• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENENTUAN POTENSI EKONOMI KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 1996-2006

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PENENTUAN POTENSI EKONOMI KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 1996-2006"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENENTUAN POTENSI EKONOMI

KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 1996-2006

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh

Putri Masita

F1107514

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

MOTTO

Dengan ilmu kehidupan menjadi mudah, dengan seni kehidupan menjadi

halus, dan dengan agama kehidupan menjadi terarah dan bermakna

(H.A Ali Mukti)

Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Usaha dengan keras adalah

kemenangan yang hakiki

(Mahatma Gandhi)

Jika doamu dikabulkan, tanda Allah menyayangimu

Jika doamu lambat dikabulkan, tanda Allah ingin mengujimu

Jika doamu dikabulkan kembali, tanda Allah merancang yang terbaik

untukmu

(5)

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini kupersembahkan kepada: 1. ALLAH SWT dan Nabi Muhammad SAW 2. Ayah dan ibuku tercinta

3. Saudaraku tersayang Imel dan Usi 4. Teman-temanku

(6)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Penelitian ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi.

Dalam menyusun skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan baik materiil maupun non materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan yang berbahagia ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi ini:

1. Bapak Prof. DR. Bambang Sutopo, M.Com., Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin menyusun skripsi.

2. Bapak Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang secara langsung maupun tidak langsung telah banyak membantu penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(7)

4. Bapak Sumardi SE, selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing Skripsi yang dengan arif dan bijak telah memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Bapak dan ibu dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan sehingga dapat menunjang terselesaikannya skripsi .

6. Ayah dan ibu tercinta yang telah memberikan dorongan, waktu, biaya, kasih sayang, doa dan restunya.

7. Adik-adikku Imel dan usi yang telah memberikan keceriaan dan semangat sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Syaiful Annas Wafaqi terimakasih atas kesabaran, doa, cinta dan support yang tak pernah henti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

9. Teman-teman Wisma Sakinah yang telah memberikan keceriaan, kehangatan kekeluargaan, terimakasih atas persahabatan yang indah sampai saat ini dan seterusnya.

10.Teman-teman Segara Community, Love U All... 11.Teman-teman EP Non Reguler ‘07

12.Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

(8)

Surakarta, Februari 2010 Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Pengertian Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi ... 8

B. Tujuan Pembangunan Ekonomi ... 12

(9)

D. Pembanguan Ekonomi Regional ... 18

E. Teori Pertmbuhan Ekonomi Daerah ... 20

F. Konsep Basis Ekonomi ... 23

G. Kesenjangan Regional ... 24

H. Peneliti Sebelumnya yang Relevan ... 26

I. Kerangka Pemikiran ... 30

J. Hipotesis ... 31

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 33

B. Jenis dan Sumber Data ... 33

C. Definisi Operasional ... 34

D. Metode Analisis Data ... . 35

1. Tipologi Klassen (Klassen Typology) ... 35

2. Analisis Location Quotient (LQ) ... 36

3. Analisis Shift Share (SSA) ... 39

4. Analisis Gabungan LQ-SSA ... 41

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Gambaran Umum Daerah Kabupaten Wonosobo ... 42

1. Keadaan Geografis ... 42

2. Pemerintahan ... 44

3. Pendudukan dan Tenaga Kerja ... 47

(10)

5. Pertanian ... 52

6. Industri, Pertambangan, Energi, Konstruksi ... 55

7. Keuangan dan Harga ... 58

8. Pendapatan Regional ... 60

B. Analisis Hipotesis ... 62

1. Tipologi Klassen (Klassen Typology) ... 63

2. Analisis Location Quotient (LQ) ... 66

3. Analisis Shift Share (SSA) ... 74

4. Analisis Gabungan LQ-SSA ... 91

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 95

A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 97 DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel I.1 PDRB Kabupaten Wonosobo Atas Dasar Harga Konstan

Tahun 2003-2006 (Jutaan Rupiah ... 4 Tabel I.2 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Wonosobo Atas Dasar

Harga Konstan Tahun 2003-2006 (dalam persen) ... 5 Tabel IV.1 Pembagian Wilayah Administrasi Menurut Kecamatan di

Kabupaten Wonosobo Tahun 2006 ... 45 Tabel IV.2 Jumlah Desa Menurut Kecamatan dan Tipe Desa di Wonosobo

Tahun 2006 ... 46 Tabel IV.3 Banyaknya Pelayanan Akte Pada Kantor Catatan Sipil

di Kabupaten Wonosobo Tahun 2005-2006 ... 47 Tabel IV.4 Banyak Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis

Kelamin di Kabupaten Wonosobo Tahun 2006 ... 48 Tabel IV.5 Luas Panen dan Produksi Padi Sawah, Padi Gogo Dirinci

Per Kecamatan di Kabupaten Wonosobo ... 53 Tabel IV.6 Banyaknya Ternak di Kabupaten Wonosobo Tahun

(12)

Kabupaten Wonosobo Tahun Anggaran 2005-2006 (rupiah) 58 Tabel IV.8 PDRB Kabupaten Wonosobo Atas Dasar Harga Berlaku

(13)

Tabel IV.9 PDRB Kabupaten Wonosobo Atas Dasar Konstan Tahun

2004-2006 (Jutaan Rupiah) ... 61 Tabel IV.10 Distribusi Presentase PDRB Kabupaten Wonosobo Atas

Dasar Harga Berlaku Tahun 2004-2006 ... 62 Tabel IV.11 Hasil Perhitungan Tipologi Klassen Kabupaten Wonosobo .. 65 Tabel IV.12.a Hasil Perhitungan Location Quotient Kabupaten Paten

Wonosobo Menurut Lapangan Usaha/Sektor Tahun 1996-2006 Menggunakan Data PDRB ... 69 Tabel IV.12.b Hasil Perhitungan Location Quotient Kabupaten Paten

Wonosobo Menurut Lapangan Usaha/Sektor Tahun 1996-2006 Menggunakan Data PDRB ... 71 Tabel IV.13 Perhitungan Shift Share Analisis (SSA) Kabupaten

Wonosobo Menurut Lapangan Usaha/Sektor Tahun

1996-1997 Menggunakan Data PDRB ... 76 Tabel IV.14 Perhitungan Shift Share Analisis (SSA) Kabupaten

Wonosobo Menurut Lapangan Usaha/Sektor Tahun

1997-1998 Menggunakan Data PDRB ... 78 Tabel IV.15 Perhitungan Shift Share Analisis (SSA) Kabupaten

Wonosobo Menurut Lapangan Usaha/Sektor Tahun

1998-1999 Menggunakan Data PDRB ... 79 Tabel IV.16 Perhitungan Shift Share Analisis (SSA) Kabupaten

Wonosobo Menurut Lapangan Usaha/Sektor Tahun

(14)

Tabel IV.17 Perhitungan Shift Share Analisis (SSA) Kabupaten Wonosobo Menurut Lapangan Usaha/Sektor Tahun

2000-2001 Menggunakan Data PDRB ... 82 Tabel IV.18 Perhitungan Shift Share Analisis (SSA) Kabupaten

Wonosobo Menurut Lapangan Usaha/Sektor Tahun

2001-2002 Menggunakan Data PDRB ... 83 Tabel IV.19 Perhitungan Shift Share Analisis (SSA) Kabupaten

Wonosobo Menurut Lapangan Usaha/Sektor Tahun

2002-2003 Menggunakan Data PDRB ... 85 Tabel IV.20 Perhitungan Shift Share Analisis (SSA) Kabupaten

Wonosobo Menurut Lapangan Usaha/Sektor Tahun

2003-2004 Menggunakan Data PDRB ... 86 Tabel IV.21 Perhitungan Shift Share Analisis (SSA) Kabupaten

Wonosobo Menurut Lapangan Usaha/Sektor Tahun

2004-2005 Menggunakan Data PDRB ... 88 Tabel IV.22 Perhitungan Shift Share Analisis (SSA) Kabupaten

Wonosobo Menurut Lapangan Usaha/Sektor Tahun

2005-2006 Menggunakan Data PDRB ... 89 Tabel IV.23 Perhitungan Shift Share Analisis (SSA) Rata-Rata Kabupaten

Wonosobo Menurut Lapangan Usaha/Sektor Tahun

1996-2006 Menggunakan Data PDRB ... 90 Tabel IV. 24 Hasil Perhitungan Gabungan Analisis LQ dan SSA

(15)

ANALISIS PENENTUAN POTENSI EKONOMI

KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 1996-2006

Putri Masita

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan perekonomian Kabupaten Wonosobo yang diukur melalui tingkat pertumbuhan dan pendapatan perkapita dibandingkan dengan perekonomian di Propinsi Jawa Tengah Tahun 1996-2006, sektor mana yang menjadi sektor basis di Kabupaten Wonosobo dengan menggunakan hasil perhitngan analisis Location Quotient (LQ), sektor perekonomian yang menjadi sektor potensial yang mempunyai kontribusi tinggi dalam perekonomian Kabupaten Wonosobo.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 1993 selama kurun waktu 1996-2002 dan harga konstan 2000 selama kurun waktu 2003-2006. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: Analisis Tipologi Klassen, Analisis Shift Share, analisis Location Quotient (LQ) dan Analisis Gabungan LQ dan Shift Share untuk mengetahui sektor basis dan potensial.

Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa pada kurun waktu 1996-2006 Kabupaten Wonosobo mengalami perubahan pola struktur pertumbuhan. Pada tahun 1996, 1998 dan tahun 2000 merupakan daerah dengan klasifikasi daerah berkembang cepat. Sedangkan pada tahun 1997, 1999,2001 sampai 2006 merupakan daerah relatif tertinggal. Pergeseran struktur ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder. Sedangkan sektor basis yang mendukung perekonomian Kabupaten Wonosobo selama kurun waktu 1996-2006 adalah sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor bangunan/ konstruksi; sektor angkutan dan komunikasi; dan sektor bank, lembaga keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Dari hasil analisis tersebut maka dapat diajukan beberapa saran untuk pengembangan lebih lanjut: (1) Pemerintah Kabupaten Wonosobo diharapkan dapat membuat perencanaan kebijakan pembangunan daerah yang bersifat strategis.,(2)Berusaha mempromosikan sektor basis ekonomi ke luar daerah guna menarik investor baru,(3)Perlu melakukan pengembangan setiap sektor dan memperhatikan urutan pengembangan setiap sektor.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang direncanakan dan rangkaian kegiatan-kegiatan yang berkesinambungan, berlanjut dan bertahap menuju ke tingkat yang lebih baik. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pembangunan suatu bangsa tidak akan cepat dan merata bila pembangunan di daerah selalu ditentukan oleh pemerintah pusat. Daerah harus memiliki kemandirian yang inisiatif bagi pembangunan daerahnya. Masyarakat daerahlah yang sesungguhnya mengetahui kepentingan serta aspirasi mereka, maka idealnya mereka jugalah yang tentunya dapat mengatur dan mengurus kepentingannya secara efektif dan efisien. Sedangkan pemerintah pusat memberikan dorongan, bimbingan dan bantuan bila diperlukan. Dengan demikian daerah dirangsang dan diharapkan untuk senantiasa mengembangkan kemampuannya agar dapat melaksanakan pembangunan di daerahnya selaras dengan tuntutan dan kepentingan yang ada di daerahnya.

Pembangunan daerah diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu harus benar-benar diperhatikan

(17)

sektor mana yang potensi yang dapat kontribusi terbesar terhadap kesejahteraan rakyat.

Menurut Sitohang (1991) potensi yang dimiliki antara daerah satu dengan daerah yang lainnya tidak merata dan tidak seragam, oleh karena itu pertumbuhannyapun berbeda. Untuk dapat tumbuh secara cepat suatu Negara perlu memiliki satu atau lebih pusat-pusat pertumbuhan regional yang memiliki potensi paling kuat.

Peranan masyarakat dan swasta dalam pembangunan daerah akan menentukan tercapainya maksud dan tujuan dari otonomi daerah. Melalui otonomi, membangun daerah yang kondusif, sehingga muncul kreasi dan inovasi dengan masyarakat yang dapat bersaing dengan daerah yang lain. Pembardayaan masyarakat dan swasta dilakukan untuk mengetahui serta dapat memanfaatkan secara optimal potensi yang dimiliki daerah tersebut, yang berkaitan dengan proses pembangunan ekonomi daerah.

Otonomi daerah tidak hanya berkaitan dengan pelimpahan urusan akan tetapi lebih dalam lagi yaitu seberapa jauh kewenangan yang dilimpahkan itu dapat memberikan kontribusi positif terhadap daerah dalam berbagai segi yang berkaitan dengan pembangunan di segala bidang.

(18)

6). Pertama adalah kebijakan di bidang penerimaan daerah yang diprioritaskan pada penggalian sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kedua adalah kebijakan di bidang pengeluaran yang berorientasi pada prinsip desentralisasi dalam perencanaan, penyusunan program, pengambilan keputusan dalam memilih kegiatan dan proyek-proyek daerah serta pelaksanaannya. Ketiga adalah peningkatan kemampuan organisasi pemerintah daerah. Keempat adalah usaha memperkuat sistem pemantauan dan pengendalian pemerintah daerah yang efektif. Kelima adalah mendorong partisipasi swasata dalam bidang pelayanan masyarakat.

Pembangunan suatu wilayah ditunjang oleh beberapa sektor antara lain sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, sektor pertanian, sektor jasa, sektor bangunan, sektor transportasi, sektor pertambangan dan jasa. Masing-masing sektor tersebut memberikan kontribusi yang besarnya berbeda-beda terhadap perekonomian wilayah. Besarnya kontribusi masing-masing sektor akan berpengaruh terhadap prioritas pembangunan tersebut.

(19)

Tabel I.1Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Wonosobo 7. Angkutan dan

Komunikasi. 8. Bank, Persewaan,

dan Jasa

PDRB 1.487.044,17 1.521.807,34 1.570.347,68 1.621.132,33 Sumber: PDRB Kabupaten Wonosobo Tahun 2006

(20)

Tabel I.2Laju PertumbuhanPDRB Kabupaten Wonosobo Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2003-2006 (dalam persen)

Lapangan Usaha 2003 2004 2005 2006 1. Pertanian

2. Pertambangan dan Penggalian. 3. Industri Pengolahan.

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih. 5. Bangunan.

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran. 7. Angkutan dan Komunikasi.

8. Bank, Persewaan, dan Jasa Perusahaan. 9. Jasa-jasa.

Sumber: PDRB Kabupaten Wonosobo Tahun 2006

Berdasarkan tabel 1.2 dapat dilihat bahwa Kabupaten Wonosobo memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Pada tahun 2003-2006 mengalami peningkatan, yaitu tahun 2003 laju pertumbuhan mencapai 2,11%, tahun 2004 meningkat menjadi 2,34%, tahun 2005 meningkat lagi menjadi 3,19% dan tahun 2006 meningkat menjadi 3,32%. Produk Regional Domestik Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi yang utama untuk mengatur sejauh mana daerah melakukan pembangunan. Mengingat krisis ekonomi membawa dampak yang sedemikian besar terhadap perekonomian di Indonesia khususnya di Kabupaten Wonosobo.

(21)

masing-masing sektor di Kabupaten Wonosobo diharapkan mampu untuk dapat menyumbang perekonoian dalam peningkatan pendapatan daerah.

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka perlu diadakan studi untuk menganalisis potensi ekonomi di Kabupaten Wonosobo tahun 1996-2006. Agar secara dini dapat diketahui seberapa besar keberhasilan pembangunannya dilihat dari sektor basis dan prospek di masa yang akan datang.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo bila dibandingkan dengan perekonomian Propinsi Jawa Tengah Tahun 1996-2006?

2. Sektor manakah yang menjadi sektor basis perekonomian di Kabupaten Wonosobo ditinjau dari sisi PDRB?

3. Sektor-sektor manakah yang merupakan sektor potensial dalam perekonomian Kabupaten Wonosobo?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

(22)

2. Untuk mengetahui sektor mana yang menjadi sektor basis di Kabupaten Wonosobo dengan menggunakan hasil perhitungan analisis Location Question (LQ).

3. Untuk mengetahui sektor perekonomian yang menjadi sektor potensial yang mempunyai kontribusi tinggi dalam perekonomian Kabupaten Wonosobo.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan dan evaluasi bagi pemerintah daerah Kabupaten Wonosobo dalam menerapkan kebijakan di masa yang akan datang yang berkaitan dengan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi daerah.

2. Bagi penulis merupakan suatu penerapan terhadap pemahaman teoritis yang telah diperoleh selama mengikuti kuliah.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi

Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Lincolin Arsyad, 1999: 6).

Pembangunan menurut Rostow adalah sebagai suatu proses yang menyebabkan perubahan dari ciri-ciri penting dalam suatu masyarakat, yaitu perubahan keadaan politik, struktur kegiatan ekonominya (Sadono Sukirno,1976: 103).

Menurut Todaro dan Smith (2003: 21) pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses (miltidimensional) yang melibatkan perubahan-perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping telah mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Jadi, pada hakekatnya, pembangunan itu harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok-kelompok sosial yang ada di dalamnya untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik secara material maupun spiritual.

(24)

Pertumbuhan ekonomi berpokok pada proses [eningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat, sedangkan pembangunan ekonomi mempunyai arti yang lebih luas dan mencakup perubahan pendapatan, tata susunan ekonomi masyarakat secara menyaluruh. Pembanguan ekonomi ditandai oleh perubahan struktural, yaitu pada landasan ekonomi yang bersangkutan. Paham pertumbuhan telah digunakan dalam teori dinamika sebagaimana hal itu dikembangkan oleh para pemikir Neo-Klasik (Sumitro Djojohadikusumo, 1994: 1).

Sekitar tahun 1950-an definisi pembangunan ekonomi lebih menekankan pada peningkatan pendapatan perkapita seperti yang telah dikemukakan oleh Meier dan Baldwin. Kedua orang tersebut mengartikan pembangunan okonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Dari definisi tersebut mengandung tiga unsur, yaitu: pembangunan ekonomi sebagai suatu proses berarti perubahan yang terus menerus yang di dalamnya tersebut mengandung unsur-unsur kekuatan sendiri untuk investasi baru, usaha peningkatan pendapatan perkapita, dan kenaikan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka panjang (Meier dan Baldwin dalam Suryana, 2000: 3).

(25)

a. Terjadinya transformasi dalam struktur produksi, struktur perdagangan internasional, dan transformasi bidang demografi dalam arti luas.

b. Makin berkurangnya jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan.

c. Terjadinya distribusi atau pembagian pendapatan secara relatif tanpa menjadi tambah buruk.

d. Terciptanya kelestarian Sumber Daya Alam dan lingkungan hidup yang terpelihara.

Pada intinya pembangunan harus menampilkan perubahan yang menyeluruh yang meliputi usaha penyelarasan keseluruhan sistem sosial terhadap kebutuhan dasar dan keinginan yang berbeda pada setiap individu dan kelompok sosial dalam sistem tersebut, berpindah dari suatu kondisi kehidupan yang ”lebih” secara materiil maupun spiritual. Selain itu pembangunan juga harus dipandang sebagai suatu proses dimana saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor yang menyababkan terjadinya pembangunan ekonomi tersebut dapat diidentifikasi dan dianalisis dengan seksama.

Dari beberapa pengertian di atas maka pembangunan ekonomi mempunyai pengertian (Lincolin Arsyad, 1999: 6):

(26)

c. Kenaikan pendapatan perkapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang.

d. Perbaikan sistem kelembagaan di segala bidang organisasi (institusi) dan perbaikan di bidang regulasi (baik formal maupun informal).

Simon Kuznet dalam kuliahnya pada peringatan Nobel mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dan kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, kesesuaian kelembagaan dan ideologis yang dikemukakannya. Definisi ini mempunyai tiga komponen dasar, yaitu :

1. Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus menerus persediaan barang.

2. Teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampian dalan penyediaan aneka macam barang kepada pendududuk.

(27)

1. Tingkat pertumbuhan output perkapita dan pertumbuhan penduduk yang tinggi.

2. Tingkat kenaikan total produktivitas faktor yang tinggi. 3. Tingkat transformasi struktural yang tinggi.

4. Tingkat transformasi sosial dan ideologi yang tinggi.

5. Adanya kecenderungan negara-negara yang sudah maju perekonomiannya untuk menambah bagian dunia lainnya sebagai daerah pemasaran dan sumber bahan baku yang baru.

6. Terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai sekitar sepertiga bagian penduduk dunia.

Menurut Todaro dan Smith (2003: 92) ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa. Ketiga faktor tersebut adalah:

1. Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia.

2. Perumbuhan penduduk, yang pada akhirnya akan memperbanyak jumlah angkatan kerja.

3. Kemajuan teknologi. B. Tujuan Pembanguanan Ekonomi

(28)

pendapatan masyarakat. Tujuan ini adalah dalam rangka menunjang tercapainya tujuan pembangunan secara keseluruhan. Sedangkan tujuan sampingan adalah mengusahakan distribusi pendapatan yang merata, tingkat efek yang full employment, memerangi kemiskinan serta mengurangi tingkat pengangguran (Baldwin Meier dalam Mudrajat Kuncoro, 1997: 19).

Sedangkan Michael P. Todaro membuat kesimpulan bahwa pembangunan merupakan suatu kenyataan fisik sekaligus tekad masyarakat untuk berupaya sekeras mungkin melalui serangkaian kombinasi proses sosial, ekonomi, dan institusional demi mencapai kehidupan yang serba lebih baik. Berupa apapun komponen spesifik atas kehidupan yang serba lebih baik itu, proses pembangunan di semua masyarakat paling tidak harus memiliki tiga tujuan inti seperti di bawah ini:

1. Peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai macam barang kebutuhan hidup yang pokok seperti pangan, sandang, papan, kesehatan, dan perlindungan keamanan.

(29)

3. Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu serta bangsa secara keseluruhan, yakni dengan membebaskan mereka dari belitan sikap menghamba dan ketergantungan, bukan hanya terhadap orang atau negara atau bangsa lain, namun juga terdapat setiap kekuatan yang berpotensi merendahkan nilai-nilai kemanusiaan mereka. (Todaro dan Smith, 2003: 28).

Pembanguan ekonomi Indonesia pada masa yang akan datang harus lebih baik dari perekonomian Indonesia sebelum terjadi krisis. Wujud perekonomian yang akan dibangun harus lebih adil dan merata, mencerminkan peran daerah dan pemberdayaran seluruh rakyat, berdaya saing dengan basis efisiensi, serta menjamin keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

C. Pengertian Pembangunan Ekonomi Daerah

(30)

Bila ditinjau dari aspek ekonomi, daerah memiliki tiga pengertian yaitu:

1. Suatu daerah dianggap suatu ruang dimana kegiatan ekonomi terjadi dan di dalam berbagai pelosok ruang terdapat sifat yang sama. Kesamaan sifat-sifat tersebut antara lain dari segi pendapatan perkapitanya, sosial budayanya, geografisnya, dan lain-lain. Daerah dengan pengertian ini disebut daerah homogen.

2. Suatu daerah dianggap sebagai suatu ekonomi ruang yang dikuasai oleh sati atau beberapa pusat kegiatan ekonomi. Daerah dengan pengertian seperti ini dinamakan daerah nodal.

3. Suatu daerah adalah suatu ekonomi ruang yang berada di bawah satu administrasi tertentu seperti satu propinsi, kabupaten, kecamatan, dan sebagainya. Daerah ini didasarkan pada pembagian administratif suatu negara. Daerah dengan pengertian ini disebut daerah perencanaan atau daerah administrasi.

(31)

development) dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal (daerah) (Lincolin Arsyad, 1999: 107-108).

Pembangunan daerah merupakan upaya terpadu yang menggabungkan beberapa dimensi kebijakan dari seluruh faktor yang ada dengan tujuan mewujudkan masyarakat sejahtera, damai, demokratis, berkeadilan dan memiliki daya saing. Secara umum pembangunan daerah mempunyai tujuan untuk :

1. Menciptakan stabilitas perekonomian yang ditempuh dengan cara menciptakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan bagi pengembangan kegiatan ekonomi daerah.

2. Mendorong terciptanya pekerjaan yang berkualitas, sehingga akan mampu berperan aktivitas yang lebih produktif.

3. Meningkatkan standar hidup masyarakat, dimana tidak hanya peningkatan pendapatan tetapi juga meliputi penambahan penyediaan lapangan pekerjaan, perbaikan kualitas pendidikan, serta peningkatan kualitas kultural, yang semuanya itu akan memperbaiki kesejahteraan materiil maupun non materiil.

4. Mendorong terciptanya diversifikasi ekonomi yang lebih luas.

5. Meningkatkan ketersediaan dan perluasan distribusi berbagai kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan). (Todaro,2002: 22-24).

(32)

baik. Berikut adalah 4 peran pemerintah dalam proses pembangunan daerah. (Linolyn Arsyad, 1999: 120-121)

1. Enterpreneur

Pemerintah daerah memiliki tanggung jawab untuk menjalankan suatu usaha bisnis. Dalam hal ini pemerintah daerah dapat mengembangkan suatu usaha sendiri (BUMD). Dalam hal ini pemerintah daerah harus dapat mengelola aset-aset yang dimiliki dengan baik sehingga secara ekonomis menguntungkan.

2. Koordinator

Pemerintah daerah bertindak sebagai koordinator untuk menetapkan kebijakan atau mengusulkan strategi-strategi bagi pembangunan daerahnya. Pemerintah daerah dalam menjalankan perannya ini, dapat melibatkan lembaga-lembaga lainnya, dunia usaha, maupun masyarakat dalam penyusunan sasaran ekonomis, rencana, serta strategi kebijakan. Pendekatan yang dilakukan pemerintah daerah terhadap stakeholder tersebut, dapat menjaga konsistensi pembangunan daerah pembangunan nasional.

3. Fasilitator

(33)

4. Stimulator

Pemerintah daerah dapat menstimulasi penciptaan dan pengembangan usaha melalui kebijakan-kebijakan yang diambil guna mempengaruhi terciptanya kondisis kegiatan ekonomi yang dinamis.

Berdasarkan pembanguna ekonomi, mak bisa dikatakan penertian pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses. Proses yang dimaksud disini yaitu: proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, ahli ilmu pengetahuan alam dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru.(Lincolin Arsyad, 1999: 109).

Apabila dibuat suatu ringkasan maka pembangunan daerah bisa disebut sebagai fungsi dari sumber daya alam, tenaga kerja, investasi, enterpreneurship, transportasi, komunikasi, komposisi industri, teknologi,luas daerah, pasar ekspor, situasi ekonomi internasional, kapasitas pemerintah daerah, pengeluaran pemerintah pusat, dan bantuan-bantuan pembangunan (Lincolin Arsyad, 1999: 300).

D. Pembangunan Ekonomi Regional

(34)

perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah ekonomi tersebut (Lincolin Arsyad: 108).

Pembangunan ekonomi regional merupakan pelaksanaan dari pembangunan nasional pada wilayah tertentu yang disesuaikan dengan kemampuan fisik, sosial ekonomi regional serta tunduk pada peraturan tertentu.

Menurut Kuncoro, ada tiga unsur dari perencanaan pembangunan ekonomi daerah yaitu:

1. Perencanaan pembangunan ekonomi daerah yang realistik memerlukan pemahaman tentang hubungan antara daerah dengan lingkungan rasional dimana daerah tersebut merupakan bagian darinya, keterkaitan secara mendasar antara keduanya, dan konsekuensi akhir dari interaksi tersebut.

2. Sesuatu yang tampaknya baik secara nasional belum tentu baik untuk daerah, dan sebaliknya yang baik untuk daerah belum tentu baik secara nasional.

3. Perangkat kelembagaan yang tersedia untuk pembangunan daerah biasanya sangat berbeda dengan tingkat daerah dengan yang tersedia pada tingkat pusat.

(35)

quota, kurs, lisesnsi ekspor dan impor dan lain-lain. Namun disisi lain pengambil keputusan regional tidak memiliki alat-alat yang lengkap seperti yang dimiliki oleh pengambil kebijakan tingkat nasional.

Selanjutnya pembangunan ekonomi daerah dilihat dari sektoral, perlu dirumuskan satu sektor atau beberapa sektor kegiatan ekonomi yang dinyatakan sebagai kegitan ekonomi yang penting. Menghadapi masalah sektoral tersebut pemerintah daerah harus dapat mengambil sikap tegas, mengembangkan lebih lanjut, mempertahankan atau membiarkan sektor kegiatan ekonomi tersebut berkembang sendiri. Sikap semacam itu dimaksudkan antara lain agar sektor-sektor daerah yang bersangkutan dapat bersama-sama berkembang secara sinkron yang pada akhirnya pembanguan ekonomi berjalan seimbang.

E. Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Pertumbuhan ekonomi daerah adalah proses pertumbuhan dari pendapatan regional yang terjadi di suatu wilayah dari suatu tahun ke tahun berikutnya. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat.

(36)

sekaligus merupakan kutub pertumbuhan. Pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat, terutama di daerah perkotaaan yang disebut sebagai pusat pertumbuhan dengan intensitas berbeda.

Di lain pihak diungkapkan bahwa industri unggulan merupakan penggerak utama dalam pembangunan daerah. Dengan adanya sektor unggulan memungkinkan adanya pemusatan industri yang akan mempercepat pertumbuhan perekonomian. Adanya pemusatan industri akan menciptakan pola konsumsi yang berbeda antar daerah, sehingga perkembangan industri dalam suatu daerah akan mempengaruhi perkembangan daerah (Mudrajad Kuncoro, 2002: 28-30)

Beberapa teori yang dapat digunakan untuk menganalisa pertumbuhan ekonomi daerah atau regional antara lain (Lincolin Arsyad, 1999: 115-118)

a. Teori Ekonomi Neo Klasik

(37)

b. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)

Teori ini didasarkan pada sudut pandang teori lokasi, yaitu pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan banyak ditentukan oleh jenis keuntungan lokasi yang selanjutnya dapat digunakan oleh daerah tersebut sebagai kekuatan ekspor. Berarti dalam menentukan strategi pembangunan harus disesuaikan dengan keuntungan lokasi yang dimiliki guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.

c. Teori Lokasi

Teori ini mengemukakan tentang pemilihan lokasi yang dapat meminimumkan biaya. Lokasi optimum dari suatu perusahaan atau industri umumnya terletak atau berdekatan dengan pasar atau sumber bahan baku. Artinya semakin tepat dalam pemilihan lokasi (strategis) maka semakin kecil ongkos produksi yang akan dikeluarkan.

d. Teori Tempat Sentral

Teori ini menganggap bahwa semacam hierarki tempat. Setiap sentral didukung oleh sejumlah tempat yang lebih kecil yang menyediakan sumber daya (industri dan bahan baku). Tempat sentral tersebut merupakan suatu pemukiman yang menyediakan jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya.

e. Teori Kausasi Kumulatif

(38)

daerah-daerah tersebut. Lebih lanjut dikatakan bahwa daerah yang mengalami keunggulan kompetitif disbanding .

f. Model Daya Tarik (Attraction)

Teori model daya tarik adalah model pertumbuhan ekonomi-ekonomi yang banyak digunakan oleh masyarakat. Teori ekonomi-ekonomi yang mendasarinya adalah bahwa suatu masyarakat dapat memperbaiki posisi pasarnya terhadap industrialisai melalui pemberian subsidi dan insentif.

F. Konsep Basis Ekonomi

(39)

Untuk mempelajari apakah sektor ekonomi merupakan sektor basis atau non basis dari suatu wilayah maka dapat dilakukan melalui dua metode yaitu metode pengukuran langsung dan metode pengukuran tidak langsung. Metode pengukuran langsung dilakukan melalui survei secara langsung dalam mengidentifikasi sektor mana yang basis dan non basis.

Melalui pendekatan ini dapat ditentukan sektor basis dan non basis secara tepat, tetapi dalam kenyataannya memerlukan dana dan sumber-sumber daya yang besar. Atas dasar ini para pakar ekonmi regional merekomendasikan penggunaan metode pegukuran tidak langsung yaitu menggunakan kuosien lokasi (Location Quotients) atau menggunakan asumsi sesuai dengan berdasarkan kondisi wilayah tersebut dan ada kegiatan tertentu yang diasumsikan sebagai kegiatan basis dan kegiatan lain sebagai kegiatan non basis (Robinson Tarigan, 2004: 31).

G. Kesenjangan Regional

(40)

Menurut Williamson (1965) dalam empirisnya menemukan bahwa pada tahap awal pembangunan akan terjadi kesenjangan pendpatan regional. Beberapa penyebab kesenjangan antar daerah adalah:

a. Migrasi Tenaga Kerja

Tenaga kerja di daerah yang terdidik, terampil, memiliki skill dan produktif akan berpindah dan terserap di daerah yang kaya sehingga migrasi tenaga kerja ini mengakibatkan ketimpangan spasial.

b. Migrasi Kapital

Keuntungan yang diperoleh dari aglomerasi proyek-proyek kapital dari daerah yang relatif kaya menyababkan kapital mengalir dari daerah miskin ke daerah kaya. Hal ini mengakibatkan antar daerah melebar.

c. Kebijakan Pemerintah

Sasaran kebijakan pemerintah untuk meningkatkan prestasi pembangunan ekonominya dapat dilakukan dengan mengalokasikan dana investasinya ke daerah-daerah kaya dan membutuhkan berbagai sarana publik dan dapat dengan segera mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi. Hal ini akan mendorong semakin cepatnya laju pertumbuhan di daerah kaya sehingga cenderung memperbesar kesenjangan.

d. Keterkaitan Antar Daerah

(41)

maka efek penyebarannya semakin lambat apalagi bila sarana transportasinya kurang memadai.

Kurangnya keterkaitan antar daerah dapat menyebabkan kurang efek penyabaran, perubahan sosial dan penggandaan pendapatan. Apabila daerah kaya juga mempunyai areal pertanian yang luas dan produktif maka daerah miskin tidak memperoleh keuntungan dari adanya hubungan antar daerah dapat menyebabkan input-input untuk seperangkat alat industrinya (Jhingan, 1994).

H. Penelitian Sebelumnya yang Relevan

(42)

Shift Share, prioritas pertama (pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran), prioritas kedua (sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas, da air bersih; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; dan sektor jasa. Sedangkan prioritas ketiga, keempat, dan kelima berturut-turut adalah sektor bangunan; sektor pertambangan dan penggalian; dan yang terakhir sektor pertanian.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Handayani Astuti (2003) dengan judul ”Analisis Potensi Sektor Ekonomi Kota dan

Kabupaten di Propinsi Yogyakarta Dalam Pelaksanaan Pembangunan di Era Otonomi Daerah Tahun 1998-2001” terdapat kesimpulan bahwa sektor ekonomi yang menjadi sektor basis masing-masing di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta antara lain: Kabupaten Sleman adalah sektor industri pengolahan; sektor bangunan; dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran; di Kota Yogyakarta adalah sektor listrik, gas, dan air bersih; sektor perdagangan, hotel, dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi; di Kabupaten Bantul adalah sektor pertanian; sektor bangunan; sektor industri pengolahan; di Kabupaten Gunung Kidul adalah sektor pertanian; sektor pertambangan dan bahan galian; di Kabupaten Kulon Progo adalah sektor pertanian dan sektor jasa.

(43)

terdapat 5 sektor yang merupakan sektor basis dalam pemerintahan DKI Jakarta selama kurun waktu 1993-2003 berturut-turut antara lain: sektor listrik, gas dan air, sektor bangunan, sektor perdagangan,hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor keuangan. Selain itu sektor-sektor yang memiliki pertumbuhan proporsional yang memberikan pengaruh positif terhadap perekonomian yang lebih tinggi meliputi sektor industri pengolahan,sektor listrik,gas dan air, dan sektor pengangkutan dan komunikasi.

Selanjutnya, dari hasil analisis gabungan Location Quotients (LQ) dan Shift Share Analysis (SSA) dapat disusun sektor-sektor yang memiliki prospek lebih bagus untuk dikembangkan di propinsi DKI Jakarta. Sektor-sektor tersebut dibagi menjadi 6 klasifikasi :

1. Pengembangan sektor prioritas pertama tidak ada 2. Pengembangan sektor prioritas kedua meliputi :

a. Sektor listrik, gas dan air

b. Sektor pengangkutan dan komunitas 3. Pengembangan sektor prioritas ketiga meliputi

a. Konstruksi/ bangunan

b. Perdagangan, hotel dan restoran c. Keuangan

(44)

5. Pengembangan sektor prioritas ke lima ada dua sektor meliputi: sektor pertanian,jasa-jasa.

Sedangkan penelitian yang dilakukan Taufiqqurrahman (2006) yang berjudul ”Analisis Perubahan Struktur Ekonomi dan Identifikasi

(45)

I. Kerangka Pemikiran

Pada masa otonomi daerah seperti sekarang ini, semua pemerintah daerah di negara Indonesia baik propinsi maupun kota atau kabupaten dituntut untuk mengatur rumah tangganya sendiri dalam menjalankan pembangunan daerahnya, haris dapat mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki suatu daerah meliputi sumber daya alam, manusia, teknologi dan kelembagan digunakan dalam proses pembangunan daerah.

Berdasarkan data PDRB berdasar harga konstan pada kurun waktu 1996-2006 pada Kabupaten Wonosobo dan Propinsi Jawa Tengah dilakukan analisa untuk mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi potensial.

Pemerintah harus mengetahui ekonomi sektoral apa yang menjadi sektor basis ekonomi, sektor potensial yang dapat dioptimalkan dalam

PDRB Propinsi Jawa Tengah PDRB Kab. Wonosobo

Potensi Ekonomi Sektoral Kab. Wonosobo

Kebijakan Pembangunan Kab. Wonosobo

(46)

pembangunan Kabupaten Wonosobo. Diharapkan pemerintah daerah Kabupaten Wonosobo tidak salah arah dalam mengambil kebijakan-kebijakan pembangunan ekonomi. Sehingga pembangunan ekonomi yang dicita-citakan dapat terwujud.

J. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban atau pernyataan sementara atas masalah yang hendak diteliti. Berdasarkan pemaparan di atas maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Diduga kondisi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Wonosobo tahun 1996-2006 termasuk dalam kriteria daerah relatif tertinggal. .

Hipotesis di atas berdasarkan pada pertumbuhan PDRB maupun PDRB Per Kapita Kabupaten Wonosobo rendah.

2. Diduga sektor pertanian merupakan sektor basis di Kabupaten Wonosobo.

Hipotesis di atas didasarkan kontribusi sektor pertanian yang cukup besar dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya dalam pembentukan PDRB.

3. Diduga sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang potensial di Kabupaten Wonosobo.

(47)
(48)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini hanya dibatasi daerah Kabupaten Wonosobo saja, akan tetapi untuk melengkapi penelitian diperlukan suatu perbandingan dari variabel-variabel ekonomi (khususnya data PDRB) di tingkat Propinsi Jawa Tengah pada tahun 1996-2006, guna mendapatkan atau mengetahui pertumbuhan ekonomi, sektor basis dan sektor potensial di Kabupaten Wonosobo.

B. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini dikategorikan sebagai data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonosobo dengan cara mengambil data-data statistik yang telah ada serta dokumen-dokumen lain yang masih terkait dan diperlukan. Adapun beberapa sumber yang dapat digunakan antara lain:

1. Buku Laporan Kabupaten Wonosobo dalam angka tahun 2006. 2. Buku Laporan PDRB Kabupaten Wonosobo tahun 1997-2006. 3. Buku Laporan Propinsi Jawa Tengah dalam angka tahun 2006. 4. Buku Laporan PDRB Propinsi Jawa Tengah tahun 1999-2006.

Beberapa variabel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

(49)

a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Jawa Tengah berdasarkan lapangan usaha atas dasar harga konstan dari tahun 1996-2006.

b. Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Jawa Tengah berdasarkan lapangan usaha atas dasar harga konstan dari tahun 1996-2006.

c. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Wonosobo berdasarkan lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 1996-2006.

d. Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Wonosobo berdasarkan lapangan usaha atas dasar harga konstan dari tahun 1996-2006

C. Definisi Operasional Variabel

a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah nilai tambah dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh sektor ekonomi pada suatu daerah dalam kurun waktu satu tahun terhitung dalam satuan rupiah.

b. Sektor basis adalah sektor-sektor yang dominan baik dilihat dari sisi pertumbuhan maupun kontribusunya terhadap PDRB.

(50)

D. Metode Analisis Data

Dalam menganalisis alat yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis Tipologi Klassen (Klassen Typologi), Location Quotient (LQ), Analisis Shift Share/Shift Share Analysis (SSA) dan Analisis Gabungan LQ-SSA.

1. Tipologi Klasen (Klassen Typologi)

Tipologi Klassen merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan masing-masing daerah (Aswandi dan Kuncoro: 2002).

Kriteria yang digunakan dalam Tipologi Klassen adalah:

a. Daerah cepat maju dan cepat tumbuh (hight growth and high income), yaitu daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang lebuh tinggi dibandingkan rata-rata wilayah referensi.

b. Daerah maju tetapi tertekan (high income but low growth), yaitu daerah yang memiliki pendapatan perkapita lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah disbanding rata-rata daerah atau wilayah referensi.

(51)

d. Daerah relatif tertinggal (low growth and low income), yaitu daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang lebih rendah dibandingkan rata-rata daerah atau wilayah referensi.

Pendapatan per kapita Laju

pertumbuhan

Yi > y Yi < y

ri > r

Cepat maju dan cepat

tumbuh.

Berkembang cepat

ri < r

Maju tetapi tertekan Relatif

tertinggal

Keterangan:

ri : Laju pertumbuhan ekonomi wilayah studi. r : Laju pertumbuhan ekonomi wilayah referensi. yi : Pendapatan perkapita wilayah studi.

y : pendapatan perkapita wilayah referensi.

2. Analisis Location Quotient (LQ)

(52)

akan menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut. Terjadinya arus pendapatan dari luar daerah ini menyebabkan terjadinya kenaikan konsumsi dan investasi di daerah tersebut dan pada akhirnya akan menaikkan pendapatan dan menciptakan lapangan kerja baru.

Peningkatan pendapatan tersebut tidak hanya menaikkan permintaan terhadap industri non basis. Kenaikan permintaan ini akan mendorong kenaikan investasi pada industri yang bersangkutan sehingga modal dalam industri lokal merupakan investasi yang didorong dari adanya kenaikan industri basis. Oleh karena itu sektor ekonomi basislah yang patut untuk dikembangkan dalam rangka meningkatkan pembangunan daerah.

Metode ini digunakan untuk mengukur konsentrasi industri dari suatu kegiatan (industri) dalam suatu daerah dengan cara membandingkan peranannya perekonomian daerah itu dengan peranan kegiatan atau industri sejenis dalam perekonomian regional atau nasional.

Adapun rumus rumus perhitungan Locationt Quotient (LQ) dari Bendavid-Val dalam Lincolin Arsyad adalah sebagai berikut:

t t

i i

t i

t i

V V

v v V V

v v

/ / /

/

LQ 

Keterangan:

vi : Pendapatan dari industri di suatu daerah.

(53)

Vi : Pendapatan dari industri sejenis secara regional/ nasional. Vt : Pendapatan regional/ nasional.

Sementara itu menururt Isaard, Locationt Qoutient (LQ) dapat dirumuskan: (Isaard, 1971: 24)

LQ = Si/S Ni/N

Keterangan :

Si = Pendapatan dari suatu kegiatan di daerah tertentu. S = Pendapatan total suatu daerah.

Ni = Pendapatan dari suatu kegiatan, sejenis secara nasional. N = Pendapatan total nasional.

Menurut Bendavid (1991) terdapat tiga kategori hasil analisis LQ pada suatu daerah :

1. Jika LQ > 1, maka daerah tersebut lebih berspesialisasi (berpotensi) atas produk sektor tertentu, dibandingkan dengan wilayah referensi.

2. Jika LQ < 1, maka daerah tersebut kurang berspesialisasi (berpotensi) atas produk sektor tertentu dibandingkan dengan wilayah referensi.

(54)

Penggunaan LQ sangan sederhana , serta dapat dipakai untuk menganalisis tentang perdagangan suatu daerah. Akan tetapi LQ mempunyai kelemahan yaitu: 1) Pola konsumsi dari anggota masyarakat adalah berlainan baik antar daerah maupun dalam daerah; 2) Tingkat konsumsi rata-rata untuk suatu jenis barang untuk setiap daerah berbeda; 3) Bahan keperluan industri berbeda antar daerah.

3. Analisis Shift Share (Shift Share Analysis = SSA)

Analisis Shift Share ini digunakan untuk menentukan sektor-sektor mana yang termasuk dalam sektor unggulan, yaitu dirumuskan sebagai berikut (Lincolin Arsyad, 1999: 140):

V* = (V1/V) + (Vi1/V1/V) + (Yi1/Yi – Vi1/V1) Keterangan:

V* = Perubahan pendapatan wilayah perencanaan.

V1 = Pendapatan total wilayah referensi pada tahun akhir. V = Pendapatan total wilayah referensi pada tahun dasar. Vi1 = Pendapatan sektor i wilayah referensi pada tahun akhir. Vi = Pendapatan sektor i wilayah referensi pada tahun akhir. Yi1= Pendapatan sektor i wilayah perencanaan studi pada tahun

akhir

(55)

Indikatornya:

1. Apabila komponen pertumbuhan proporsional suatu sektor > 0, maka sektor yang bersangkutan mengalami pertumbuhan yang cepat dan memberikan pengaruh yang positif kepada perekonomian daerah, begitu pula sebaliknya.

2. Apabila komponen daya saing suatu sektor < 0, maka keunggulan komparatif dari sektor tersebut meningkat dalam perekonomian yang lebih luas, begitu pula sebaliknya.

Kemampuan teknik analisis shift share untuk memberikan dua indikator positif yaitu adanya industry mix effect dan competitive advantage tidak lepas dari adanya kelemahan-kelemahan. Kelemahan dari analisis shift share dibedakan menjadi dua yaitu kelemahan teoritikan dan kelemahan empirik. (Houston dalam Prasetyo Soepono, 1993: 45-47)

Kelemahan-kelemahan teoritikal dari analisis shift share adalah: a. Analisis Shift share tidak lebih dari pada sekedar teknik

pengukuran untuk mengurangi pertumbuhan variabel wilayah menjadi komponen-komponen. Artinya metode anaisis shift share mencerminkan suatu sistem akunting.

(56)

c. Pengertian ekonomi dari dua komponen (industry= mix effect dan competitive advantage) shift tidak dikembangkan dengan baik.

d. Teknik analisis Shift Share secara implisit mengambil asumsi bahwa barang dijual secara nasional.

Kelemahan empirik dari teknik analisis Shift Share adalah:

a. Jumlah dari salah satu komponen shift dengan data yang tidak agregat belum tentu sama dengan jumlah komponen shift yang sama menurut angka agregat.

b. Hanya salah satu dari tiga komponen bergantung pada hal yang sebenarnya terjadi di suatu wilayah selama kurun waktu tertentu.

c. Adanya kritik mengenai pembobotan yang mengatakan tidak adanya penjelasan tentang perubahan dalam struktur ekonomi regional selama periode analisis.

d. Adanya masalah-masalah saling terkait pada pengaruh bauran industri maupun pengaruh keunggulan kompetitif.

4. Analisis Gabungan LQ-SSA

(57)

memberikan batasan atau tolok ukur dengan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

Prioritas pertama adalah bilamana suatu sektor merupakan sektor basis, mempunyai keunggulan komparatif, dan laju pertumbuhan cepat.

Prioritas kedua adalah bilamana suatu sektor merupakan: 1) Sektor basis dengan mempunyai keunggulan komparatif. 2) Sektor basis dan pertumbuhannya cepat.

3) Sektor basis namun mempunyai keunggulan komparatif dan pertumbuhan cepat.

Prioritas ketiga adalah bilamana suatu sektor hanya mempunyai keunggulan komparatif atau merupakan sektor basis.

Prioritas keempat adalah bilamana suatu sektor hanya mempunyai potensi pertumbuhan saja.

Prioritas kelima adalah apabila sektor tersebut merupakan sektor basis dan tidak memiliki apa-apa.

(58)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Kabupaten Wonosobo

1. Keadaan Geografis

a) Letak Geografis

Kabupaten Wonosobo Terletak di antara 7011’ dan 7036’ Lintang Selatan, dan 109043’ dan 110004’ Bujur Timur. Kabupaten Wonosobo sejak tahun 2003 di bagi menjadi 15 kecamatan dengan tambahan 2 kecamatan, yaitu kecamatan Kalibawang dan Sukoharjo. Sampai tahun 2003 kecamatan-kecamatan tersebut terdiri dari 236 desa dan 28 kelurahan.

Kabupaten Wonosobo merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian berkisar antara 270 meter sampai dengan 2.250 meter di atas permukaan laut. Luas wilayah 98.468 hektar dengan tingkat kemiringan 30%. Beberapa wilayah Kabupaten Wonosobo merupakan daerah yang labil sehingga rawan terjadi tanah longsor.

b) Luas Penggunaan Lahan

Secara administratif Kabupaten Wonosobo terbagi menjadi 15 kecamatan. Luas wilayah Kabupaten Wonosobo pada tahun 2006 tercatat sebesar 98.468 hektar atau sekitar 3,02 persen dar luas jawa tengah. Luas yang terdiri dari 17.712,69 hektar (17,99

(59)

persen lahan sawah dan 80.755,31 hektar (82,01 persen) bukan lahan sawah. Dibandingkan dengan tahun 2004bluas lahan sawah tahun 2006 turun sebesar 4,22 persen, sebaliknya luas bukan lahan sawah naik sebesar 0,98 persen .

c) Keadaan Iklim

Banyaknya hari hujan di Kabupaten Wonosobo pada tahun 2006 sebanyak 121 dengan curah hujan sebanyak 2.546 mm, curah hujan tertinggi tercatat di Kecamatan Wonosobo sebesar 4.461 mm dan hari hujan terbanyak tercatat di Kecamatan Selomerto sebanyak 160 hari.

2. Pemerintahan

a) Pembagian Wilayah Administratif

(60)

Tabel IV.1 Pembagian Wilayah Administrasi Menurut Kecamatan Di Kabupaten Wonosobo tahun 2006

No Kecamatan Luas

(Ha) Persentase Desa Kelurahan

Desa + Kelurahan

1 Wadaslintang 12.716 12,91 16 1 17

2 Kepil 9.387 9,57 20 1 21

3 Sapuran 7.772 7,89 16 1 17

4 Kalibawang 4.782 4,86 8 0 8

5 Kaliwiro 10.008 10,16 20 1 21

6 Leksono 4.407 4,48 13 1 14

7 Sukoharjo 5.429 5,51 17 0 17

8 Selomerto 3.971 4,03 22 2 24

9 Kalikajar 8.330 8,46 18 1 19

10 Kertek 6.214 6,31 19 2 21

11 Wonosobo 3.238 3,29 7 13 20

12 Watumalang 6.823 6,93 15 1 16

13 Mojotengah 4.507 4,58 16 3 19

14 Garung 5.122 5,2 14 1 15

15 Kejajar 5.762 5,85 15 1 16

Jumlah 2006 98.468 100 236 29 265

2005 98.468 100 236 29 265

2004 98.468 100 236 28 264

2003 98.468 100 236 28 264

2002 98.468 100 236 28 264

Sumber: Pemda Kabupaten Wonosobo

(61)

yang berstatus pedesaan sebanyak 237 desa atau kelurahan, status kota besar 1 desa atau kelurahan, status kota sedang 3 desa atau kelurahan dan status kota kecil sebanyak 24 desa atau kelurahan. Tabel IV.2 Jumlah Desa Menurut Kecamatan dan Tipe Desa di Wonosobo Tahun 2006

No Kecamatan Pedesaan Kota

Besar

Kota Sedang

Kota

Kecil Jumlah

1 Wadaslintang 17 0 0 0 17

2 Kepil 21 0 0 0 21

3 Sapuran 16 0 0 1 17

4 Kalibawang 8 0 0 0 8

5 Kaliwiro 21 0 0 0 21

6 Leksono 13 0 0 1 14

7 Sukoharjo 17 0 0 0 17

8 Selomerto 21 0 0 3 24

9 Kalikajar 18 0 0 1 19

10 Kertek 18 0 0 3 21

11 Wonosobo 8 1 2 9 20

12 Watumalang 14 0 0 2 16

13 Mojotengah 16 0 1 2 19

14 Garung 14 0 0 1 15

15 Kejajar 15 0 0 1 16

Jumlah 2006 237 1 3 24 265

2005 237 1 3 24 265

2004 237 1 2 24 264

2003 237 1 2 24 264

2002 237 1 2 24 264

Sumber: BPS Jakarta

b) Kepegawaian

(62)

c) Catatan Sipil

Kegiatan Kantor Catatan Sipil dan kependudukan di Kabupaten Wonosobo adalah pelayanan kepada masyarakatb diantaranya dengan menerbitkan akta kelahiran, kematian, perkawinan, perceraian serta pengakuan dan pengesahan anak. Pada tahun 2006 jumlah akta yang dikeluarkan sebanyak 28.808 buah, angka kematian 28 buah, perkawinan 51 buah, perceraian 4 buah serta angka pengakuan dan pengesahan anak sebanyak 4 buah.

Tabel IV.3 Banyaknya Pelayanan Akte Pada Kantor Catatan Sipil Di Kabupaten Wonosobo Tahun 2005-2006

Jenis Pelayanan 2002 2003 2004 2005 2006

1 Akte Kelahiran 13.278 13.066 13.805 20.993 28.808

2 Kematian 29 25 16 27 28

3 Perkawinan 70 80 68 53 51

4 Perceraian 8 3 5 4 4

5 Pengakuan dan

0 1 7 2 4

Pengesahan anak

Jumlah 13.385 13.175 13.901 21.079 28.895 Sumber : Kantor Catatan Sipil Kabupaten

Wonosobo

3. Penduduk dan Tenaga Kerja

a) Kependudukan

(63)

Tabel IV.4 Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Rasio Jenis Kelamin Di Kabupaten Wonosobo Tahun 2006

Kecamatan

Banyaknya Penduduk Rasio Laki -

Laki Perempuan Jumlah

Jenis Kelamin

1 Wadaslintang 27.130 27.210 54.340 99,71

2 Kepil 29.529 29.951 59.480 98,59

3 Sapuran 26.908 26.116 53.024 103,03

4 Kalibawang 12.963 12.637 25.600 102,58

5 Kaliwiro 24.312 23.907 48.219 101,69

6 Leksono 20.058 19.383 39.441 103,48

7 Sukoharjo 15.762 14.854 30.616 106,11

8 Selomerto 22.671 22.244 44.915 101,92

9 Kalikajar 32.273 31.553 63.826 102,28

10 Kertek 38.284 37.463 75.747 102,19

11 Wonosobo 38.270 37.684 75.954 101,56

12 Watumalang 26.583 25.504 52.087 104,23

13 Mojotengah 29.864 29.143 59.007 102,47

14 Garung 25.342 24.655 49.997 102,79

15 Kejajar 21.340 20.374 41.714 104,74

Jumlah / Total 2006 391.289 382.678 773.967 102,25 2005 389.272 380.819 770.091 102,22 2004 385.097 377.654 762.751 101,97

2003 382.410 374.930 757.340 102

Bila dilihat per kecamatan, jumlah penduduk terbanyak adalah Kecamatan Wonosobo yaitu sebanyak 75.954 jiwa (9,81 persen), Kecamatan Kertek 75.747 jiwa (9,79 persen), sedangkan kecamatan yang jumlah penduduknya paling sedikit adalah Kecamatan Kalibawang yaitu sebanyak 25.600 jiwa (3,31 persen).

(64)

tertinggi terdapat di kecamatan Wonosobo sebesar 2.346 jiwa per Km2 disusul Kecamatan Mojotengah 1.309 jiwa per Km2 sedangkan paling rendah di Kecamatan Wadaslintang sebesar 427 jiwa per Km2.

b) Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Pada tahun 2006 jumlah pencari kerja sebanyak 10.500 orang, yang terdiri dari 3.628 laki-laki dan 6.8722 perempuan. Bila dirinci menurut tingkat pendidikan, sebagian esar pencari kerja tersebut adalah lulusan SMA, disusul Sarjana, selanjutnya DI/DII, sedangkan sisanya dari tamatan SD, SLTP dan D3. Luar negeri masih menjadi daya tarik bagi para pencari kerja di Indonesia khususnya di Kabupaten Wonosobo. Pada tahun 2006 penempatan tenaga kerja di luar negeri tercatat sebanyak 2.527 orang. Negara yang paling banyak menerima pekerja dari Wonosobo adalah Malaysia dengan jumlah 878 pekerja, disusul Singapura 683 pekerja, dan Hongkong 493 pekerja, sedangkan sisanya terdapat di negara Timur Tengah, Taiwan, dan Kuwait.

(65)

4. Sosial

a) Pendidikan

Jumlah murid SD/MI di lingkungan Dinas Pendidikan pada tahun ajaran 2005/2006 mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Pada tahun 2005/2006 jumlah murid SD/MI tercatat 97.854 siswa. Sementara itu jumlah guru SD/MI pada tahun ajaran 2005/2006 sebanyak 5.474 atau mengalami kenaikan sebesar 4,97 persen dari tahun sebelumnya yang berjumlah 5.202. Rasio murid terhadap uru SD/MI pada tahun 2004/2005 sebesar 17,85 naik menjadi 18,81 pada tahun 2005/2006. Naiknya rasio murid dan guru diharapkan dapat meningkatkan kualitas belajar mengajar di kelas.

b) Sosial

Jumlah penyandang cacat di Kabupaten Wonosobo pada tahun 2006 sebanyak 4.283 jiwa atau sekitar 0,55 persen dari total jumlah penduduk Wonosobo.

Pada tahun 2006 karang taruna di Kabupaten Wonosobo berjumlah 264 yang terdiri dari klasifikasi 118 tumbuh, 140 klasifikasi berkembang, dan 6 buah dengan klasifikasi maju.

(66)

7 kali, tanah longsor 27 kali, dan kebakaran sebanyak 16 kejadian, kekeringan 13 kali dan serangan hama tidak pernah dialami.

c) Agama

Jumlah jama’ah haji di Kabupaten Wonosobo pada tahun

2006 mengalami peningkatan sebesar 16,14 persen yaitu dari 508 pada tahun 2005 menjadi 590 pada tahun 2006. Jika dilihat menurut kecamatan jumlah jama’ah haji paling banyak berasal dari Kecamatan Wonosobo sebanyak 142 orang, disusul Kecamatan Kejajar 66 orang kemudian Mojotengah 55 orang. Jika dilihat menurut jenis kelaminnya, selama 5 tahun terakhir jumlah jama’ah

haji di Kabupaten Wonosobo lebih banyak diikuti oleh kaum laki-laki daripada perempuan.

Kegiatan keaagamaanyang ada di Kabupaten Wonosobo berjalan cukup baik, hal ini dapat dilihat dari banyaknya pondok pesantren yang terlibat dalam proses belajar mengajar di dalamnya. Pada tahun 2005 berjumlah 149 buah. Jumlah santri mengalami penurunan sebesar 9,12 persen, pada tahun 2006 berjumlah 16.660 santri naik menjadi 15.267 santri pada tahun 2006.

d) Kriminalitas

(67)

pemalsuan, perkosaan, perjudian, perkelahian dan sebagainya. Pada tahun 2006 terjadi peningkatan jumlah kasus kejahatan, dimana jumlah kasus yang tercatat di Polres Wonosobo sebanyak 152 kasus. Dari jumlah tersebut kasus yang paling menonjol adalah kasus pencurian berat dan kebakaran atau pembakaran sebanyak 29 kasus.

5. Pertanian

a) Pertanian

(68)

Tabel IV.5 Luas Panen Dan Produksi Padi Sawah, Padi Gogo Dirinci Per Kecamatan Di Kabupaten Wonosobo Tahun 2006

Kecamatan

Padi sawah Padi Gogo

Luas Panen Produksi Luas Panen Produksi

(ha) (ton) (ha) (ton)

1 Wadaslintang 2.466 11.246 135 453

2 Kepil 2.393 11.311 9 29

3 Sapuran 2.730 13.736 41 141

4 Kalibawang 1.730 8.091 0 0

5 Kaliwiro 1.731 15.074 471 608

6 Leksono 3.212 10.403 0 0

7 Sukoharjo 2.335 8.468 0 0

8 Selomerto 3.371 15.636 2 7

9 Kalikajar 2.673 12.772 223 703

10 Kertek 3.057 15.698 12 44

11 Wonosobo 1.786 8.339 0 0

12 Watumalang 1.597 7.480 0 0

13 Mojotengah 1.877 8.726 51 179

14 Garung 480 2.226 0 0

15 Kejajar 0 0 0 0

Jumlah 2006 31.476 149.206 644 2.164

2005 27.216 133.518 1.089 3.932

2004 31.875 143.209 1.007 2.905

2003 27.310 129.790 859 2.465

2002 28.403 140.550 940 2.742

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonosobo

Sedangkan pada tanaman palawija, seperti ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, dan kacang kedele secara umum terjadi peningkatan. Seperti halnya padi dan palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan juga terus mengalami kenaikan.

b) Perkebunan

(69)

mengalami peningkatan sebesar 238,67 persen. Adapun tanaman perkebunan lainnya seperti kelapa, kopi arabica, teh, kakao, tembakau, klembak, panili dan kayu manis mengalami penurunan produksi. Penurunan produksi yang cukup besar terjadi pada tanaman kakao, kelapa deres.

c) Peternakan dan Perikanan

Populasi ternak yang diusahakan di Kabupaten Wonosobo baik ternak besar, ternak kecil maupaun unggas sebagian mengalami peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pada kelompok unggas, populasi ayam ras mengalami peningkatan cukup tinggi yaitu sebanyak 208.600 ekor dari tahun sebelumnnya, diikuti oleh populasi itik manila dan ayam buras. Jenis unggas yang mengalami penurunan adalah puyuh sebesar 203.419 ekor atau 52,92 persen dari tahun sebelumnya

Tabel IV.6 Banyaknya Ternak Pada Tahun Di Kabupaten Wonosobo Tahun 2002-2006 (ekor)

No Jenis Ternak Jumlah Ternak Akhir Tahun

2002 2003 2004 2005 2006

1 Kuda 661 581 583 585 570

2 Sapi Perah 91 110 158 161 204

3 Sapi Potong 34.534 33.652 33.681 84.012 33.427

4 Kerbau 3.752 3.666 3.694 3.844 4.041

5 Kambing 105.495 112.536 122.214 123.381 130.820 6 Domba 132.747 132.350 145.320 145.523 139.715

7 Babi 2.155 2.669 2.964 3.032 1.035

8 Kelinci 13.350 15.747 15.612 15.761 18.878 9 Ayam Ras 151.161 160.988 170.324 173.020 381.620 10 Ayam Buras 642.965 612.988 672.142 674.834 715.251

11 Itik 74.503 75.328 76.165 77.935 87.904

(70)

Kelompok ternak besar, sapi perah, dan kerbau mengalami peningkatan populasi, sedangkan kuda dan sapi potong mengalami penurunan populasi. Sementara pada kelompok ternak kecil, populasi kambing meningkat tetapi populasi domba dan babi mengalami penurunan.

Sedangkan untuk usaha perikanan banyak dilakukan di kolam, karamba, waduk, telaga, dan sungai. Tahun 2006 produksi perikanan sebanyak 1.226,16 ton.

d) Kehutanan

Tanaman sengon adalah salah satu tanaman kehutanan yang cukup potensial dikembangkan di Kabupaten Wonosobo. Jika dilihat produksinys, pada tahun 2005 jumllah penebangan tegakan sengon menghasilkan kayu sebesar 11.769, 34 m3, pada tahun 2006 bertambah menjadi 759.653,70 m3 atau mengalami peningkatan sebanyak 747.884,36 m3.

6. Industri, Pertambangan, Energi, dan Konstruksi

a) Industri

(71)

nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir. Termasuk dalam kegiatan industri adalah jasa industri dan pekerjaan perakitan (assembling).

Dinas perindustrian membagi kegiatan industri menjadi lima macam, yaitu meliputi: industri pangan, sandang dan kulit, kerajinan umum, kimia dan industri serta industri pengolahan logam.

Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan industri, maka skala usaha kegiatan industri dibagi menjadi empat kelompok, yaitu: industri besar dengan tenaga kerja di atas 100 orang; industri sedang dengan tenaga kerja 20-99 orang; industri kecil dengan tenaga kerja 5-19 orang. dan industri rumah tangga dengan tenaga kerja 1-4 orang.

b) Listrik

(72)

keseluruhan. Hal ini disebabkan banyaknya wilayah di desa yang sulit terjangkau oleh jaringan listrik PLN.

Jumlah pelanggan listrik tahun 2006 sebanyak 97.321 pelanggan yang terdiri dari rumah tangga 94,54 persen, industri 2,08 persen, instansi 0,49 persen dan sosial 2,89 persen.

c) Air Minum

Kebutuhan masyarakat akan adanya air bersih dari waktu ke waktu terus bertambah. Dalam hal ini pemerintah daerah melalui Perusahaan Air Minim Daerah (PDAM) terus berusaha unutk senantiasa meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan menyediakan air bersih. Diharapkan dengan semakin banyaknya masyarakat yang menggunakan air bersih kesehatannya akan menjadi lebih baik.

Pelanggan PDAM Wonosobo meliputi; rumah tangga, sosial umum, sosial khusus, lembaga pemerintah niaga kecil niaga besar, industri kecil dan indistri besar. Pelanggan yang ada tersebut tidak hanya tersebar di wilayah Wonosobo namun juga sampai di wilayah Kabupaten Purworejo.

d) Penggalian

Gambar

Tabel I.1 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Wonosobo Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2003-2006 (jutaan rupiah)
Tabel I.2 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Wonosobo Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2003-2006 (dalam persen)
Tabel IV.1 Pembagian Wilayah Administrasi Menurut Kecamatan Di Kabupaten Wonosobo tahun 2006
Tabel IV.2 Jumlah Desa Menurut Kecamatan dan Tipe Desa di                                        Wonosobo Tahun 2006
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perlihatkan bahwa frame tersebut tidak kredibel dengan menunjukkan inkonsistensinya, ketidaksambugannya dengan kenyataan dan ketidakkredibelan artikulatornya, khususnya

Hasil penelitian pengaruh perbedaan suhu terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan tapah (Wallago leeri) menunjukkan adanya pengaruh yang sangat nyata

Pemikiran yang dimaksud adalah tujuan dan kurikulum pendidikan Islam.Adapun mengenai pemikiran Azyumardi Azra terhadap pendidikan Islam yakni perhatiannya terhadap

Apa yang dapat disimpulkan daripada perbincangan di atas ialah masih wujud konflik bidang kuasa antara Mahkamah Sivil dan Mahkamah Syariah dalam membicarakan

Setelah diberi masukan, mahasiswa menanggapi mata kuliah Pembelajaran SKI di Madrasah dengan sangat baik, hal tersebut terlihat saat pelaksaan micro teaching, ada

Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi minyak mint dari daun mint (Mentha arvensis Linn) segar dilakukan dengan metode distilasi uap selama 1 jam,

Dengan demikian, pengertian kompetensi secara umum adalah kemampuan yang harus dimiliki seseorang baik pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap untuk

a) Apakah dengan merek Toyota yang dikenal sebagai produk mobil berkualitas memberikan penjualan signifikan yang tinggi terhadap angka penjualan New Avanza. b) Apakah karena