• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIOGRAFI HASBI ASH-SHIDDEQY

C. Analisis Makna Konotatif dalam Surah Al-‘Imran

51   

Artinya; dialah yang telah menurunkan Al Kitab (Alquran) kepada Engkau; di antara isinya, ada ayat-ayat lain yang mutasyabihat. Adapun mereka yang hatinya condong pada kesesatan, mereka mengikuti apa yang mutasyabihah untuk meimbulkan kekacauan…3

Ketika mendengar kalimat yang berbunyi “condong pada kesesatan” maka kalimat tersebut cukup tepat. Ketika kata condong disandingkan dengan kata “hati” maka kata tersebut berubah menjadi kata yang mengandung nilai rasa yang tinggi dalam menggugah perasaan mengenai keberpalingan seseorang dari kebenaran. Pada dasarnya organ hati memang tidak condong tapi pada ayat ini yang dimaksud adalah mengenai keyakinan seseorang.

Artinya; “Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau miringkan jiwa kami sesudah Engkau memberi petunjuk kepada kami. Dam berilah kepada kami rahmat yang besar dari sisi Engkau; bahwasanyalah Engkaulah Tuhan yang Maha Memberi.” 4

Kalimat yang berbunyi “jangan engkau miringkan jiwa ini” adalah suatu pernyataan yang berkonotasikan “tetapkan hati kami pada keyakinan kami”. Penggunaan kata “miringkan” pada kalimat “ jangan Engkau

3

Hasbi Ash-shiddieqy, Tafsir Albayan, h. 120

4

Ash-shiddieqy, Tafsir Albayan, h. 121

52   

miringkan jiwa ini” adalah suatu pernyataan yang sangat tegas mengenai sebuah permohonan, ini dapat dilihat dari pemilihan kata saat menerjemahkan

kata “ “ dan “ “ . Dalam kamus besar

Indonesia dituliskan pengertian dari kata “miring” yaitu satu lebih tinggi sebelah dari sisi yang lain, rendah sebelah, dan tidak setara5 sedangkan dalam kamus bahasa arab kata “ ”mengandung makna condong atau cenderung(kepada) perbuatan yang menyimpang.6 Sedangkan makna kata jiwa pada percakapan sehari-hari lebih mengacu pada ruh atau spirit.

Dari hasil analisa kedua kata tersebut maka penulis menyimpulkan banwa penggunaan kata “miringkan” untuk terjemahan kata “ ” mengandung nilai rasa yang tidak enak, sebaiknya terjemahan yang digunakan adalah kata “berpaling” begitu pula dengan terjemahan “jiwa” sebaiknya dirubah dengan “hati” karena pada umumnya para pembaca Alquran terjemahan terbiasa dengan penggunaan kalimat” condongkan hati” dari pada “miringkan jiwa”.

⌧ ⌧

Artinya; Sesungguhnya orang-orang kafir, harta-harta mereka dan anak-anak mereka sama sekali(sedikkiatpun) tidak member manfaat kepada

5

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), h. 325

6

Ahmad Munawwir Warson, Kamus Bahasa Arab-IndonesiaTerlengkap, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1957), h.263

53   

mereka terhadap –azab- Allah; dan mereka adalah yang menjadi kayu api neraka.7

Maksud dari ayat di atas adalah untuk mengingatkan manusia akan akibat yang akan mereka peroleh dari perbuatan mereka di akhirat kelak, sehingga mereka disamakan dengan kayu yang dimakan api tanpa dapat berbuat apa-apa atau ketidak berdayaan manusia ketika mereka dimasukkan ke dalam api neraka. Mengibaratkan manusia dengan kayu bakar merupakan suatu maksud yang diinginkan Allah agar kandungan ayat tersebut terus menggugah manusia untuk selalu mengingat keadaan mereka kelak di hari kiamat, dan pemilihan kalimat tersebut juga mengandung nilai rasa rendah karena menurunnya nilai derajat manusia menjadi seperti kayu bakar.

Artinya; Semua manusia dihiasi dengan kecenderungan kepada syahwat, yaitu(cinta) isteri, anak-anak, harta yang banyak dari emas dan perak, kuda yang digembalakan(kuda-kuda yang dilatih), binatang-binataang unta, lembu, dan kambing/biri-biri, tumbuh-tumbuhan yang beraneka

7

Ash-shiddieqy, Tafsir Albayan,

54   

warna/rupa. Itulah permata hidup di dunia. Di sisi-Nyalah sebaik-baik tempat kembali.8

Pada umumnya kata “permata” ditunjukkan kepada batu mulia yang digunakan manusia sebagai perhiasaan. Pada ayat di atas kata “permata” disandingkan dengan kata “dunia” yang berguna untuk memberikan nilai rasa tinggi kepada manusia mengenai keberadaan dunia itu sendiri. Menurut penulis mengenai penerjemahan “ ” Sebaiknya padanan kata yang digunakan adalah “perhiasan” karena kata “permata” mengandung maksud spesifik terhadap suatu benda mulia, sedangkan perhiasan lebih general dan ini lebih sesuai dengan adanya beberapa kategori yang disebutkan dalam ayat di atas yang digolongkan menjadi “ ”

Artinya; Sesungguhnya agama di sisi Allah, ialah islam. Dan tidak berselisih orang-orang yang diberi kitab, melainkan sesudah ilmu dating kepada mereka disebabkan kedengkian di antara mereka. Dan barang siapa tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah Maha cepat siksaan-Nya.9

Kata “di sisi” yang digunakan untuk menerjemahkan kata “ ”berguna untuk menunjukkan suatu kedekatan, keterikatan, yang

8

Ash-shiddieqy, Tafsir Albayan, h. 122

9

Ash-shiddieqy, Tafsir Albayan, h. 124

55   

berarti juga yang direstui atau yang dianggap. Pengggunaan kata “ ”pada kalimat di atas mampu memberikan beberapa interpresentasi makna yang positif dan ketika kata tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan “di sisi” maka telah memberikan nilai konotasi positif pula pada keseluruhan makna ayat tersebut.

Artinya; Sesungguhnya orang-orang- yang tidak mau beriman kepada Allah dan membunuh para Nabi tanpa sesuatu dasar yang benar dan membunuh pula orang-orang yang menyuruh berlaku adil di antara manusia, maka gembirakanlah mereka dengan azab yang menyedihkan.10

Kata “ ” yang diterjemahkan dengan

“gembirakanlah” mengandung makna yang bukan sebenarnya karena

disandingkan dengan frasa “ ⌧ ”sehingga

makna kata tersebut yang pada mulanya mengandung nilai rasa positif berubah menjadi negatif, ini karena adanya ketidaksesuian maksud dengan kata-kata selanjutnya. Pada ayat tersebut maksud dari “gembirakanlah” bukan sesuatu yang menyenangkan tetapi sesuatu yang harus diwaspadai atau ditakuti. kemudian pada kata selanjutnya yaitu

“ ⌧ ”yang diterjemahkan dengan “azab

10

Ash-shiddieqy, Tafsir Albayan, h. 125

56   

Artinya; katakanlah: ” Jika kamu menyembunyikan apa yang ada di dada mu atau kamu melahirkannya, pasti yang demikian itu diketahui Allah. Dan Allah mengetahui apa yang di langit dan apa yang di bumi. Dan Allah maha berkuasa atas segala sesuatu.11

Pada kalimat di atas kita menemukan kata

“ ”yang diterjemahkan dengan “dada mu”,

sebenarnya maksud dada pada ayat ini bukan menunjuk kepada dada sebenarnya tapi pada suatu organ yang disanalah tersimpan segala niat yaitu hati. Terjemahan yang dilakukan oleh penerjemah Alquran ini menggunakan terjemahan kata sehingga kata “ ” diartikan dengan “dada” begitu saja, begitupun dengan penerjemahan” ” yang diterjemahkan dengan “melahirkan”, penggunaan hasil terjemahan pada kedua kata tersebut mengandung konotasi tidak pantas dan tidak enak.

11

Ash-shiddieqy, Tafsir Albayan, h. 127

57   

Artinya;  ‐ingatlah‐  ketika  isteri  ‘Imran  berkata:  “Wahai  Tuhanku! 

Sesungguhnya aku bernazar untuk Engkau apa yang di dalam kandunganku –

menjadi‐ orang yang semata‐mata beribadah dan mengkhidmati Baitul Maqdis. 

Maka terimalah dia dariku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar dan 

Maha mengetahui.12  

Pada dasarnya kata “ ” pada ayat tersebut

memiliki padanan makna dalam bahasa Indonesia yaitu “perempuan”, tapi pada kalimat tersebut kata “ ” yang disandingkan dengan kata “ ☺ ”tidak mungkin menterjemahkannya dengan “perempuan ‘Imran” melainkan yang sesuai dengan maksud ayat tersebut yaitu “isteri ‘Imran”. Penerjemahan pada kata tersebut telah memberikan nilai positif pada kata “ ” dibandingkan jika terjemahan yang digunakan adalah kata “bini”. 

12

Ash-shiddieqy, Tafsir Albayan, h. 128

58   

Artinya; kata Zakaria: “Tuhanku! Bagaimana saya akan mendapat seorang anak padahal sesungguhnya saya telah sangat tua, sedang isteri saya pun seorang yang mandul?” Allah menjawab urusan itu memang demikian, Allah mengerjakan apa yang Dia kehendaki.13

Kata” ” ini mengandung makna denotasi yaitu; tidak dapat memilliki anak, kemudian berdasarkan konteks ayat tersebut maka tejemahan yang sesuai pula adalah “mandul” dimana kata tersebut merupakan suatu pernyataan yang mamiliki nilai rasa rendah serta kasar dari pada makna denotasinya. Penggunaan kata tersebut tidak hanya memberikan pernyataan ketidakmampuan tapi lebih dari itu penerjemahan kata tersebut juga secara langsung menunjukkan kelemahan seseorang yang terkadang memberikan respon iba. Dan pada teks aslinya bukan tanpa alasan penggunaan kata tersebut karena memang kata “ ”mendukung suatu keadaan dari keseluruhan isi ayat tersebut.

Artinya; -mendengar itu-Maryam berkata: “Wahai Tuhanku! Bagai mana saya mempunyai anak, padahal saya belum bersuami?” Allah menjawab: “Demikianlah! (dalam keadaan tidak bersuami). “Allah menciptakan apa yang ia kehendaki. Apabila Allah menghendaki sesuatu Dia

13

Ash-shiddieqy, Tafsir Albayan, h. 130

59   

Ayat di atas adalah pernyataan Maryam kepada Rabb-nya ketika mengetahui dirinya hamil padahal dia belum menikah. Penerjemahan kalimat

“ ☺ " menjadi “belum

bersuami” adalah suatu penerjemahan yang sangat baik, mengingat dalam hukum islam tidak boleh adanya persetubuhan sebelum adanya pernikahan serta memberikan konotasi yang tinggi dan sopan. Padahal jika ditilik dari teks aslinya kalimat tersebut memilki arti “dan tak seorangpun menyentuhku” maka sepatutnyalah kita memberikan apresiasi kepada penerjemahnya yang memilih terjemahan “belum bersuami” sebagai padananannya.

Artinya; Jika mereka berpaling-dari menerima kebenaran-, maka sesungguhnya Allah senantiasa mengetahui kaum yang membuat kerusakan.15

Menurut pemahaman pada umumnya kerusakan adalah sesuatu yang yang bersifat merugikan karena menimbulkan hilangnya suatu kebendaaan tapi berbeda dengan pemahaman yang sudah ada, pada ayat ini yang dimaksud dengan “kaum yang membuat kerusakan” adalah mereka yang mudah berganti-ganti keyakinan. Mereka disamakan dengan orang-orang yang

14

Ash-shiddieqy, Tafsir Albayan, h. 131

15

Ash-shiddieqy, Tafsir Albayan, h. 135

60   

Artinya; Hai Ahlul Kitab! Mengapakah kamu mencampurkan kebenaran dengan kebatilan(mencampurkan wahyu-wahyu Tuhan dengan apa yang kamu buat-buat)dan kamu menyembunyikan kebenaran-kenabian Muhammad-sedang kamu mengetahuinya?16

Ketika kita mendengar sebuah kalimat yang berbunyi “ibu mencampurkan telur dengan tepung” itu adalah suatu kalimat yang tepat dan benar pada kenyataannya, akan tetapi jika kita mendengar sebuah kalimat yang berbunyi ”kamu mencampurkan kebenaran dengan kebatilan” adalah suatu bentuk pernyataan yang asing karena kata “mencampurkan” lebih kental disandangkan dengan sesuatu yang bersifat konkrit bukan abstrak. Meski demikian, penggunaan kata “ ” yang diterjemahkan dengan “mencampurkan” yang pada awalnya berkonotasikan netral sekarang berubah

16

Ash-shiddieqy, Tafsir Albayan, h. 137

61   

☺ ⌧

Artinya; Sesungguhnya orang yang menukar janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mempunyai peruntungan apa-apa di akhirat, dan Allah tidak berbicara dengan mereka, tidak melihat mereka pada hari kiamat dan tidak menyucikan mereka-dari kotoran dosa-dan bagi mereka azab yang memedihkan.17

Penggunaan kata” ” yang diterjemahkan dengan “menukar” telah memberi nilai rasa rendah kepada orang yang melakukan kegiatan tersebut meskipun dalam islam kegiatan tukar-menukar bukanlah perbuatan yang dilarang, dikatakan demikian karena pada ayat di atas yang menjadi alat tukarnya adalah bukan suatu benda melainkan janji Allah dan sumpah-sumpah mereka.

17

Ash-shiddieqy, Tafsir Albayan, h. 139

62   

Artinya; -Yaitu- segala orang yang menafkahkanhartanya di dalam keadaan senang, di dalam masa susah, segala mereka yang menyembumyikan rasa marah, segala mereka yang member maaf kepada manusia. Dan Allah menyukai para muhsin(yang mengerjakan sesuatu dengan sebaik-baiknya).18

Pada redaksi lain -sebuah hadis- terdapat sebuah ungkapan yang sama maksudnya dengan”

☺ ⌧ ⌧” Yaitu “

ﺐﻀﻐﻟا ﺪ ﻋ ﻪﺴﻔ ﻚ ﻳ ﻣو

”.

Frasa” ☺ ⌧ ” yang

pada Alquran terjemahan ini diterjemahkan dengan ‘menyembunyikan rasa marah” adalah sebuah terjemahan yang menurut penulis kurang tepat. Kata sembunyi memiliki nilai konotasi yang rendah dan negatif karena kata ini identik dengan perbuatan tidak terpuji berbeda bila kata tersebut diterjemahkan dengan “menahan” kata ini berkonotasikan tinggi serta positif dan sesuai dengan nilai yang terkandung pada ayat tersebut bahwa

sikap" ☺ ⌧ ” adalah

termasuk perbuatan terpuji. Jadi menurut penulis sebaiknya kalimat tersebut diterjemahkan dengan “menahan amarah”.

18

Ash-shiddieqy, Tafsir Albayan, h. 154

63   

64   

Artinya; Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul. Sungguh telah berlalu beberapa rasul sebelumnya. Apakah kamu beriman kepadanya di waktu dia hidup kemudian setelah dia meninggal atau dibunuh, kamu berbelik dengan tumit-tumitmu-menjadi penentang-? Dan barang siapa berbalik dengan tumit-tumitnya, maka sama sekali dia tidak member mudarat sedikitpun kepada Allah. Dan Allah kelak akan member pembalasan kepada orang-orang yang mensyukuri-Nya.19

Ayat ini diturunkan untuk menegur orang-orang muslim yang tidak percaya dan tidak rela akan wafatnya Rasulullah SAW, salah satu diantaranya adalah Umar bin Khattab. Pada tataran bahasa Arab ada beberapa kata yang dapat ditunjuk untuk mewakili ungkapan “meninggal dunia” diantaranya yaitu;ﻰ ﻮﺗو ,تﺎﻣ ,ﺪﻘ

Dan pada ayat di atas Allah menggunakan kata” ” yang menurut penulis, kata tersebut lebih dipilih Allah daripada kata lainnya karena berguna untuk menyamakan keadaan nabi dengan orang kebanyakan yang tidak akan terlepas dari maut sehingga kata kata tersebut mampu melahirkan konotasi netral. Pada Alquran terjemahan Hasbi Ash-Shiddieqy ini, kata tersebut diterjemahkan dengan “meninggal dunia” suatu ungkapan yang sama memberikan nilai rasa netral pada para pembacanya.

19

   

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Alquran sebagai kitab suci umat islam yang diturunkan kepada nabi Muhammad banyak mencakup kata-kata, frasa, dan juga kalimat yang mengandung nilai konotasi. Setelah melakukan analisa terhadap surah Ali-‘ Imran pada Alquran terjemahan Hasbi Ash-Shiddieqy, penulis menyimpulkan bahwa dari 15 ayat yang mengandung makna konotatif ada beberapa ayat yang perlu direvisi atas penerjemahannya karena penulis menganggap bahwasanya terjemahan yang dibuat oleh Hasbi Ash-Shiddieqy kurang tepat.

Selain itu, berdasarkan hasil penelitian penulis, dapat disimpulkan pula bahwa dalam menerjemahkan ayat-ayat Alquran yang mengandung makna konotatif harus diketahui terlebih dahulu konteks yang berkenaan dengan ayat tersebut sehingga dapat membantu kita untuk mencari padanan katanya. Seperti yang telah dilakukan Hasbi Ash-Shiddieqy .

B. Saran-saran

Penelitian yang telah penulis lakukan pada skripsi ini mengenai makna konotatif belum dikatakan sempurna karena penulis yakin masih banyak sekali kekurangan atau perlunya beberapa penambahan, oleh karena itu penulis mengharapkan kepada para peniliti selanjutnya untuk menyempurnakannya.

66   

   

Kesimpulan yang dibuat oleh penulis juga bukan final dari penelitian ini sendiri. Kesimpulan tersebut dibuat untuk dijadikan tolak ukur dan acuan bagi peneliti selanjutnya agar melihat kembali penelitian ini guna memberikan beberapa komentar atau mungkin koreksi.

Makna konotatif yang terdapat dalam Alquran masih banyak yang belum digali, sehingga ini bisa menjadi salah satu alasan bagi mahasiswa terjemah untuk dijadikan bahan penelitian di kemudian hari, mengingat makna konotatif sangat menarik untuk dijadikan obyek penelitian. Keunikan ini terletak pada konteks yang harus disertakan dalam melakukan penelitian makna konotatif, maka secara tidak langsung kita mengetahui apa sebab dari suatu kata atau kalimat yang mengandung konotasi diturunkan oleh Allah. Dalam melakukan penelitian makna konotatif alangkah baiknya jika peneliti selanjutnya untuk meneruskan surat-surat Alquran yang belum dilakukan penelitian, karena menurut penulis itu lebih bermanfaat dibandingkan jika peneliti selanjutnya mengambil analisis yang serupa.

67   

   

Dokumen terkait