• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MAS{LAH{AH MU@RSALAH TERHADAP PELAKSANAAN TES KESEHATAN PRA NIKAH BAGI CALON MEMPELAI LAKI-LAKI DI KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) KECAMATAN JATIREJO KABUPATEN

MOJOKERTO

A. Analisis Pelaksanaan Tes Kesehatan Pra Nikah Bagi Calon Mempelai Laki- laki di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jatirejo Kabupeten Mojokerto

Pemeriksaan sebelum pernikahan sangat dianjurkan untuk dilakukan setiap pasangan dalam upaya menurunkan generasi yang tangguh sehat jasmani dan rohani. Dulu belum banyak yang melakukannya, mungkin karena minimnya pengetahuan dan masih sedikit tempat layanan kesehatan yang menyediakan pemeriksaan ini. Namun sekarang jumlah pasangan yang melakukan pemeriksaan ini semakin meningkat. Pemeriksaan ini sangat penting, mengingat di zaman modern ini dengan adanya pola pergaulan bebas jadi menyakit hubungan seksual makin mudah menyebar. Penyakit hubungan seksual dapat menyebabkan terjadi kesakitan, kecacatan jasmani dan rohani, bahkan kematian. Maka dari itu pemeriksaan harus dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

68

Semakin cepat dilakukan pemeriksaan dan mengetahui penyakit yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang jasmani dan rohani menjelang pernikahan, maka akan semakin cepat terobati.

Manfaat dari tes kesehatan pranikah salah satunya adalah sebagai tindakan pencegahan yang efektif untuk membendung penyebaran penyakit penyakit menular yang berbahaya di tengah masyarakat. Hal inilah yang menjadi salah satu harapan pelaksanaan tes kesehatan pranikah ini. Diharapkan pasangan yang hendak menikah lebih selektif dalam memilih pasangannya agar tidak menyesal di kemudian hari. Meskipun seseorang dari luar terlihat tampak sehat namun belum tentu sepenuhnya ia sehat. Bisa saja ia menjadi pembawa bibit penyakit. Menikah dengan orang yang mempunyai penyakit menular ibarat kita telah masuk ke dalam daerah yang terjangkiti wabah penyakit menular. Sangat besar sekali kemungkinan kita untuk tertular penyakit tersebut.1

Melihat berkas pendaftar nikah yang ada di KUA Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto tahun 2016, terbukti 100% tertib administrasi. Dengan kata lain pengajuan nikah tidak akan diproses jika tidak melengkapi berkas- berkas yang sudah ditentukan sebagai bukti ketegasan KUA dalam bertugas dan itu membuat semuanya lebih mentaati peraturan.

69

Puskesmas akan memberikan layanan imunisasi TT dan tes kesehatan untuk calon pengantin. Kedua hal ini sangant penting untuk dilakukan sebelum pernikahan terjadi. Faktanya, yang tertjadi di lapangan justru sebaliknya. Imunisasi TT memang dilakukan oleh calon pengantin perempuan, dan tes kesehatan yang seharusnya dilakukan melalui pemeriksaan secara intens kepada calon pengantin nyatanya tidak pernah dilakukan. Pihak Puskesmas hanya bertanya secara global mengenai riwayat penyakit calon pengantin, tinggi badan dan berat badan calon pengantin.

Hal ini sangat disayangkan, mengingat tes kesehatan penting untuk dilakukan. Namun, ketika penulis bertanya kepada beberapa calon pengantin yang melakukan tes kesehatan, jawaban mereka hampir sama yaitu tentang biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan tes kesehatan secara intens sangatlah mahal menurut mereka. Selain biaya yang mahal, dampak yang akan ditimbulkan setelah diketahuinya hasil tes kesehatan dikhawatirkan akan mengganggu berlangsungnya pernikahan.

Tes kesehatan yang seharusnya dilakukan oleh kedua belah pihak, namun lebih diprioritaskan kepada calon pengantin laki-laki. Hal ini dikarenakan, pihak perempuan sudah melakukan imunisasi TT. Apabila catin hendak melakukan tes kesehatan secara intens, pihak Puskesmas akan mengarahkan ke Dokter spesialis, ataupun RS Umum, dikarenkan Puskesmas

70

tidak memiliki alat yang memadai. Melihat akan kekurangan tersebut, untuk itu dilakukan tes kesehatan kepada catin laki-laki saja.

Menurut penuturan Bapak Muhammad Syaifullah, S.Ag, selaku kepala KUA Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto: Banyak sekali orang yang tidak telalu paham dalam mengerti kebiasaan calon pasangannya dan langsung berujung kepada pernikahan. Bisa saja sebelum kenal salah satu calon pernah mencoba-coba narkoba yang mana bukan hanya sakau atau kecanduan yang berakibat pada setelah menikah bahkan yang lebih berbahaya lagi bisa terjangkit virus HIV/AIDS, karena virus ini bukan dari hubungan seks saja namun dapat menyebar melalui jarum suntik yang pernah mereka gunakan pada waktu mencoba narkoba. Jadi sangat perlu sekali untuk melakukan tes kesehatan pranikah. Keputusan akhir tetap dikembalikan lagi kepada setiap pasangan, apakah akan tetap melanjutkan pernikahannya atau tidak. Namun yang diperhatikan adalah bahwa kita bertanggungjawab atas keselamatan diri kita dan keturunan kita.

Bapak Mohammad Syaifullah, S.Ag, menambahkan bahwa tes kesehatan pra nikah lebih di fokuskan kepada calon pengantin laki-laki. Tidak menutup kemungkinan juga pihak perempuan juga dianjurkan tes kesehatan, namun pihak KUA bekerjasama dengan puskesmas setempat lebih memprioritaskan tes kesehatan pra nikah kepada calon pengantin laki-laki.

71

Ada beberapa faktor yang mendukung hal tersebut, yaitu: 1. Calon pengantin perempuan sudah melakukan imunisasi TT; 2. Laki-laki lebih rentan mengonsumsi obat-obatan terlarang; 3. Laki-laki lebih rentan terhadap pergaulan bebas; dan 4. Laki-laki juga rentan terhadap penularan penyakit.2

B. Analisis Mas{lah{ah Mu@rsalah Terhadap Pelaksanaan Tes Kesehatan Pra Nikah Bagi Calon Mempelai Laki-laki di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto

Al-Qur an dan al-Sunnah tidak mengatur terkait hukum tes kesehatan pranikah ini. Tidak ada dalil-dalil yang menyatakan membenarkan atau melarangnya. Penggunaan metode qiya>s pun sulit dilaksanakan karena tidak ditemukan padanannya pada nash (al-Qur an al-sunnah) atau ijmak. Maka dari itu penggunaan metode mas{lah{ah mu@rsalah kiranya tepat digunakan untuk mengatasi permasalahan ini.

Sebagaimana telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, penerapan mas{lah{ah mu@rsalah dalam suatu kasus memerlukan syarat-syarat yang harus dipenuhi:3

2

Mohammad Syaifullah, Wawancara, Mojokerto, 19 Desember 2016.

3Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, (Noer Iskandar al-Barsany dan Moh. Tolchah

72

1. Berupa mas{lah{ah yang sebenarnya, bukan mas}lah}ah yang bersifat dugaan. Yang dimaksud, yaitu agar terbentuknya pembentukan hukum suatu kejadian yang dapat mendatangkan keuntungan atau dapat menolak madarat. Adapun dugaan semata bahwa pembentukan hukum itu membawa keuntungan-keuntungan tanpa adanya pertimbangan mas}lah}ah dari pembentukan hukum tersebut, maka hal ini didasarkan pada dugaan semata.

2. Berupa mas}lah}ah yang bersifat umum, bukan mas}lah{ah yang sifatnya perorangan. Yang dimaksud yaitu agar terealisir dalam pembentukan suatu hukum tersebut dapat mendatangkan keuntungan kepada kebanyakan umat manusia atau dapat menolak madarat dari mereka, dan bukan mendatangan keuntungan hanya kepada seorang atau beberapa orang di antara mereka. Jadi mas}lah}ah harus menguntungkan (manfaat) bagi mayoritas umat manusia.

3. Pembentukan hukum bagi ini tidak bertentangan dengan hukum atau prinsip yang telah ditetapkan oleh nash atau ijmak. Said Agil Husin

Munawar dalam bukunya yang berjudul‚ Hukum Islam dan Pluralitas Sosial menjelaskan bahwa ada tiga unsur pokok yang bisa merespon perkembangan zaman yang begitu pesat. Pertama, adanya keluwesan sumber-

73

sumber hukum Islam. Kedua, semangat ijtihad berdasarkan keahlian. Ketiga, berijtihad dengan metodologi ushul fikih.4

Konsepsi mas{lah{ah mu@rsalah mendeskripsikan bahwa, walaupun tidak pernah disinggung secara metamorfosis ataupun secara terang-terangan (syariah) dalam nash, sesuatu yang dianggap sebagai sebuah kemaslahatan bagi manusia, maka sesuatu itu disahkan dan bisa menjadi produk hukum Islam yang harus dilaksanakan oleh segenap umat Islam.5

Mas{lah{ah Mu@rsalah inilah yang menjadi jawaban dari latar belakang dilaksanakan tes kesehatan sebagai salah satu persyaratan administrai nikah bagi calon pengantin laki-laki. Tes kesehatan pranikah sangat jelas mengandung banyak kemaslahatan-kemaslahatan. Diantaranya adalah untuk sebagai tindakan pencegahan yang efektif untuk membendung penyebaran penyakit menular yang berbahaya di tengah masyarakat serta guna memastikan tidak adanya berbagai kekurangan fisik maupun psikologis pada diri masing-masing calon mempelai yang dapat menghambat tercapainya tujuan-tujuan mulia pernikahan.

Meskipun hasil tes hanya berupa diagnosis dokter yang belum tentu terjadi (karena hanya Allah yang mengetahui takdir seseorang), namun di zaman teknologi yang canggih ini, diagnosis dokter tersebut sangat besar kemungkinan terjadinya.

4

74

Kemaslahatan tes kesehatan pranikah ini tidak hanya bermanfaat bagi calon pengantin laki-laki yang melaksanakannya, melainkan bermanfaat juga bagi pasangan serta keturunan mereka kelak dan juga bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya. Salah satunya yaitu untuk pencegahan penyakit menular, yaitu dengan memilih pasangan yang bebas dari penyakit menular, maka kita sudah menciptakan lingkungan yang bebas dari penyakit.

Ketentuan syariat maqa>s}id al syari’ah mempunyai tujuan utama yaitu memelihara segala maksud syara terhadap para makhluk. Maksudmaksud itu terbatas dalam tiga maksud: 1) d}aru>riyat, 2) hajjiyat, 3) tah}si>niyat. D}aru>riyat tercermin dalam pemeliharaan pilar-pilar kesejahteraan umat manusia yang mencakup ‘panca maslahat’ dengan memberikan perlindungan terhadap aspek keimanan (h}ifz} di>n), kehidupan (h}ifz} nafs), akal (h}ifz} aql), keturunan (h}ifz} nasl) dan harta benda mereka (h}ifz} ma>l). Apa saja yang menjamin terlindunginya lima perkara ini adalah maslahat bagi manusia dan dikehendaki syariah dan segala yang membahayakannya dikategorikan sebagai mud}arat atau mafsadat yang harus disingkirkan sebisa mungkin.6

Memelihara d}aru>riyat ini haruslah dengan dua faktor ini:7 yang

pertama, mewujudkan segala yang mengokohkan perwujudannya yakni‚ yang meneguhkan sendi-sendinya dan mengokohkan fondasi-fondasinya. Hal itu

6

Ibnul Qayyim Al Jauziyah, diterjemahkan oleh Asep Saefullah FM. I’lamul Muwaqi’in Panduan Hukum Islam (Jakarta: Pustaka Azzam, 2000), 56.

7

75

adalah ibarat daripada memeliharanya dari segi perwujudannya (menjaganya dari segi perwujudannya). Kedua, mengerjakan segala yang menolak kecederaan yang mungkin menimpanya atau disangka menimpanya yakni‚ yang menolak kecederaan yang terjadi daripadanya atau khawatir akan terjadi. Hal ini adalah ibarat memeliharanya dari segi ketiadaan (menjaganya supaya jangan lenyap).

Demikian halnya menjaga diri dengan tes kesehatan yang memberikan keamanan dan keselamatan bagi calon pengantin dan membawa kesejahteraan bagi keluarga tersebut, maka menjaga diri dengan cara tes kesehatan sangat dianjurkan.

As Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin Baz berpendapat bahwa hukum menjaga diri dengan tes kesehatan sebelum tertimpa musibah adalah boleh-boleh saja. Menjaga diri dengan cara seperti itu jika dikhawatirkan tertimpa penyakit karena adanya wabah atau sebab-sebab lainnya. Dan tidak masalah menggunakan obat untuk menolak atau menghindari wabah yang dikhawatirkan.8

Prinsip tes kesehatan pranikah ini tidak bertentangan dengan hukum atau prinsip yang telah ditetapkan oleh nash atau ijmak. Sebagaimana yang telah dijelaskan, salah satu tujuan tes kesehatan itu sendiri yaitu untuk memelihara keturunan (hifz{ al-Nasl), hal ini selaras dengan apa yang menjadi

76

salah satu tujuan shara’, serta hal ini telah sesuai dengan ajaran Islam untuk menjauhi penyakit menular.

Hukum haruslah bersinergi dengan kebutuhan manusia dan alam. Sebaliknya, manusia haruslah menjaga, menaati dan melaksanakan norma norma hukum yang telah ada dan melakukan inovasi dan rehabilitasi di bidang hukum, namun harus sesuai jalan yang telah ditetapkan oleh agama Islam sehingga produk hukum yang dihasilkan tidak bersebrangan dengan syariat Islam yang telah di bawa oleh Rasulullah Saw untuk kebaikan dan kemaslahatan umat manusia.

Pada akhirnya dapat kita tarik suatu kesimpulan bahwa hukum pelaksanaan tes kesehatan pranikah bagi calon mempelai laki-laki dalam Islam adalah dibolehkan (mubah). Tes kesehatan pranikah termasuk dalam kemaslahatan yang sifatnya h}a>jiyya>t. Tes kesehatan sebelum menikah merupakan salah satu bentuk usaha untuk memudahkan dalam menjaga keturunan (hifz} al-Nasl). Namun permasalahan ini bisa berubah menjadi kemaslahatan yang sifatnya dharu>riyya>t. Jika dalam suatu daerah tersebut sedang mewabah penyakit menular yang dapat membahayakan keberlangsungan kehidupan manusia, maka saat itu hukum pelaksanaan tes kesehatan pranikah ini bisa menjadi wajib.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan penulis terkait tes kesehatan pra nikah di KUA Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, maka saya dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut:

1. Tes kesehatan pranikah bagi calon mempelai laki-laki adalah sekumpulan tes kesehatan yang diprioriaskan kepada calon mempelai laki-laki untuk memastikan status kesehatannya. Pemerikasaan tersebut seharusnya dilakukan secara intens, nyatanya tidak pernah dilakukan. Pihak Puskesmas hanya bertanya secara global mengenai riwayat penyakit, tinggi badan, berat badan dan lingkungan sekitar calon mempelai laki- laki.

2. Hukum pelaksanaan tes kesehatan pranikah bagi calon mempelai laki-laki dalam Islam adalah dibolehkan (mubah). Tes kesehatan pranikah termasuk dalam kemaslahatan yang sifatnya h}a>jiyya>t. Hal ini merupakan salah satu bentuk usaha untuk memudahkan dalam menjaga keturunan (hifz} al-Nasl). Selaras dengan apa yang menjadi salah satu tujuan shara’, hal ini juga sesuai dengan ajaran Islam untuk menjauhi penyakit menular.

78

B. Saran

1. Mengingat begitu besarnya manfaat dari tes kesehatan pranikah ini, maka sangat disayangkan apabila tes kesehatan ini diremehkan atau bahkan hanya sebagai formalitas semata. Seharusnya setiap pasangan calon pengantin melaksanakan tes kesehatan pranikah terlebih dahulu. Bukan hanya diprioritaskan kepada calon pengantin laki-laki saja. Mengingat manfaat yang didapat sangat banyak dari melakukan tes kesehatan pranikah tersebut bagi kedua belah pihak.

2. Tes kesehatan pranikah sebagai salah satu cara mencegah penyebaran penyakit berbahaya seperti HIV/AIDS, maka dari itu pemerintah seharusnya memperbanyak agenda sosialisasi mempermudah masyarakat dalam melakukan tes kesehatan, yaitu bisa dengan memperingan biaya tes, memberi solusi bagi catin yang berhalangan hadir atau bahkan menggratiskan biayanya. Karena selain factor ketidak pahaman calon pengantin tetang pentingnya tes kesehatan pranikah juga factor biaya yang dianggap besar sehingga calon pengantin tidak melakukan tes kesehatan pranikah secara intens.

DAFTAR PUSTAKA

AH, Markum. 1987. Imunisasi. Jakarta: FKUI

Ahmad, A. Rahmat Rosyadidan Rais. 2006. Formulasi Syariat Islam dalam Prespektif Tata Hukum Indonesia. Bogor: Ghalila Indonesia

Al-Hamdani, Sa’id bin Abdullah bin Thalib. 2000. Risalah Nikah (Hukum Perkawinan Islam). Jakarta: Pustaka Amani

Ali, Zainuddin. 2006. Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika

al-Maraghi, Ahmad Mustafa. t.t. Tafsir al-Maraghi. Beirut: Dar al-Fikr.

al-Suyuti, Jalaluddin. 1987. Al-Asbahwa al-Nazdo’ir, Semarang: Maktabah Usaha Keluarga Arfan, Abbas. 2008. Geneologi Pluralitas Madzhab dalam Hukum Islam. Malang: UIN-Malang

Pres

Ash-Shiddieqy, Hasbi. 1993. Falsafah Hukum Islam. Cetakan V. Jakarta: PT Bulan Bintang Asmawi. 2000. Teori Mas{lah{at dan Relevansi dengan Perundang-undangan Pidana Kusus di

Indonesia. Jakarta: dalam Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI Asnawi. 2011. Perbandingan Ushul Fiqh. Jakarta: Amrah.

Bakar, Syeikh Abu & Al-Faraidul Bahiyyah. 1977. Al-Faraidul Bahiyyah. terj. Moh. Adib Bisri. Kudus: Menara Kudus

Bakri, Asafri Jaya. 1996. Konsep Maqa>sid Syari’ah menurut al-Syatibi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Baz, Abdul Aziz bin Abdullah Ibnu, 2003. Majmu’ Fatawa wa Maqalat Mutanaqqi’atun Jilid

84

Departemen Agama RI. 1984. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Semarang: CV. Asy-Syifa’

Hakim, Rahmat. 2000. Hukum Perkawinan Islam. Bandung: Pustaka Setia Haq, Abd. 2006. Formulasi Nalar Fiqh Telaah Konseptual. Surabaya: Khalista Haroen, Narun. 1996. Ushul Fiqih 1. Jakarta: Logos

Jamil, Mukhsin. 2008. Kemaslahatan dan Pembaharuan Hukum Islam. Semarang: Walisongo Press

Jauziyah, Ibnul Qayyim Al. 2000. I’lamul Muwaqi’in Panduan Hukum Islam. Terj. Asep Saefullah FM. Jakarta: Pustaka Azzam

Kementrian Agama RI. 2000. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Perkawinan. Edisi 2000. Bandung: PT. Syaamil Media Cipta

Khallaf, Abdul Wahab. 1997. Ilmu Ushul Fikih. Jakarta: Pustak Amani

Khallaf, Abdul Wahhab. 1996. Kaidah-Kaidah Hukum Islam. Terj. Noer Iskandar al-Barsany dan Moh. Tolchah Mansoer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Kholil, Munawar. 1995. Kembali Kepada al-Quran dan as-Sunnah. Semarang: Bulan Bintang Mahmud, M. Hamam Al. 2014. ‚Studi Terhadap Intruksi Bersama Direktur Jenderal Bimbingan

Masyarakat Islam dan Urusan Haji Departemen Agama dan Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen Kesehatan No. 02 Tahun 1989 Tentang Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) Calon

Pengantin‛. Surabaya: UIN Sunan Ampel

Mansur, Yahya Khusnan. 2009. Ulasan Nadhom Qowa>id Fiqhiyyah Al Fara>id Al Bahiyyah. Tambakberas Jombang: Pustaka Al-Muhibbin

85

Maslehuddin, M. 1985. Islamic Yurisprudence and The Rule of Necessity and Need, terj. A. Tafsir, Hukum Darurat dalam Islam. Bandung: Pustaka

Muhtar, Kemal. 2003. Mas{lah{ah sebagai dalil Penetapan hukum islam dalam M. Amin Abdullah, Rekontruksi Metodologi ilmu-ilmu Keislaman. Yogyakarta: Suka Press

Nasution, Khairuddin. 2004. Hukum Perkawinan 1. Jogjakarta: Academia+Tazaffa

Purwoastuti, Endang dan Elisabeth Siwi Walyani. 2015. Panduan Materi Kesehatan Reproduksi dan Kelurga Berencana. Yogyakarta: PUSTAKABARUPRESS

Quthub, Sayyid. 1971. Tafsir fi zilalial-Qur’an. Beirut: Dar al-Ihya al-Arabi Raqith, Hasan. 2007. Hidup Sehat Cara Islam. Bandung: Jembar

Sanggona, Bambang. 2004. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Shalikhah, Siti Nur Hidayatus. 2014. ‚Studi Hukum Islam Tentang Imunisasi TT (Tetanus

Toksoid) sebagai salah satu persyaratan administrasi nikah bagi calon pengantin (Studi

Kasus di KUA Kabupaten Nganjuk)‛. Surabaya: UIN Sunan Ampel Shidiq, Sapiudin. 2011. Ushul Fiqih. Jakarta: Kencana

Summa, Muhammad Amin. 2004. Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Syafe’i, Rachmat. 2010. Ilmu Ushul Fiqh. Jakarta: Prenada Media Group Syatibi, al. 1991. Al-I’tishom. Beiut: Dar al-Fikr

Syukur, Sarmin. 1993. Sumber-Sumber Hukum Islam. Surabaya: Al-Ikhlas Tamrin, Dahlan. 2007. Filsafat Hukum Islam. Malang: UIN-Malang Pres

Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Hukum. 2016. Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi. Surabaya: 2016

86

Ya’kub, Hamzah. 1995. Pengantar Ilmu Syariah Hukum Islam. Bandung: CV. Diponegoro Yazidal-Qazwini, Abi Abdillah Muhammad. t.t. Ibn Sunah Ibn Majah Juz 2. Beirut: Dar al Fikr Yunus, Muhammad 1973. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan

Penerjemah dan Penafsir al-Qur’an

Zahrah, Muhammad Abu. 2005. Ushul al-Fiqh. terj. Saefullah Ma’shum. Jakarta: Pustaka Firdaus

Zaidan, Abdul Karim. 1994. Al Wajiz fi Ushul Fikih. ‘Amman: Maktabah Al Batsair

Dokumen terkait