, Gas, & Air Bersih 10.914,58 11.347,98 11.384,51

5. Bangunan / Konstruksi 61.425,49 63.502,66 65.443,79

Dokumen terkait