• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Analisis Jaringan Lunak Wajah

2.3.4 Analisis Menurut Holdaway

AnalisisHoldaway menggunakan garis Harmoni (garis H) dalam menentukan keseimbangan dan keharmonisan profil jaringan lunak.13 Garis H diperoleh dengan menarik garis dari titik Pogonion kulit (Pog’) ke Labrale superior (Ls).6,20,22 Analisis profil jaringan lunak yang dilakukan Holdaway berbeda dengan Ricketts dimana Holdaway tidak menggunakan puncak hidung sebagai titik penentuan analisisnya (Gambar 7).13

Holdaway melakukan 11 analisisuntuk memperoleh profil jaringan lunak yang seimbang dan harmonis yaitu terdiri dari :

1. Jarak puncak hidung (Pr)

2. Kedalaman sulkus labialis superior 3. Kedalaman sulkus labialis inferior 4. Jarak bibir bawah ke garis H 5. Tebal dagu

6. Tebal bibir atas 7. Strain bibir atas 8. Sudut fasial

9. Kurvaturabibir atas 10. Besar sudut H

11. Kecembungan skeletal.6,22

Menurut Jacobson dan Vlachos, analisis Holdaway lebih terperinci, jelas dan luas pembahasannya tentang analisis profil jaringan lunak.10

Gambar 7. Analisis jaringan lunak wajah menurut Holdaway (H line)20

2.3.4.1 Jarak Puncak Hidung ke Garis H

Menurut Holdaway, idealnya jarak puncak hidung ke garis H (Pr-H) adalah sebesar6 mm. Namun, Holdaway masih memberi batas maksimal sampai 12 mm, terutama pada anak usia 14 tahun. Meskipun ukuran hidung penting dalam keseimbangan wajah, keseimbangan dan keharmonisan bibir juga berpengaruh dalam gambaran keseimbangan wajah (Gambar 8).10,13

2.3.4.2 Kedalaman Sulkus Labialis Superior

Sulkus labialis superior terletak pada titik tercekung antara titik Sn dengan titik Ls.12 Kedudukan bibir atas seimbang jika kedalaman sulkus labialis superior (Sls) sebesar 5 mm terhadap garis H. Apabila dijumpai kedalaman sulkus labialis superior 3 mm pada bibir yang pendek atau tipis maka hal ini masih dapat diterima. Begitu juga pada bibir panjang atau tebal apabila dijumpai hasil pengukuran sebesar 7 mm, maka hal ini masih dianggap hasil yang seimbang (Gambar 8).10,13,23

2.3.4.3 Kedalaman Sulkus Labialis Inferior

Sulkus labialis inferior terletak pada titik tercekung antara titik

Labraleinferior (Li) dengan titik Pog’.13 Profil jaringan lunak seseorang untuk

kedalaman sulkus labialis inferior dikatakan harmonis dan seimbang jika kedudukan sulkus labialis inferior terhadap garis H sama seperti kedalaman sulkus labialis superior yaitu mendekati 5 mm (Gambar 8).10,13,23

2.3.4.4 Jarak Bibir Bawah ke Garis H

Bibir bawah paling anterior umumnya terletak pada titik Labrale inferior (Li). Jarak bibir bawah ke garis H diukur dari titik Li ke garis H dengan arah horizontal.13 Idealnya jarak bibir bawah ke garis H adalah 0 mm atau garis H menyinggung titik Li. Namun demikian menurut Holdaway masih dapat dikatakan harmonis dan seimbang jika jarak Li ke garis H dalam batasan -1 sampai dengan +2 mm. Tanda negatif menunjukkan letak titik Li di belakang garis H, sebaliknya dikatakan positif jika terletak di depan garis H (Gambar 8).10,13,23

2.3.4.5 Tebal Dagu

Ketebalan jaringan lunak dagu diukur dari jarak antara titik Pogonion skeletal dan Pogonion kulit (Pog-Pog’).10,23 Tebal jaringan lunak yang harmonis dan seimbang jika tebalnya antara 10-12 mm sedangkan jika lebih tipis maka dagu terlihat

datar.10,13 Dagu datar dapat disebabkan oleh inklinasi insisivus bawah yang lebih protrusif (Gambar 8).10

Gambar 8. Jarak puncak hidung ke garis H, kedalaman sulkus labialis superior,jarak bibir bawah ke garis H, kedalaman sulkus labialis inferior, dan tebal dagu10

2.3.4.6 Tebal Bibir Atas

Pengukuran tebal bibir atas diukur dari 2 mm di bawah titik A skeletal ke bagian luar kulit labialis superior. Idealnya tebal bibir atas adalah berkisar 14 mm (Gambar 9).10,13,23

2.3.4.7 Strain Bibir Atas

Strain bibir atas diukur secara horizontal dari titik perbatasan vermillion superior umumnya pada titik Labralesuperior (Ls) ke permukaan labial insisivus sentralis atas. Sebaiknya ukuran tebal dari titik perbatasan vermillion superior ke permukaan labial insisivus sentralis atas ini hampir sama atau sedikit lebih tipis dari tebal bibir atas yaitu idealnya sekitar 12 mm (Gambar 9). Jika strain bibir atas

mencapai setengah dari tebal bibir atas maka sebaiknya insisivus sentralis atas diretraksi ke palatinal.10,13

Gambar 9. Tebal bibir atas dan strain bibir atas10

2.3.4.8 Sudut Fasial

Sudut fasial yaitu sudut yang dibentuk oleh perpotongan garis Frankfurt dengan garis N’-Pog’ yang membentuk sudut a. Sudut fasial yang ideal adalah berkisar antara 90º sampai 92º. Apabila sudut fasial lebih besar dari 92º menunjukkan profil cekung karena letak Pog’ lebih ke anterior, sebaliknya apabila sudut fasial lebih kecil dari 90º tampak profilnya cembung karena letak titik Pog’ lebih ke posterior (Gambar 10).10,13

2.3.4.9 Kurvatura Bibir Atas

Kurvatura bibir atas berbentuk lekukan yang dibentuk titik Sn-Sls-Ls. Yang dimaksud dengan kedalaman kurvatura bibir atas yaitu jarak titik Sls ke garis yang ditarik dari titik Ls tegak lurus ke bidang Frankfurt.10,13,23Jarak Sls ke garis tersebut

berkisar 2,5 mm pada pasien yang mempunyai bibir dengan ketebalan normal, sedangkan pada kelompok yang mempunyai bibir tipis berkisar 1,5 mm dan 4 mm pada kelompok bibir tebal masih dapat diterima. Pada kelompok bibir tipis menunjukkan kurvatura bibir atas lebih datar sedangkan pada kelompok bibir tebal menunjukkan lebih dalam (Gambar 10).10,13

Gambar 10. Sudut fasial dan kurvatura bibir atas10

2.3.4.10 Sudut H

Sudut H adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan garis H dengan garis N’-Pog’. Sudut H juga merupakan penentuan bentuk profil jaringan lunak wajah apakah cembung, cekung, atau lurus.10,13,23Besar sudut H yang harmonis dan seimbang adalah sekitar 7º sampai 15º. Apabila besar sudut H lebih besar 15º maka bentuk profil wajah adalah cembung, sedangkan bila lebih kecil dari 7º maka bentuk profil wajah adalah cekung karena letak Pog’ lebih ke posterior atau letak titik Ls lebih ke anterior.13 Apabila kecembungan skeletal dengan besar sudut H tidak sesuai maka kemungkinan terjadi pertumbuhan fasial yang tidak seimbang (Gambar 11).10

2.3.4.11 Kecembungan Skeletal

Kecembungan skeletal diukur dari titik A ke garis Nasion-Pogonion skeletal (N-Pog).10,23 Titik A adalah titik tercekung antara spina nasalis anterior dengan puncak prosessus alveolar maksila.13 Dikatakan dengan tegas bahwa kecembungan skeletal tidak termasuk pengukuran jaringan lunak namun sangat berguna dalam penentuan kecembungan wajah skeletal yang ideal jika jarak antara garis N-Pog ke titik A sekitar -2mm sampai +2 mm (Gambar 11).10,13

Gambar 11. Sudut H dan kecembungan skeletal10

Dokumen terkait